Anda di halaman 1dari 30

TUGAS FORUM 3

Di ajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pelaporan Korporat


Dosen Pengampu :
Dr. RATNA MAPPANYUKKI., SE., MSi., Ak.,CA

ANALISA TRANSAKSI BERBASIS SYARIAH

(TRANSAKSI BERBASIS SYARIAH

DAN PELAPORAN KEUANGAN SYARIAH)

OLEH :

Pradana Arif Kurniawan (55519110005)

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MERCU BUANA
2020

1
Learning Objective
Kerangka konseptual adalah sistem konsep koheren yang mengalir dari suatu tujuan.
Tujuan Konsep lain memberikan panduan tentang:
1) Mengidentifikasi Transaksi berbasis syariah dan pelaporan keuangan syariah
2) Mengidentifikasikan Instrumen Keuangan Syariah
3) Contoh Laporan Keuangan Syariah

PEMBAHASAN

I. TRANSAKSI BERBASIS SYARIAH DAN PELAPORAN KEUANGAN SYARIAH

I.1. TRANSAKSI BERBASIS SYARIAH

Syariah merupakan ketentuan hukum Islam yang mengatur aktivitas umat manusia yang
berisi perintah dan larangan, baik yang menyangkut hubungan interaksi vertikal dengan Tuhan
maupun interaksi horisontal dengan sesama makhluk. Prinsip syariah yang berlaku umum dalam
kegiatan muamalah (transaksi syariah) mengikat secara hukum bagi semua pelaku dan stakeholder
entitas yang melakukan transaksi syariah.

Berdasarkan KDPPLK Syariah, transaksi syariah berasaskan pada prinsip:

a) Persaudaraan (ukhuwah);
Yang berarti bahwa transaksi syariah menjunjung tinggi nilai kebersamaan dalam
memperoleh manfaat, sehingga sesorang tidak boleh mendapatkan keuntungan di atas
kerugian orang lain. Prinsip ini didasarkan atas prinsip saling mengenal (taaruf), saling
memahami (tafahum), saling menolong (ta’awun), saling menjamin (takaful), saling
bersinergi dan saling beraliansi (tahaluf)
b) Keadilan (‘adalah);
Yang berarti selalu menempatkan sesuatu hanya pada yang berhak dan sesuai dengan
posisinya. Realisasi prinsip ini dalam bingkai aturan muamalah adalah melarang adanya
unsur riba, kezaliman, spekulatif, ketidakjelasan dan haram.

2
c) Kemaslahatan (maslahah);
Yaitu segala bentuk kebaikan dan manfaat yang berdimensi duniawi dan ukhrawi,
material dan spiritual, serta individual dan kolektif. Kemaslahatan harus memenuhi
syarat halal dan thayib (membawa kebaikan).
d) Keseimbangan (tawazun);
Yaitu keseimbangan antara aspek material dan spiritual, antara aspekprivat dan public,
antara sector keuangan dan rill, antara bisnis dan social serta antara aspek pemanfaatan
dan pelestarian. Transaksi syariah tidak hanya memperhatikan kepentingan pemilik
semata tetapi memperhatikan kepentingan semua pihak sehingga dapat merasakan
manfaat adanya suatu kegiatan ekonomi tersebut.
e) Unversalisme (syumuliyah);
Esensi universalisme yaitu dapat dilakukan oleh, dengan dan untuk semua pihak yang
berkepntingan tanpa membedakan suku, agama, ras, dan golongan sesuai dengan
semangat kerahmatan semesta (rahmatan lil alamin).

Adapun karakteristik Transaksi Syariah antara lain :


1. Transaksi hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling paham dan saling ridha;
2. Prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang objeknya halal dan baik (thayib);
3. Uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai, bukan sebagai
komoditas;
4. Tidak mengandung unsur riba; kezaliman; maysir; gharar; haram;
5. Tidak menganut prinsip nilai waktu dari uang (time value of money)
Karena keuntungan yang didapat dalam kegiatan usaha terkait dengan risiko yang
melekat pada kegiatan usaha tersebut sesuai dengan prinsip al-ghunmu bil ghurmi (no
gain without accompanying risk);
6. Transaksi dilakukan berdasarkan :

- Suatu perjanjian yang jelas dan benar;


- Untuk keuntungan semua pihak tanpa merugikan pihak lain
- Tidak diperkenankan menggunakan standar ganda harga untuk satu akad
- Tidak menggunakan dua transaksi bersamaan yang berkaitan (ta’alluq) dalam satu
akad;

3
I.2. PELAPORAN KEUANGAN SYARIAH

Laporan Keuangan syariah adalah serangkaian proses dari pelaporan keuangan syariah.
Laporan keuangan syariah dibuat untuk memenuhi tujuan-tujuan tertentu. Tujuan laporan
keuangan syariah lebih banyak daripada tujuan laporan keuangan konvensional. Hal ini tidak
terlepas dari multifungsi yang diperankan oleh entitas syariah.

Menurut Standar Akuntansi Keuangan Syariah (SAK Syariah) dalam Kerangka Dasar
Penyusunan Dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah (KDPPLKS) yang dikeluarkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI) tujuan laporan keuangan syariah adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu entitas syariah yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Disamping itu, tujuan lainnya adalah:

 Mengingkatkan Kepatuhan Terhadap Prinsip Syariah Dalam Semua Transaksi Dan


Kegiatan Usaha;

 Informasi Kepatuhan Entitas Syariah Terhadap Prinsip Syariah, Serta Informasi Aset,
Kewajiban, Pendapatan Dan Beban Yang Tidak Sesuai Dengan Prinsip Syariah, Bila Ada
Dan Bagaimana Perolehan Dan Penggunaannya;

 Informasi Untuk Membantu Mengevaluasi Pemenuhan Tanggung Jawab Entitas Syariah


Terhadap Amanah Dalam Mengamankan Dana, Menginvestasikannya Pada Tingkat
Keuntungan Yang Layak; Dan

 Informasi Mengenai Tingkat Keuntungan Investasi Yang Diperoleh Penanam Modal Dan
Pemilik Dana Syirkah Temporer; Dan Informasi Mengenai Pemenuhan Kewajiban
(Obligation) Fungsi Sosial Entitas Syariah, Termasuk Pengelolaan Dan Penyaluran Zakat,
Infak, Sedekah, Dan Wakaf.

Pelaporan keuangan akuntansi syariah tidak hanya berorientasi pada maksimasi laba, akan
tetapi membawa pesan moral dalam menstimuli perilaku etis dan adil terhadap semua pihak.
Dalam pengambilan keputusan laporan keuangan bertujuan menyediakan informasi yang
bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan yang rasional.

4
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi
mengenai entitas syariah yang meliputi ; asset, kewajiban, dana syirkah temporer, ekuitas,
pendapatan, dan beban termasuk keuntungan dan kerugian, arus kas, dana zakat dan dana
kebajikan.
PSAK 101 memberikan penjelasan atas karakteristik umum pada laporan keuangan
syariah, antara lain terkait:
1. Penyajian secara wajar dan kepatuhan terhadap SAK;
2. Dasar akrual;
3. Materialitas dan penggabungan;
4. Saling hapus;
5. Frekuensi pelaporan;
6. Informasi komparatif; dan Konsistensi Penyajian
PSAK 101 juga memberikan penjabaran struktur dan isi pada laporan keuangan syariah,
mencakup :
1. Laporan Perubahan Posisi Keuangan
Unsur-unsurnya terdiri dari aset, liabilitas, dana syirkah temporer dan ekuitas. Liabilitas
dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang tidak didiskontokan. Dana syirkah
adalah dana yang diterima sebagai investasi dengan jangka waktu tertentu dari individu
dan pihak lainnya di mana entitas syariah mempunyai hak untuk mengelola dan
menginvestasikan dana tersebut dengan pembagian hasil investasi berdasarkan
kesepakatan.
2. Laporan Laba Rugi
Unsur-unsur didalamnya terdiri dari penghasilan, beban, dan beban pihak ketiga atas bagi
hasil dana syirkah temporer.
Hak pihak ketiga atas bagi dana syirkah temporer adalah bagian bagi hasil pemilik dana
atas keuntungan dan kerugian hasil investasi bersama entitas syariah dalam suatu periode
laporan keuangan. Hak pihak ketiga atas bagi hasil tidak dapat dikelompokan sebagai
beban (ketika untung) atau pendapatan (ketiga rugi). Namun, hak pihak ketiga atas bagi
hasil merupakan alokasi keuntungan dan kerugian kepada pemilik dana atas investasi
yang dilakukan bersama dengan entitas syariah.
3. Laporan Perubahan Ekuitas atau Laporan Perubahan Saldo Laba

5
4. Laporan Arus Kas
5. Laporan Sumber dan Penyaluran Dana Zakat
6. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan
7. Catatan Atas Laporan Keuangan
Untuk perbankan syariah ditambah lagi yaitu Laporan Rekonsiliasi Pendapatan Bagi
Hasil.
Detail dan fungsi account pada Laporan Keuangan Syariah

6
 Laporan posisi keuangan
 Dana Sirkah Temporer  bukan liabilitas atau ekuitas
 Laporan laba rugi
 Hak pihak ketiga atas bagi hasil  bukan beban atau pendapatan
 Pengurang pendapatan bukan beban  potongan pelunasan murabahah, beban
penyusutan aset ijarah, beban pemeliharaan aset ijarah
 Ekstra komptabel
 Penerimaan zakat, dana kebajikan, dana investasi terikat
 Penyaluran zakat, dana kebajikan dan investasi terikat
 Perubahan dana investasi terikat

I.3. KERANGKA PELAPORAN SYARIAH

Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah (KDPPLK


Syariah) merupakan pengaturan akuntansi yang memberikan konsep yang mendasari penyusunan
dan penyajian laporan keuangan atas transaksi syariah.

Konsep Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK) syariah


merupakan kerangka yang menyajikan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan
keuangan bank syariah. Apabila tidak diatur secara spesifik dalam kerangka dasar ini maka
berlakulah kerangka dasar akuntansi umum, sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

Berbeda dengan Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan dan SAK umum yang
mengacu kepada transaksi konvensional, KDPPLK Syariah memberikan konsep dasar paradigma,
atas transaksi syariah dan karakteristik transaksi syariah.

Berdasarkan KDPPLK Syariah, transaksi syariah berasaskan pada prinsip:

f) Persaudaraan (ukhuwah);
Yang berarti bahwa transaksi syariah menjunjung tinggi nilai kebersamaan dalam
memperoleh manfaat, sehingga sesorang tidak boleh mendapatkan keuntungan di atas
kerugian orang lain. Prinsip ini didasarkan atas prinsip saling mengenal (taaruf), saling
memahami (tafahum), saling menolong (ta’awun), saling menjamin (takaful), saling
bersinergi dan saling beraliansi (tahaluf)

7
g) Keadilan (‘adalah);
Yang berarti selalu menempatkan sesuatu hanya pada yang berhak dan sesuai dengan
posisinya. Realisasi prinsip ini dalam bingkai aturan muamalah adalah melarang adanya
unsur riba, kezaliman, spekulatif, ketidakjelasan dan haram.
h) Kemaslahatan (maslahah);
Yaitu segala bentuk kebaikan dan manfaat yang berdimensi duniawi dan ukhrawi, material
dan spiritual, serta individual dan kolektif. Kemaslahatan harus memenuhi syarat halal dan
thayib (membawa kebaikan).
i) Keseimbangan (tawazun);
Yaitu keseimbangan antara aspek material dan spiritual, antara aspekprivat dan public,
antara sector keuangan dan rill, antara bisnis dan social serta antara aspek pemanfaatan
dan pelestarian. Transaksi syariah tidak hanya memperhatikan kepentingan pemilik
semata tetapi memperhatikan kepentingan semua pihak sehingga dapat merasakan
manfaat adanya suatu kegiatan ekonomi tersebut.
j) Unversalisme (syumuliyah);
Esensi universalisme yaitu dapat dilakukan oleh, dengan dan untuk semua pihak yang
berkepntingan tanpa membedakan suku, agama, ras, dan golongan sesuai dengan
semangat kerahmatan semesta (rahmatan lil alamin).
Beberapa karakteristik transaksi syariah yang disebutkan dalam KDPPLK Syariah diantaranya:

a) Tidak mengandung unsur riba;

b) Tidak mengandung unsur kezaliman;

c) Tidak mengandung unsur maysir;

d) Tidak mengandung unsur gharar;

e) Tidak mengandung unsur haram

Kerangka Dasar Penyusuanan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah, terdiri dari beberapa
standar kerangkanya diantaranya adalah :

1) PSAK 101 (Penyajian Laporan Keuangan Syariah).

2) PSAK 102 (Akuntansi Murabahah).

8
3) PSAK 103 (Akuntansi Salam) ).

4) PSAK 104 (Akuntansi Istishna).

5) PSAK 105 (Akuntansi Mudharabah).

6) PSAK 106 (Akuntansi Musyarakah).

7) PSAK 107 (Akuntansi Ijarah) ).

8) PSAK 108 (Akuntansi Transaksi Asuransi Syariah).

9) PSAK 109 (Akuntansi Zakat, Infaq dan Shadaqoh), prinsip kebajikan.

10) PSAK 110 (Akuntansi Sukuk) ), prinsip bagi hasil ex obligasi syariah.

II. INSTRUMEN KEUANGAN SYARIAH

Instrumen keuangan syariah dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Akad investasi yang merupakan jenis akad tijarah dengan bentuk uncertainty contract.
Kelompok akad ini adalah sebagai berikut.
a. Mudharabah
Yaitu kerja sama antara 2 pihak atau lebih, dimana pemilik modal (shahibul mal)
memercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) untuk melakukan
kegiatan usaha dengan nisbah bagi hasil atas keuntungan yang diperoleh menurut
kesepakatan di muka, sedangkan apabila terjadi kerugian hanya ditanggung pemilik

9
dana sepanjang tidak ada unsur kesengajaan atau kelalaian oleh mudharib. Bentuk ini
menegaskan kerja sama dalam kontribusi 100% modal dari pemilik modal dan keahlian
dari pengelola.
b. Musyarakah
Akad kerja sama yang terjadi antara para pemilik modal (mitra musyarakah) untuk
menggabungkan modal dan mealakukan usaha secara bersama dalam suatu kemitraan,
dengan nisbah bagi hasil sesuai dengan kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung
secara proposional sesuai dengan kontribusi modal.
c. Sukuk (obligasi syariah) merupakan surat utang yang sesuai dengan prinsip syariah
d. Saham syariah produknya harus sesuai syariah.
Syarat lainnya : 1. Perusahaan tersebut memiliki piutang dagang yang rekatif kecil
dibandingkan total asetnya. 2. Perusahaan memiliki utang yang kecil dibandingkan
nilai kepitalisasi pasar. 3. Perusaahn memiliki pendapatan bunga kecil

2. Akad jual beli/ sewa- menyewa yang merupakan jenis akad tijarah dengan bentuk certainty
contract. Kelompok akad ini adalah sebagai berikut :
a. Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan biaya perolehan dan
keuntungan (margin) yang disepakati antara penjual dan pembeli. Harga disepakati
antara pembeli dan penjual pada saat transaksi dan tidak boleh berubah.
b. Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjualbelikan belum ada.
Barang diserahkan secara tangguh, sedangkan pembayarannya dilakukan secara tunai.
Sekilas transaksi ini mirip ijon, maupun transaksi ini kuantitas, kualitas, harga dan
waktu penyerahan barang harus ditentukan secara pasti.
c. Istishna’ memiliki system yang mirip dengan salam, namun ishtishna’ pembayaran
dapat waktu tertentu. Biasanya istishna’ diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur
dan konstruksi dengan kontrak pembelian barang melalui pesanan (order khusus).
Pembeli menugasi produser (al sani’) untuk menyediakan al manshu(barang pesanan),
sesuai spesifikasi yang disyaratkan pembeli (al mustani’) dan menjualnya dengan harga
yang disepakati.
d. Ijarah adalah akad sewa menyewa antara pemilik objek sewa dan penyewa untuk
mendapatkan manfaat atas objek sewa yang disewakan.

10
3. Akad lainnya meliputi berikut ini :
a. Sharf : perjanjian jual beli suatu valuta dengan valuta lainnya. Transaksi jual beli mata
uang asing (valuta asing) dapat dilakukan baik dengan sesama mata uang yang sejenis
(misalnya rupiah dengan rupiah) maupun yang tidak sejenis (misalnya rupiah dengan
dolar atau sebaliknya)
b. Wadiah
c. Qardhul hasan
d. Al wakalah
e. Kafalah
f. Hiwalah
g. Rahn

III. Contoh Laporan Keuangan Syariah

Berikut contoh laporan keuangan syariah yang sering digunakan oleh Bank Syariah Mandiri di
Indonesia

Laporan Posisi Keuangan

11
12
13
14
15
2. Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain

16
17
3. Laporan Perubahan Ekuitas

18
4. Laporan Arus Kas

19
20
5. Laporan Rekonsiliasi Pendapatan dan Bagi Hasil

21
22
23
.

Daftar Pustaka

https://www.akuntansilengkap.com/akuntansi/laporan-keuangan/laporan-keuangan-syariah/

https://www.kajianpustaka.com/2018/02/pengertian-karakteristik-jenis-syarat-bagi-hasil.html
http://www.ibec-febui.com/wp-content/uploads/2019/10/I-Lib-Manajemen-Perbankan-Islam-
UTS-2019.pdf
Rofiq, Ahmad. 2004. Fiqih Kontekstual dari Normatif ke Pemaknaan Sosial. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Karim, Adiwarman. 2004. Bank Islam Analisis Fiqh & Keuangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Dahlan, Abdul Aziz,et al. 1997. Ensiklopedi Hukum Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hove.
Antonio, muhammad Syafi’i. 2001. Bank Syariah Dari Teori ke Praktik. Jakarta: GemaInsani
Press.

Pertanyaan dan Jawaban

1. Sebutkan unsur-Unsur Laporan Keuangan entitas syariah

Jawab

- Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan komersial, seperti laporan posisi
keuangan, laporan laba rugi, laporan arus kas dan laporan perubahan ekuiditas.
- Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan sosial, seperti laporan sumber dan
penggunaan dana zakat serta laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan.
- Komponen laporan keuangan lainnya yang mencerminkan kegiatan dan tanggung jawab khusus
entitas syariah tertentu.

2. Bagaimana penyajian laporan keuangan Syariah ?

Jawab

PSAK 101 memberikan penjelasan atas karakteristik umum pada laporan keuangan
syariah, antara lain terkait:
7. Penyajian secara wajar dan kepatuhan terhadap SAK;

24
8. Dasar akrual;
9. Materialitas dan penggabungan;
10. Saling hapus;
11. Frekuensi pelaporan;
12. Informasi komparatif; dan Konsistensi Penyajian
PSAK 101 juga memberikan penjabaran struktur dan isi pada laporan keuangan syariah,
mencakup :
1. Laporan Perubahan Posisi Keuangan
Unsur-unsurnya terdiri dari aset, liabilitas, dana syirkah temporer dan ekuitas. Liabilitas
dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang tidak didiskontokan. Dana syirkah
adalah dana yang diterima sebagai investasi dengan jangka waktu tertentu dari individu
dan pihak lainnya di mana entitas syariah mempunyai hak untuk mengelola dan
menginvestasikan dana tersebut dengan pembagian hasil investasi berdasarkan
kesepakatan.
2. Laporan Laba Rugi
Unsur-unsur didalamnya terdiri dari penghasilan, beban, dan beban pihak ketiga atas bagi
hasil dana syirkah temporer.
Hak pihak ketiga atas bagi dana syirkah temporer adalah bagian bagi hasil pemilik dana
atas keuntungan dan kerugian hasil investasi bersama entitas syariah dalam suatu periode
laporan keuangan. Hak pihak ketiga atas bagi hasil tidak dapat dikelompokan sebagai
beban (ketika untung) atau pendapatan (ketiga rugi). Namun, hak pihak ketiga atas bagi
hasil merupakan alokasi keuntungan dan kerugian kepada pemilik dana atas investasi
yang dilakukan bersama dengan entitas syariah.
3. Laporan Perubahan Ekuitas atau Laporan Perubahan Saldo Laba
4. Laporan Arus Kas
5. Laporan Sumber dan Penyaluran Dana Zakat
6. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan
7. Catatan Atas Laporan Keuangan
Untuk perbankan syariah ditambah lagi yaitu Laporan Rekonsiliasi Pendapatan Bagi
Hasil.

25
26
Dari Jurnal diatas:
1. Penjelasan masing-masing Variabel
a. Harmonisasi syariah dan standarisasi pelaporan keuangan
Syariah mengacu pada kode hukum atau perintah ilahi yang mengatur perilaku
manusia makhluk dalam kehidupan individu dan kolektif mereka (Ayub, 2008,
p.21). Beberapa aturan umum Terkait dengan kode etik ini adalah aqidah
(masalah keyakinan dan ibadah), akhlaq (masalah untuk mendisiplinkan diri
sendiri), ahkam (sosio-ekonomi dan sistem hukum), fardhu (kewajiban) dan
nawahi (larangan). Ketika seseorang berbicara tentang ekonomi Islam,
keuangan Islam dan termasuk standar akuntansi, peraturan ini dirujuk baik
secara langsung maupun tidak langsung.Sumber Syariah adalah Al-Qur'an dan
Sunnah (ucapan, tindakan dan kesepakatan diam-diam) Nabi, di mana semua
Muslim percaya bahwa Al-Qur'an adalah wahyu terakhir yang dikirim Nabi
Muhammad (SAW) sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an Yuˉsuf: 1-3.
b. Pemahaman Harmonisasi Syariah
Dalam kerangka konseptualnya, AAOIFI (2010, p. 8) menyatakan bahwa
akuntansi keuangan standar harus sesuai dengan Syariah. Oleh karena itu,
memahami tujuannya,kegunaan dan tantangan harmonisasi syariah penting
untuk dilaksanakan sebuah standar pelaporan keuangan yang seragam untuk
IFI. Ini sejalan dengan tujuan AAOIFI yaitu untuk menyelaraskan praktik
keuangan Islam di seluruh dunia dan memastikannya keseragaman dalam
pelaporan keuangan yang akan meningkatkan komunikasi antara IFI dan
menarik kerjasama baru. Manfaat memiliki keuangan yang seragam standar
pelaporan untuk meningkatkan kualitas akuntansi, mengurangi manajemen
laba dan memfasilitasi investor
c. Bank syariah Indonesia
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 bank syariah yang
melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Undang –
Undang Perbankan Syariah No 21 Tahun 2008 menyatakan bahwa perbankan

27
syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank syariah dan unit
usaha syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses
dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Bank Syariah terdiri atas bank umum
syariah (BUS), unit usaha syariah (UUS), dan bank pembiayaan rakyat syariah
(BPRS). Dalam kasus Indonesia, perkembangan perbankan syariah dimulai
sejak Bank Muamalat Indonesia (BMI) didirikan di Jakarta pada tahun 1992
sebagai Bank Islam pertama di Indonesia.

d. Standar pelaporan keuangan berbasis Syariah Indonesia

Standar yang diadopsi adalah standar yang sudah ada, yaitu Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan Perbankan No. 31 (dikenal sebagai Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan / PSAK 31) itu diterapkan untuk semua operasi
perbankan komersial. Harahap (2003) mengemukakan bahwa BMI, Menjadi
bank syariah, harus menghadirkan dimensi religius pada laporan keuangannya
pengungkapan. Sejak itulah berkembangnya standar akuntansi untuk IFI di
Indonesia dimulai pada tahun 2002, dengan diterbitkannya Pernyataan Standar
Akuntansi No. 59 (PSAK 59), atau dikenal sebagai Standar Akuntansi
Perbankan Syariah. PSAK 59 dirilis oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang
diturunkan dari standar yang dirilis oleh AAOIFI dengan beberapa modifikasi
agar sesuai dengan konteks dan kebutuhan lokal. Pada tahun 2008, PSAK 59
diganti dengan PSAK baru yang dikenal sebagai Pernyataan Standar Akuntansi
untuk Badan Usaha Syariah yaitu PSAK 101-107 yang dirumuskan secara
Syariah Dewan Standar Akuntansi Keuangan, IAI dan disetujui oleh Dewan
Syariah Nasional, Majelis Ulama Indonesia (dikenal sebagai Dewan Syariah
Nasional - Majelis Ulama Indonesia / DSN-MUI). Adopsi tersebut kemudian
diberlakukan oleh regulasi perbankan Islam badannya, yaitu Bank Indonesia
(BI) [2]. Standar ini, yang diucapkan dan berlaku mulai tanggal 1 Januari 2008,
mencakup PSAK 101 yang mengatur standar untuk penyajian laporan
keuangan, dimana PSAK 102 secara spesifik mengacu pada kontrak
Muraˉbahah, diikuti oleh PSAK 103 (Salam), PSAK 104 (Istisnaˉ), PSAK 105

28
(Mudhaˉrabah), PSAK 106 (Musyaˉrakah) dan PSAK 107 (Ijaˉrah). Perbankan
Islam Direktorat Bank Indonesia [3] menerbitkan pedoman yang berfungsi
sebagai teknis interpretasi terhadap penerapan standar untuk bank syariah, yang
dikenal sebagai Pedoman Standar Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia
(dikenal sebagai Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia / PAPSI)
2003 telah diubah menjadi PAPSI 2013 pada tanggal 10 Juli 2013.

2. Software yang digunakan


Setelah menyelesaikan survei kuesioner, data diuji keandalannya menggunakan uji
alpha Cronbach dan dijelaskan lebih lanjut menggunakan ANOVA satu arah di
SPSS 19
3. Unit analisa dan Hasil Penelitian
1) Penelitian ini mengadopsi metode kuantitatif yang menggunakan data primer
(survey kuesioner) dan data sekunder (laporan tahunan). Data primer dikumpulkan
berdasarkan survei terhadap pemangku kepentingan bank syariah di Indonesia
untuk meminta pendapat mereka tentang masalah harmonisasi Syariah bagi Islam
standar pelaporan keuangan bank. Kuesioner dirancang dengan mengacu pada
penelitian sebelumnya dan terlebih dahulu divalidasi oleh beberapa peneliti, staf
ahli dari The Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan dua orang anggota DSN-MUI.
Dulu menyarankan agar kuisioner dipersingkat penjelasannya de jure dan de facto
harus disorot dan pengumpulan data tidak hanya melalui online (www.ayo2.com /
harmonization /) tetapi juga menggunakan dokumen cetakan. Saran itu
digabungkan untuk merestrukturisasi format survei. Itu kemudian didistribusikan
secara online format melalui e-mail atau hardcopy. Proses pengumpulan data
dilakukan mulai Juli hinggaAgustus 2012. Penelitian ini menggunakan skala Likert
untuk mengukur sikap responden, skala likert berkisar dari 5 = Sangat Setuju, 4 =
Setuju, 3 = Netral , 2 = Tidak Setuju, hingga 1 = Sangat Tidak Setuju
2) Hasil penelitian ini yaitu :
1) Tidak ada perbedaan pendapat yang signifikan yang dimiliki oleh perbankan
Syariah pemangku kepentingan saat mempertimbangkan upaya harmonisasi
Syariah
2) Tidak ada perbedaan pendapat yang signifikan yang dimiliki oleh perbankan

29
Syariah pemangku kepentingan saat mempertimbangkan harmonisasi Syariah
terkait pentingnya memiliki kerangka standar pelaporan keuangan yang seragam
untuk Bank syariah.
3) Tidak ada perbedaan pendapat yang signifikan yang dimiliki oleh perbankan
Syariah pemangku kepentingan tentang harmonisasi aturan (de jure) dan
harmonisasi praktik (de facto)

30

Anda mungkin juga menyukai