Anda di halaman 1dari 36

PEMERIKSAAN PAJAK

Pertemuan 6

Stallone Lee 126221002


Ruslin 126221012
Miranda Sherly Belinda 126221014
Yehezkiel 126221015
AGENDA

1. Pemeriksaan pajak
2. Keberatan
3. Banding
4. Peninjauan Kembali
PENGERTIAN DAN TUJUAN
PEMERIKSAAN
PENGERTIAN PEMERIKSAAN
adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah
data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

TUJUAN PEMERIKSAAN
Adalah menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam
rangka memberikan kepastian hukum, keadilan, dan pembinaan kepada
WP.
KENAPA ADA PEMERIKSAAN PAJAK
Karena Sistem pemungutan pajak di Indonesia, salah satunya
memberlakukan Self Assessment System. Oleh karena itu, Fiskus perlu
melakukan pemeriksaan pajak untuk menguji kepatuhan kewajiban
perpajakan. Sehingga akan ketahuan apakah WP telah memenuhi
kewajiban perpajakan sesuai dengan UU KUP.
JENIS PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan Rutin
Pemeriksaan yang bersifat rutin dilakukan terhadap wajib pajak.
2. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan yang dilakukan terhadap WP berkenaan dengan adanya masalah yang secara khusus
berkaitan dengan WP tersebut.
3. Pemeriksaan bukti Permulaan
Pemeriksaan untuk mencari atau mendapatkan bukti permulaan tentang adanya dugaan telah
terjadi pidana perpajakan.
4. Pemeriksaan WP Lokasi
Pemeriksaan yang dilakukan terhadap cabang, perwakilan, pabrik atau tempat usaha dari WP yang
berlokasi diluar KPP domisli. Permintaan pemeriksaan berasal dari KPP domisili.
5. Pemeriksaan Tahun Berjalan
Pemeriksaan terhadap WP yang dilakukan dalam tahun berjalan untuk jenis-jenis pajak tertentu dan
untuk mengumpulkan data atau keterangan atas kewajiban pajak lainnya.
RUANG LINGKUP PEMERIKSAAN
• Pemeriksaan Kantor • Pemeriksaan Pajak
- Yang meliputi suatu jenis pajak tertentu baik - Yang meliputi suatu jenis pajak atau seluruh
tahun berjalan dan atau tahun tahun jenis pajak untuk tahun berjalan dan atau
sebelumnya yang dilakukan di kantor DJP q.q tahun tahun sebelumnya dan atau untuk
KPP. Pemeriksaan hanya dapat dilaksanakan
tujuan lain yang dilakukan di tempat WP.
dengan Pemeriksaan Sederhana.
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan
- Dilakukan dalam jangka waktu paling lama 4 Pemeriksaan Lengkap atau Pemeriksaan
bulan dan dapat diperpanjang menjadi paling
lama 2 bulan sejak tanggal WP datang Sederhana Lapangan.
memenuhi panggilan dalam rangka - Dilakukan dalam jangka waktu paling lama
Pemeriksaan Kantor s/d tanggal Laporan Hasil 6 bulan dan dapat diperpanjang menjadi
Pemeriksaan. paling lama 2 bulan yang dihitung sejak
- Apabila ditemukan transfer pricing/transaksi tanggal Surat Pemberitahuan Pemeriksaan
khusus lainnya yang berindikasi ada rekayasa, disampaikan s/d tanggal Laporan Hasil
pemeriksaan menjadi Pemeriksaan Lapangan. Pemeriksaan.
ALUR KEGIATAN PEMERIKSAAN
KANTOR
ALUR KEGIATAN PEMERIKSAAN
LAPANGAN
HASIL PEMERIKSAAN
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh DJP, maka akan
diterbitkan suatu SKP (Surat Ketetapan Pajak), yang dapat
mengakibatkan pajak terutang menjadi kurang bayar, lebih bayar atau
nihil.
Berdasarkan pemeriksaan, jenis-jenis ketetapan yang dikeluarkan
adalah: SKPKB, SKPLB, SKPKBT (Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan), SKPN.
Disamping itu dapat diterbitkan pula STP dalam hal dikenakannya sanksi
administrasi dapat berupa denda, bunga, dan kenaikan.
SANKSI ADMINISTRASI BERKAITAN
DENGAN PEMERIKSAAN
Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain, atas
jumlah kekurangan pajak yang terutang SKPKB ditambah dengan sanksi
administrasi berupa bunga 2% perbulan paling lama 24 bulan, dihitung
sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun
Pajak, atau Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya SKPKB.
Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain mengenai
PPN dan PPnBM ternyata tidak seharusnya dikompensasi selisih lebih
pajak atau tidak seharusnya dikenai tarif 0% atas jumlah kekurangan
pembayaran pajak dalam SKPKB ditambah sanksi administrasi berupa
kenaikan sebesar 100%
SANKSI ADMINISTRASI BERKAITAN
DENGAN PEMERIKSAAN (cont.)
Apabila kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 atau Pasal 29
tidak dipenuhi sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang
terutang, atas jumlah pajak dalam SKPKB ditambah dengan sanksi
administrasi berupa kenaikan sebesar:
a. 50% dari PPh yang tidak atau kurang dibayar dalam satu Tahun
Pajak.
b. 100% dari PPh yang tidak atau kurang dipotong, tidak atau kurang
dipungut, tidak atau kurang disetor, dan dipotong atau dipungut
tetapi tidak atau kurang disetor.
c. 100% dari PPN Barang dan Jasa dan PPnBM yang tidak atau kurang
dibayar.
KEBERATAN
RUANG LINGKUP KEBERATAN
Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Direktorat Jenderal Pajak atas suatu:
1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB),
2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT),
3. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB),
4. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN),
5. pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.

Wajib Pajak hanya dapat mengajukan keberatan terhadap:


• materi atau isi dari surat ketetapan pajak, yang meliputi jumlah rugi berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan, jumlah besarnya pajak, atau
• materi atau isi dari pemotongan atau pemungutan pajak.

Dalam hal terdapat alasan keberatan selain yang disebutkan di atas, alasan tersebut tidak
dipertimbangkan dalam penyelesaian keberatan.
KEBERATAN (cont.)
SYARAT PENGAJUAN KEBERATAN
a. diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia;
b. mengemukakan jumlah pajak yang terutang atau jumlah pajak yang dipotong atau dipungut atau jumlah
rugi menurut penghitungan Wajib Pajak dengan disertai alasan-alasan yang menjadi dasar
penghitungan;
c. 1 (satu) keberatan diajukan hanya untuk 1 (satu) surat ketetapan pajak, untuk 1 (satu) pemotongan
pajak, atau untuk 1 (satu) pemungutan pajak;
d. Wajib Pajak telah melunasi pajak yang masih harus dibayar paling sedikit sejumlah yang telah disetujui
Wajib Pajak dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan atau pembahasan akhir hasil verifikasi, sebelum
Surat Keberatan disampaikan;
e. diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal:
• surat ketetapan pajak dikirim; atau
• pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga;
kecuali Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena
keadaan di luar kekuasaan Wajib Pajak;
f. Surat Keberatan ditandatangani oleh Wajib Pajak, dan dalam hal Surat Keberatan ditandatangani oleh
bukan Wajib Pajak, Surat Keberatan tersebut harus dilampiri dengan surat kuasa khusus sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32 ayat (3) Undang-Undang KUP; dan
g. Wajib Pajak tidak mengajukan permohonan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36
Undang-Undang KUP.
KEBERATAN (cont.)
SYARAT PENGAJUAN KEBERATAN (cont.)
Ketentuan khusus:
• Dalam hal Surat Keberatan yang disampaikan oleh Wajib Pajak tidak memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, atau huruf f, Wajib Pajak
dapat melakukan perbaikan atas Surat Keberatan tersebut dan menyampaikan kembali
sebelum jangka waktu 3 (tiga) bulan terlampaui.
• Tanggal penyampaian Surat Keberatan yang telah diperbaiki merupakan tanggal Surat
Keberatan diterima.
• Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan, jangka waktu pelunasan pajak yang masih
harus dibayar yang tidak disetujui dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan atau
pembahasan akhir hasil verifikasi sebagaimana tercantum dalam Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar dan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan belum dibayar pada
saat pengajuan keberatan, tertangguh sampai dengan 1 (satu) bulan sejak tanggal penerbitan
Surat Keputusan Keberatan.
KEBERATAN (cont.)
ALUR PENYELESAIAN KEBERATAN
a. Dalam proses penyelesaian keberatan, Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk:
1. meminjam buku, catatan, data, dan informasi dalam bentuk hardcopy dan/atau softcopy kepada
Wajib Pajak terkait dengan materi yang disengketakan melalui penyampaian surat permintaan
peminjaman buku, catatan, data dan informasi;
2. meminta Wajib Pajak untuk memberikan keterangan terkait dengan materi yang disengketakan
melalui penyampaian surat permintaan keterangan;
3. meminta keterangan atau bukti terkait dengan materi yang disengketakan kepada pihak ketiga yang
mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak melalui penyampaian surat permintaan data dan
keterangan kepada pihak ketiga;
4. meninjau tempat Wajib Pajak, termasuk tempat lain yang diperlukan;
5. melakukan pembahasan dan klarifikasi atas hal-hal yang diperlukan dengan memanggil Wajib Pajak
melalui penyampaian surat panggilan;
1. Surat panggilan dikirimkan paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sebelum tanggal pembahasan
dan klarifikasi atas sengketa perpajakan.
2. Pembahasan dan klarifikasi dituangkan dalam berita acara pembahasan dan klarifikasi sengketa
perpajakan.
6. melakukan pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka keberatan untuk mendapatkan data
dan/atau informasi yang objektif yang dapat dijadikan dasar dalam mempertimbangkan keputusan
keberatan.
KEBERATAN (cont.)
ALUR PENYELESAIAN KEBERATAN (cont.)
b. Wajib Pajak harus memenuhi peminjaman dan/atau permintaan paling lama 15 (lima belas)
hari kerja setelah tanggal surat permintaan peminjaman dan/atau surat permintaan
keterangan dikirim.
c. Apabila sampai dengan jangka waktu 15 (lima belas) hari kerja setelah tanggal surat
permintaan peminjaman dan/atau surat permintaan keterangan dikirim berakhir, Wajib Pajak
tidak meminjamkan sebagian atau seluruh buku, catatan, data dan informasi dan/atau tidak
memberikan keterangan yang diminta, Direktur Jenderal Pajak menyampaikan:
1. surat permintaan peminjaman yang kedua; dan/atau
2. surat permintaan keterangan yang kedua.
d. Wajib Pajak harus memenuhi peminjaman dan/atau permintaan yang kedua paling lama 10
(sepuluh) hari kerja setelah tanggal surat peminjaman dan/atau permintaan yang kedua
dikirim.
KEBERATAN (cont.)
JANGKA WAKTU PENYELESAIAN KEBERATAN
a. Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal
Surat Keberatan diterima harus memberikan keputusan atas keberatan yang diajukan.
• Jangka waktu tersebut dihitung sejak tanggal Surat Keberatan diterima sampai dengan
tanggal Surat Keputusan Keberatan diterbitkan.
b. Dalam hal Wajib Pajak mengajukan gugatan ke Pengadilan Pajak atas surat dari Direktur
Jenderal Pajak yang menyatakan bahwa keberatan Wajib Pajak tidak dipertimbangkan,
jangka waktu 12 (dua belas) bulan tertangguh, terhitung sejak tanggal surat dikirim dari
Direktur Jenderal Pajak tersebut kepada Wajib Pajak sampai dengan Putusan Gugatan
Pengadilan Pajak diterima oleh Direktur Jenderal Pajak.
c. Apabila jangka waktu di atas telah terlampaui dan Direktur Jenderal Pajak tidak memberi
keputusan atas keberatan, keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak dianggap dikabulkan
dan Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat Keputusan Keberatan sesuai dengan
pengajuan keberatan Wajib Pajak dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak jangka
waktu 12 (dua belas) bulan tersebut berakhir.
KEBERATAN (cont.)
PENCABUTAN PENGAJUAN KEBERATAN
a. Wajib Pajak dapat mencabut pengajuan keberatan yang telah disampaikan kepada Direktur
Jenderal Pajak sebelum tanggal diterima surat pemberitahuan untuk hadir (SPUH) oleh Wajib Pajak.
b. Pencabutan pengajuan keberatan dilakukan melalui penyampaian permohonan dengan memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
• permohonan harus diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dan dapat mencantumkan
alasan pencabutan;
• surat permohonan ditandatangani oleh Wajib Pajak dan dalam hal surat permohonan tersebut
ditandatangani bukan oleh Wajib Pajak, surat permohonan tersebut harus dilampiri dengan surat
kuasa khusus;
• surat permohonan harus disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar
dengan tembusan kepada Direktur Jenderal Pajak dan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Pajak yang merupakan atasan Kepala Kantor Pelayanan Pajak.
c. Direktur Jenderal Pajak wajib memberikan jawaban atas permohonan pencabutan pengajuan keberatan
berupa surat persetujuan atau surat penolakan.
d. Wajib Pajak yang mencabut pengajuan keberatan yang telah disampaikan kepada Direktur Jenderal Pajak
ini tidak dapat mengajukan permohonan pengurangan atau pembatalan surat ketetapan pajak yang tidak
benar.
e. Dalam hal Wajib Pajak mencabut pengajuan keberatan, Wajib Pajak dianggap tidak mengajukan
keberatan.
KEBERATAN (cont.)
PENCABUTAN PENGAJUAN KEBERATAN (cont.)
f. Dalam hal Wajib Pajak dianggap tidak mengajukan keberatan, pajak yang masih harus
dibayar dalam SKPKB atau SKPKBT yang tidak disetujui dalam Pembahasan Akhir Hasil
Pemeriksaan atau Pembahasan Akhir Hasil Verifikasi menjadi utang pajak sejak tanggal
penerbitan SKP.
KETENTUAN TAMBAHAN
Wajib Pajak yang mengajukan keberatan tidak dapat mengajukan permohonan:
1. pengurangan, penghapusan, dan pembatalan sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan
kenaikan yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan;
2. pengurangan atau pembatalan surat ketetapan pajak yang tidak benar; atau
3. pembatalan surat ketetapan pajak dari hasil pemeriksaan atau verifikasi yang dilaksanakan
tanpa:
• penyampaian Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP) atau surat pemberitahuan
hasil Verifikasi; atau
• pembahasan akhir hasil pemeriksaan atau Pembahasan Akhir Hasil Verifikasi
dengan Wajib Pajak.
KEBERATAN (cont.)
CONTOH KASUS BESERTA ALUR DOKUMENNYA
1. Surat Pengajuan Keberatan Wajib Pajak tanggal 1 September 2020 atas SKPLB PPh Badan 2018 tanggal
23 Juli 2020
Menurut fiskus : lebih bayar sebesar Rp2.053.792.197
Menurut Wajib Pajak : lebih bayar sebesar Rp7.096.415.402
2. Lampiran untuk Surat Pengajuan Keberatan tanggal 1 September 2020
Sengketa 1:
• Menurut fiskus, terdapat penyesuaian fiskal negatif atas biaya premi iuran dana pensiun yang
dibayarkan kepada Dana Pensiun Lembaga Keuangan PT Dana Pensiun Manulife Indonesia sebesar
Rp20.000.000.000 yang tidak didukung oleh bukti yang kompeten.
• Menurut Wajib Pajak, seluruh dokumen yang relevan sudah diserahkan dalam proses pemeriksaan
dan seharusnya sudah memadai untuk membuktikan eksistensi dan kewajaran transaksi pembayaran
iuran pensiun.
Sengketa 2:
• Menurut fiskus, terdapat rugi selisih kurs tahun 2017 sebesar Rp170.492.112 yang baru disesuaikan
dengan penerbitan Credit Note di tahun 2018 (Dr. Rugi selisih kurs, Cr. Piutang usaha), yang tidak
seharusnya dibebankan di tahun 2018 karena transaksi tersebut seharusnya diakui di tahun 2017.
• Menurut Wajib Pajak, terdapat kekeliruan pencatatan di tahun 2017 (Dr. Kas, Cr. Laba selisih kurs)
karena tidak teridentifikasinya nomor invoice pelanggan yang akan diselesaikan dengan uang masuk
di rekening Wajib Pajak, sehingga uang masuk tersebut dicatat sebagai laba selisih kurs.
KEBERATAN (cont.)
CONTOH KASUS BESERTA ALUR DOKUMENNYA (cont.)
3. Bukti Penerimaan Elektronik (BPE) tanggal 22 September 2020 untuk Surat Pengajuan Keberatan tanggal
1 September 2020
4. Keputusan Direktur Jenderal Pajak tanggal 19 Agustus 2021
• Mengabulkan sebagian keberatan Wajib Pajak: Sengketa 1
• Lebih bayar pajak Wajib Pajak yang semula sebesar Rp2.053.792.197 (berdasarkan fiskus/SKPLB)
menjadi sebesar Rp7.053.792.197.

CONTOH IMPLIKASI ISAK 34 KETIDAKPASTIAN DALAM PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN


Untuk tahun buku 2020, karena belum terdapatnya keputusan dari Direktur Jenderal Pajak, Wajib Pajak
mencadangkan provisi untuk PPh badan terkait dengan sengketa 1 untuk seluruh open year (2016-2020)
dengan probabilitas 50% (berdasarkan penelaahan manajemen). Pembayaran premi iuran dana pensiun
untuk tahun 2016-2020 adalah masing-masing sebesar RpNihil, Rp5.000.000.000 (tahun sudah diperiksa dan
tidak dikoreksi oleh fiskus), Rp20.000.000.000 (tahun sudah diperiksa dan dikoreksi oleh fiskus, sehingga
Wajib Pajak mengajukan keberatan), Rp6.000.000.000, dan Rp9.000.000.000.

Pada tahun 2021, provisi tersebut dihapuskan karena Wajib Pajak sudah menerima Keputusan Direktur
Jenderal Pajak pada tanggal 19 Agustus 2021.
BANDING
• Apabila wajib pajak tidak atau belum puas dengan keputusan yang
diberikan atas keberatan, maka wajib pajak dapat mengajukan
banding (yaitu upaya hukum yang dapat dilakukan oleh wajib pajak
atau penanggung pajak terhadap suata keputusan yang dapat
diajukan banding, berdasarkan peraturan perundang-undangan
perpajakan yang berlaku) kepada pengadilan pajak. | Pasal 27 UU KUP
dan Pajak 35 UU No 14 Tentang Pengadilan Pajak
• Pihak yang mengajukan banding : Wajib Pajak, Ahli Waris Wajib Pajak,
Seorang Pengurus (WP Badan) dan Kuasa Hukum Wajib Pajak
(Pengacara, Konsultan Pajak, dan Kuasa Khusus)
Syarat Pengajuakn Surat Banding
• Surat ditulis dalam Bahasa Indonesia kepada Pengadilan Pajak
• Banding diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal
diterima Keputusan banding
• Terhadap 1 (satu) keputusan diajukan 1 (satu) surat banding
• Bending diajukan dengan disertai alasan-alas an yang jelas dan
dicantumkan tanggal diterima surat keputusan yang disbanding
• Dalam hal banding diajukan terhadap besarnya jumlah pajak
terutang, banding hayan dapat diajukan apabila jumlah terutang yang
dimaskud teah di bayar sebesar 50%.
Putusan Pengadilan
• Putusan pengadilan Pajak merupakan pusutan pengadilan khusus
dilingkungan peradilan tata usaha negara dan bisa berupa :
1. Menolak
2. Mengabulkan Sebagian atau seluruhnya
3. Menambah pajak yang harus dibayar
4. Tidak dapat diterima
5. Membetulkan kesalahan tulis dan/atau kesalahan hitung ; dan atau
6. Membatalkan.
• Terhadap putusan banding tidak dapat lagi diajukan gugatan, banding,
atau kasasi.
Pembayaran Utang Pajak
• Dalam hal WP mengjukan banding jangka waktu pelunasan atas
jumlah pajak yang belum dibayar pada saat pengajukan keberatan,
tertangguh samapi dengan 1 (satu) bulan sejak tanggal penerbitan
putusan Banding
• Jumlah pajak yang belum dibayar saat keberatan dan saat pengajuan
banding sampai dengan putusan banding diterbitkan.
• Dalam hal permohonan banding ditolak atau dikabulkan Sebagian.
WP dikenai sanksi administrasi sebesar 100% dari jumlah pajak
berdasarkan putusan banding dikurangi dengan pembayaran pajak
yang telah dibayar sebelum pengajuan kebaratan.
PENINJAUAN KEMBALI
Secara umum, peninjauan kembali merupakan keadaan dimana apabila Wajib
Pajak masih merasa belum puas dengan putusan banding yang telah ditetapkan,
maka Wajib Pajak dapat mengajukan peninjauan kembali yang ditujukan kepada
Mahkamah Agung sebagai hak yang dimiiki oleh Wajib Pajak
Verifikasi Permohonan PK
Verifikasi Permohonan KMPK
Definisi Layanan Penerimaan Penjinjauan
Kembali & Kontra Memori Peninjauan Kembali
Verifikasi dan atau Penerimaan Permohonan Peninjauan Kembali
(Permohonan PK) dan Kontra Memori Peninjauan Kembali (KMPK)
adalah layanan pemeriksaan kelengkapan berkas permohonan PK dan
Kontra Memori PK untuk meminimalisir berkas PK tidak dapat
diproses/dikembalikan oleh Mahkamah Agung karena adanya
kekurangan dokumen yang harus dilengkapi oleh para pihak.
Penerbitan Surat P2KMPK
Penerbitan Surat P2MPK
Definisi Layanan Penerbitan Surat pemberitahuan Permoohonan
Peninjauan kembali & Penyerahan Memori Peninjauan kembali

Penerbitan Surat Pemberitahuan Permohonan Peninjauan Kembali Dan


Penyerahan Memori Peninjauan Kembali (P2MPK) adalah layanan yang
bertujuan untuk memberitahukan dan menyampaikan salinan
Permohonan PK kepada Termohon PK (pihak lawan) untuk dibuat
jawaban (KMPK).

Penerbitan Surat Pemberitahuan Dan Penyerahan Kontra Memori


Peninjauan Kembali (P2KMPK) adalah layanan yang bertujuan untuk
menyampaikan salinan KMPK kepada Pemohon PK (pihak lawan) untuk
diketahui.
Surat P2MPK/P2KMPK
Definisi Layanan Penyampaian Salinan
Putusan atas Pemohon Peninjauan Kembali
Penyampaian Salinan Putusan atas Permohonan Peninjauan Kembali
(Salinan Putusan PK) adalah layanan Pengiriman Salinan Putusan PK
kepada para pihak setelah Salinan Putusan PK disampaikan dan
diterima oleh Pengadilan Pajak dari Mahkamah Agung.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai