Anda di halaman 1dari 13

PSAK 46: STANDAR AKUNTANSI ATAS PPh

Disusun oleh:
Mega Manta Oktarina 55519110010
Alex Frederickson Zai 55519110053
J DeddyHermawan 55519110054

MAGISTER AKUNTANSI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MERCUBUANA
2019
A. PSAK 46: STANDAR AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN
Setiap entitas memiliki kewajiban untuk membayar pajak kepada Negara sesuai dengan
Undang-Undang Pajak Penghasilan. Penghasilan yang diterima atau di peroleh entitas
dikenakan pajak setelah dikurangkan beban yang diperbolehkan. Penghasilan tersebut
kemudian akan dikenakan pajak sesuai tarif yang berlaku.
Penghasilan menurut pajak adalah setiap tambahan kemampuan ekonomi yang
diterima atau diperoleh wajib pajak baik yang berasal dari Indonesia atau dari luar
Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan. Untuk entitas,
penghasilan yang diterima atau diperoleh dikenakan pajak setelah dikurangkan beban
yang diperbolehkan. Pajak akan dihitung atas laba entitas bukan nilai total penghasilan.
Namun untuk pendapatan pada industri tertentu (konstruksi), usaha kecil yang
menghitung pajak dengan norma, pajak dihitung dari nilai penghasilan bukan laba.
Dalam akuntansi pengakuan, pengukuran dan penyajian pajak penghasilan diatur dalam
PSAK 46 yang telah direvisi 2014 disesuaikan dengan IAS 21: Income taxes.
PSAK 46: Pajak Penghasilan mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian dan
pengungkapan pajak penghasilan entitas. Sebagai salah satu beban entitas, pajak
penghasilan dikenakan dan dihitung berdasarkan penghasilan yang telah diakui entitas.
Konsep matching principles, tetap dipertahankan dalam pengakuan ini, sehingga jika
penghasilan tersebut diterima pada suatu periode maka konsekuensi pajaknya harus
diperhitungkan pada periode tersebut. Walaupun menurut peraturan, pajaknya akan
dibayarkan pada periode yang lain.
PSAK 46 mengatur perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan dalam:
1. Mempertanggungjawabkan konsekuensi pajak pada periode berjalan dan periode
mendatang untuk hal –hal sebagai berikut
 Pemulihan nilai tercatat aktiva dan pelunasan nilai tercatat kewajiban yang
disajikan di dalam neraca.
 Transaksi atau kejadian lain dalam periode berjalan yang diakui dan disajikan
didalam laporan komersial perusahaan.
2. Pengakuan aktiva pajak tangguhan yang berasal dari sisa kerugian yang belum di
kompensasikan, penyajian pajak penghasilan di dalam laporan keuangan komersial
dan pengungkapan informasi yang berhubungan dengan pajak penghasilan

2
B. PRINSIP DASAR AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN
1. Prinsip Dasar Akuntansi Pajak Penghasilan
Akuntansi pajak penghasilan seperti diatur dalam PSAK 46 menggunakan dasar
akrual, yang mengharuskan untuk diakuinya pajak penghasilan yang kurang dibayar
atau terutang dan pajak yang lebih bayar dalam tahun berjalan.
2. Tujuan PSAK 46
Tujuan PSAK 46 adalah untuk mengatur akuntansi pajak penghasilan.
Dalam mempertanggungjawabkan konsekuensi pajak pada periode berjalan dan
mendatang yaitu pemulihan (penyelesaian ) jumlah tercatat asset (liabilitas) di masa
depan yang diakui pada laporan posisi keuangan entitas. Penyataan ini juga mengatur
asset pajak tangguhan yang berasal dari rugi yang dapat dikompensasi ke tahun
berikutnya.
3. Ruang Lingkup PSAK 46
Ruang lingkup PSAK 46 ini diterapkan untuk akuntansi pajak penghasilan termasuk
semua pajak luar negeri yang didasarkan pada laba kena pajak. Pajak penghasilan
termasuk pemotongan pajak yang terutang oleh entitas anak, entitas asosiasi atau
ventura bersama atas distribusi kepada entitas pelapor.
Pajak penghasilan tidak berlaku pada hibah pemerintah, tetapi berlaku atas perbedaan
temporer yang dapat ditimbulkan dari hibah tersebut atau kredit pajak investasi.
Untuk menentukan laba atau pajak kena penghasilan dalam pelaporan akuntansi, wajib
pajak sering mengalami permasalahan akibat perbedaan peraturan perpajakan (UU PPH)
dan PSAK. Perbedaan tersebut tidak hanya terjadi di Indonesia namun hampir di seluruh
Negara cenderung terdapat perbedaan antara pajak dan akuntansi. Hal ini seperti yang
diungkapkan oleh Kieso Donald E, Weygandt Jerry J. dan Warfield Terry D, bahwa
akibat perbedaan antara Standar Akuntansi Keuangan dengan Ketentuan Peraturan
Perundang-undangan Perpajakan pada umumnya terdapat pula perbedaan antara
Penghasilan Sebelum Pajak menurut Pembukuan (Pretax Accounting Income) dengan
Penghasilan Kena Pajak (Taxable Income).
Ketentuan dalam UU PPh dan PSAK terkait pengakuan pendapatan dan beban tidak
sama, karena memiliki tujuan yang berbeda. Perbedaan tersebut terdiri dari:

3
a. Perbedaan tetap (permanent different)
Perbedaan tetap (permanent different) tidak boleh dimasukkan ke dalam laporan
laba rugi berdasarkan aturan perpajakan bukan merupakan penghasilan. Perbedaan
permanen adalah perbedaan substansi yang tidak akan terpulihkan di masa
mendatang. Contohnya biaya pegawai yang diberikan dalam bentuk natura,
sumbangan dengan kriteria tertentu tidak dapat menjadi pengurang penghasilan,
biaya yang tidak terkait dengan mendapatkan, menagih dan memelihara
pendapatan. Perbedaan permanen dapat juga terjadi karena penghasilan yang
dikenakan pajak final seperti pendapatan bunga, sewa tanah, sewa bangunan,
pengalihan tanah / bangunan, transaksi di pasar modal. Penghasilan yang
dikecualikan misalnya iuran pensiun yang diterima oleh entitas program purna
karya. Atas perbedaan permanen ini menurut standar tidak diperhitungkan
konsekuensi pajak yang terutang di masa depan sehingga tidak memunculkan
kewajiban atau aset pajak tangguhan.

b. Perbedaan sementara (temporary different)


Perbedaan sementara temporary different) boleh diakui, sehingga disetiap
akhir pelaporan entitas harus melakukan rekonsiliasi fiskal atau koreksi fiskal atas
laba sebelum pajak untuk menghitung jumlah penghasilan kena pajak. Perbedaan
temporer adalah perbedaan yang terjadi karena waktu pengakuan sehingga secara
total nilai beban atau pendapatan sama namun waktu pengakuannya berbeda.
Perbedaan temporer akan menyebabkan jumlah tercatat aset atau liabilitas dalam
laporan posisi keuangan berbeda dengan dasar pengenaan pajaknya.
Misalnya perbedaan masa manfaat aset tetap antara ketentuan perpajakan dan
kebijakan entitas dalam melakukan penyusutan. Akibat perbedaan masa manfaat,
nilai penyusutan berbeda, sehingga akan menyebabkan perbedaan nilai buku aset
dalam laporan posisi keuangan dengan dasar pengenaan pajaknya. Perbedaan
temporer juga dapat muncul karena perbedaan waktu pengakuan maupun cara
penilaian. Akuntansi mengakui penurunan piutang saat terdapat bukti obyektif
sesuai dengan PSAK 55, sedangkan pajak mengakui penghapusan piutang jika
telah memenuhi ketentuan spesifik yang lebih ketat untuk entitas di luar jasa
keuangan. Akuntansi mengakui penurunan nilai (impairment) aset tetap, investasi
dan cadangan penurunan persediaan, sedangkan pajak tidak memperkenankan
kerugian penurunan nilai sebagai pengurang penghasilan.
4
Perbedaan temporer ini akan menimbulkan jumlah pajak terutang pada periode
mendatang atau jumlah pajak terpulihkan di masa mendatang. Jika aset atau
liabilitas muncul akibat pengakuan pendapatan menurut akuntansi lebih besar
dibandingkan menurut pajak, maka akan menimbulkan pajak terutang di masa
depan sehingga akan diakui liabilitas pajak tangguhan. Sebaliknya jika pengakuan
pendapatan menurut akuntansi lebih kecil dibandingkan penghasilan menurut
pajak, maka entitas akan melakukan pembayaran pajak terlebih dahulu atas
pendapatan tersebut sehingga akan diakui aset pajak tangguhan. Aset pajak
tangguhan juga dapat terjadi karena akumulasi kerugian pajak yang belum
dikompensasikan dan akumulasi kredit pajak yang belum dimanfaatkan. Untuk
fasilitas kredit pajak, ketentuan regulasi di Indonesia belum mengatur.
Informasi dalam rekonsiliasi fiskal disajikan dalam catatan atas laporan keuangan,
sebagai informasi pendukung untuk menghitung jumlah beban pajak kini, beban pajak
tangguhan dan aset / liabilitas pajak tangguhan yang terkait. Perbedaan SAK dan
Peraturan perundang-undangan dapat diilustrasikan sebagai berikut:

SAK Peraturan Perpajakan

NERACA
RUGI-LABA RUGI LABA
REKONSILIASI
komersial Fiskal
FISKAL

Beda Waktu/ Koreksi Beda Tetap/


Temporary (+)/ (-) Permanent PPh
Terhutang

Pajak tangguhan

Pajak Kini

Pajak kini: adalah jumlah pajak penghasilan yang terutang (dilunasi) atas laba kena pajak (rugi
pajak) untuk satu periode.
Untuk entitas konsolidasi termasuk laba atas anak perusahaan

5
C. PAJAK TANGGUHAN
1. Pengertian Pajak Tangguhan
Pajak tangguhan pada prinsipnya merupakan dampak PPh di masa yang akan
datang yang disebabkan oleh perbedaan temporer (waktu) antara perlakuan akuntansi
dan perpajakan serta kerugian fiskal yang masih dapat dikompensasikan di masa
datang (tax loss carry forward) yang perlu disajikan dalam laporan keuangan dalam
suatu periode tertentu.
Dampak PPh di masa yang akan datang yang perlu diakui, dihitung, disajikan
dan diungkapkan dalam laporan keuangan, baik neraca maupun laba rugi. Suatu
perusahaan bisa saja membayar pajak lebih kecil saat ini, tapi sebenarnya memiliki
potensi hutang pajak yang lebih besar di masa datang. Atau sebaliknya, bisa saja
perusahaan membayar pajak lebih besar saat ini, tetapi sebenarnya memiliki potensi
hutang pajak yang lebih kecil di masa datang. Kondisi pajak tangguhan dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
 Aset Pajak Tangguhan
Aset pajak tangguhan merupakan jumlah Pajak Penghasilan (PPh) yang dapat
dipulihkan pada periode masa depan akibat akumulasi rugi pajak yang belum
dikompensasi dan akumulasi kredit pajak belum dimanfaatkan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku dalam peraturan perpajakan.
 Kewajiban Pajak Tangguhan
Pajak tangguhan sebenarnya timbul karena perbedaan beban antara peraturan
perpajakan (fiskal) dengan standar akuntansi keuangan (komersial). Perbedaan
saat pengakuan ini mengakibatkan pendapatan/beban yang diakui pada
masing-masing periode berbeda, namun pada akhirnya, secara keseluruhan,
jumlah total yang diakui antara peraturan secara fiskal dan komersial akan
sama.
2. Metode Penangguhan Pajak penghasilan
Ada tiga metode untuk mengalokasikan pajak, (Kieso dan Weygant, 2001 : 1067-
1068) antara lain:
a. Deferred method (Metode Penangguhan)
Metode ini menggunakan pendekatan laba rugi (income statement approach) yang
memandang perbedaan perlakuan antara akuntansi dan perpajakan dari sudut
pandang laporan laba rugi, yaitu kapan suatu transaksi diakui dalam laporan laba

6
rugi baik dari segi komersial maupun fiskal. Pendekatan ini mengenal istilah
perbedaan waktu dan perbedaan permanen. Hasil hitungan dari pendekatan ini
adalah pergerakan yang akan diakui sebagai pajak tangguhan pada laporan laba
rugi. Metode ini lebih menekankan matching principle pada periode terjadinya
perbedaan tersebut.
Namun, perkembangan dunia bisnis dan akuntansi telah sedemikian pesatnya
sehingga muncul transaksi-transaksi yang tidak diakui dalam laporan laba rugi
tetapi langsung diakui sebagai bagian dari ekuitas misalnya keuntungan atau
kerugian dari surat berharga yang siap untuk dijual kapan saja. Apabila
menggunakan pendekatan laba rugi transaksi seperti itu tidak dapat terdeteksi,
sehingga pendekatan ini dipandang kurang relevan.

b. Asset-liability method (Metode Aktiva-Kewajiban)


Metode ini menggunakan pendekatan neraca (balance sheet approach) yang
menekankan pada kegunaan laporan keuangan dalam mengevaluasi posisi
keuangan dan memprediksikan aliran kas pada masa yang akan datang.
Pendekatan neraca memandang perbedaan perlakuan akuntansi dan perpajakan
dari sudut pandang neraca, yaitu perbedaan antara saldo buku menurut komersial
dan dasar pengenaan pajaknya. Pendekatan ini mengenal istilah perbedaan
temporer dan perbedaan non temporer. Pada metode ini terjadi pengakuan pajak
tangguhan (deferred tax) atas konsekuensi pajak di masa mendatang berupa aktiva
(kewajiban) pajak tangguhan yang harus dilaporkan di neraca. Beban pajak
tangguhan dilaporkan di laba rugi bagian taksiran PPh sebagai komponen pajak
tangguhan, sedangkan penghasilan pajak tangguhan harus dilaporkan di laba rugi
sebagai komponen negatif dari beban pajak tangguhan.

c. Net-of-tax method (Metode Bersih dari Pajak)


Pada metode ini tidak ada pajak tangguhan yang diakui. Konsekuensi pajak atas
perbedaan temporer tidak dilaporkan secara terpisah, sebaliknya diperlakukan
sebagai penyesuaian atas nilai aktiva atau kewajiban tertentu dan penghasilan atau
beban yang terkait. Dalam metode ini, beban pajak yang disajikan dalam laporan
laba rugi sama dengan jumlah pajak penghasilan yang terhutang menurut SPT
tahunan

7
3. Kondisi yang menimbulkan Pajak Tangguhan
a. Perbedaan metode penyusutan asset tetap
Sebagai ilustrasi, sebuah peralatan dibeli pada awal tahun 1 sebesar 12.000
disusutkan menurut pajak selama 4 tahun tanpa nilai sisa. Menurut akuntansi
disusutkan selama 5 tahun dengan nilai sisa 2.000. Tabel berikut memberikan
gambaran pajak tangguhan, dengan mengasumsikan pendapatan 5.000.
Pajak Thn 1 Thn 2 Thn 3 Thn 4 Thn 5
Pendapatan 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000
Penyusutan untuk tujuan pajak 3.000 3.000 3.000 3.000 -
Penghasilan kena pajak 2.000 2.000 2.000 2.000 5.000
Pajak terutang menurut fiskal 500 500 500 500 1.250
Akuntansi
Pendapatan 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000
Penyusutan untuk tujuan akuntansi 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000
Laba (rugi) pajak 3.000 3.000 3.000 3.000 3.000
Beban pajak akuntansi 25% 750 750 750 750 750

Perbedaan laba 1.000 1.000 1.000 1.000 2.000


Beban (manfaat) pajak tangguhan 250 250 250 250 -500
Kewajiban pajak tangguhan 250 500 750 1.000 500
Total beban pajak penghasilan
Beban pajak kini 25% 500 500 500 500 1.250
Beban (manfaat) pajak tangguhan 250 250 250 250 -500
Beban pajak penghasilan 750 750 750 750 750
Menurut akuntansi, beban pajak akan dihitung berdasarkan laba akuntansi
sehingga beban pajak sebesar 750. Beban pajak tersebut terdiri pajak kini yang
dibayarkan ke kas Negara sebesar 500 dan beban pajak tangguhan sebesar 250.
Dampaknya timbul kewajiban pajak tangguhan. Menurut akuntansi, penyusutanya
lebih kecil sehingga laba akuntansi lebih besar sehingga terdapat pengakuan beban
pajak tangguhan selama 4 tahun pertama. Pada tahun kelima, entitas membayar
pajak lebih besar karena tidak ada lagi penyusutan. Namun secara akuntansi
masih terdapat penyusutan sehingga penghasilannya lebih kecil sebesar 3.000.

8
Pada tahun kelima pajak yang dibayarkan sebesar 1.250 namun beban pajak yang
diakui sebesar 750. Selisihnya 500 merupakan manfaat pajak tangguhan dan
mengurangi kewajiban pajak tangguhan.
Jurnal Pajak Tangguhan:
Dr Cr
Beban Pajak Tangguhan 250
Kewajiban Pajak Tangguhan 250

b. Pengakuan Beban Piutang tidak Tertagih


Secara umum akuntansi mengenal dua metode pencatatan penghapusan piutang
ragu-ragu yaitu metode penghapusan langsung (direct write-off method) serta
metode penghapusan tidak langsung (indirect write-off method). Dengan metode
penghapusan langsung, pembebanan piutang tak tertagih baru dilakukan apabila
piutang benar-benar tidak dapat ditagih lagi. Sedangkan, metode penghapusan
tidak langsung mengharuskan pembentukan cadangan estimasi piutang tak
tertagih pada setiap periode pelaporan keuangan.
Sedangkan dari segi perpajakan hanya mengenal metode penghapusan langsung.
Penggunaan metode tidak langsung tidak diperkenankan dalam peraturan
perpajakan. Selain itu, perpajakan dalam UU PPh mensyaratkan bahwa suatu
piutang baru dapat diakui sebagai piutang tak tertagih dan dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto jika secara yuridis piutang benar-benar tidak dapat ditagih lagi.

c. Kompensasi kerugian
Kompensasi kerugian berpengaruh pada Penghasilan Kena Pajak di masa yang
akan datang, dan efek pajaknya akibat dari kompensasi kerugian adalah
menghematan pada di masa yang akan datang (future tax saving). Realisasi
keuntungan pajak dimasa yang akan datang tergantung pada Penghasilan Kena
pajak di masa yang akan datang tersebut yang sulit diramalkan dan tidak pasti.
Peraturan pajak menjelaskan bahwa wajib pajak dapat mengkompensasikan
kerugian selama lima tahun setelah kerugian tersebut terjadi. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada ilustrasi berikut ini:

9
Ilustrasi
PT. ABC pada tahun 20x1 mengalami kerugian fiskal 8.000 (diasumsikan
kerugian akuntansi nilainya sama). Pada 20x2 entitas laba 2.000, 20x3 laba 3.000
dan 20x4 laba sebesar 5.000. Tidak terjadi perbedaan akuntansi dan pajak.
20X1 20X2 20X3 20X4
Laba akuntansi (8,000) 2,000 3,000 5,000
Beban pajak kini - - - 500
Beban (manfaat) pajak tangguhan (2,000) 500 750 750
Total beban (manfaat) pajak (2,000) 500 750 1,250
Laba setelah pajak (6,000) 1,500 2,250 3,750
Jurnal
Tahun Jurnal Dr Cr
20X1 Aset pajak tangguhan 2000
Manfaat pajak tangguhan 2000
20X2 Beban pajak tangguhan 500
Aset pajak tangguhan 500
20X3 Beban pajak tangguhan 750
Aset pajak tangguhan 750
20X4 Beban pajak tangguhan 750
Aset pajak tangguhan 750
Beban pajak kini 500
Utang pajak kini 500
d. Pajak Tangguhan dari Penggabungan Usaha
Untuk entitas yang menyusun laporan konsolidasian, pajak akan
dipertanggungjawabkan untuk masing-masing anak entitas. Laba dari anak entitas
bukan obyek pajak, sehingga dalam menghitung pajak induk sebagai wajib pajak
tidak memasukkan laba anak entitas. Koreksi fiskal akan dilakukan masing-
masing entitas tidak ada koreksi fiskal entitas konsolidasi. Namun karena entitas
konsolidasian menggabungkan laporan keuangan semua anak dalam kendali
induk, maka beban pajak harus dihitung atas entitas konsolidasian. Beban pajak
kini dihitung dari beban pajak kini induk dan total beban pajak kini dari anak
entitas. Beban (manfaat) pajak tangguhan merupakan penjumlahan juga. Untuk
aset dan liabilitas pajak tangguhan juga dikonsolidasikan tanpa ada proses
eliminasi.

10
4. Penyajian Pajak Tangguhan di Laporan keuangan
Akun pajak tangguhan dilaporkan dalam neraca sebagai aktiva pajak tangguhan dan
kewajiban pajak tangguhan yang diklasifikasikan sebagai jumlah lancar neto dan
jumlah tidak lancar neto. Hal ini didasarkan pada keterkaitan dengan klasifikasi aktiva
atau kewajiban yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Klasifikasi apakah masuk
dalam akun lancar atau tidak lancar tergantung pada antisipasi jangka waktu
pemulihan atas perbedaan temporer tersebut:
 Apabila pemulihannya diperkirakan dalam jangka waktu setahun atau kurang,
maka diklasifikan sebagai akun lancar
 Apabila pemulihannya diperkirakan dalam jangka waktu lebih dari setahun,
maka diklasifikasikan sebagai akun tidak lancar.
Sebelum disajikan di naraca antara aktiva pajak tangguhan dengan kewajiban pajak
tangguhan dilakukan offset (saling menghapus) terlebih. Sedangkan antara akun
lancar dan akun tidak lancar tidak dapat saling mengoffset

D. STUDI KASUS
PT. ABC melaporkan laba sebelum pajak sebesar 3.000.000 pada tahun 2017. Terdapat
perbedaan antara akuntansi dan pajak yang disebabkan oleh beberapa hal berikut:
1. Depresiasi menurut pajak lebih besar dibandingkan menurut akuntansi sebesar
800.000
2. Pendapatan sewa mesin menurut pajak 1.000.000 lebih besar dibandingkan
menurut akuntansi.
3. Beban sumbangan sebesar 400.000 tidak diperkenankan menurut pajak.
Tarif pajak yang berlaku sebesar 25%, perbedaan tersebut akan dapat dipulihkan di masa
mendatang. Entitas belum memiliki saldo aset/liabilitas pajak tangguhan.

11
Pembahasan:
2017 Aset Pajak Liabilitas Pajak
Tangguhan Tangguhan
Laba sebelum pajak (PSAK) 3,000,000
Perbedaan depresiasi (800,000) (800,000)
Perbedaan pendapatan sewa 1,000,000 1,000,000
Perbedaan sumbangan 400,000
Total penghasilan kena pajak 3,600,000
Pajak terutang (fiskal) * 900,000
Pajak tangguhan 250,000 200,000
* 25% x 3.600.000

Jurnal Dr Cr
Beban Pajak penghasilan* 850,000 -
Aset pajak tangguhan 250,000 -
Liabilitas pajak tangguhan - 200,000
Utang pajak penghasilan - 900,000
* 900.000-50.000

E. KESIMPULAN
PSAK No.46 merupakan standar yang mengatur perlakuan akuntansi pajak
penghasilan dengan menerapkan pendekatan neraca. Pendekatan neraca mengakui adanya
kewajiban dan aktiva pajak tangguhan terhadap konsekuensi fiskal masa depan sebagai
akibat adanya perbedaan waktu dan sisa kerugian yang belum dikompensasikan.
Apabila ada perusahaan belum menerapkan PSAK 46 sehingga perubahan penerapan
kebijakan yang baru menyebabkan laporan keuangan harus disajikan kembali. Dari hasil
penyajian kembali tersebut diketahui bahwa penerapan PSAK 46 mengakibatkan
munculnya akun baru yaitu aktiva pajak tangguhan yang menambah jumlah aktiva
perusahaan sebagai akibat dari adanya manfaat pajak tangguhan yang mengurangi beban
pajak perusahaan.
Adanya manfaat pajak tangguhan juga mengakibatkan bertambahnya laba perusahaan
sehingga meningkatkan ekuitas perusahaan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Felicia Amanda, Meiriska Febrianti, ANALISIS PENGARUH BEBAN PAJAK KINI,


BEBAN PAJAK TANGGUHAN, DAN BASIS AKRUAL TERHADAP MANAJEMEN
LABA, Ultima Accounting Vol 7. No.1. Juni 2015
Ilyas B.Wiryawan, Diaz.2014. Akuntansi Perpajakan. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media
Kezia Rafinska September 30, 2019 https://www.online-pajak.com/pajak-tangguhan
Martani, Dwi. 2018. Makalah: Akuntansi Pajak Penghasilan.www.academia.edu. tangal akses
13 Oktober 2019.
Purwono Hery.2010. Dasar – dasar Perpajakan dan Akuntansi Pajak. Jakarta: Penerbit
Erlangga

13

Anda mungkin juga menyukai