Anda di halaman 1dari 10

MODUL 3

PEMAHAMAN KUP SEBAGAI KETENTUAN

FORMIL DAN CAKUPAN YANG DIATUR


SISTEM SELF ASSESSMENT SEBAGAI DASAR PEMUNGUTAN PAJAK
Self assessment berarti masyarakat yang menurut undang-undang pajak mempunyai kewajiban
pajak, wajib menyelesaikan kewajiban pajak yang terutang kepada negara. Hal ini mempunyai
maksud dan pengertian bahwa dengan self assessment tidak berarti hanya menghitung,
membayar, dan melaporkan kewajiban, melainkan mulai dari memperoleh sarana untuk
menyelesaikan utang pajak, yaitu harus mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak. (NPWP).
Selain NPWP yang diperlukan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, yaitu atas wajib pajak yang
mempunyai usaha menjual Barang Kena Pajak (BKP), atau Jasa Kena Pajak (JKP). Diperlukan
pengukuhan karena adanya mekanisme pengkreditan pajak, yaitu atas pajak keluaran yang
dihitung berdasarkan penjualan dengan pajak masukan yang diperoleh pada saat pembelian
bahan, maupun pengeluaran untuk memperoleh, mendapatkan dan mempertahankan usaha
penjualan BKP atau JKP yang diberikan.
Berikut kutipan Pasal 2 undang-undang KUP yang mengatur self assessment dalam memperoleh
NPWP dan PKP :
KUP Pasal 2 ayat 1:
Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan wajib mendaftarkan diri pada kantor
Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan
Wajib Pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak.

KUP Pasal 2 ayat 2:


Setiap Wajib Pajak sebagai pengusaha yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak
Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya, wajib melaporkan usahanya pada kantor Direktorat
Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan pengusaha,
dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak.
Penjelasan KUP Pasal 2 ayat 1
Semua Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan berdasarkan sistem self assessment, wajib
mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak untuk dicatat sebagai Wajib Pajak dan
sekaligus untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak.
Persyaratan subjektif adalah persyaratan yang sesuai dengan ketentuan mengenai subjek pajak
dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan 1984 dan perubahannya.
Persyaratan objektif adalah persyaratan bagi subjek pajak yang menerima atau memperoleh
penghasilan atau diwajibkan untuk melakukan pemotongan/pemungutan sesuai dengan ketentuan
Undang-Undang Pajak Penghasilan 1984 dan perubahannya.
Terhadap Wajib Pajak yang tidak mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib
Pajak dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Penjelasan KUP Pasal 2 ayat 2
Setiap Wajib Pajak sebagai pengusaha yang dikenai Pajak Pertambahan Nilai berdasarkan
Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya wajib melaporkan usahanya
untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
Pengusaha orang pribadi berkewajiban melaporkan usahanya pada kantor Direktorat Jenderal
Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal Pengusaha dan tempat kegiatan usaha
dilakukan, sedangkan bagi pengusaha badan berkewajiban melaporkan usahanya tersebut pada
kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat kedudukan pengusaha
dan tempat kegiatan usaha dilakukan.
Pengusaha yang telah memenuhi syarat sebagai Pengusaha Kena Pajak, tetapi tidak melaporkan
usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dikenai sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Uraian di atas menjelaskan bahwa sistem self assesment bukan berarti menghitung sendiri secara
sukarela berapa pajak yang mau dibayar, jumlah tersebut yang dibayarkan, kemudian dilaporkan.
Pajak dihitung berdasarkan objek pajak yang seharusnya, dan harus mendaftar sebagai wajib
pajak pada saat diketahui akan mempunyai kewajiban pajak.
Undang-Undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dilandasi falsafah Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945, yang di dalamnya tertuang ketentuan yang menjunjung tinggi
hak warga negara dan menempatkan kewajiban kenegaraan. Undang-Undang ini memuat
ketentuan umum dan tatacara perpajakan yang pada prinsipnya diberlakukan bagi undang-
undang pajak material, kecuali dalam undang-undang pajak yang bersangkutan telah mengatur
sendiri mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakannya.
Perubahan Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dilakukan untuk lebih memberikan

keadilan, meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak, meningkatkan kepastian dan penegakan

hukum, serta mengantisipasi kemajuan di bidang teknologi informasi dan perubahan ketentuan

material di bidang perpajakan. Selain itu, perubahan tersebut juga dimaksudkan untuk

meningkatkan profesionalisme aparatur perpajakan, meningkatkan keterbukaan administrasi

perpajakan, dan meningkatkan kepatuhan sukarela Wajib Pajak.


Undang-Undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan ini mengacu
pada kebijakan pokok sebagai berikut:
a. meningkatkan efisiensi pemungutan pajak dalam rangka mendukung penerimaan
negara;
b. meningkatkat pelayanan, kepastian hukuman keadilan bagi masyarakat guna
meningkatkan daya saing dalam bidang penanaman modal, dengan tetap
mendukung pengembangan usaha kecil dan menengah;
c. menyesuaikan tuntutan perkembangan sosial ekonomi masyarakat serta
perkembangan di bidang teknologi informasi;
d. meningkatkan keseimbangan antara hak dan kewajiban;
e. menyederhanakan prosedur administrai perpajakan;
f. meningkatkan penerapan prinsip self assessment secara akuntabel dan konsisten;
dan
g. mendukung iklim usaha ke arah yang lebih kondusif dan kompetitif.
Ringkasan Pengaturan dalam KUP
Siklus pelaksanaan kewajiban Pajak, dimulai dari pengaturan NPWP sampai dengan pengurusan
sengketa banding dan pengajuan PK ke Mahkamah Agung. Tahapan pengaturan tersebut dibuat
untuk mempermudah pengertian tentang pengaturan pelaksanaan kewajiban perpajakan sesuai
dengan alur pelaksanaan pajak. Pelaksanaan kewajiban pajak diawali dari Orang Pribadi atau
Badan Hukum yang akan atau mempunyai kewajiban Pajak (Wajib Pajak), wajib daftar ke kantor
Pelayanan Pajak (KPP), untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
Selanjutnya, Wajib pajak melaksanakan kewajiban pajak yaitu melakukan pembayaran pajak,
yang caranya diatur dalam KUP, dengan memperhatikan ketentuan saat harus memungut pajak
dari pihak lain, apakah pada saat dibayarkan, atau disediakan untuk dibayarkan, atau saat
terutang yang telah diatur dalam undang-undang pajak yang bersangkutan, dan dalam KUP
menentukan saat harus menyetorkan atau membayarkan pajaknya. Setelah melakukan
pembayaran pajak, ada kewajiban melaporkan pembayaran pajak sesuai dengan pajak yang
dibayarkan, yang masing-masing ada formulir khusus dan batasan waktu dalam melaporkan.

Anda mungkin juga menyukai