Anda di halaman 1dari 5

TAHAP-TAHAPAN TATA CARA PERPAJAKAN:

1. PENDAFTARAN NPWP & PKP

2. NomorPokok Wajib Pajak


(NPWP) merupakan suatu
sarana dalam
3. administrasi perpajakan
yang dipergunakan sebagai
tanda pengenal diri atau
4. identitas Wajib Pajak.
5. NomorPokok Wajib Pajak
(NPWP) merupakan suatu
sarana dalam
6. administrasi perpajakan
yang dipergunakan sebagai
tanda pengenal diri atau
7. identitas Wajib Pajak.
8. NomorPokok Wajib Pajak
(NPWP) merupakan suatu
sarana dalam
9. administrasi perpajakan
yang dipergunakan sebagai
tanda pengenal diri atau
10. identitas Wajib Pajak.
NPWP atau nomor pokok wajib pajak merupakan sarana dalam administrasi perpajakan
bagi wajib pajak orang pribadi, sedangkan Pengusaha kena pajak atau PKP merupakan
pengusaha yang melakukan penyerahan barang atau jasa kena pajak.
Setelah mendaftarakan NPWP dan PKP maka selanjutnya wajib pajak melaksanakan
kewajiban perpajakan melalui sistem self assessment yaitu menghitung,
memperhitungkan, dan membayar sendiri pajak yang terhutang, sehingga melalui sistem
ini pelaksanaan administrasi perpajakan diharapkan dapat dilaksanakan dengan lebih rapi,
terkendali, sederhana dan mudah untuk dipahami oleh Wajib Pajak.

11. PENELITIAN DAN PEMERIKSAAN


Penelitian: adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menilai kelengkapan
pengisian surat pemberitahuan (SPT) dan lampiran-lampirannya, termasuk penilaian
tentang kebenaran penulisan dan perhitungannya. Hal ini berarti penelitian dilakukan oleh
petugas pajak untuk meninjau apakah SPT tahunan maupun SPT masa yang disampaikan
oleh wajib pajak sudah benar, lengkap dan jelas.

Produk hukum dari penelitian dapat berupa Surat tagihan pajak (stp) yang diterbitkan
apabila berdasarkan hasil penelitian terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai
akibat salah tulis dan/atau salah hitung.
Pemeriksaan: adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh petugas pajak
menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan.atau bukti yang dilaksanakan secara
objektif dan professional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Pemeriksaan diakhiri dengan pembuatan produk hukum dalam bentuk


- Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB),
- Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT),
- Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN),
- Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)

Selain berupa ketetapan, pemeriksaan juga dapat menghasilkan produk hukum berupa
STP yang diterbitkan apabila berdasarkan hasil pemeriksaan wajib pajak terkena sanksi
administrasi.

12. PENGAJUAN KEBERATAN


Wajib pajak mempunyai hak untuk mengajukan keberatan atas suatu ketetapan pajak
dengan mengajukan keberatan secara tertulis kepada direktur jenderal pajak paling lambat
3 bulan sejak tanggal dikirimnya surat ketetapan pajak. Atas keberatan tersebut dirjen
pajak akan memberikan keputusan paling lambat dalam jangka waktu 12 bulan sejak surat
keberatan diterima.
Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan kepada Direktur Jenderal Pajak atas suatu:
a. Surat Pemberitaan;
b. Surat Ketetapan Pajak;
c. Surat Ketetapan Pajak Tambahan;
d. Surat Keputusan Kelebihan Pembayaran;
e. Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan menyatakan
alasan-alasan secara jelas.
(3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu tiga bulan sejak tanggal surat, tanggal
pemotongan atau pemungutan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), kecuali apabila
Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena
keadaan di luar kekuasaannya.

13. PENGAJUAN BANDING


Apabila wajib pajak masih belum puas dengana surat keputusan keberatan yang
diajaukannya, maka Wajib Pajak dapat mengajukan banding kepada badan peradilan
pajak dalam jangka waktu tiga bulan sejak tanggal keputusan ditetapkan, dengan
dilampiri salinan Surat Keputusan tersebut.
(2) Permohonan banding diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia.
(3) Pengajuan permohonan banding tidak menunda kewajiban membayar pajak.

PEMBUKUAN DAN PENCATATAN

Pembukuan merupakan proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk


mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal,
penghasilan, biaya, serta jumlah perolehan dan penyerahan barang/jasa, yang ditutup dengan
menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi untuk periode pajak
tersebut.
Yang wajib menyelenggarakan pembukuan adalah:
- Wajib pajak badan
- Wajib pajak pribadi yg melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan dengan peredaran
bruto lebih dari 4,8 milyar.

Pencatatan adalah proses pengumpulan data secara teratur tentang peredaran atau penerimaan
bruto dan/atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung pajak terutang.
Yang wajib menyelenggarakan pencatatan:
- Wajib pajak pribadi yg melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan tapi peredaran bruto
kurang dari 4,8 milyar.
- Wajib pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

PERSAMAAN :
- Keduanya merupakan salah satu kegiatan akuntansi perpajakan dimana wajib pajak
wajib melakukan kedua aktivitas tersebut untuk menghitung pajak terutang.
- Pembukuan dan pencatatan pajak berfungsi sebagai pedoman pemenuhan kewajiban
perpajakan seperti laporan SPT, perhitungan pajak penghasilan pajak, PPN, dan
PPnBM (barang mewah).
- Penyelenggaraan pembukuan juga berfungsi untuk mengetahui posisi keuangan dari
hasil kegiatan usaha. Pada dasarnya, pencatatan merupakan bagian dari pembukuan.
Kegiatan pembukuan juga harus mengacu pada pencatatan pajak. Keduanya tidak bisa
saling dipisahkan dalam perekaman kewajiban pajak.

PERBEDAAN :

Hal mendasar yang membedakan antara kegiatan pencatatan dan pembukuan adalah subyek
pajak. Bagi pengusaha atau wajib pajak pribadi wajib melakukan pembukuan apabila
peredaran brutonya dalam setahun lebih dari Rp 4.800.000.000 (4,8 milyar rupiah).

Sedangkan wajib pajak pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha tidak diwajibkan untuk
melakukan pembukuan tapi tetap harus melakukan pencatatan dengan norma perhitungan
penghasilan neto dengan syarat memberitahukan ke Direktur Jenderal Pajak (DJP) dalam
jangka waktu tiga bulan pertama dari tahun pajak yang bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai