Anda di halaman 1dari 4

Kuis Besar 4 – Akuntansi Perpajakan

Wahyu Pratama
111910060

Soal
1. Jelaskan prinsip dasar akuntansi pajak penghasilan menurut PSAK No. 46!
2. Saat kapankah akan timbul liabilitas pajak tangguhan dan saat kapan pula akan
muncul aset pajak tangguhan?
3. Data yang diperoleh dari laporan keuangan PT Sari Tahun 2018 beserta unsur
koreksinya sebagai berikut:
a. Laba komersial sebelum pajak
b. Koreksi positif atas:
- Beban pembelian natura
- Penyusutan bangunan kantor
- Pendapatan sewa
- Sanksi bunga pajak
c. Koreksi negatif atas:
- Amortisasi
- Pendapatan jasa giro
- Penyusutan bangunan pabrik
Data lainnya berupa kredit pajak atas:
a. PPh Pasal 22 Rp 120.000.000,00
b. PPh Pasal 23 Rp 20.000.000,00
c. PPh Pasal 24 Rp 200.000.000,00
d. PPh Pasal 25 Rp 400.000.000,00
Berdasarkan data diatas:
Rp 6.000.000.000,00
Rp 200.000.000,00 Rp 900.000.000,00 Rp 40.000.000,00 Rp 150.000.000,00
Rp 540.000.000,00 Rp 100.000.000,00 Rp 400.000.000,00
a) Hitunglah Penghasilan Kena Pajak PT Sari!
b) Hitunglahpajakyangterutangdanpajakyangkurangataulebihdibayar!
c) Tetapkanlah aset/liabilitas pajak tangguhan!
d) Susunlahayatjurnaldanpenyajiannyadalamlaporankeuangan!
4. Berikut adalah transaksi pembelian dan penjualan BKP dan/atau JKP secara tunai yang diterima
langsung faktur pajaknya:
Harga BKP Rp 200.000.000,00

Rabat 10%
Potongan Tunai 3%
Harga Setelah Potongan Pajak Pertambahan Nilai 10% Jumlah Pembayaran Tunai
Rp 10.000.000,00 Rp 90.000.000,00 Rp 2.700.000,00 Rp 87.300.000,00 Rp 8.730.000,00 Rp
96.030.000,00
Potongan tunai yang dicantumkan dalam Faktur Pajak Standar dapat mengurangi dasar pengenaan
PPN. Dengan demikian, susunlah ayat jurnal yang diperlukan atas transaksi diatas, baik untuk pihak
pembeli maupun pihak penjual!

Jawaban
1. Prinsip dasar akuntansi pajak penghasilan yang diatur dalam PSAK 46 mengharuskan entitas
mengakui pajak penghasilan yang kurang bayar dan pajak penghasilan yang lebih bayar dalam tahun
berjalan. Pada dasarnya PSAK 46 ini menggunakan konsep akrual dalam mengakui beban, aset,
ataupun kewajiban perpajakannya. Konsep akrual ini sendiri merupakan suatu konsep dimana
transaksi ekonomi atau peristiwa akuntansi yang terjadi diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan
keuangan yang didasari dengan pengaruh transaksi pada saat terjadinya transaksi itu tanpa adanya
melihat kapan kas itu diterima atau dibayarkan. Sehingga setiap penghasilan yang diterima dalam
akuntansi tetap akan diperhitungkan terhadap dampak pajak yang harus dibayarkan di masa yang
akan datang atau masa
sekarang oleh wajib pajak. Di Dalam PSAK 46 terdapat setidaknya 2 hal yang mengatur tentang
perlakuan akuntansi terhadap pajak penghasilan, yaitu dengan adanya pemulihan atau penyelesaian
masa depan terhadap jumlah aset yang tercatat atau liabilitas yang diakui dalam laporan posisi
keuangan perusahaan, serta adanya transaksi atau peristiwa lain yang terjadi saat periode berjalan
yang diakui dalam laporan keuangan perusahaan. Peraturan ini memberikan pengertian atau
pengingatan bahwa sebuah perusahaan harus menyamakan cara perhitungan konsekuensi pajak
atas suatu transaksi atau peristiwa.
Namun, tidak hanya itu cakupan dalam PSAK 46 ini juga diterapkan atas pajak penghasilan yang
mencakup keseluruhan pajak dalam ataupun luar negeri yang didasarkan kepada laba kena
pajaknya. Pajak penghasilan disini dalam artian

seperti pajak atas pemotongan distribusi kepada perusahaan atau entitas yang terutang oleh entitas
anak, asosiasi, ataupun pengaturan bersama.
Seperti yang sudah kita tahu bahwa dalam PSAK 46 ini terdapat istilah- istilah yang membahas
mengenai pajak penghasilan, laba akuntansi, laba kena pajak dan lainnya. Untuk itu perlu kita
ketahui juga untuk dasar pengenaan pajak atas aset merupakan jumlah tertribusi atas aset untuk
tujuan pajak dengan menggunakan aset, sedangkan dasar pengenaan pajak terhadap liabilitas
merupakan jumlah liabilitas yang tercatat yang akan dikurangi dengan setiap jumlah pajak yang
dapat dikurangkan.
2.
memberikan pengaruh seperti menambah atau mengurangi beban pajak yang harus dibayar di masa
yang akan datang. Sebenarnya secara definisi, pajak tangguhan juga dapat dilihat dari dua sisi, yaitu
dari sudut pandang akuntansi sebagai akun aset, maupun dari sisi liabilitas (utang yang harus
dilunasi/pelayanan yang harus dilakukan di masa mendatang pada pihak lain).
Pajak tangguhan merupakan beban pajak ataudeferred tax expenseyang dapat
Sisi aset dan sisi liabilitas inilah yang menjadi dua sisi yang saling bertolak belakang. Maka dari itu,
perbedaanya adalah:
 Definisi Berdasarkan Sudut Pandang Aset
 Definisi Berdasarkan Sudut Pandang Liabilitas
Dilihat dari sisi aset, pajak tangguhan merupakan jumlah Pajak Penghasilan (PPh) yang dapat
dipulihkan pada periode masa depan akibat akumulasi rugi pajak yang
belum dikompensasi dan akumulasi kredit pajak belum dimanfaatkan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku dalam peraturan perpajakan.
Pajak tangguhan sebenarnya timbul karena perbedaan beban antara peraturan perpajakan (fiskal)
dengan standar akuntansi keuangan (komersial). Perbedaan saat pengakuan ini mengakibatkan
pendapatan/beban yang diakui pada masing-masing periode berbeda, namun pada akhirnya, secara
keseluruhan, jumlah total yang
diakui antara peraturan secara fiskal dan komersial akan sama. Perbedaan ini biasa dikenal dengan
istilah “temporary different”.

Beban pajak tidak akan mempengaruhi jumlah pajak terutang yang dihitung sesuai
dengan peraturan perpajakan.
Dalam menghitung beban pajak yang harus dibayar pada akhir tahun, biasanya wajib pajak
menggunakan pendekatan akuntansi komersial, mulai dari pengakuan unsur pendapatan,
pengakuan beban yang dijadikan pengurang, metode penyusutan untuk menentukan beban
penyusutan aset, pengakuan nilai sisa aset dan penerapan jangka waktu untuk penyusutan, hingga
penetapan besaran penyisihan/ biaya cadangan. Hasil penerapan ini tertuang dalam laporan
keuangan yang dijadikan dasar untuk menghitung beban PPh terutang secara komersial oleh wajib
pajak.
Namun untuk pelaporan SPT Tahunan, PPh yang dihitung wajib pajak atas dasar laba komersial tidak
bisa langsung ditetapkan sebagai beban pajak kini, karena untuk dapat digunakan sebagai dasar
pelaporan SPT Tahunan, pendekatan yang digunakan adalah ketentuan perpajakan yang berdasar
pada UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan beserta aturan pelaksanaan dibawahnya.
Pendekatan ini berbeda dengan ketentuan yang digunakan dalam pendekatan menurut akuntansi
komersial. Jika laba akuntansi lebih besar daripada laba pajak, maka akan terbentuk kewajiban pajak
tangguhan. Sebaliknya bila laba akuntansi lebih kecil daripada laba pajak, maka akan terbentuk aset
pajak tangguhan.
Singkatnya pajak tangguhan tidak bisa dihindari dan dapat muncul sebagai akibat adanya dua
pendekatan yang harus dijalani dalam menghitung beban pajak
kini.Nilai aset atau manfaat pajak jenis ini akan menghapus kewajiban perpajakannya. Oleh karena
itu, tidak ada lagi kewajiban yang harus dibayarkan pada masa mendatang. Nilai aset/manfaat pajak
ini timbul dari perbedaan antara laba menurut akuntansi dan laba menurut pajak.
3. A. Hitunglah Penghasilan Kena Pajak PT. Sari Menghitung PPh Terutang tahun 2018
Penghasilan neto fiskal
Kompensasi kerugian pada tahun sebelumnya Penghasilan Kena Pajak
PPhTerutang
(22%)
Rp 6.250.000.000 -
Rp 6.250.000.000 Rp 1.375.000.000

B. Hitunglah pajak yang terutang dan pajak yang kurang atau


PPh Terutang
Total Kredit Pajak
PPh kurang atau lebih dibayar
C. Tetapkanlah aset atau liabilitas pajak tangguhan!
PT. Sari
Laporan Rekonsiliasi Fiskal Tahun 2018
lebih dibayar!
Rp 1.375.000.000
Rp 740.000.000
Rp 635.000.000
Penghasilan Netto Komersial Koreksi Perbedaan Tetap:
- Beban Pemberian Natura
- Pendapatan Sewa
- Sanksi Bunga Pajak
- Pendapatan Jasa Giro
Total Koreksi Perbedaan Tetap Koreksi Perbedaan Waktu
- Penyusutan bangunan kantor
- Amortisasi
- Penyusutan bangunan pabrik
Total Koreksi Perbedaan Waktu Penghasilan Netto Fiskal
Rp 200.000.000 Rp 40.000.000 Rp 150.000.000 (Rp 100.000.000)
Rp 400.000.000 Rp 540.000.000 (Rp 900.000.000)
Rp 6.000.000.000
Rp 290.000.000
Rp 40.000.000
Rp 6.250.000.000
Dari hasil perhitungan tersebut, dapat diketahui bahwa penghasilan netto fiskal lebih besar dari
pada penghasilan netto komersial. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa ini termasuk ke dalam
kategori aset pajak tangguhan dengan jumlah Rp 8.800.000 yang diperoleh dari Rp 40.000.000 x
22%.

D. Susunlah ayat jurnal dan penyajiannya dalam laporan keuangan! Ayat Jurnal:
PPh Badan – Pajak Kini Aset Pajak Tangguhan
Pendapatan Pajak Tangguhan PPh Pasal 22 dibayar dimuka PPh Pasal 23 dibayar dimuka PPh Pasal
24 dibayar dimuka PPh Pasal 25 dibayar dimuka PPh Pasal 29 Terutang
Penyajian dalam laporan keuangan:
Laba komersial sebelum pajak Pajak penghasilan
- Pajak kini
- Pajak tangguhan Total Pajak Penghasilan
Laba Bersih Komersial
4. Ayat jurnal yang diperlukan
Ayat Jurnal dari Pihak Pembeli:
Rp 1.375.000.000 Rp 8.800.000
Rp 740.000.000 Rp 635.000.000
Rp 8.800.000 Rp 120.000.000 Rp 20.000.000 Rp 200.000.000 Rp 400.000.000 Rp 635.000.000
Rp 6.000.000.000
Rp 1.375.000.000
Rp 4.625.000.000
Pembelian
Pajak Tangguhan
Kas
Rp 87.300.000 Rp 8.730.000
Rp 96.030.000

Ayat Jurnal dari Pihak Penjual:


Kas
Penjualan
Pajak Keluaran
Rp 96.030.000
Rp 87.300.000
Rp 8.730.000

Anda mungkin juga menyukai