Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENGARUH PERUBAHAN KURS VALUTA ASING

TUGAS MATA KULIAH : PELAPORAN KORPORAT


DOSEN PENGAMPU : Dr. HARI SETIYAWATI, AK, M.S, CA

DI SUSUN : KELOMPOK 1

MASNIN 55515120076
DAKUN 55515120066
HERU PRASETYO NUGROHO 55515120036

PROGRAM PASCA SARJANA


PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI
UNIVERSITAS MERCUBUANA
JAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam perdagangan internasional, para eksportir menerima valuta asing
yang tidak dapat mereka gunakan dan karenanya harus ditukarkan dengan alat-alat
pembayaran dalam negeri. Valuta Asing (Valas) atau sering disebut Kurs
(exchange rate) adalah tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara
untuk saling melakukan perdagangan. (Mankiw 2007;128). Kurs sering pula
dikatakan valas ataupun nilai tukar mata uang suatu negara terhadap mata uang
negara lain.
Mata uang yang sering digunakan sebagai alat pembayaran dan kesatuan
hitung dalam transaksi ekonomi dan keuangan internasional disebut sebagai hard
currency, yaitu mata uang yang nilainya relatif stabil dan kadang-kadang
mengalami apresiasi atau kenaikan nilai dibandingkan dengan mata uang lainnya.
Total valas yang dimiliki oleh pemerintah dan swasta dari suatu negara yang pada
umumnya disebut juga sebagai cadangan devisa negara tersebut yang dapat
diketahui dari posisi Balance of Payment (BOP) atau neraca pembayaran
internasionalnya.
Makin banyak valas atau devisa yang dimiliki oleh pemerintah dan
penduduk suatu negara maka berarti makin besar kemampuan negara tersebut
melakukan transaksi ekonomi dan keuangan internasional dan makin kuat pula
nilai mata uang . Para importir yang baru mulai dengan modal mata uang dalam
negeri memerlukan valuta asing untuk membeli barang-barang di luar negeri.
Tidak dapat diterimanya uang asing untuk hasil ekspor dan tidak dapat
diterimanya uang lokal untuk keperluan pembayaran impor, merupakan suatu
dasar untuk suatu pasar dimana uang-uang asing diperdagangkan. Pasar Valuta
Asing berfungsi terutama mentransfer daya beli dan memungkinkan terjadinya
transaksi ke arah yang sebaliknya.
Pengaruh Valuta Asing saat ini sudah menjadi hal yang wajar, dikarenakan
Ekonomi dunia telah mengalami perubahan radikal dalam dua dasawarsa terakhir
ini dimana jarak geografis dan budaya suatu negara dengan negara lainnya
semakin menyempit. Kemajuan di bidang teknologi informasi, komunikasi, dan
transportasi telah mendorong perusahaan untuk melakukan ekspansi, baik dalam
negaranya sendiri, maupun berkembang menjadi perusahaan multinasional yang
memungkinkan perusahaan memiliki anak perusahaan di beberapa negara.
Kenyataan ini sudah berjalan dan sudah banyak di lakukan di negara-negara maju,
seperti Amerika Serikat atau negara – negara Eropa yang telah mengubah
paradigma perdagangannya.
Adanya interaksi perdagangan internasional atau perusahaan multinasional
ini membutuhkan alat pembayaran yang bisa diterima oleh masingmasing negara.
Khususnya kurs mata uang Amerika Serikat yaitu kurs dollar Amerika (USD)
dikarenakan diterima di berbagai negara dan kurs mata uang negara – negara
Eropa yaitu kurs Euro yang saat ini digunakan sebagai mata uang tunggal oleh
negara – negara Eropa. Dalam kenyataannya fluktuasi kurs mata uang asing dapat
mempengaruhi perekonomian di Indonesia. Selain kurs mata uang asing, hal lain
yang mempengaruhi perekonomian di Indonesia yaitu perkembangan indeks harga
saham diberbagai dunia khususnya Indeks Harga Saham Dow Jones (DJIA), dan
juga perkembangan perekonomian di negara-negara Asia Tenggara khususnya
Singapore (Singapore Exchange (SSI)) yang akan mempengaruhi Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG). Apabila kurs mata uang asing (US dollar dan Euro),
serta Indeks Harga Saham Dow Jones (DJIA) dan Indeks Harga Saham yang ada
di Asia Tenggara meningkat

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Valuta Asing dan Pasar Valuta Asing?
2. Bagaimana Sistem Kurs Valuta Asing dalam Transaksi Keuangan
Internasional?
3. Bagaimana Penerapan Hedging di Indonesia dalam Meminimalisir Risiko
Nilai Tukar?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Standar Akuntansi Keuangan mengenai Valuta Asing
2. Untuk mengetahui mengenai Valuta Asing dan Pasar Valuta Asing
3. Untuk Memahami Sistem Kurs Valuta Asing dalam Transaksi Keuangan
Internasional.
4. Untuk Memahami Penerapan Hedging di Indonesia dalam Meminimalisir
Risiko Nilai Tukar.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Standar Akuntansi Keuangan terkait Valuta Asing, Pengertian Valuta


Asing, dan Pengertian Pasar Valuta Asing
A1. Standar Akuntansi Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing
Penentuan mata uang fungsional berdasarkan standar akuntansi yang
berlaku wajib dilakukan oleh perusahaan dengan memperhatikan beberapa
karakteristik tertentu. Dalam hal mata uang pelaporan yang ditentukan adalah
mata uang fungsional, maka untuk penentuan mata uang fungsionalnya wajib
memperhatikan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Berdasarkan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 10 tentang Pengaruh Perubahan
Kurs Valuta Asing disebutkan bahwa lingkungan ekonomi utama di mana entitas
beroperasi adalah lingkungan entitas tersebut utamanya menghasilkan dan
mengeluarkan kas.
Entitas mempertimbangkan faktor berikut dalam menentukan mata uang
fungsionalnya:
1. Mata uang:
a. Yang paling mempengaruhi harga jual barang dan jasa (mata uang ini
seringkali menjadi mata uang yang harga jual barang dan jasa
didenominasikan dan diselesaikan); dan
b. Dari negara yang kekuatan persaingan dan peraturannya sebagian besar
menentukan harga jual barang dan jasa entitas.
2. Mata uang yang paling mempengaruhi biaya tenaga kerja, bahan baku, dan
biaya lain dari pengadaan barang atau jasa (mata uang ini seringkali
menjadi mata uang yang biaya tersebut didenominasikan dan
diselesaikan).
Lebih lanjut disebutkan bahwa faktor-faktor berikut juga dapat memberikan bukti
mengenai mata uang fungsional:
1. Mata uang yang mana dana dari aktivitas pendanaan dihasilkan (antara
lain penerbitan instrumen utang dan instrumen ekuitas).
2. mata uang yang mana penerimaan dari aktivitas operasi pada umumnya
ditahan.
Sedangkan untuk kegiatan usaha luar negeri, faktor-faktor berikut ini
dipertimbangkan dalam menentukan mata uang fungsionalnya, serta apakah mata
uang fungsionalnya sama dengan mata uang entitas pelapor (entitas pelapor dalam
konteks ini, merupakan entitas yang memiliki kegiatan usaha luar negeri sebagai
entitas anak, cabang, entitas asosiasi, atau ventura bersama):
1. Apakah aktivitas kegiatan usaha luar negeri dilaksanakan sebagai
perpanjangan dari entitas pelapor, bukan dilaksanakan dengan tingkat
otonomi signifikan. Contoh aktivitas kegiatan usaha luar negeri yang
dilaksanakan sebagai perpanjangan dari entitas pelapor adalah ketika
kegiatan usaha luar negeri hanya menjual barang yang diimpor dari entitas
pelapor dan mengirimkan hasilnya ke entitas pelapor. Contoh aktivitas
kegiatan usaha luar negeri yang dilaksanakan dengan tingkat otonomi
signifikan adalah ketika kegiatan usaha luar negeri mengakumulasikan kas
dan pos moneter lain, mengadakan pengeluaran, menghasilkan
pendapatan, dan mengatur pinjaman yang secara substansial menggunakan
mata uang lokalnya.
2. Apakah transaksi dengan entitas pelapor memiliki proporsi yang tinggi
atau rendah dari kegiatan usaha luar negeri.
3. Apakah arus kas dari kegiatan usaha luar negeri secara langsung
mempengaruhi arus kas entitas pelapor dan siap tersedia untuk dikirimkan
ke entitas pelapor.
4. Apakah arus kas dari aktivitas kegiatan usaha luar negeri cukup untuk
membayar kewajiban utang yang ada ataupun yang diperkirakan dapat
terjadi tanpa adanya dana yang disediakan oleh entitas pelapor.
Jika indikator di atas tidak bisa menjelaskan mata uang fungsional entitas, maka
manajemen bisa menggunakan pertimbangan untuk menentukan mata uang
fungsional yang paling mencerminkan dampak ekonomi atas transaksi, kondisi
dan kegiatan dari entitas.
Manajemen memberikan prioritas kepada indikator utama sebelum
mempertimbangkan indikator lainnya, yang dibuat untuk memberikan tambahan
bukti pendukung dalam menentukan mata uang fungsional suatu entitas. Mata
uang fungsional entitas mencerminkan transaksi, peristiwa dan kondisi yang
relevan dari entitas. Oleh karena itu, sekali ditentukan, mata uang fungsional tidak
berubah kecuali ada perubahan dalam transaksi, peristiwa dan kondisi dari entitas.
Dengan demikian apabila suatu perusahaan mempunyai mata uang fungsional
dalam dolar Amerika Serikat, maka setiap transaksi keuangan yang terjadi harus
dicatat dalam mata uang dolar Amerika Serikat dengan menggunakan kurs nilai
tukar yang berlaku pada tanggal tersebut.
Mata Uang fungsional ini juga memiliki dampak terhadap pencatatan
transaksi dimana Apabila suatu perusahaan mempunyai mata uang fungsional
dalam dolar Amerika Serikat, maka setiap transaksi keuangan yang terjadi harus
dicatat dalam mata uang dolar Amerika Serikat dengan menggunakan kurs nilai
tukar yang berlaku pada tanggal transaksi. Transaksi yang dilakukan dalam mata
uang Rupiah, pada waktu akan dibukukan ke dalam sistem data elektronik
perusahaan harus dihitung ke dalam mata uang fungsional yang dalam hal ini
adalah dolar Amerika Serikat dengan menggunakan kurs spot antara mata uang
fungsional dan mata uang Rupiah pada tanggal transaksi.
Dalam PSAK 10 disebutkan bahwa untuk pelaporan pada akhir periode
pelaporan berikutnya penghitungan mata uang fungsional dilakukan dengan
memperhatikan hal berikut:
1. Pos moneter mata uang lain dijabarkan menggunakan kurs penutup;
2. Pos nonmoneter yang diukur dalam biaya historis dalam mata uang lain
dijabarkan menggunakan kurs pada tanggal transaksi; dan
3. Pos nonmoneter yang diukur pada nilai wajar dalam mata uang lain
dijabarkan menggunakan kurs pada tanggal ketika nilai wajar ditentukan.
Ketika terdapat perubahan dalam mata uang fungsional, perusahaan
menerapkan prosedur penjabaran untuk mata uang fungsional yang baru secara
prospektif sejak tanggal perubahan itu. Maksud dari perlakuan secara prospektif
tersebut adalah perusahaan menjabarkan semua pos ke dalam mata uang
fungsional yang baru menggunakan kurs pada tanggal perubahan itu dimana hasil
dari jumlah yang dijabarkan untuk pos nonmoneter dianggap sebagai biaya
historisnya. Selisih kurs yang timbul dari penjabaran kegiatan usaha luar negeri
yang diakui sebelumnya dalam pendapatan komprehensif lain tidak direklasifikasi
dari ekuitas ke laba rugi sampai terjadinya pelepasan kegiatan usaha tersebut.

A2. Pengertian Valuta Asing dan Pasar Valuta Asing


Valuta asing atau yang biasa disebut valas, atau yang dalam bahasa asing
dikenal dengan Foreign exchange (Forex) merupakan mata uang yang di
keluarkan sebagai alat pembayaran yang sah di negara lain. Valuta asing akan
mempunyai suatu nilai apabila valuta tersebut dapat ditukarkan dengan valuta
lainnya tanpa pembatasan. Suatu barang ditukar dengan barang lain, tentu di
dalamnya terdapat perbandingan nilai tukar antar keduannya. Nilai tukar ini
sebenarnya merupakan semacam “harga” didalam pertuk aran tersebut. Demikian
pula peretukaran antara dua mata uang yang berbeda, maka akan terdapat
perbandingan nilai/harga antara kedua mata uang tersebut. Perbandingan inilah
yang sering disebut dengan kurs (exchange rate).
Pasar valuta asing (foreign exchange market) adalah sebuah pasar atau
tempat pertemuan di mana individu, perusahaan, dan kalangan perbankan
mengadakan jual beli mata uang dari berbagai negara atau valuta-valuta asing.
Pasar valuta asing untuk setiap mata uang, katakanlah dollar AS, tersebar di
berbagai lokasi diseluruh penjuru dunia, mulai dari London, Paris, Zurich,
Frankfurt, Singapura, Hong Kong, dan Tokyo serta tentu saja New York dimana
dollar diperjualbelikan atau dipertukarkan dengan valuta-valuta asing lainnya.
Pusat-pusat moneter yang tersebar diberbagai penjuru dunia itu disatukan oleh
jaringan telepon, faksmili, video dan teknologi canggih lainnya sehingga satu
sama lain saling berhubungan sehingga membentuk sebuah pasar nonfisik tunggal
yang benar-benar berskala global dan beroperasi 24 jam penuh (Salvatore:1997)
Mata uang yang sering digunakan sebagai alat pembayaran dan kesatuan
hitung dalam transaksi ekonomi dan keuangan internasional disebut sebagai Hard
Currency yaitu mata uang yang nilainya relatif stabil dan kadang-kdang
mengalami apresiasi atau kenaikan nilai terhadap mata uang lainnya. Hard
currency pada umumnya berasal dari negara-negara industri maju seperti
USD,JPY,DEM,GBP,GRF,AUD, dan SFR.
Sedangkan soft currency adalah mata uang lemah yang jarang digunakan
sebagai alat pembayaran dan kesatuan hitung karena nilainya relatif tidak stabil
dan sering mengalami depresiasi atau penurunan nilai terhadap mata uang lainnya.
Soft currency berasal dari negara-negara berkembang seperti Rupiah-Indonesia,
Peso-Filipina, Bath-Thailand dan Rupee-India.
Total valas yang dimiliki oleh pemerintah dan swasta yang dimiliki suatu
negara disebut sebagai cadangan devisa. Cadangan tersebut dapat diketahui dari
posisi balance of payment (BOP) atau neraca pembayaran internasional. Makin
banyak devisa yang dimiliki oleh pemerintah dan penduduk suatu negara maka
berati makin besar kemampuan negara tersebut dalam melakukan transaksi
ekonomi dan keuangan internasional dan makin kuat nilai mata uang negara
tersebut. Cadangan devisa suatu negara biasanya dikelompokan menjadi dua
yaitu:
1. Cadangan devisa resmi atau Official Forex Reserve, yaitu adalah cadangan
devisa milik negara yang dikelola, dikuasai, diurus dan ditatausahakan
oleh bank sentral.
2. Cadangan devisa nasional atau Country Forex Reserve, yaitu seluruh
devisa yang dimiliki oleh perorangan, badan atau lembaga terutama
perbankan yang secara moneter merupakan kekayaan nasional (termasuk
milik bank umum nasional)
Pengawasan devisa (exchange control) dimana pemerintah dapat menempatkan
kurs suatu mata uang itu :
1. Hanya satu jenis saja, tidak tergantung pada tujuan penggunaan devisa
tersebut. Sistem ini disebut dengan single exchange rate sytem. Dalam hal
ini exchange rate tidak mempunyai peranan dalam alokasi devisa untuk
berbagai transaksi, peminta serta negara.
2. Lebih dari satu kurs , tergantung daripada tujuan penggunannya.
Didalam mengadakan alokasi pengguna devisa, pemerintah dapat menggunakan
beberapa cara :
1. Individual allocation dimana setiap pemohon devisa (importir) diadakan
penelitian tentang penggunannya. Apabila pemohon tersebut disetujui lalu
diberikan izin unttuk membeli sejumlah tertentu devisa.
2. Exchange quota dimana untuk setiap kategori impor ditentukan jumlah
devisannya berdasarkan devisa yang akan diperoleh dari ekspor dalam
waktu tertentu. Apabila devisa sudah tersedia, lalu dijual dengan prinsip
yang datang dulu dilayani sampai jatah untuk kategori impor tersebut
habis.
3. Waiting list dimana ini merupakan pelengkap cara b di atas, setiap surat
permohonan pembelian devisa ditempatkan dalam daftar menunggu
sampai devisa tersedia.
A2.1 Pengawasan Devisa
Pemerintah melakukan pengawasan terhadap devisa yang bertujuan untuk:
1. Mencengah terjadinya aliran modal ke luar negeri dan menekan
neraca pembayaran internasional (NPI) yang disequilibrium.
Apabila suatu negara tidak menghendaki penyeimbangan NPI yang
defisit dengan politik deflasi ataupun devaluasi, maka harus
diadakan penekanan terhadap defisit tersebut dengan cara
mengawasi langsung semua transasksi internasional.
2. Melindungi industri di dalam negeri. Dengan pembatsan impor
maka pengawasan devisa mempunyai tujuan untuk melindungi
industri dalam negeri dari persaingan industri luar negri.
3. Memperoleh pendapatan bagi pemerintah. Hal ini dilakukan oleh
pemerintah dengan cara menetapkan kurs yang berbeda antara
pembelian dan penjualan.
A2.2 Fungsi pasar valuta asing
Pasar Valuta Asing memiliki fungsi antara lain :
1. Transfer daya beli (transfer of purchasing power)
2. Mempermudah penukaran valuta sing serta pemindahan dana dari
satu ke negara lain.
3. Memberikan fasilitas – fasilitas bagi pembatasan risiko (hedging)
valuta asing.
4. Penyediaan kredit.
A2.3 Pelaku Pasar Valuta Asing
Banyak pelaku di dalam pasar valuta asing yang melakukan transaksi,
pelaku tersebut antara lain :
1. Bank Sentral
Biasanya bank sentral melakukan jual beli valuta asing dalam rangka
menstabilkan nilai tukar mata uang.
2. Pemerintah
Pemerintah melakukan transaksi valuta asing untuk berbagai tujuan antara
lain membayar hutang luar negri, menerima pendapatan dari luar negri
yang harus di tukarkan lagi kedalam mata uang lokal.
3. Bank Umum dan Perbankan
Bank umum melakukan transaksi jual beli valas untuk berbagai keperluan
antara lain melayani nasabah yang ingin menukarkan uangnya dalam
bentuk mata uang lain. Perbankan adalah pelaku pasar valas yang terbesar
dan paling aktif. Perbankan beroperasi dalam p[pasar valas lewat para
pedagangnya.
A3. Karakteristik Pasar Valuta Asing
Terdapat beberapa karateristik/ jenis pasar yaitu:
1. Pasar Spot (Pasar Tunai)
kurs spot adalah nilai tukar berjalan suatu valuta. Kemudian yang
dimaksud pasar spot adalah pasar yang memfasilitasi transaksi-
transaksi nilai tukar berjalan suatu valuta. Dimana komoditi atau valas
dijual secara tunai dengan penyerahan segera. Transaksi spot terdiri
dari transaksi valas yang biasanya selesai dalam maksimal dua hari
kerja. Dalam pasar spot, dibedakan atas tiga jenis transaksi:
a) Cash merupakan pasar dimana pembayaran satu mata uang dan
pengiriman mata uang lain diselesaikan dalam hari yang sama.
b) Tom (kependekan dari tomorrow/besok) merupakan psar
dimana pengiriman dilakukan pada hari berikutnya.
c) Spot merupakan pasar dimana pengiriman diselesaikan dalam
tempo 48 jam setelah perjanjian.
Menurut Hamdy (2000:20) contoh transaksi spot yaitu pada
tanggal 22 September 2004, seorang Ayah membutuhkan
US$10.000 untuk keperluan kuliah anaknya diluar negeri.
Maka, ayah tersebut dapat menghubungi bank-bank devisa
untuk mengetahui dan membuat kesepakatan selling pada
tanggal tersebut. Apabila sudah tercapai kesepakatan selling
pada tanggal tersebut adalah US$1=5.500 maka
perhitungannya, jumlah rupiah yang dibutuhkan = US$ yang
dibutuhkan dikali sellinf price = US$ 10.000 x Rp.5.500=
55.000.000,- maka untuk mendapatkan US$10.000 diperlukan
55.000.000 yang harus diserahkan tanggal 24 Desember 2004
(2 x 24 jam )
2. Pasar Forward
Kurs forward adalah nilai tukar suatu valuta dengan valuta lain pada
suatu waktu di masa depan yang dikuotasikan oleh bank-bank.
Kemudian yang dimaksud Pasar Forward adalah pasar yang
memfasilitasi perdagangan kontrak forward mata uang. Transaksi
forward merupakan transaksi valas dimana pengiriman mata uang
dilakukan pada suatu tanggal tertentu di masa datang. Kurs dimana
transaksi forward akan diselesaikan telah ditentukan pada saat kedua
belah pihak menyetujui kontrak untuk membeli dan menjual. Waktu
antara ditetapkannya kontrak dan pertukaran mata uang yang
sebenarnya terjadi dapat bervariasi dari dua minggu hingga satu tahun.
Jatuh tempo kontrak forward biasanya satu, dua, tiga atau enam bulan.
Transaksi forward biasanya terjadi bila eksportir, importir, atau pelaku
ekonomi lain yang terlibat dalam pasar valas harus membayar atau
menerima sejumlah mata uang asing pada suatu tanggal tertentu di
masa mendatang.
Menurut Madura (2000:63) contoh transaksi forward yaitu apabila
suatu perusahaan akan membutuhkan 1 juta Mark Jerman, 90 hari dari
sekarang untuk mengimpor barang dari Jerman. Asumsikan bahwa
perusahaan tersebut dapat langsung membeli Mark Jerman untuk
pengiriman langsung (yaitu, dari pasar spot) dengan kurs spot $0,50
per Mark. Berdasarkan kurs spot ini maka perusahaan membutuhkan
$500.000 ($0,50 per Mark x 1.000.000). namun perusahaan belum
memiliki dana saat ini juga untuk membeli Mark. Perusahaan dapat
menunggu 90 hari dan kemudian menukarkan US Dolar dengan Mark
menurut kurs yang berlaku saat itu. Tetapi perusahaan tidak
mengetahui berapa kurs spot 90 hari dari sekarang. Jika naik menjadi
$0,60 per Mark, perusahaan akan membutuhkan $600.000 ($0,60 per
Mark x 1.000.000 Mark). Dengan danya ini maka perusahaan akan
merugi sebesar $100.000. akan lebih baik perusahaan mengunci kurs
untuk 90 hari dari sekarang. Dimana kurs forward 90 hari sekarang
adalah $0,51 per mark, maka perusahaan dapat melakukan perjanjian
kontrak forward dengan menggunakan kurs forward 90 hari dari
sekarang. Sehingga dana yang dibutuhkan perusahaan sebesar
$510.000 ($0,51 per Mark x 1.000.000 Mark). Maka dengan mengunci
kurs, perusahaan tidak perlu khawatir dengan adanya perubahan kurs
spot 90 hari ke depan.
3. Pasar Currency Futures
Pasar Currency Futures merupakan pasar yang memfasilitasi
perdagangan kontrak Currency Futures. Suatu kontrak Currency
Futures menetapkan suatu volume standar dari suatu valuta tertentu
yang akan dipertukarkan pada tanggal penyelesaian (settlement date)
tertentu di masa depan. Sebuah MNC (multi national corporation) yang
ingin meng-hedge hutangnya akan membeli kontrak Currency Futures
untuk mengunci harga suatu valuta di masa depan Menurut Kuncoro
(2000:123) contoh transaksi futures yaitu sebuah korporasi AS, yang
pada tanggal 2 Januari menyadari kebutuhan akan 450.000 mark untuk
tanggal 11 Februari (40 hari kemudian). Jika korporasi tersebut
berupaya untuk mengunci harga pembelian mark di masa depan
dengan kontrak futures, tanggal penyelesaian kontrak adalah hari Rabu
ketiga bulan Maret. Selain itu, jumlah Mark yang dibutuhkan
(450.000) lebih tinggi dari jumlah standarnya (125.000). Hal yang
terbaik yang bisa dilakukan korporasi adalah membeli 3 kontrak
futures-mark (dengan total 375.000 Mark) atau 4 kontrak futures-mark
(500.000). asumsikan bahwa pada tanggal 11 Januari, harga futures-
mark untuk bulan Maret adalah $0,5900. dengan membeli kontrak
futures ini pada tanggal 2 Januari, perusahaan wajib membeli Mark
seharga $0,5900 per Mark pada hari Rabu ketiga bulan Maret. Di lain
pihak, siapa pun yng menjual kontrak futures ini pada tanggal 11
Januari wajib mengirimkan (menjual)Mark dengan harga $0.5900 per
Mark pada hari Rabu ketiga bulan Maret. Karena satu unit kontrak
futures-mark bernilai $125.000 Mark, maka perusahaan harus membeli
3 atau 4 unit kontrak futures-mark. Maka jumlah Dolar yang
dibutuhkan adalah $221.500 (3 unit kontrak futures-mark x $125.000 x
$0,5900) atau 295.000 (4 unit kontrak futures-mark x $125.000 x
$0,5900).
4. Pasar Currency Options
Pasar Currency Options merupakan pasar yang memfasilitasi
perdagangan kontrak currency options. Kontrak currency options dapat
diklasifikasikan sebagai call atau put. Suatu currency call Options
menyediakan hak untuk membeli suatu valuta tertentu dengan harga
tertentu (yang dinamakan dengan strike price atau exercise price)
dalam suatu periode waktu tertentu. currency call options digunakan
untuk meng-hedge hutang-hutang valas yang harus dibayarkan di masa
depan. currency put options memberikan hak untuk menjual suatu
valuta asing dengan harga tertentu dalam suatu periode waktu tertentu.
Currency put options digunakan untuk meng-hedge piutang-piutang
valas yang akan diterima di masa depan.
Menurut Madura (2000:131) contoh dari transaksi currencyCALL
OPTIONS yaitu ada kemungkinan perusahaan sebuah perusahaan akan
membutuhkan valuta asing di masa depan, tetapi perusahaan tidak
begitu yakin. Sebagai contoh, anggaplah sebuah perusahaan AS
terlibat dalam tender sebuah poyek di Jerman. Jika proyek tersebut
jatuh kepada perusahaan tersebut maka perusahaan akan membutuhkan
kira-kira DM625.00 untuk membeli bahan baku dan jasa di Jerman,
namun perusahaan tidak tahu apakah tawaran akan diterima atau tidak
sampai tiga bulan ke depan. Asumsikan bahwa exercise price bagi
Mark adalah $0,50 dan premium call option-nya adalah $ 0,02 per unit.
Perusahaan akan membayar $1250 per opsi (62.500 x $0.02) atau
$12.500 untuk 10 kontrak. Dengan adanya opsi tersebut, jumlah
maksimum pengeluaran US Dolar untuk membeli Mark adalah
$312.500 (62.500 x $0,5).
A3.1 Sistem kurs valuta asing
Sifat kurs valuta asing sangat tergantung dari sifat pasar. Apabila transaksi
jual beli valuta asing dapat dilakukan secara bebas di pasar, maka kurs valuta
asing akan berubah-ubah sesuai dengan perubahan permintaan dan penawaran.
A. Sistem kurs yang berubah-ubah
Perubahan kurs tergantung pada beberapa faktor yang mempengaruhi
permintaan dan penawaran valuta asing. Seperti dijelaskan di muka, bahwa
permintaan valuta asing diperlukan guna melakukan transaksi pembayaran ke
luar negri (impor). Sedangkan penawaran valuta asing berasal dari (ekspor)
yakni berasal dari transaksi kredit neraca pembayaran internasional.
Sedangkan pengaruh ketiga faktor tersebut yaitu harga dan tingkat bunga,
maka makin tinggi tingkat pertumbuhan pendapatan , maka makin besar
kemungkinan untuk impor yang berarti makin besar pula permintaan akan
valuta asing. Kurs valuta asing cenderung naik (harga mata uang sendiri
turun). Demikian juga inflasi akan menyebabkan impor naik dan ekspor turun
yang akan mengakibatkan kurs valuta asing naik. Kenaikan tingkat bunga
dalam negri cenderung menarik modal masuk dari luar negri. Kurs valuta
asing akan turun ( nilai mata uang sendiri naik relatif terhadap valuta asing).
1. Kebijakan pemerintah ( kenaikan pengeluaran misalnya) akan
menaikan pendapatan dan harga.
2. Pendapatan dan harga ini akan menyebabkan impor naik, yang berarti
akan.
3. Menaikkan permintaan valuta asing.
4. Akibat selanjutnya , kurs valuta asing akan naik (deprisiasi mata uang
sendiri).
B. Sistem kurs yang stabil
Sering menimbulkan tindakan spekulasi sebagai akibat ketidaktentuan
didalam kurs valuta asing. Oleh karena itu banyak negara yang kemudian
menjalankan suatu kebijakan untuk menstabilkan kurs. Kurs yang stabil dapat
ditimbulkan secara:
a) Aktif yakni pemerintah menyediakan dana untuk tujuan stabilitasi kurs.
Stabilitasi kurs dapat dijalankan dengan cara tendensi kurs valuta asing
akan turun maka pemerintah membeli valuta sing dipasar.dengan
tambahannya permintaan dari tendesu kurs naik, maka pemerintah menjual
valuta asing di pasar sehingga penawaran valuta asing bertambah dan
kenaikan kurs dapat dicegah.
b) Pasif yakni didalam suatu negara yang menggunakan sistem standar emas.
Negara yang memakai standar emas apabila :
 nilai mata uangnya dijamin dengan nilai seberat emas tertentu.
Setiap orang boleh membuat serta melebur uang emas.
 Pemerintah sanggup membeli atau menjual emas dalam jumlah
yang tidak terbatas pada harga tertentu.
A4. Hegding
Kebijakan pengusaha untuk melakukan forward contract ini merupakan
salah satu hedging yaitu tindakan pengusaha untuk menghindari resiko kerugian
sebagai akibat fluktuasi kurs valas yang disebut sebagai forex exposure. Secara
finansial, forex exposure atau pengaruh fluktuasi kurs valas terhadap transaksi
(ekspor dan impor) yang dilakukan oleh perusahaan dapat digolongkan sebagai
berikut :
1. Transaction exposure yaitu resiko pengaruh fluktuasi kurs valas terhadap
future cash transaction
2. Economic exposure yaitu resiko pengaruh fluktuasi kurs valas terhadap
present value dari future cash flows suatu perusahaan
3. Transaction/counting exposure yaitu resiko pengaruh fluktuasi kurs valas
terhadap consolidated financial statement perusahaan.
Pada umumnya setiap perusahaan yang melakukan transaksi internasional
tentu akan mempunyai penerimaan atau pengeluaran dalam berbagai valas. Untuk
menentukan perlu tidaknya dilakukan hedging atas receivable atau payable dalam
suatu valas. Maka sangat perlu diperhatikan adalah fluktuasi (apresiasi atau
depresiasi) valas.
 Bila perusahaan memiliki receivable atau penerimaan dalam suatu valas
yang akan apresiasi maka tidak perlu melakukan hedging. Sebaliknya, jika
valas tersebut depresiasi maka perlu melakukan hedging
 Bila perusahaan memiliki payable atau pengeluaran dalam suatu valas
yang akan apresiasi maka perlu dilakukan hedging. Sebaliknya, jika valas
tersebut depresiasi maka tidak perlu melakukan hedging.
Jika perusahaan mempunyai receivable dan payable dalam valas yang
sama dengan nilai atau jumlah yang sama, maka tidak perlu dilakukan hedging.
Akan tetapi, kalau receivable dan payable dalam valas yang sama tersebut tidak
sama besar atau nilainya, maka hedging cukup sebesar selisihnya saja. Pada
umumnya hedging ini mengarah pada pengurangan atau penghapusan kerugian
yang ditimbulkan dari resiko perubahan nilai kurs.
Sedangkan transaksinya mengarah kepada kemungkinan pengaruhnya
terhadap arus kas yang diakibatkan dari fluktuasi nilai kurs atau tarif bunga dalam
transaksi yang dilakukan badan usaha. Hedging dapat dikelompokkan menjadi
tiga, yaitu:
a. Straight Hedge yaitu upaya untuk membuat simetris antara arus kas aset
dan instrument hedge nya.
b. Opinion Hedge yaitu seperti kita membeli asuransi (asuransi di sini adalah
dilihat dari sisi fungsi dan bukannya dari sisi kelembagaan).
c. Spekulative Hedge yaitu merupakan yang tinggi resikonya karena
merupakan gabungan antara beberapa aset instrument hedge di mana arus
kasnya dapat tidak sistematis satu dengan yang lainnya.
Hedging atau lindung nilai adalah merupakan suatu mekanisme yang
dilaksanakan Bursa Berjangka dengan membuka suatu kontrak beli atau jual atas
suatu komoditi yang akan diperdagangkan di pasar fisik. Hedging ini bertujuan
memperkecil atau menghilangkan resiko kerugian atas ketidakpastian harga yang
mungkin terjadi saat transaksi di pasar fisik nantinya. Jadi dengan melakukan
hedging kerugian yang terjadi akan ditutupi oleh keuntungan yang diperoleh atas
transaksi yang dilakukan di bursa berjangka. Para pelaku hedging ini biasa disebut
hedger, yang terdiri atas hedger pembeli (hedge long) dan hedger penjual (hedge
short). Hedger pembeli umumnya berencana akan membeli komoditas di pasar
fisik di masa yang akan datang untuk melindungi transaksinya dari fluktuasi.
Hedger pembeli biasanya dilakukan oleh kalangan eksportir.
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan:

Valuta Asing (Valas) atau sering disebut Kurs (exchange rate) adalah
tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan
perdagangan. Dimana valas ataupun nilai tukar mata uang suatu negara terhadap
mata uang negara lain. Valas ini memiliki nilai yang tidak stabil akibat adanya
situasi perdagangan yang tidak menentu.
Valuta asing merupakan suatu mekanisme di mana orang dapat
mentransfer daya beli antarnegara, memperoleh atau menyediakan kredit untuk
transaksi perdagangan internasioanal, dan meminimalkan kemungkinan resiko
kerugian (exposure of risk) akibat terjadinya fluktuasi kurs suatu mata uang. Pasar
Valuta Asing menyediakan pasar sarana fisik maupun dalam pasar kelembagaan
untuk melakukan perdagangan mata uang asing, menentukan nilai tukar mata
uang asing, dan menerapkan managemen mata uang asing
DAFTAR PUSTAKA

Beams, Floyd A. (1992). Advanced Accounting, Fifth Edition, New Jersey,


Prentice Hall-Inc.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2015). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Ikatan


Akuntan Indonesia.

Krugman, Paul R and Maurice Obstfeld. (1992). Ekonomi Internasional:Teori dan


Kebijakan, Jakarta:PT Rajagrafindo Persada.

Mankiw Gregory N. (2004). Principles of Macroeconomics. Third Edition.


Thomson South Western.

Mankiw Gregory N. (2007). Makroekonomi. Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai