Anda di halaman 1dari 16

PSAK 46 Pendidikan Brevet A-B

PSAK No.46
AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN
A. Tujuan
PSAK No.46 ini mengatur perlakuan akuntansi untuk PPh. Masalah utama perlakuan akuntansi untuk
PPh adalah bagaimana mempertanggungjawabkan konsekuensi pajak pada periode berjalan dan periode
mendatang untuk hal-hal berikut ini :

1. Pemulihan nilai tercatat aktiva yang diakui pada neraca perusahaan atau pelunasan nilai
tercatat kewajiban yang diakui pada neraca perusahaan.

2. Transaksi-transaksi atau kejadian-kejadian lain pada periode beralan yang diakui pada
laporan keuangan perusahaan.

B. Pendekatan Balance Sheet Untuk Pajak Tangguhan


Dari tujuan tersebut tersirat bahwa PSAK No.46 mengharuskan perusahaan untuk menghitung dan
mengakui pajak tangguhan atas future tax effect dari suatu transaksi/kejadian tertentu. Konsekuensinya,
beban pajak yang diakui dalam laporan rugi laba bukan hanya PPh yang terutang sesuai SPT, tetapi juga
mempertimbangkan beban pajak tangguhan atau penghasilan pajak tangguhan. Selanjutnya dengan
adanya beban/penghasilan pajak tangguhan tersebut, berarti perusahaan harus mengakui adanya
kewajiban/aktiva pajak tangguhan. Inilah yang disebut dengan balance sheet liability method atau
asset/liability method.
Pengaruh pajak di masa datang tersebut, pada dasarnya disebabkan karena adanya perbedaan perlakuan
antara akuntansi dan pajak –(Accounting Base vs Tax Base).
1. Nilai Buku Akuntansi (Accounting Base) : Nilai tercatat aktiva atau nilai tercatat
kewajiban menurut akuntansi.

2. Nilai Buku Fiskal (Tax Base) / Dasar Pengenaan Pajak (DPP) : Nilai aktiva atau nilai
kewajiban yang diakui oleh DJP dalam penghitungan laba fiskal.

a. DPP Aktiva adalah jumlah yang dapat dikurangkan, untuk tujuan fiskal, terhadap
setiap manfaat ekonomi (penghasilan) kena pajak yang akan diterima perusahaan pada saat
memulihkan nilai tercatat aktiva tersebut. Apabila manfaat ekonomi tersebut tidak akan
dikenakan pajak, maka DPP aktiva sama dengan nilai tercatat aktiva (Accounting Base = Tax
Base).

Contoh :
Piutang bunga mempunyai nilai tercatat 100 (Accounting Base). Untuk tujuan fiskal,
pendapatan bunga diakui pada saat kas diterima, maka DPP nya nol.

Piutang usaha mempunyai nilai tercatat 100. Pendapatan usaha terkait telah diakui untuk tujuan
fiskal, maka DPP nya 100.

b. DPP Kewajiban adalah nilai tercatat kewajiban dikurangi dengan setiap jumlah
yang dapat dikurangkan di masa mendatang.
Contoh : Nilai tercatat beban yang masih harus dibayar (accrued expense) 100. Biaya tersebut
dapat dikurangkan secara fiskal pada saat kas dibayarkan, maka DPP nya nol.

C. Perbedaan Temporer dan Perbedaan Permanen


Untuk sebagian besar transaksi tidak ada perbedaan perlakuan antara akuntansi dan pajak untuk
pengakuan pendapatan dan biaya. Tetapi untuk sebagian lain ada perbedaan perlakuan. Perbedaan ini
dapat digolongkan dalam 2 kategori sbb :

Tax Training House - Jakarta 1


PSAK 46 Pendidikan Brevet A-B

1. Perbedaan Temporer (Temporary Differences) : Perbedaan antara jumlah tercatat aktiva atau
kewajiban dengan dasar pengenaan pajaknya.
a. Perbedaan Temporer Kena Pajak (Taxable Temporary Differences) : Perbedaan temporer
yang menimbulkan suatu jumlah kena pajak dalam penghitungan laba fiskal periode mendatang
pada saat nilai tercatat aktiva dipulihkan atau nilai tercatat kewajiban dilunasi.
b. Perbedaan Temporer Yang Boleh Dikurangkan (Deductible Temporary Differences) :
Perbedaan temporer yang menimbulkan suatu jumlah yang boleh dikurangkan dalam
penghitungan laba fiskal periode mendatang pada saat nilai tercatat aktiva dipulihkan atau nilai
tercatat kewajiban dilunasi.

2. Perbedaan Permanen (Permanent Differences) hanya mempengaruhi penghitungan laba kena pajak
pada tahun berjalan dan tidak mempunyai dampak terhadap penghitungan pajak dimasa mendatang
(no future tax effects).

Untuk kepentingan perpajakan, atas perbedaan-perbedaan tersebut harus dilakukan koreksi fiskal yang
dibedakan menjadi 2 kategori sbb :

1. Koreksi Fiskal Positif yaitu koreksi yang mengakibatkan laba kena pajak bertambah atau rugi
fiskal berkurang.

2. Koreksi Fiskal Negatif yaitu koreksi yang mengakibatkan laba kena pajak berkurang atau rugi
fiskal bertambah.

D. Contoh Temporary Differences


1. Pendapatan (revenues) atau keuntungan (gain) telah diakui dalam menghitung laba
komersial, tetapi baru diakui dalam menghitung laba kena pajak di masa mendatang. Misalnya :
Untuk tujuan akuntansi pengakuan pendapatan atas investasi pada surat berharga dengan penyertaan
≥ 20% diakui dengan menggunakan equity method, dimana penghasilan diakui pada saat Investee
mengumumkan laba.
Sedangkan untuk fiskal penghasilan berupa intercorporate dividen bukan merupakan obyek pajak
jika memenuhi syarat sbb :
a. Penerima dividen adalah : PT, Koperasi, BUMN/D.
b. Kepemilikan saham ≥ 25% (kecuali koperasi)
c. Dividen berasal dari cadangan laba ditahan dan Investor mempunyai usaha aktif
diluar kepemilikan saham tersebut.

Jika syarat tersebut terpenuhi, maka perbedaan perlakuan akuntansi dan fiskal merupakan perbedaan
permanent. Perbedaan permanent tersebut disebabkan karena perusahaan telah mengakui
penghasilan pada saat investee melaporkan laba tetapi secara fiskal belum diakui, dan pada saat
dividen diterima ternyata memenuhi syarat dividen bukan obyek pajak.

Tetapi jika tidak terpenuhi maka merupakan perbedaan temporer, karena secara akuntansi
penghasilan sudah diakui pada saat investee melaporkan laba dan secara fiskal dividen pada saat
diterima merupakan obyek pajak. Perbedaan temporer ini merupakan taxable temporary differences
karena mengakibatkan jumlah kena pajak dalam SPT di periode mendatang, yaitu pada saat dividen
terima. Perbedaan tersebut merupakan Koreksi Fiskal Negatif.

2. Beban (expenses) atau kerugian (losses) telah diakui dalam menghitung laba komersial,
tetapi baru diakui dalam menghitung laba kena pajak pada saat terealisasi. Misalnya :

Tax Training House - Jakarta 2


PSAK 46 Pendidikan Brevet A-B

a. Pembentukan cadangan piutang tak tertagih dibebankan sebagai biaya akuntansi,


sedangkan untuk tujuan fiskal baru diakui pada saat piutang dihapuskan, sepanjang memenuhi
syarat tertentu.
b. Pengakuan untung/rugi selisih kurs harus diakui pada tanggal neraca untuk tujuan
akuntansi, sedangkan untuk tujuan fiskal diberikan alternatif sbb :
- Diakui pada tanggal neraca – jadi tidak ada perbedaan perlakuan.
- Diakui pada saat realisasi – jadi ada perbedaan temporer.

Dalam hal pembentukan cadangan piutang tak tertagih tersebut, perbedaan temporernya merupakan
deductible temporary differences, karena kerugian piutang tak tertagih baru dapat dibebankan pada
saat nyata-nyata tak tertagih dan dihapuskan. Perbedan tersebut merupakan Koreksi Fiskal Positif.

3. Pendapatan (revenues) atau keuntungan (gain) diakui sebagai penghasilan pada saat diterima
untuk tujuan fiskal, sedangkan untuk tujuan akuntansi diakui secara proporsional. Misalnya :
Keuntungan karena sale & lease back diakui sebagai keuntungan tahun berjalan untuk tujuan fiskal,
sedangkan untuk tujuan akuntansi diakui melaui proses amortisasi - (deductible temporary
differences-Koreksi Fiskal Positif).
4. Beban (expenses) atau kerugian (losses) diakui sebagai beban pada saat dibayarkan untuk
tujuan fiskal, sedangkan untuk tujuan akuntansi diakui secara proporsional. Misalnya :
Beban financial leasing (SGU Hak Opsi) bagi lessee diakui pada saat dibayarkan, sedangkan untuk
tujuan akuntansi diakui melalui penyusutan dan pembebanan biaya bunga - (taxable temporary
differences-Koreksi Fiskal Negatif)..
5. Beban (expenses) atau kerugian (losses) diakui lebih cepat atau lebih lambat dalam
menghitung laba kena pajak, dibandingkan dengan pembebanannya untuk tujuan komersial.
Misalnya :
Penyusutan fiskal lebih besar dari penyusutan untuk tujuan komersial - (taxable temporary
differences-Koreksi Fiskal Negatif).
Penyusutan fiskal lebih kecil dari penyusutan untuk tujuan komersial – (deductible temporary
differences-Koreksi Fiskal Positif).

Dari uraian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa :

1. Taxable temporary differences merupakan koreksi fiskal negatif.


2. Deductible temporary differences merupakan koreksi fiskal positif.

E. Contoh Permanent Different


1. Biaya yang tidak boleh dikurangkan (pasal 9 ayat 1 UU PPh). Misalnya :

a. Sumbangan.
b. Natura/kenikmatan.
c. Biaya untuk mendapatkan penghaslan yang bukan obyek pajak atau untuk
mendapatkan penghasilan yang dikenakan PPh final.
d. Dll.

2. Penghasilan yang bukan merupakan obyek pajak (pasal 4 ayat 3 UU PPh). Misalnya :

a. Intercorporate dividen yang memenuhi syarat.


b. Bagian laba yang diterima perusahaan modal ventura dari perusahaan pasangan
usahanya.
c. Dll

Tax Training House - Jakarta 3


PSAK 46 Pendidikan Brevet A-B

3. Penghasilan yang dikenakan PPh final dan biaya untuk mendapatkannya.

F. Hal Teknis Dalam Menentukan Deffered Tax Liabilities/Assets


1. Tentukan temporary differences (TD) pada tanggal neraca.
2. Setelah TD diketahui, dapat dihitung jumlah aktiva pajak tangguhan (deffered tax assets-
DTA) dan kewajiban pajak tangguhan (deffered tax liabilities-DTL).
a. Kewajiban Pajak Tangguhan (Deffered Tax Liabilities) : Jumlah PPh terutang
untuk periode mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena pajak (taxable
temporary differences- Koreksi Fiskal Negatif).
b. Aktiva Pajak Tangguhan (Deffered Tax Assets) : Jumlah PPh terpulihkan pada
periode mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer yang boleh dikurangkan
(deductible temporary differences-Koreksi Fiskal Positif), dan sisa kompensasi rugi (tax loss
carryforward).

3. Apabila nilai DTA atau DTL telah diketahui, maka nilai tersebut mencerminkan
Penghasilan/Beban Pajak Tangguhan (Deffered Tax Income/Expense), yang timbul karena
adanya perbedaan temporer dan sisa kompensasi kerugian. Deffered tax income/expense tersebut
harus diperhitungkan dalam laporan laba rugi periode berjalan.
Disamping itu, pengakuan DTA yang dilakukan terhadap sisa kerugian fiskal akan mempengaruhi
jumlah penghasilan pajak tangguhan.

4. Taksiran PPh (Provision For Income Taxes)


Berdasarkan PSAK 46, jumlah beban pajak (tax expense) atau provision for income taxes yang
harus diakui terdiri dari dua unsur utama yaitu pajak kini (current tax) dan pajak tangguhan
(deffered tax) ditambah unsur tambahan, bila ada, yaitu Income for benefit due to loss
carryforward.

Pajak Kini (Current Tax) : Jumlah PPh terutang atas penghasilan kena pajak pada suatu periode
(menurut SPT Tahunan PPh).
Beban/Penghasilan Pajak (Tax Expense/Income) : Jumlah agregat pajak kini dan pajak tangguhan
yang diperhitungkan dalam penghitungan laba atau rugi pada suatu periode.
Dari uraian tersebut diatas, dapat dikhtisarkan penentuan tax expense/provision for income tax sbb :

Uraian DTA DTL


     
Taksiran PPh (Provision for Income Taxes) :    
- Beban Pajak Kini (current tax expenses) a A
- Beban Pajak Tangguhan (deffered tax
expenses) - B
- Penghasilan Pajak Tangguhan (deffered tax
income) b -
- Beban Pajak (tax expense) a-b a+b

Hal-hal berikut ini dapat juga mempengaruhi besarnya Beban/Penghasilan Pajak (Tax
Expense/Income) :

a. Penyesuaian yang diakui pada periode berjalam atas pajak kini yang berasal dari periode
sebelumnya.
b. Jumlah beban (penghasilan) pajak tangguhan yang berasal dari perubahan tarif pajak atau
penerapan peraturan pajak yang baru.

Tax Training House - Jakarta 4


PSAK 46 Pendidikan Brevet A-B

c. Jumlah manfaat dari rugi pajak (Income for benefit due to loss carryforward) atau
perbedaan temporer periode sebelumnya yang belum diakui, ayng digunakan sebagai pengurang
beban pajak kini.
d. Jumlah manfaat dari rugi pajak (Income for benefit due to loss carryforward) atau
perbedaan temporer periode sebelumnya yang belum diakui, ayng digunakan sebagai pengurang
beban pajak tangguhan.
e. Beban pajak tangguhan yang berasal dari penurunan (write down), atau penyesuaian
kembali (reversal) penurunan periode sebelumnya, dari aktiva pajak tangguhan.

5. Rugi Fiskal
Sebelum berlaku PSAK 46, taksiran PPh dihitung berdasarkan SPT. Taksiran PPh akan diakui nihil
apabila pada suatu tahun WP mengalami kerugian fiskal (current tax loss) atau apabila jumlah sisa
kompensasi rugi masih lebih besar dari penghasilan kena pajak tahun berjalan. Dengan kata lain rugi
fiskal tahun berjalan dan kompensasi rugi tidak diakui sebagai assets dalam neraca dan futue tax
effect atas rugi fiskal tersebut juga tidak diakui dalam laporan rugi laba.
PSAK 46 menghendaki agar dilakukan pengakuan terhadap future tax effect dari kerugian fiskal
tersebut dalam laporan keuangan, apabila besar kemungkinan laba fiskal periode mendatang cukup
memadai untuk dikompensasi. Berikut ini adalah hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam
menentukan apakah penghasilan kena pajak akan tersedia dalam jumlah yang memadai untuk
dikompensasikan :
a. apakah perusahaan mempunyai perbedaan temporer kena pajak dalam jumlah yang cukup yang
memungkinkan sisa kompensasi dapat digunakan sebelum masa berlakunya kadaluwarsa.
b. Apakah perusahaan mungkin memperoleh laba fiskal agar saldo rugi fiskal yang dapat
dikompensasi dapat digunakan sebelum masa berlakunya kadaluwarsa.
c. Apakah saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasi timbul dari kasus-kasus tertentu yang hampir
tidak mungkin terulang.
Apabila laba fiskal tidak mungkin tersedia dalam jumlah yang memadai untuk dapat dikompensasi
dengan saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasi, maka aktiva pajak tangguhan tidak diakui.

6. Penghasilan Yang Dikenakan PPh Final


Apabila nilai tercatat aktiva atau kewajiban yang berhubungan dengan penghasilan final berbeda
antara akuntansi dengan fiskal, maka perbedaan tersebut tidak diakui sebagai aktiva pajak tangguhan
atau kewajiban pajak tangguhan.
Atas penghasilan yang telah dikenakan PPh final, beban pajak diakui proporsional dengan jumlah
pendapatan menurut akuntansi yang diakui pada periode berjalan.
Selisih antara jumlah PPh final yang terutang dengan jumlah yang dibebankan sebagai pajak kini
pada perhitungan laba rugi diakui sebagai Pajak Dibayar Dimuka dan Pajak Yang Masih Harus
Dibayar.
Akun PPh Final Dibayar Dimuka harus disajikan secara terpisah dari PPh final Yang Masih
Harus Dibayar.

7. Periodic Review
Karena DTA/DTL meupakan future tax effect dari transaksi atau peristiwa yang telah terjadi dan
telah dilaporkan dalam laporan keuangan dan SPT, yang diharuskan dalam laporan keuangan periode
berjalan, maka realisasi DTA atau penyelesaian DTL akan terjadi periode mendatang.
Apabila DTA diperkirakan tidak akan terealisasi sepenuhnya maka harus diturunkan nilainya (write
down) dengan membentuk penyisihan. Apabila kemudian, pada periode berikutnya, terdapat keadaan

Tax Training House - Jakarta 5


PSAK 46 Pendidikan Brevet A-B

yang menambah tingkat keyakinan terhadap realisasinya, maka jumlah yang telah diturunkan dapat
ditambah lagi (write up). Untuk itu harus dilakukan review secara periodic untuk mengevaluasi
realisasinya.
Perubahan tarif PPh maupun perubahan ketentuan perpajakan dapat mempengaruhi realisasi atau
penyelesaian DTA/DTL.

8. Direct Charge Or Credit To Equty


Terdapat transaksi tertentu yang pembebanan atau pengkreditannya tidak dilakukan ke laporan rugi
laba tetapi langsung ekuitas, misalnya selisih penilaian kembali aktiva, penyesuaian saldo laba awal
periode (prior periode adjustment), selisih kurs penjabaran laporan keuangan dll.
Untuk transaksi diatas, apabila ada current tax dan deffered tax yang terkait harus dikreditkan atau
dibebankan ke ekuitas.

9. Penyajian
a. DTA/DTL harus disajikan tersendiri sebagai unsur non current. DTA dan DTL
harus di offset dan disajikan netto
b. DTA/DTL harus dipisahkan dengan aktiva pajak kini (current tax asset –mis :
tagihan restitusi PPh) dan kewajiban pajak kini (current tax liabilities- mis : hutang PPh pasal
29). Aktiva dan kewajiban pajak kini harus di offset dan disajikan di neraca dalam jumlah
netonya.
c. Tax Expense/Income untuk aktifitas normal harus disajikan tersendiri.
d. Beban pajak (tax expense) atas penghasilan yang telah dikenakan PPh final, diakui
dalam laporan rugi laba sebagai pajak kini (current tax) secara proporsional dengan jumlah
pendapatan periode berjalan yang diakui menurut akuntansi. Selisih antara jumlah PPh final yang
terutang dengan PPh final yang dibebankan dalam laporan rugi laba diakui sebagai PPh dibayar
dimuka atau PPh yang masih harus dibayar, masing-masing harus disajikan secara terpisah.
10. Perlakuan Akuntansi Atas SKP
Surat Ketetapan Pajak yang diterbitkan DJP, apabila jumlahnya berbeda dengan SPT, maka
selisihnya dibukukan sebagai pendapatan atau beban lain, kecuali :
a. Diajukan keberatan dan banding. Ditangguhkan pembebanannya
b. Apabila ternyata terdapat kesalahan mendasar dalam penerapan ketentuan
perpajakan.
G. Contoh Penghitungan
Contoh 1 : Penyusutan
Laba bersih sebelum pajak PT. GEGAP GEMPITA tahun 2007 adalah Rp.200.000.000. Daftar aktiva
per 31 Desember 2007 dan penghitungan penyusutannya sbb :
    Masa (Thn) Beban Penyusutan Koreksi
Akuntans
Aktiva Tetap Cost Akuntansi Fiskal i Fiskal Fiskal
Tanah 35.000.000 - - - - -
11.250.00 11.250.00
Bangunan 450.000.000 40 20 0 22.500.000 0
32.000.00
Mesin Pabrik 800.000.000 25 20 0 40.000.000 8.000.000
30.000.00
Kendaraan 150.000.000 5 4 0 37.500.000 7.500.000
Peralatan 50.000.000 5 4 10.000.00 12.500.000 2.500.000

Tax Training House - Jakarta 6


PSAK 46 Pendidikan Brevet A-B

0
1.485.000.00 83.250.00 112.500.00 29.250.00
  0     0 0 0

Jawab :
Dengan lebih besarnya penyusutan fiskal, yang artinya disusutkan lebih cepat, maka akan menimbulkan
jumlah kena pajak pada saat aktiva sudah selesai disusutkan secara fiskal. Dengan demikian perbedaan
(koreksi) tersebut merupakan Perbedaan Temporer Kena Pajak (Taxable Temporary Differences)
dan akan menghasilkan Kewajiban Pajak Tangguhan (DTL) sbb:
Perhitungan PPh secara akuntansi dan fiskal
Uraian Akuntansi Koreksi Fiskal
    Positif Negatif  
200.000.00 29.250.00 170.750.00
Laba 0   0 0
PPh :        
10% x 50 juta 5.000.000     5.000.000
15% x 50 juta 7.500.000     7.500.000
30% x 100 juta 30.000.000     -
30% x 70,75
juta -     21.225.000
  42.500.000     33.725.000

Taksiran PPh (Provision for Income Taxes)


- Beban Pajak Kini (current tax expenses) 33.725.000
- Beban Pajak Tangguhan (deffered tax
expenses) 8.775.000
- Beban Pajak (tax expense) 42.500.000

Jurnal
Beban Pajak 42.500.000
33.725.00
Hutang PPh pasal 25/29 0
Kewajiban Pajak Tangguhan 8.775.000

Perhitungan alternatif untuk menentukan DTL bisa dilakukan dengan mengalikan tarif PPh dengan
Perbedaan Temporer Kena Pajak nya sbb : 29.250.000 x 30% = 8.775.000.

Penyajian dalam Laporan Rugi Laba


200.000.00
Laba sebelum PPh 0
Taksiran PPh
- Beban Pajak Kini (current tax expenses) 33.725.000
- Beban Pajak Tangguhan (deffered tax
expenses) 8.775.000
- Beban Pajak (tax expense) 42.500.000
157.500.00
Laba setelah PPh 0

Penyajian dalam Neraca


Dengan asumsi saldo awalnya adalah DTA sebesar Rp.10.000.000, maka saldo akhir yang harus
disajikan di Neraca sebagai unsur Non Current adalah sbb :

Aktiva Pajak Tangguhan (saldo awal) 10.000.000

Tax Training House - Jakarta 7


PSAK 46 Pendidikan Brevet A-B

Kewajiban Pajak Tangguhan -8.775.000


Aktiva Pajak Tangguhan (saldo akhir) 1.225.000

Tetapi jika saldo awal awalnya adalah DTL sebesar Rp.10.000.000, maka saldo akhir yang harus
disajikan di Neraca sebagai unsur Non Current adalah sbb :

Kewajiban Pajak Tangguhan (saldo awal) 10.000.000


Kewajiban Pajak Tangguhan 8.775.000
Kewajiban Pajak Tangguhan (saldo akhir) 18.775.000

Contoh 2 : Penyisihan Piutang Tak Tertagih 1


Laba bersih sebelum pajak PT. GEGAP GEMPITA tahun 2007 adalah Rp.200.000.000. Perusahaan
memperkirakan 2,5% dari penjualan kredit tidak akan tertagih. Penjualan kredit dalam tahun 2007
adalah Rp.1.000.000.000, sehingga pembentukan penyisihan piutang tak tertagih sbb :

Jawab :
Penyisihan piutang tak tertagih sbb :

2,5% x Rp.1.000.000.000 = Rp.25.000.000.

Penyisihan tersebut tidak dapat dibebankan sebagai biaya fiskal sampai dengan piutang tersebut nyata-
nyata tidak dapat ditagih dan diputihkan. Perbedaan tersebut merupakan Perbedaan Temporer Dapat
Dikurangkan (Deductible Temporary Differences) dan akan menghasilkan DTA sbb :

Uraian Akuntansi Koreksi Fiskal


    Positif Negatif  
200.000.00 25.000.00 225.000.00
Laba 0 0   0
PPh :        
10% x 50 juta 5.000.000     5.000.000
15% x 50 juta 7.500.000     7.500.000
30% x 100 juta 30.000.000     -
30% x 125 juta -     37.500.000
  42.500.000     50.000.000

Jurnal
Beban Pajak 42.500.000
Aktiva Pajak Tangguhan 7.500.000
50.000.00
Hutang PPh pasal 25/29 0

Penyajian dalam Laporan Rugi Laba


200.000.00
Laba sebelum PPh 0
Taksiran PPh
- Beban Pajak Kini (current tax expenses) 50.000.000
- Penghasilan Pajak Tangguhan (deffered tax
income) -7.500.000
- Beban Pajak (tax expense) 42.500.000
Laba setelah PPh 157.500.00

Tax Training House - Jakarta 8


PSAK 46 Pendidikan Brevet A-B

Contoh 3 : Penyisihan Piutang Tak Tertagih 2


PT. GEGAP GEMPITA pada contoh 2, pada tahun 2008 menghapuskan piutang yang tertagih sebesar
Ro.25.000.000,-. Penghapusan tersebut telah memenuhi syarat fiskal. Laba bersih tahun 2008
Rp.250.000.000; saldo awal Aktiva Pajak Tangguhan sesuai contoh 2 adalah Rp.7.500.000. (Asumsi :
perusahaan tidak membentuk cadangan piutang tak tertagih di tahun 2008).

Jawab :

Dengan adanya penghapusan yang telah memenuhi syarat fiskal tersebut, perusahaan berhak
membebankan kerugian piutang tak tertagih, sbb :

Uraian Akuntansi Koreksi Fiskal


    Positif Negatif  
250.000.00 225.000.00
Laba 0   25.000.000 0
PPh :        
10% x 50 juta 5.000.000     5.000.000
15% x 50 juta 7.500.000     7.500.000
30% x 150 juta 45.000.000     -
30% x 125 juta -     37.500.000
  57.500.000     50.000.000

Jurnal
57.500.00
Beban Pajak 0
Kewajiban Pajak Tangguhan 7.500.000
50.000.00
Hutang PPh pasal 25/29 0

Penyajian dalam Laporan Rugi Laba


250.000.00
Laba sebelum PPh 0
Taksiran PPh
50.000.00
- Beban Pajak Kini (current tax expenses) 0
- Beban Pajak Tangguhan (deffered tax
expenses) 7.500.000
- Beban Pajak (tax expense) 57.500.000
192.500.00
Laba setelah PPh 0

Penyajian dalam Neraca


Dengan telah diakuinya penghapusan piutang yang jumlahnya sama dengan cadangannnya, maka tidak
ada lagi DTA/DTL, sbb :

Aktiva Pajak Tangguhan (saldo awal) 7.500.000


-
Kewajiban Pajak Tangguhan 7.500.000
Aktiva/Kewajiban Pajak Tangguhan (saldo
akhir) 0

Tax Training House - Jakarta 9


PSAK 46 Pendidikan Brevet A-B

Contoh 4 : Penyisihan Piutang Tak Tertagih 3


PT. GEGAP GEMPITA pada contoh 2, pada tahun 2008 melakukan periodic review atas Aktiva Pajak
Tangguha yang telah diakui ditahun 2007. Dari review tersebut diketahui terdapat piutang tak tertagih
sebesar Rp.25.000.000 yang tidak memenuhi syarat fiskal dan manajemen tidak berniat untuk
memenuhi syarat tersebut.

Jawab :
Dengan tidak dipenuhi syarat fiskal atas penghapusan piutang tersebut, maka aktiva pajak tangguhan
yang diakui di tahun 2007 menjadi tidak relevan lagi dan harus dilakukan write down atas nya sbb :

Jurnal
Beban Pajak /RE 7.500.000
Aktiva Pajak Tangguhan 7.500.000

Penyajian dalam Laporan Rugi Laba


Laba sebelum PPh xx
Taksiran PPh
- Beban Pajak Kini (current tax expenses) Xx
- Beban/Penghasilan Pajak Tangguhan (deffered tax
expense/income) Xx
- Penurunan (write down) Aktiva Pajak Tangguhan 7.500.000
- Beban Pajak (tax expense) xx
Laba setelah PPh xx

Penyajian Dalam Neraca


Aktiva Pajak Tangguhan (saldo awal) 7.500.000
Penurunan (write down) Aktiva Pajak -
Tangguhan 7.500.000
Aktiva/Kewajiban Pajak Tangguhan (saldo
akhir) 0

Contoh 5 : Penghasilan Yang Dikenakan PPh Final


PT. GEGAP GEMPITA pada contoh 1 & contoh 2, Pada tahun 2007 terdapat tambahan data sbb :

a. Terdapat pengeluaran biaya sumbangan sebesar Rp.10.000.000.


b. Di tahun 2007 perusahaan menyewakan gedungnya. Dimana total penghasilan sewa gedung
telah diterima dimuka sebesar Rp.15.000.000 untuk periode 1 September 2007 s.d. 31 Agustus 2008.
Perusahan mengakui pendapatan sewa gedung di tahun 2007 sebesar Rp.5.000.000 (Sept-Des 07).
Pada saat menerima uang muka sewa dan pengakuan pendapatan telah dibuat jurnal sbb :

Jurnal
Kas 13.500.000
Beban PPh pasal 4 (2) 1.500.000
15.000.00
Pendapatan Diterima Dimuka 0

Pendapatan Diterima Dimuka 5.000.000


Pendapatan Sewa 5.000.000

Jawab :
Dari data tersebut dapat diilustrasikan penghitungan DTA/DTL, dengan catatan Permanent Different
(sumbangan) tidak berpengaruh pada penghitungan DTA/DTL sbb :

Tax Training House - Jakarta 10


PSAK 46 Pendidikan Brevet A-B

Uraian Akuntansi Koreksi Fiskal

Tax Training House - Jakarta 11


PSAK 46 Pendidikan Brevet A-B

    Positif Negatif  
Koreksi :      
29.250.00
Penyusutan (contoh 1)   0  
25.000.00
Penyisihan piutang (contoh 2)   0    
10.000.00
Sumbangan (contoh 5)   0    
Penghasilan final (contoh 5)     5.000.000  
200.000.00 35.000.00 34.250.00 200.750.00
Laba 0 0 0 0
Koreksi Beda Tetap (Sumbangan) 10.000.000      
210.000.00 200.750.00
  0     0
PPh :        
10% x 50 juta 5.000.000     5.000.000
15% x 50 juta 7.500.000     7.500.000
30% x 100 juta 33.000.000     -
30% x 90,75 juta -     30.225.000
  45.500.000     42.725.000

Dari uraian diatas dibahas bahwa apabila nilai tercatat aktiva atau kewajiban yang berhubungan dengan
penghasilan final berbeda antara akuntansi dengan fiskal, maka perbedaan tersebut tidak diakui sebagai
aktiva pajak tangguhan atau kewajiban pajak tangguhan. Atas penghasilan tersebut, beban pajak diakui
proporsional dengan jumlah pendapatan menurut akuntansi yang diakui pada periode berjalan.
Kemudian selisih antara jumlah PPh final yang terutang dengan jumlah yang dibebankan sebagai pajak
kini pada perhitungan laba rugi diakui sebagai Pajak Dibayar Dimuka dan Pajak Yang Masih Harus
Dibayar.
Dengan demikian Beban Pajak / Taksiran PPh dapat dihitung sbb :
Taksiran PPh (Provision for Income Taxes)
- Beban Pajak Kini (current tax expenses)
PPh Tahun Berjalan 42.725.000
PPh final (proporsional) 500.000 (5 jt / 15 jt x Rp.1.500.000)
43.225.00
0
(29.250.000 - 25.000.000) x
- Beban Pajak Tangguhan (deffered tax expenses) 1.275.000 30%
44.500.00
- Beban Pajak (tax expense) 0

Jurnal
Beban Pajak 44.500.000
42.725.00
Hutang PPh pasal 25/29 0
Beban PPh pasal 4 (2) 500.000
Kewajiban Pajak Tangguhan 1.275.000

PPh pasal 4 (2) Dibayar Dimuka 1.000.000


Beban PPh pasal 4 (2) 1.000.000
PPh pasal 4 (2) dibayar dimuka tersebut akan diakui menjadi beban pada saat porsi pendapatannya
diakui ditahun 2008.
Penyajian dalam Laporan Rugi Laba

Tax Training House - Jakarta 12


PSAK 46 Pendidikan Brevet A-B

200.000.00
Laba sebelum PPh 0
Taksiran PPh
- Beban Pajak Kini (current tax expenses) 43.225.000
- Beban Pajak Tangguhan (deffered tax
expenses) 1.275.000
- Beban Pajak (tax expense) 44.500.000
155.500.00
0

Contoh 6 : Kerugian Fiskal


PT. GEGAP GEMPITA pada tahun 2007 menghasilkan laba komersial Rp.25.000.000 dan kerugian
fiskal Rp.50.000.000. (asumsi : perbedaan tersebut karena beda tetap).

Jawab :
Dengan adanya kerugian fiskal tersebut tidak ada PPh yang terutang di tahun 2007. Bahkan kerugian
tersebut dapat dikompensasikan ke laba tahun-tahun berikutnya yang artinya akan ada penghematan
pajak di tahun berikutnya. Dengan demikian di tahun 2007 harus diakui adanya Aktiva Pajak
Tangguhan sbb :

Uraian Akuntansi Koreksi Fiskal


    Positif Negatif  
Laba 25.000.000 75.000.000   -50.000.000
Koreksi Beda tetap -75.000.000      
  -50.000.000      
PPh : 0     0

Jurnal
15.000.00
Aktiva Pajak Tangguhan (30% x Rp.50 juta) 0
15.000.00
Penghasilan Pajak 0

Penyajian dalam Laporan Rugi Laba


25.000.00
Laba sebelum PPh 0
Taksiran PPh
- Beban Pajak Kini (current tax expenses) 0
- Penghasilan Pajak Tangguhan (deffered tax 15.000.00
income) 0
15.000.00
- Penghasilan Pajak (tax income) 0
40.000.00
Laba setelah PPh 0

Tax Training House - Jakarta 13


PSAK 46 Pendidikan Brevet A-B

Contoh 7 : Kerugian Fiskal 2


PT. GEGAP GEMPITA pada contoh 6, di tahun 2008 menghasilkan laba komersial Rp.175.000.000 dan
laba fiskal Rp.200.000.000. (asumsi : Beda Tetap).

Jawab :
Uraian Akuntansi Koreksi Fiskal
    Positif Negatif  
175.000.00 25.000.00 200.000.00
Laba 0 0   0
-
Kompensasi Rugi       50.000.000
175.000.00 150.000.00
  0     0
Koreksi Beda Tetap 25.000.000      
200.000.00 150.000.00
  0     0
PPh :        
10% x 50 juta 5.000.000     5.000.000
15% x 50 juta 7.500.000     7.500.000
30% x 100 juta 30.000.000     -
30% x 50 juta -     15.000.000
  42.500.000     27.500.000

Jurnal
42.500.00
Beban Pajak 0
15.000.00
Kewajiban Pajak Tangguhan 0
27.500.00
Hutang PPh pasal 25/29 0

Penyajian dalam Laporan Rugi Laba


175.000.00
Laba sebelum PPh 0
Taksiran PPh
27.500.00
- Beban Pajak Kini (current tax expenses) 0
- Beban Pajak Tangguhan (deffered tax 15.000.00
expenses) 0
- Beban Pajak (tax expense) 42.500.000
132.500.00
Laba setelah PPh 0

Penyajian dalam Neraca


Aktiva Pajak Tangguhan (saldo awal) 15.000.000
Kewajiban Pajak Tangguhan -15.000.000
Aktiva Pajak Tangguhan (saldo akhir) 0

Contoh 8 : Kerugian Fiskal 3


PT. GEGAP GEMPITA pada contoh 6, di tahun 2008 menghasilkan laba komersial Rp.75.000.000 dan
laba fiskal Rp.100.000.000. (asumsi : Beda Tetap).

Tax Training House - Jakarta 14


PSAK 46 Pendidikan Brevet A-B

Jawab :
Uraian Akuntansi Koreksi Fiskal
    Positif Negatif  
25.000.00 100.000.00
Laba 75.000.000 0   0
-
Kompensasi Rugi       50.000.000
  75.000.000     50.000.000
Koreksi Beda Tetap 25.000.000      
100.000.00
  0     50.000.000
PPh :        
10% x 50 juta 5.000.000     5.000.000
15% x 50 juta 7.500.000     0
  12.500.000     5.000.000

Terlihat bahwa dampak penghematan pajak karena adanya kompensasi rugi fiskal adalah sebesar
Rp.7.500.000. Sementara di tahun 2007, perusahaan telah mengakui aktiva pajak tangguhan karena rugi
fiskal tersebut sebesar Rp.15.000.000 (30% x Rp.50 juta). Oleh karena itu harus dilakukan penyesuaian
atas aktiva pajak tangguhan tersebut, selanjutnya baru diakui DTA/DTL tahun 2008, sbb :

Jurnal
Beban Pajak 7.500.000
Aktiva Pajak Tangguhan 7.500.000

12.500.00
Beban Pajak 0
Kewajiban Pajak Tangguhan 7.500.000
Hutang PPh pasal 25/29 5.000.000

Penyajian dalam Laporan Rugi Laba


75.000.00
Laba sebelum PPh 0
Taksiran PPh
- Beban Pajak Kini (current tax expenses) 5.000.000
- Beban Pajak Tangguhan (deffered tax
expenses) 7.500.000
- Penurunan (write down) Aktiva Pajak
Tangguhan 7.500.000
20.000.00
- Beban Pajak (tax expense) 0
55.000.00
Laba setelah PPh 0

Penyajian dalam Neraca


15.000.00
Aktiva Pajak Tangguhan (saldo awal) 0
Penurunan (write down) Aktiva Pajak -
Tangguhan 7.500.000
-
Kewajiban Pajak Tangguhan 7.500.000
Aktiva Pajak Tangguhan (saldo akhir) 0

Tax Training House - Jakarta 15


PSAK 46 Pendidikan Brevet A-B

Tax Training House - Jakarta 16

Anda mungkin juga menyukai