Anda di halaman 1dari 4

NAMA : MIKA EVERIA BR GINTING

NPM : 19510051

GRUB : AD2

M.KULIAH : PERENCANAAN PERPAJAKAN

1. Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak Pengusaha Kena Pajak (PKP), yang melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP). 

Artinya, ketika PKP menjual suatu barang atau jasa kena pajak, ia harus menerbitkan Faktur
Pajak sebagai tanda bukti dirinya telah memungut pajak dari orang yang telah membeli
barang/jasa kena pajak tersebut. 

Perlu diingat bahwa barang/jasa kena pajak yang diperjualbelikan, telah dikenai biaya pajak
selain harga pokoknya.

PKP adalah bisnis/perusahaan/pengusaha yang melakukan penyerahan barang kena pajak


dan/atau JKP yang dikenai Pajak Pertambahan Nilai (PPN). PKP harus dikukuhkan terlebih
dahulu oleh DJP, dengan beberapa persyaratan tertentu. 

Perlu diingat, Faktur Pajak harus dibuat oleh PKP untuk setiap penyerahan BKP dan/atau JKP,
ekspor BKP tidak berwujud, dan ekspor JKP.

1. Faktur Pajak Keluaran adalah faktur pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak
saat melakukan penjualan terhadap barang kena pajak, jasa kena pajak, dan atau barang
kena pajak yang tergolong dalam barang mewah;
2. Faktur Pajak Masukan adalah faktur pajak yang didapatkan oleh PKP ketika
melakukan pembelian terhadap barang kena pajak atau jasa kena pajak dari PKP lainnya;
3. Faktur Pajak Pengganti adalah penggantian atas faktur pajak yang telah terbit
sebelumnya dikarenakan ada kesalahan pengisian, kecuali kesalahan pengisian NPWP.
Sehingga, harus dilakukan pembetulan agar sesuai dengan keadaan yang sebenarnya;
4. Faktur Pajak Gabungan adalah faktur pajak yang dibuat oleh PKP yang meliputi
seluruh penyerahan yang dilakukan kepada pembeli barang kena pajak atau jasa kena
pajak yang sama selama satu bulan kalender;
5. Faktur Pajak Digunggung adalah faktur pajak yang tidak diisi dengan identitas
pembeli, nama, dan tandatangan penjual yang hanya boleh dibuat oleh PKP Pedagang
Eceran;
6. Faktur Pajak Cacat adalah faktur pajak yang tidak diisi secara lengkap, jelas, benar,
dan/atau tidak ditandatangani termasuk juga kesalahan dalam pengisian kode dan nomor
seri. Faktur pajak cacat dapat dibetulkan dengan membuat faktur pjak pengganti;
7. Faktur Pajak Batal adalah faktur pajak yang dibatalkan dikarenakan adanya pembatalan
transaksi. Pembatalan juga harus dilakukan ketika ada kesalahan pengisian NPWP dalam
faktur pajak.

2. Menganalisis informasi (Basis Data) yang ada.

menganalisis komponen yang berbeda atas pajak yang terlibat dalam suatu proyek dan
menghitung seakurat mungkin beban pajak yang ditaanggung. Pentingnya untuk
memperhitungkan kemungkinan besarnya penghasilan dari suatu proyek dan pengeluaran-
pengeluaran lain di luar pajak yang mungkin terjadi di suatu perusahaan itu sendiri.

-Buat Satu Model atau Lebih Rencana Besarnya Pajak.

jika diliat dari sudut pandang dari sudut pandang perpajakan, proses perencanaan tidak bisa
berada diluar dari tahapan pemilihan transaksi, operasi , dan hubungan yang paling
menguntungkan dalam suatu sifst atau pandangan dalam suatu peranan itu sendiri.

-Evaluasi atas Perencanaan Pajak

Maksudnya adalah perencanaan pajak sebagai suatu perencanaan yang merupakan bagian kecil
dari seluruh perencanaan strategis perusahaan, oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi untuk
melihat sejauh mana hasil pelaksanaan suatu perencanaan pajak terhadap beban pajak, perbedaan
laba kotor, dan pengeluaran selain pajak atas berbagai alternatif perencaan tersebut.

-Mencari Kelemahan Dan Kemudian Memperbaiki Kembali Rencana Pajak.

Maksudnya disini untuk mengatakan bahwa hasil suatu perencanaan pajak baik atau tidak, tentu
harus dievaluasi melalui berbagai rencana yang dibuat berupa tindakan perubahaan (up to date
planning).

3. Tujuan utama suatu perusahaan adalah memberikan keuntungan yang maksimum untuk jangka
panjang, namun keuntungan tersebut tidak lepas dari kewajiban perusahaan sebagai wajib pajak
yang dimana keuntungan tersebut dapat diperoleh setelah perusahaan sebagai wajib pajak
memenuhi perundang-undangan perpajakan yang berlaku.Indonesia menerapkan kebijakan
withholdingtax system terhadap pemotongan PPh Pasal 21, dimana setiap pemberi kerja yang
membayarkan penghasilan kepada pegawai, pelaksana kegiatan dan pelaksana jasa wajib
melakukan pemotongan PPh Pasal 21, yang kemudian disetor ke kas negara dan dilaporkan ke
KPP terdaftar. Menurut Zain (2005:89) pemotongan PPh Pasal 21 karyawan dapat menggunakan
3 (tiga) alternatif. PT RSA saat ini menggunakan metode pemotongan PPh Pasal 21 Net Basis
yaitu beban Pajak Penghasilan Pasal 21 ditanggung oleh perusahaan, dan dimana semua
tunjangan yang terdiri dari tunjangan makan dan tunjangan pulsa menjadi penambah pada take
home pay, yang menyebabkan Pajak Penghasilan Pasal 21 secara otomatis akan besar. Seiring
dengan semakin betambahnya biaya yang ditanggung perusahaan maka dengan ini PT RSA
berkeinginan untuk menekan biaya melalui penerapan perencanaan pada pajak
perusahaanya.Atas dasar tersebut maka penelitian ini mengambil judul “Analisis Penerapan
Perencanaan Pajak (Tax Planning) atas Pemotongan PPh Pasal 21 pegawai tetap sebagai upaya
dalam Meminimalkan Pajak Penghasilan Badan ( Studi Kasus PT RSA)”

sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi Ada beberapa alternatif
perhitungan dan pemotongan yang dapat diterapkan:

a. Pajak Penghasilan 21 Ditanggung Perusahaan (Net basis) Merupakan metode dimana


perusahaan menaggung beban pajak karyawanya.Dengan metode ini penghasilan yang diterima
oleh karyawan utuh tanpa adanya pengurangan PPh Pasal 21.Pada metode ini beban tersebut
tidak diakui secara fiscal

b. Pajak penghasilan 21 Ditanggung Karyawan Merupakan metode pemotongan pajak dimana


karyawan menanggung beban pajaknya sendiri. PadaMetode ini penghasilan yang diterima
karyawan akan berkurang sebesar PPh pasal 21 yang dipotong oleh perusahaan.

c. Pajak Penghasilan 21 Ditunjangkan oleh Perusahaan Merupakan metode pemotongan pajak


yang dalam metode ini PPh Pasal 21 terutang dijadikan unsur penambah pengahsilan bruto
karyawan, mengakibatkan terdapat selisih antara PPh 21 terutang dan tunjangan pajaknya.
Dalam metode ini menjadikan karyawan tetap akan dipotong PPh Pasal 21 karena akibat selisih
dari pajak terutang dan tunjangan pajaknya.

d. Pajak Penghasilan 21 di Gross Up Merupakan metode pemotongan pajak dimana perusahaan


memberikan tunjangan pajak yang jumlahnya sama besar dengan jumlah pajak yang ditanggung
oleh karyawan. Gross up pada dasarnya hanya berkaitan dengan logika perhitungan yang dibuat
sedemikian rupa sehingga tidak bertentangan dengan ketentuan perpajakan (Setiawan;2013).
Besarnya tunjangan pajak yang diberikan
4. -Faktor Kesadaran Perpajakan

-Faktor Petugas Pajak

-. Faktor Hukum Pajak

- Faktor Sikap Rasional

5. Pengertian PPh 23
-PPh Pasal 23 adalah pajak yang dikenakan pada penghasilan atas modal, penyerahan
jasa, atau hadiah dan penghargaan, selain yang telah dipotong PPh Pasal 21.

- Pengertian PPh 26
PPh Pasal 26 adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan yang diterima wajib pajak
luar negeri dari Indonesia selain Bentuk Usaha Tetap (BUT) dari badan pemerintah, subjek pajak
dalam negeri, penyelenggara kegiatan, BUT, perwakilan perusahaan luar negeri.

Meski PPh Pasal 26 dan 23 merupakan sama-sama pajak penghasilan yang dikenakan
untuk jenis penghasilan yang diterima dalam bentuk dividen hingga keuntungan yang diperoleh
karena pembebasan utang, dan lainnya, namun perbedaan PPh 23/26 adalah terletak pada subjek
atau orang yang dikenakan pajak ini.

Anda mungkin juga menyukai