Anda di halaman 1dari 27

Kelompok 5,

Manajemen Pajak atas PPH


orang Pribadi
1. Stallone
2. Salma
3. Andrie Siahaan
4. Dina artha
Pengertian Tax Planning
Tax Planning adalah suatu kapasitas yang dimiliki oleh wajib pajak
(WP) untuk menyusun aktivitas keuangan guna menmdapat
pengeluaran (beban) pajak yang minimal. secara teoritis, tax planning
dikenal sebagai effective tax planning, yaitu seorang wajib pajak
berusaha mendapat penghematan pajak (tax saving) melalui prosedur
penghindaran pajak (tax avoidance) secara sistematis sesuai
ketentuan UU Perpajakan
Penerapan Tax Planning
1. Sebelum menerapkan tax planning pada suatu indivisu harus
dilakukan analisis keadaan individu tersebut, yaitu melakukan
pengamatan dan penelitian terhadap sumber pendapatannya dan
jumlah harta yang dimiliki, serta mencari kelemehan dari setiap
peraturan atau undang-undang perpajakan yang ada sehingga dapat
ditentukan strategi perencanaan perpajakan yang tepat
dilaksanakan.
2. Untuk dapat meminimalisasi kewajiban pajak, dapat dilakukan
berbagai cara, baik yang masih memenuhi ketentuan perpajakan
(lawful) maupun yang melanggar peraturan perpajakan (unlawful)
Manajemen Pajak adalah sarana untuk
memenuhi kewajiban perpajakan yang benar
tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat
ditekan serendah mungkin dan meminimalis
resiko untuk diperiksa petugas pajak
Tiga hal yang harus diperhatikan dalam suatu
perencanaan pajak (tax planning):
a. Tidak melanggar kewajiban dan ketentuan perpajakan
b. Secara bisnis perencanaan pajak masuk akal, karena perencanaan
pajak merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perencanaan
menyeluruh perusahaan, baik jangka panjang maupun jangka
pendek.
c. Bukti-bukti pendukungnya yang memadai.
Sistem Perpajakan di Indonesia
Dalam sistem perpajakan selalu dipisahkan antara assessment dan
payment. Assessment yang berlaku saat ini adalah self assessment
dengan kewajiban menghitung sendiri, membayar sendiri, dan
melaporkan sendiri. Sedangkan sistem pembayaran yang berlaku dapat
dilakukan sendiri oleh WP maupun melalui pemotongan oleh pihak
ketiga (withholding system).

f
Sel ent
m
e ss
ass
ALUR KUP
WP SPT SKP Inkraacht
• 3 bulan

Daftar Pemeriksaan Inkraacht Keberatan Inkraacht


• 5 tahun • 3 bulan

Banding Inkraacht

Upaya hukum
luar biasa

PK
Pembukuan dan Pencatatan

proses pencatatan yang dilakukan secara teratur

data & informasi keuangan

harta kewajiban
ph & biaya modal

Pembukuan Jumlah Harga Perolehan & Penyerahan Barang/Jasa

laporan keuangan
neraca

laporan laba rugi

*Berdasarkan Pasal 1 angka 29 UUKUP


Pembukuan dan Pencatatan

WPOP yang melakukan


kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas
WAJIB PEMBUKUAN
WP Badan

PENGECUALIAN:

WPOP yang diperbolehkan


WPOP yang tidak melakukan
menghitung penghasilan neto
kegiatan usaha atau
dengan menggunakan Norma
pekerjaan bebas.
Penghitungan Penghasilan Neto

*Berdasarkan Pasal 28 UUKUP


Ketentuan Pencatatan

PENCATATAN
peredaran atau
data yang dikumpulkan
penerimaan bruto
secara teratur
dan/atau ph bruto

dasar untuk menghitung jumlah pajak yang terutang menghitung penghasilan


neto dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto

*Berdasarkan Pasal 28 UUKUP


PASAL 12 UU KUP

• Setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak yang terutang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dengan tidak
menggantungkan pada adanya surat ketetapan pajak

• Jumlah Pajak yang terutang menurut SPT yang disampaikan oleh


Wajib Pajak adalah jumlah pajak yang terutang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

• Apabila Direktur Jenderal Pajak mendapatkan bukti jumlah pajak yang


terutang menurut SPT tidak benar, Direktur Jenderal Pajak
menetapkan jumlah pajak yang terutang.
Pengertian SPT
Surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan
dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/
atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
PPh
SPT Masa
PPN (1111 dan 1111 DM)

SPT PPN (1107 PUT)

PPh Badan (1771, 1771$)


SPT Tahunan
PPh OP (1770, 1770S, 1770SS)

*Berdasarkan Pasal 1 UUKUP


Cara Penyampaian SPT
KPP
Langsung
KP2KP

Cara Pos dg bukti


Penyampaian pengiriman
Jasa Ekspedisi
Cara Lain
e-filling

*Berdasarkan PMK Nomor 181/PMK.03/2007


stdd PMK 152/PMK.03/2009
Batas Penyampaian SPT

BATAS WAKTU
*) PPN  akhir
20 hari *) bulan
SPT Masa setelah akhir Masa berikutnya
Pajak

3 bulan
SPT Tahunan PPh OP setelah akhir
Tahun Pajak

4 bulan
SPT Tahunan PPh Badan setelah akhir
Tahun Pajak

Perpanjangan (maksimal 2 bulan)


dengan pemberitahuan

*Berdasarkan Ps 3 UU KUP & Ps.


15A (2) UU PPN
SPT Dianggap Tidak Disampaikan
SPT tidak ditandatangani

SPT tidak sepenuhnya dilampiri keterangan


dan/atau dokumen yg disyaratkan

SPT LB disampaikan setelah 3 tahun sesudah berakhirnya Masa


Pajak, bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak, dan WP telah ditegur
secara tertulis

SPT disampaikan setelah dilakukan pemeriksaan atau diterbitkan


skp

SPT dianggap tidak lengkap atau jelas

*Tidak melampirkan laporan keuangan yang diaudit oleh Akuntan Publik

Berdasarkan Pasal 3 dan 4 UUKUP


PENGERTIAN PAJAK
• Pajak adalah iuran rakyat pada kas negara berdasarkan
undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak
mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umum.
• Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada
kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan
“surplusnya” digunakan untuk “public saving” yang
merupakan sumber utama untuk membiayai “public
investment”.
JENIS TARIF PAJAK
Tarif Proporsional, tarif berupa persentase yang tetap
terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak
sehingga besarnya pajak yang terutang sebanding
dengan besarnya nilai yang dikenai pajak (PPN 10%)
Tarif Tetap, tarif berupa jumlah yang tetap terhadap
berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga
besarnya pajak yang terutang tetap (PPh Final, PPh
23, PPh 22)
Tarif Progresif, persentase yang digunakan semakin
besar sesuai dengan jumlah yang dikenai pajak (Tarif
pasal 7 UU HPP No 7 Thn 2021)
OBJEK PPh

Objek PPH adalah penghasilan. Penghasilan yaitu


setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima atau diperoleh WP, baik yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat
dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan
WP ybs, dengan nama dan bentuk apapun
1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan
atau jasa yang diterima atau diperoleh (Gaji,Upah,
honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau
imbalan dlm bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain oleh
UU)
2. Hadiah dan penghargaan
3. Laba usaha
4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta
(hibah, bantuan atau sumbangan)
5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah
dibebankan sebagai biaya
6. Bunga
7. Deviden
8. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta
9. Keuntungan karena pembebasan utang
10. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing
11. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva
12. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan
dari anggotanya yang terdiri dari WP yang
menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
13. Tambahan kekayaan netto yang berasal dari
penghasilan yang belum dikenakan pajak
DASAR PENGENAAN PAJAK

• Penghasilan Kena Pajak (WP badan) = Laba Bersih


• Penghasilan Kena Pajak (WP Orang Pribadi) =
Penghasilan Netto – PTKP
PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP) 2022
Besarnya PTKP setahun yang berlaku saat ini adalah:
1. Rp 54.000.000 untuk diri WP orang pribadi
2. Rp 4.500.000 tambahan untuk WP yang kawin
3. Rp 54.500.000 tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung dengan
penghasilan suami, dengan syarat:
- Penghasilan istri tidak semata-mata diterima atau diperoleh dari satu
pemberi kerja yang telah dipotong pajak berdasarkan ketentuan dalam UU PPh
pasal 21, dan
- Pekerjaan istri tidak asda hubungannya dengan usaha atau pekerjaan bebas
suami atau anggota keluarga lain
4. Rp 4.500.000 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda
dalam garis keturunan lurus satu derajat serta anak angkat yang menjadi tanggungan
sepenuhnya (maksimal 3 orang)
5. Wajib Pajak orang pribadi yang memiliki peredaran bruto tertentu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf e tidak dikenai Pajak Penghasilan atas bagian
peredaran bruto sampai dengan Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dalam 1
(satu) tahun pajak.
Tarif Pajak Penghasilan (PPh) berdasarkan pasal 17 UU
PPh, untuk WP orang pribadi dalam negeri
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Sampai dengan Rp. 60.000.000,- 5%
Diatas Rp. 60.000.000,- sampai dengan Rp. 15%
250.000.000,-
Diatas Rp. 250.000.000,- sampai dengan Rp. 25%
500.000.000,-
Diatas Rp. 500.000.000,- sampai dengan 30%
Rp.5.000.000.000
Diatas Rp.5.000.000.000 35%

Tarif Deviden 10%


Tidak memiliki NPWP (Untuk PPh Pasal 21) 20% lebih tinggi dari yang seharusnya
Tidak mempunyai NPWP untuk yang dipungut 100% lebih tinggi dari yang seharusnya
/potong(Untuk PPh Pasal 23)
CARA MENGHITUNG PAJAK PENGHASILAN (PPh Orang Pribadi):

1. Pajak Penghasilan (WP orang pribadi): Bukan Pekerja Bebas


(Penghasilan netto – PTKP) x tarif pasal 17

2. Pajak Penghasilan (WP orang pribadi): Pekerja Bebas


A. Jika Pembukuan
[ (Penghasilan bruto – biaya yang diperkenankan UU PPh) – PTKP ] x tarif pasal 17

B. Jika Pencatatan
(Penghasilan Bruto x Norma Perhitungan Penghasilan Netto) x Tarif Pasal 17
CONTOH PENGHITUNGAN:
Total penghasilan Gunawan pada tahun 2021 sebesar Rp 84.168.975,00. Gunawan Bekerja sebagai Karyawan di PT
Pentolan Berkarya, Gunawan menikah dengan tanggungan satu anak. Hitung besaran PPh yang harus dibayar atau
terutang oleh Gunawan adalah:
Penghasilan Gunawan Rp.84.168.879,00
Pengurang (Biaya Jabatan 5%) (Rp. 4.208.444,00)
Total Penghasilan bersih Rp. 79.960.435,00
PTKP Menikah satu anak Rp. 63.000.000,00
PKP (Penghasilan Kena Pajak) Rp. 16.960.435,00
PPh yang harus dibayar:
5% x Rp. 16.960.435,00 = Rp. 848.022,00
Gunawan pada tahun 2021 mempunyai Total Omzet dari Dagang Baju Rp. 5.400.000.000 dengan margin profit 4%
dari Omzet Gunawan memilih menggunakan pencatatan dengan tarif penghasilan netto sebesar 50%. Gunawan
menikah dengan tanggungan satu anak. Hitung besaran PPh yang harus dibayar atau terutang oleh Gunawan
adalah:
margin profit Gunawan Rp. 5.400.000.000 x 4% = Rp. 216.000.000
DPP Penghasilan Netto (Rp. 5.400.000.000 x 50%) - PTKP (63.000.000) = Rp. 2.637.000.000
PPh yang harus dibayar:
5% x Rp 60.000.000 = Rp 3.000.000
10% x Rp190.000.000 = Rp 28.500.000
15% x Rp 250.000.000 = Rp 62.500.000
30% x Rp.2.137.000.000 = Rp 641.100.000
Jumlah Rp 735.100.000
CONTOH PENGHITUNGAN:
Gunawan pada tahun 2021 mempunyai Total Omzet dari Dagang Baju Rp. 5.400.000.000 dengan margin profit 4%
dari Omzet Gunawan memilih menggunakan pembukuan dengan biaya gaji 70jt biaya kantor dan lain-lain 35jt.
Gunawan menikah dengan tanggungan satu anak. Hitung besaran PPh yang harus dibayar atau terutang oleh
Gunawan adalah:
margin profit Gunawan Rp. 5.400.000.000 x 4% = Rp. 216.000.000
Total biaya usaha (biaya gaji + biaya kantor = Rp. 95.000.000
Total Keuntungan bersih (asumsi tdk ada koreksi fiskal) = Rp. 121.000.000
DPP Kentungan bersih Rp. 121.000.000 - PTKP (63.000.000) = Rp. 58.000.000
PPh yang harus dibayar:
5% x Rp 58.000.000 = Rp 2.900.000
Gunawan pada tahun 2021 mempunyai Total Omzet dari Dagang Baju Rp. 5.400.000.000 dengan margin profit 4%
dari Omzet Gunawan memilih menggunakan pajak UMKM 0,5 dan untuk tahun berikutnya Gunawan akan
dikenakan tarif normal karena sudah melewati 4,8M dalam satu Tahun pajak. Gunawan menikah dengan
tanggungan satu anak. Hitung besaran PPh yang harus dibayar atau terutang oleh Gunawan adalah:
margin profit Gunawan Rp. 5.400.000.000 x 4% = Rp. 216.000.000
Perhitungan pajak UMKM gunawan dalam tahun 2021
DPP Pajak UMKM = Rp.5.400.000.000 – Rp.500.000.000 = Rp.4.900.000.000
Total Pajak UMKM yang harus dibayar Rp.4.900.000.000 x 0,5% = Rp.24.500.000
Kesimpulan
• Unutk menentukan efesiansi pajak orang pribadi kita harus
mengetahui model bisnisnya
• Kita harus mengetahui penambahan hartanya
• Kita harus memilih model perhitungan perpajakan yang tetap untuk
meminimalkan resiko di periksa oleh petugas pajak

Anda mungkin juga menyukai