PIUTANG
DisusunOleh :
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Akuntansi Pajak atas Piutang”. Makalah
ini disusun dengan tujuan untuk melengkapi nilai tugas mata kuliah Akuntansi
Perpajakan.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Penyusun
Page 1
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN
Perpajakan………………..……………………………….….…20
Page 2
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu komponen akun yang sering dicatat dalam akuntansi adalah
piutang. Piutang yang diperoleh oleh perusahaan itulah yang akan dikenakan
perhitungan pajak. Piutang ialah hak perusahaan kepada pihak lain yang akan
diterima dalam bentuk kas. Piutang usaha terjadi karena penjualan barang atau
penyerahan jasa secara kredit. Piutang yang dapat ditagih dalam 1 tahun dapat
digolongkan ke dalam aset lancar, sedangkan piutang yang tidak dapat ditagih dalam
1 periode dapat digolongkan pada asset lain-lain.
Dari pembahasan di atas, maka dari itu kami membuat makalah mengenai
Akuntansi Pajak atas Piutang.
Page 3
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Warren Reeve & Fess, piutang meliputi semua klaim dalam
organisasi lainnya. Piutang merupakan bagian dari aset lancar. Aset lancar
merupakan aset yang diharapkan akan direalisasi dalam siklus aset operasi
berjalan.
kategori :
adanya penjualan produk atau penyerahan jasa dalam rangka kegiatan usaha
lancar, dengan syarat jangka waktu penagihannya kurang dari satu tahun atau
Page 4
dan nominal yang sudah ditentukan. Pinjaman yang diberikan bisa
(2) Kondisi kedua, piutang wesel terjadi karena aktivitas jual-beli secara
hari.
jenis piutang ini tidak terdiri dari satu macam piutang saja. Beberapa akun
seperti piutang non usaha, pinjaman pada karyawan, atau piutang yang
utama, tergolong dalam jenis piutang lain-lain. Piutang ini diharapkan akan
Page 5
2.2 Akuntansi Atas Piutang Usaha Berbasis PSAK
Piutang usaha terjadi karena penjualan barang atau penyerahan jasa secara
kredit. Ada kalanya bentuk piutang usaha dinyatakan dalam bentuk surat dagang
komersial yaitu wesel tagih. WP yang merupakan Pengusaha Kena Pajak (PKP)
wajib memungut PPN atas penyerahan barang dan jasa kena pajak yang
dilakukannya.
dalam PSAK 50/IAS 32 dan PSAK 1/IAS 1. Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
bruto tagihan diikuti dengan jumlah taksiran piutang yang tidak dapat ditagih.
Penjualan xxx
(amortized cost). Akan tetapi, praktik yang lazim mengabaikan faktor nilai waktu
uang dengan alasan materialitas, sehingga piutang usaha biasa dilaporkan dengan
Page 6
oleh perusahaan, dikenal dengan istilah nilai realisasi neto (net realizable
value).
Penilaian piutang bisa menyulitkan karena piutang yang tidak tertagih belum
estimasi.
yakni :
terjadi.
Page 7
2.3 Penyisihan Piutang Tak Tertagih
(trade discount), yakni potongan yang diberikan pada saat terjadi transaksi
penjualan dengan mengurangi harga jual yang berlaku dan potongan tunai (cash
discount), yakni potongan yang diberikan kepada pelanggan dengan tujuan agar
pelanggan segera melakukan pembayaran tagihan. Selain itu sering juga terjadi
potongan tunai dan retur penjualan tidak diperkenankan untuk tujuan perpajakan
merupaka hal yang lazim. Menurut Weygen, Kimmel dan Kieso, pembentukan
penjualan.
Contoh kasus :
Page 8
penjualan. Maka besarnya cadangan piutang tak tertagih adalah 2% x 40M =
saldo piutang rata-rata atau umur piutang pada akhir periode (aging schedule
of account receivable).
Contoh kasus :
Page 9
NamaDebitur TanggalJatuh Tempo SaldoPiutang
PT ABC 12/02/2019 210.000.000
PT EWD 03/03/2019 170.000.000
PT HNW 20/01/2019 150.000.000
PT SBI 08/07/2019 300.000.000
PT ETK 19/08/2019 400.000.000
TOTAL 1.230.000.000
Jurnal :
Contoh kasus :
Page 10
1 – 90 Hari 80.0000.000 1% 800.000
90 – 120 Hari 60.000.000 2% 1.200.000
120 – 180 Hari 40.000.000 4% 1.600.000
Lebih dari 180 Har 20.000.000 8% 1.600.000
i
TOTAL 200.000.000 5.200.000
Dari data di atas dapat diketahui bahwa jumlah penyisihan piutang tak
berikut :
Secara fiskal, piutang tak tertagih merupakan nilai yang muncul akibat
transaksi wajar yang sesuai dengan bidang usaha WP (tidak termasuk piutang
yang muncul akibat transaksi bisnis dengan pihak yang memiliki hubungan
pajak. Pada dasarnya secara fiskal tidak dikenal adanya metode penyisihan
Page 11
UU No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan kecuali untuk WP sektor usaha
atau penyisihan dana cadangan tidak boleh dikurangkan dari laba bruto. Ini
berarti nilai penyisihan piutang ragu-ragu yang belum diputuskan sebagai piutang
tak tertagih tidak boleh dijadikan sebagai biaya yang dikurangkan dari laba bruto
Untuk beban piutang tak tertagih sendiri pada prinsipnya tidak menjadi
soal bagi ketentuan perpajakan. Sepanjang nilai beban piutang tak tertagih yang
diperoleh adalah nilai yang dipastikan tidak dapat lagi tertagih dan tidak lagi
mengandung nilai yang kemungkinan masih dapat dibayar oleh debitur, maka
rangka rekonsiliasi fiskal, secara administratif nilai piutang tak tertagih tersebut
piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dan dapat dikurangkan dari
(1) Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih tersebut telah dibukukan sebagai
Page 12
(2) WP wajib menyerahkan daftar piutang tak tertagih kepada DitJen Pajak yang
bersangkutan.
koran/majalah atau media massa cetak secara nasional (publikasi umum) atau
khusus).
(5) Adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk
Persyaratan no 3-5 tidak berlaku dalam hal piutang tak tertagih berasal
dari piutang yang diberikan kepada debitur kecil atau debitur kecil lainnya.
Debitur kecil dalam hal ini adalah debitur dengan jumlah piutang tidak lebih dari
Rp.100.000.000,- yang merupakan jumlah total piutang dari beberapa kredit yang
Tani), KPRSS (Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana), KUK (Kredit Usaha
Kecil), KUR (Kredit Usaha Rakyat), dan kredit lainnya dalam rangka kebijakan
Page 13
perkreditan Bank Indonesia dalam mengembangkan usaha kecil dan koperasi.
Adapun debitur kecil adalah debitur dengan jumlah piutang tidak melebihi
Rp.5.000.000,-.
(1) Daftar piutang tak tertagih (nama, NPWP, alamat, jumlah piutang yang tidak
lagi tertagih).
(5) Surat keterangan dari Debitur bahwa sejumlah utang telah dihapuskan dan
Maka beban piutang tak tertagih boleh dikurangkan dari laba kotor sesuai
dengan amanat pasal 6 ayat (1) huruf h UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan. Semua bukti tersebut dijadikan sebagai lampiran saat pelaporan SPT
Tahunan PPh. Jika dalam tahun berjalan ternyata debitur melunasi utangnya,
padahal penghapusan telah disetujui dan dibebankan sebagai biaya, maka nilai
Page 14
pelunasan tersebut wajib dilaporkan Wajib Pajak sebagai penghasilan pada tahun
yang telah ditentukan dalam Pasal 6 ayat (1) huruf h UU PPh, sebagai berikut :
(1) Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial.
(2) Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau Badan
Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN) atau adanya perjanjian tertulis
yang bersangkutan.
(4) WP harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada
Namun dalam kondisi tertentu biaya penyisihan piutang tak tertagih bisa
komersial dengan penghasilan kena pajak menurut akuntansi secara fiskal). Jika
sekiranya WP tidak dapat memenuhi syarat yang ditentukan dalam Pasal 6 ayat
Page 15
(1) huruf h UU PPh tersebut di atas maka biaya penyisihan piutang tak tertagih
Akhir tahun 2017, kurang bayar pajak PT BKP adalah sebagai berikut :
Ada selisih Rp.2.000.000,- atas koreksi pos penyisihan piutang tak tertagih. Jadi
kelebihan Rp.2.000.000,- tersebut adalah pajak yang dibayar di awal atas hutang
pajak yang akan datang saat piutang benar-benar tidak dapat tertagih.
Di tahun yang akan datang, jika piutang tersebut benar-benar tidak tertagih dan
memenuhi syarat perpajakan diterima, maka pajak terutang akhir tahun yang
Page 16
akan datang berdasarkan akuntansi komersial sebesar Rp.12.000.000,- dan
dalam Pasal 3 dibayar seluruhnya atau dibayar sebagian oleh debitur, jumlah
Page 17
Contoh Soal : PT Rahayu Sentosa telah menghapuskan piutang PT Ramai
yang sudah dihapus tidak perlu dilakukan koreksi fiskal. Walaupun tidak
dilakukan koreksi fiskal, tetapi jurnal untuk akhir tahun tetap dilakukan
Page 18
koreksi fiskal, mengingat hakekatnya koreksi terhadap Beban Piutang
2. Allowance Method
Page 19
Berbeda dengan penerimaan piutang dimana penghapusan piutang
memakai metode langsung tidak ada koreksi fiskal, untuk metode tidak
Page 20
Tetapi untuk menghitung PKP, penghapusan piutang CV Indah tsb
tersebut sbb:
(25% x Rp 50.000000)
berikut:
Page 21
kecuali caangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan
usaha lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak
dikurangkan.
Jika dalam tahun 2015 ada penghapusan piutang tak tertagih (misalkan
komersial, maka pada akhir tahun pajakpun tidak ada koreksi fiskal.
Page 22
Jika WP menggunakan metode ini maka tidak perlu koreksi fiskal dan
sebagai berikut:
Page 23
Masalah Sengketa Pajak Antara Konsultan Pajak BCA Dengan Pemeriksa
Pajak Dari Ditjen Pajak Yang Menyangkut Piutang yang Tertagih. Mantan Dirjen
Pajak, Hadi Poernomo ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK pada 21 April
Awal mula sengketa pajak ini dimulai saat DJP menerbitkan Surat
akhir pemeriksaan, masih ada 10 item koreksi yang BCA tak setuju, lalu terbit
Surat Ketetapan Pajak Nihil Pajak Penghasilan (SKPN PPh) Badan. Di dalam
SKPN tersebut, laba fiskal BCA sebesar Rp174 miliar, sedangkan menurut DJP
Dari 10 item koreksi, ada tiga koreksi senilai Rp5,77 triliun yang menjadi
penyisihan tahun lalu yang telah dibukukan sebagai biaya harus dijadikan sebagai
penghasilan (Rp5,59 triliun). Kedua, penyisihan rugi tahun lalu karena barang
Ketiga, terkait biaya penghapusan piutang tak tertagih (piutang macet) yang
Page 24
DJP mengacu koreksi NPL pada Keputusan Menteri Keuangan
bahwa piutang macet untuk bank dapat sebagai biaya sepanjang penuhi 4 syarat
dalam Laporan Keuangan Komersial. Kedua, nama debitur dan jumlah piutang
macet pada bank harus dibebankan terlebih dahulu pada perkiraan cadangan
piutang macet. Jika cadangan tersebut tidak atau tidak seluruhnya dipakai untuk
tidak seluruhnya dipakai untuk menutupi kerugian. Untuk itu, biaya tahun 1998
Rp5,59 triliun dan Rp31,48 miliar harus diakui sebagai penghasilan di 1999.
Page 25
piutang tak tertagih BCA tidak memenuhi persyaratan formal. Alasannya, nama
debitur, dan jumlah piutang tak tertagih tidak diserahkan kepada Pengadilan
26 Maret 1999. Berdasarkan SKP ini, BCA menjadi Bank Take Over (BTO)
sehingga harus direkapitulasi. Selain itu, segala hak dan wewenang doreksi,
Rp5,77 triliun. Pengalihan ini mengacu pada Perjanjian Jual Beli dan Penyerahan
anggap transaksi dengan BPPN ini sebagai pengalihan cessie (jual beli piutang).
BCA rujuk ketentuan cessie ini pada Pasal 613 ayat (1) KUH Perdata. Dengan
keuangannya. Selain itu, kerugian pengalihan aset dengan skema cessie tersebut
sudah dioffset dengan biaya cadangan piutang tak tertagih pada tahun 1998 senilai
Rp5,59 triliun dan Rp31,48 miliar. Pada tahun 1999, kerugian pengalihan hak
2003 dan diterima DJP pada 19 Juni 2003. Sesuai aturan, DJP punya waktu 12
Page 26
bulan untuk proses keberatan sampai 18 Juni 2004. Tim penelaah keberatan DJP
awalnya tetap mempertahankan ketiga koreksi yang menjadi sengketa. Tim justru
menambah satu koreksi lagi terkait laba program rekapitalisasi senilai Rp10,75
triliun. DJP menilai, BCA menerima laba dari program rekapitalisasi sehingga
jadi objek PPh. Untuk perkuat alasan keberatan, BCA sampaikan data tambahan
bahwa BPPN selaku pengambil alih piutang macet BCA berhasil melakukan
penagihan piutang macet senilai Rp3,29 triliun. Data ini disampaikan menjelang
akhir batas waktu proses keberatan. Kata BCA, hasil penagihan tersebut menjadi
hak BPPN. Jika BCA menghapus piutang macet dan berhasil melakuan penagihan
Rp3,29 triliun, otomatis penghasilan tersebut menjadi hak BCA. Akan tetapi, hal
Nota Dinas (ND) No ND-192/PJ/204 tanggal 17 Juni 2004, satu hari sebelum
semula agar didrop.” Koreksi semula mencakup ketiga koreksi saat pemeriksaan
dan menjadi objek sengketa pajak keberatan. Satu koreksi lagi merupakan laba
Page 27
menyatakan ‘Mengabulkan Seluruh Permohonan Keberatan Wajib Pajak alias
Terlihat jelas bagaimana duduk persoalan kasus pajak BCA. Dirut BCA
menyatakan ada perbedaan pendapat. Pengalihan piutang dengan skema cessie tak
tentang hal ini harus diuji lebih dalam dan cermat lagi ke isi Perjanjian Jual Beli
penghasilan terkait hasil penagihan NPL. Sesuai Pasal 4 ayat 1 II PPh, Wajib
Pajak manapun tidak dapat dianggap terima dan/atau peroleh penghasilan jika
BAB III
PENUTUP
Page 28
3.1 KESIMPULAN
Menurut Warren Reeve & Fess, piutang meliputi semua klaim dalam
organisasi lainnya. Piutang merupakan bagian dari aset lancar. Aset lancar
merupakan aset yang diharapkan akan direalisasi dalam siklus aset operasi
risiko piutang tak tertagih. Penilaian piutang bisa menyulitkan karena piutang
pajak. Pada dasarnya secara fiskal tidak dikenal adanya metode penyisihan
Page 29
UU No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan kecuali untuk WP sektor usaha
tertentu.
Untuk beban piutang tak tertagih sendiri pada prinsipnya tidak menjadi
soal bagi ketentuan perpajakan. Sepanjang nilai beban piutang tak tertagih yang
diperoleh adalah nilai yang dipastikan tidak dapat lagi tertagih dan tidak lagi
mengandung nilai yang kemungkinan masih dapat dibayar oleh debitur, maka
dalam Pasal 3 dibayar seluruhnya atau dibayar sebagian oleh debitur, jumlah
Page 30
4. Penerimaan piutang setelah dihapuskan
4.1 Telah memenuhi persyaratan peraturan perpajakan
Penghasilan pajak tangguhan xxx Penghasilan pajak tangguhan xxx
Aktiva pajak tangguhan xxx Aktiva pajak tangguhan xxx
4.2 Belum memenuhi persyaratan peraturan perpajakan
Penghasilan pajak tangguhan xxx Penghasilan pajak tangguhan xxx
Aktiva pajak tangguhan xxx Aktiva pajak tangguhan xxx
3.2 SARAN
itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam
kesimpulan di atas.
DAFTAR PUSTAKA
Page 31
Weygandt, Kimmel, and Kieso (2009), Accounting Principles 9th Edition, United
Weygandt, et al. 2011, Slide Materi: Accounting Principles 10E: ch09 Accounting for
http://www.dpr.go.id/id/undang-undang/2008/36/uu/Pajak-Penghasilan.
UndangUndang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Diakses tanggal
03 Agustus 2015
tentang Piutang yang Nyata- Nyata Tidak Dapat Ditagih yang Dapat Dikurangkan
Piutang yang Nyata- Nyata Tidak Dapat Ditagih yang Dapat Dikurangkan Dari
Penghasilan Bruto
Lubis, Irsan. “Materi Taksiran Kerugian Piutang Tak Tertagih”. 31 Juli 2015.
http://www.ilubis.files. wordpress.com/landasan-teori_uncollectible_receivables
[1] Weygandt, et al. 2011, Slide Materi: Accounting Principles 10E: ch09 Accounting
https://www.warsidi.com/2018/05/akuntansi-piutang-usaha-piutang-dagang.html
Page 32
https://dosenakuntansi.com/jenis-jenis-piutang
http://punditax.com/rekonsiliasi-fiskal-untuk-piutang-tidak-tertagih/
Page 33