FAKTUR PAJAK
Merupakan transaksi jual beli yang dilakukan dalam bisnis oleh PKP (Pengusaha Kena Pajak) ada yang
harus diterbitkan oleh mereka sebagai bukti adanya penyerahan barang maupun jasa yang dikenakan pajak.
Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak Pengusaha Kena Pajak (PKP), yang melakukan penyerahan
Barang Kena Pajak (BKP) atau penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP), artinya ketika Pengusaha Kena Pajak
(PKP) menjual suatu barang atau jasa kena pajak, Dia harus menerbitkan Faktur Pajak sebagai tanda bukti
dirinya telah memungut pajak dari orang yang telah membeli barang atau jasa tersebut. Ada beberapa jenis-
jenisnya, yaitu:
- Keluaran - Digunggung
- Masukan - Cacat
- Pengganti - Batal
- Gabungan
2
• FAKTUR PAJAK MASUKAN
Pembeli Barang Kena Pajak, penerima Jasa Kena Pajak, pengimpor Barang Kena Pajak, pihak yang
memanfaatkan Barang Kena Pajak Tidak berwujud dari luar daerah pabean, atau pihak yang memanfaatkan
Jasa Kena Pajak dari luar daerah pabean wajib membayar Pajak Pertambahan Nilai dan berhak menerima
bukti pungutan pajak.
Menurut Pasal 9 Ayat (2) UU Tahun 1984 tentang PPN, pengkreditan faktur pajak masukan dilakukan
dalam masa pajak yang sama, tetapi dalam Pasal 9 ayat (9) UU tersebut disebutkan:
"Ketentuan ini memungkinkan Pengusaha Kena Pajak untuk mengkreditkan pajak masukan dengan pajak
keluaran dalam masa pajak yang tidak sama, yang disebabkan antara lain karena faktur pajak terlambat
diterima
Pengkreditan pajak masukan dalam masa pajak yang tidak sama tersebut hanya diperkenankan dilakukan
pada masa pajak berikutnya paling lambat tiga bulan setelah berakhirnya masa pajak yang bersangkutan".
3
• FAKTUR PAJAK MASUKAN
Pembeli Barang Kena Pajak, penerima Jasa Kena Pajak, pengimpor Barang Kena Pajak, pihak yang
memanfaatkan Barang Kena Pajak Tidak berwujud dari luar daerah pabean, atau pihak yang memanfaatkan
Jasa Kena Pajak dari luar daerah pabean wajib membayar Pajak Pertambahan Nilai dan berhak menerima
bukti pungutan pajak.
Menurut Pasal 9 Ayat (2) UU Tahun 1984 tentang PPN, pengkreditan faktur pajak masukan dilakukan
dalam masa pajak yang sama, tetapi dalam Pasal 9 ayat (9) UU tersebut disebutkan:
"Ketentuan ini memungkinkan Pengusaha Kena Pajak untuk mengkreditkan pajak masukan dengan pajak
keluaran dalam masa pajak yang tidak sama, yang disebabkan antara lain karena faktur pajak terlambat
diterima
Pengkreditan pajak masukan dalam masa pajak yang tidak sama tersebut hanya diperkenankan dilakukan
pada masa pajak berikutnya paling lambat tiga bulan setelah berakhirnya masa pajak yang bersangkutan".
4
5
PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN MELALUI
PEMBETULAN SPT
Dalam hal jangka waktu telah dilampaui, pengkreditan pajak masukan dapat dilakukan melalui pembetulan SPT Masa PPN yang
bersangkutan. Kedua cara pengkreditan tersebut hanya dapat dilakukan apabila pajak masukan yang bersangkutan belum
dibebankan sebagai biaya atau tidak ditambahkan (dikapitalisasikan) kepada harga perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena
Pajak yang bersangkutan, dan terhadap Pengusaha Kena Pajak belum dilakukan pemeriksaaan.
Apabila dalam suatu Masa Pajak Pengusaha Kena Pajak selain melakukan penyerahan yang terutang pajak juga melakukan
penyerahan yang tidak terutang pajak, sepanjang bagian penyerahan yang terutang pajak dapat diketahui dengan pasti dari
pembukuannya, jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan adalah Pajak Masukan yang berkenaan dengan penyerahan terutang
pajak.
Yang dimaksud dengan "penyerahan yang terutang pajak" adalah penyerahan barang atau jasa yang sesuai dengan ketentuan
undang-undang Pajak Pertambahan Nilai. Yang dimaksud dengan "penyerahan yang tidak terutang pajak" adalah penyerahan
barang dan jasa yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai
Bagian penyerahan yang terutang pajak tersebut harus dapat diketahui dengan pasti dari pembukuan Pengusaha Kena Pajak. Dapat
dipahami bahwa pajak masukan dapat dikreditkan adalah pajak masukan untuk perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak
yang berhubungan langsung dengan kegiatan usaha.
6
SYARAT MATERIAL BARANG KENA PAJAK
1. Faktur Pajak belum dibebankan sebagai Biaya. Ketentuan ini memungkinkan Pengusaha
Kena Pajak untuk mengkreditkan Pajak Masukan dengan Pajak Keluaran dalam Masa
Pajak yang tidak sama yang disebabkan oleh Faktur Pajak terlambat diterima.
7
SYARAT LAIN PENGKREDITAN FAKTUR PAJAK
MASUKAN
Syarat lain agar Faktur Pajak Masukan dapat dikreditkan adalah syarat formal, yakni seluruh informasi
tercantum dalam Faktur Pajak yang tidak cacat. Faktur Pajak dikatakan cacat apabila:
1.Diisi dengan tidak lengkap.
2.Nama dan/atau NPWP Pembeli tidak benar.
3.Menggunakan Cap TTD
4.Terdapat coretan dan/atau koreksi dengan menimpa informasi sebelumnya
5.Kode dan Nomor seri tidak sesuai dengan range yang diberikan.
6.Dibuat melampaui 3 (tiga) bulan setelah batas waktu.
7.Tidak atau terlambat melaporkan pejabat penandatangan Faktur Pajak sebelum Faktur Pajak dibuat.
Ketentuan ini juga berlaku terhadap perubahan penggunaan barang modal yang atas perolehannya
mendapat fasilitas Penangguhan Pembayaran PPN, dan apabila masa manfaat sudah lewat, tidak perlu
melakukan perhitungan kembali Pajak Masukan yang sudah dikreditkan
8
• FAKTUR PAJAK TIDAK SAH
Faktur pajak tidak sah adalah faktur pajak yang diterbitkan tidak berdasarkan
transaksi yang sebenarnya atau faktur pajak yang diterbitkan oleh pengusaha yang
belum ditetapkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP).
Faktur pajak tidak sah yang ditentukan dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor PER-19/PJ/2017 tentang Perlakuan Terhadap Penerbitan dan/Atau
Penggunaan Faktur Pajak Tidak Sah oleh Wajib Pajak. Peraturan ini kemudian
diperbaharui oleh Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2018.
9
KLASIFIKASI PENERBIT FAKTUR PAJAK TIDAK SAH
Berdasarkan Surat Edaran Nomor SE-17/PJ/2018, DJP menentukan bahwa faktur pajak menjadi tidak sah karena hal berikut ini:
1.Wajib pajak bukan PKP, namun sudah menerbitkan faktur pajak.
2.Melakukan transaksi dengan wajib pajak yang terindikasi membuat dan melaporkan faktur pajak tidak sah.
3.Faktur pajak keluaran belum atau tidak dilaporkan dalam SPT Masa PPN tapi sudah dikreditkan oleh lawan transaksi.
4.Akta pendirian perusahaan wajib pajak dibuat oleh notaris yang juga menangani wajib pajak terindikasi penerbit atau wajib
pajak penerbit atau notaris yang digunakan juga oleh beberapa wajib pajak yang lain.
5.Pendirian badan usaha dilakukan pada saat yang sama atau berdekatan waktunya dengan beberapa wajib pajak lain.
6.Wajib pajak yang terindikasi memiliki alamat atau kegiatan usaha yang sama dengan satu atau beberapa wajib pajak lain.
7.Memiliki pengurus yang sama dengan pengurus wajib pajak terindikasi penerbit atau sama dengan pengurus satu atau beberapa
wajib pajak lain.
10
KLASIFIKASI PENERBIT FAKTUR PAJAK TIDAK SAH
Sementara, dilihat dari klasifikasi usahanya, wajib pajak yang terindikasi penerbit faktur pajak tidak sah memiliki karakteristik usaha
sebagai berikut:
1.Wajib pajak non-efektif secara tiba-tiba usahanya kembali aktif dan menyerahkan PPN terutang dalam jumlah besar.
2.Wajib pajak melakukan penyerahan PPN terutang yang jumlahnya tidak sebanding dengan besaran modal atau aset perusahaan.
3.Wajib pajak melakukan penyerahan PPN terutang yang tidak sebanding dengan jumlah pegawai yang bekerja.
4.PPN terutang yang dilaporkan sangat beragam, sehingga kegiatan usaha utama wajib pajak tersebut tidak diketahui secara pasti.
5.Memiliki persediaan yang sedemikian besar namun tidak memiliki fasilitas penyimpanan atau gudang.
6.Sebagian besar pembelian berasal dari kegiatan impor namun kegiatan penyerahannya tidak sesuai atau tidak berhubungan dengan
barang yang diimpor.
7.Melakukan penyerahan BKP namun tidak sesuai atau tidak berhubungan dengan barang yang dibeli.
8.Memiliki net profit margin yang sangat kecil.
11
KLASIFIKASI PENERBIT FAKTUR PAJAK TIDAK SAH
Dilihat dari segi administrasi perpajakan, wajib pajak yang terindiikasi membuat faktur pajak tidak sah antara lain:
Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPN dengan status Lebih Bayar dan dikompensasikan ke masa pajak berikutnya secara
terus-menerus, namun bukan wajib pajak yang baru berdiri, tidak sedang berinvestasi pada barang modal, tidak mengalami peningkatan yang
signifikan pada persediaan, melakukan dengan persentase yang kecil terhadap penyerahan ekspor atau pemungut PPN.
Memiliki penyerahan terutang PPN berjumlah besar namun pembayaran atau penyetoran PPN Kurang Bayar berjumlah kecil.
Melakukan pembetulan SPT Masa PPN yang menyebabkan besaran Pajak Keluaran menjadi lebih besar, namun diimbangi pula dengan
penambahan Pajak Masukan yang besar sehingga jumlah PPN Kurang Bayar tidak berubah atau menambah PPN Kurang Bayar tetapi
nilainya kecil.
Rutin menyampaikan SPT Masa PPN namun tidak patuh menyampaikan SPT Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21, Pasal 23, Pasal 26, Pasal 25
dan SPT Tahunan.
Terdapat informasi, data, laporan dan pengaduan (IDLP) yang mengarah pada indikasi wajib pajak menerbitkan faktur pajak tidak sah.
12
PENYIDIKAN INDIKASI FAKTUR PAJAK TIDAK SAH
Menyingkapi indikasi adanya pembuatan faktur pajak tidak sah, DJP berwenang melakukan penyidikan dengan cara:
1.Meminta keabsahan dokumen identitas wajib pajak, pengurus dan penanggung jawab wajib pajak.
2.Mengetahui keberadaan wajib pajak serta kesesuaian atau kewajaran profil wajib pajak.
3.Mengetahui keberadaan dan kewajaran lokasi usaha wajib pajak.
4.Mengecek kesesuaian kegiatan usaha wajib pajak.
13
PENYEBAB PENGEMBALIAN BARANG
Nota retur dibuat ketika PKP pembeli mengembalikan barang dari PKP
penjual. Nah, berikut ini adalah sejumlah alasan yang biasanya menjadi
penyebab pengembalian barang:
• Barang tidak sesuai standar/kesepakatan yang
telah didiskusikan sebelumnya.
• Barang mengalami kerusakan/cacat.
• Adanya pembatalan secara khusus sehingga
mengakibatkan barang dikembalikan kepada
perusahaan.
14
NOTA RETUR FAKTUR PAJAK
Nota retur faktur pajak tidak perlu dibuat dalam beberapa kondisi seperti :
15
NOTA RETUR FAKTUR PAJAK
Informasi yang terdapat dalam nota retur faktur pajak dapat menentukan
sah atau tidaknya sebuah proses pengembalian barang. Berikut ini contoh
kondisi pengembalian barang yang dianggap tidak sah :
16
PENGEMBALIAN BARANG KENA PAJAK YANG
TIDAK DIBUATKAN NOTA RETUR
Dalam hal pengembalian Barang Kana Pajak terjadi masih dalam Masa
Pajak yang sama dengan terjadinya penyerahan Barang Kena Pajak tersebut,
tidak harus ditatausahakan sebagai pengembalian BKP, melainkan dapat
ditatausahakan sebagai pembatalan atau perbaikan atas penyerahan berikut
Faktur Pajak yang bersangkutan.Dengan demikian tidak perlu dibuatkan
Nota Retur.
17
PELAPORAN NOTA RETUR DALAM SPT MASA PPN
Nota Retur yang dibuat oleh pembeli dan yang diterima oleh PKP penjual
harus dilaporkan dalam SPT Masa PPN, agar dapat mengurangi PPN/ PPn
BM yang telah dilaporkan dalam SPT Masa PPN sebelumnya.
• Pengurangan PPN dan PPN BM oleh PKP
penjual dilakukan dalam Masa Pajak yang sama
dengan Masa Pajak dibuatnya Nota Retur.
• Dalam hal Nota Retur belum dapat
diperhitungkan dalam Masa Pajak yang sama
dengan Masa Pajak dibuatnya Nota Retur, maka
Nota Retur dapat diperhitungkan oleh PKP
penjual dalam Masa Pajak diterimanya Nota
Retur tersebut.
• Pengurangan PPN dan PPn BM, harta, atau
pengurangan biaya oleh pembeli dilakukan
dalam Masa Pajak dibuatnya Nota Retur. 18
NOTA RETUR MENGURANGI PAJAK PERTAMBAHAN
NILAI/ HARTA/ BIAYA
Mengurangi :
19
NOTA RETUR MENGURANGI PAJAK PENJUALAN
ATAS BARANG MEWAH/ HARTA / BIAYA
Mengurangi :
20
PERBEDAAN NOTA RETUR FAKTUR PAJAK DAN
NOTA PEMBATALAN FAKTUR PAJAK
Jika nota retur faktur pajak digunakan sebagai bukti saat mengembalikan
BKP yang telah diberikan dari penjual kepada pembeli PKP, bagaimana
dengan pengembalian Jasa Kena Pajak (JKP) ?
21
DASAR HUKUM PEMBUATAN
NOTA RETUR PAJAK
Sesuai dengan PMK 65/PMK.03/2010 maka nota retur faktur pajak atas
pengembalian Barang Kena Pajak wajib berisi beberapa keterangan seperti :
• Nomor urut nota retur faktur pajak
• Nomor, kode seri dan tanggal faktur pajak dari Barang Kena Pajak yang
dikembalikan
• Nama, alamat dan NPWP pembeli
• Nama, alamat, NPWP PKP Penjual
• Jenis barang, jumlah harga jual Barang Kena Pajak yang dikembalikan
• Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas Barang Kena Pajak yang dikembalikan,
atau PPnBM yang dikembalikan
• Tanggal pembuatan nota retur faktur pajak
• Nama serta tanda tangan yang berhak menandatangani nota retur
Peraturan mengenai nota retur faktur pajak juga tercantum dalam SE-131/PJ/2010
dimana nota retur atas pengembalian BKP yang faktur pajaknya tidak
mencantumkan identitas pembeli , tidak dapat dipergunakan sebagai pengurang
pajak keluaran bagi PKP pembeli
22
PMK 65/PMK.03/2010
PMK 65/PMK.03/2010 juga mengatur beberapa poin yang harus dicantumkan dalam
nota retur pembatalan faktur pajak seperti:
23
PEMBUATAN DAN PELAPORAN NOTA RETUR
24
TERIMA
KASIH
25