Anda di halaman 1dari 11

POINT 1

Pengertian Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data,


keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional
berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. . Menurut Pasal 1 angka 25
pada Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) nomor
16 Tahun 2009, dijelaskan bahwa pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan
menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan
secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain
dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Pemeriksaan maupun penelitian merupakan tindakan yang biasa dilakukan oleh


otoritas pajak untuk mengecek dan menguji kebenaran Surat Pemberitahun yang
disampaikan oleh wajib pajak. Indonesia telah menerapkan self assessment
system, kewajiban untuk menghitung, menyetor dan melapor adalah tanggung
jawab wajib pajak. Kebijakan ini memberikan kesempatan kepada Wajib Pajak
untuk menghitung biaya pajaknya sendiri namun harus tetap menyesuaikan
dengan peraturan berlaku. Untuk melaksanakan fungsi pengawasan otoritas pajak
dapat melakukan pemeriksaan atau penelitian. Definisi pemeriksaan pajak
menurut Mardiasmo (2013:52) adalah : Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan
untuk mencari, mengumpulkan dan mengolah data dan atau keterangan lainnya
untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain
dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
yang berlaku. Definisi tersebut dengan jelas diterangkan bahwa pemeriksaan
merupakan serangkaian tindakan sehingga bisa diartikan bahwa pemeriksa pajak
aktif untuk mendapatkan data, keterangan, dan atau bukti yang bisa berbentuk soft
copy dan selanjutnya mengolahnya dengan dengan cara objektif dan profesional
dengan tujuan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan
dan/atau tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan. Tujuan lain dalam pemeriksaan misalnya dalam rangka
pencabutan Nomor Pokok Wajib Pajak, penentuan objek sita, dalam rangka
penggabungan atau peleburan usaha, dalam rangka pembinaan dan lain-lain.
Tindakan penelitian dilakukan untuk menilai kelengkapan pengisian Surat
Pemberitahuan dan lampiranlampirannya termasuk penilaian tentang
kebenaranpenulisan dan penghitungannya. Penelitian pajak sifatnya hanya
melakukan pengecekan kebenaran formal Surat Pemberitahuan seperti cara
pengisian, kelengkapan lampiran, kebenaran penulisan serta penghitungannya
seperti penjumlahan, pengurangan dan lain-lain. Tindakan lain yang dapat
dilakukan oleh otoritas pajak adalah penyidikan (investigation). Tindakan
penyidikan merupakan lanjutan dari tindakan pemeriksaan apabila pada tingkat
pemeriksaan tersebut ditemukan unsur-unsur melawan hukum yaitu melanggar
ketentuan pidana di bidang perpajakan.

Pemeriksaan pajak pada dasarnya dilakukan untuk menguji kepatuhan


pemenuhan kewajiban perpajakan (tax compliance) dan untuk tujuan lain yang
ditetapkan oleh Ditjen Pajak berdasarkan ketentuan perpajakan yang berlaku.

Tujuan Pemeriksaan

Tujuan dilakukannya pemeriksaan adalah sebagai berikut:

A. Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan:

a. SPT lebih bayar termasuk yang telah diberikan pengembalian pendahuluan


pajak
b. SPT rugi
c. SPT tidak atau terlambat (melampaui jangka waktu yang ditetapkan dalam
Surat Teguran) disampaikan
d. Melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi, pembubaran,
atau akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya; atau
e. Menyampaikan SPT yang memenuhi kriteria seleksi berdasarkan hasil
analisis (risk based selection) mengindikasikan adanya kewajiban
perpajakan WP yang tidak dipenuhi sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
B. Tujuan lain, yaitu:

a. Pemberian NPWP secara jabatan;


b. Penghapusan NPWP;
c. Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) dan pencabutan PKP (baca
juga: Registrasi Ulang Pengusaha Kena Pajak);
d. Wajib Pajak mengajukan keberatan;
e. Pengumpulan bahan untuk penyusunan Norma Penghitungan Penghasilan
Neto.
f. Pencocokan data dan/atau alat keterangan.
g. Penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil.
h. Penentuan satu atau lebih tempat terutang PPN.
i. Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak;
j. Penentuan saat mulai berproduksi sehubungan dengan fasilitas perpajakan
dan/ atau;
k. Pemenuhan permintaan informasi dari negara mitra Perjanjian
Penghindaran Pajak Berganda
POINT 2

Kriteria Pemeriksaan

Kriteria pemeriksaan terdiri atas Pemeriksaan Rutin dan Pemeriksaan Khusus.


a) Pemeriksaan Rutin adalah pemeriksaan yang dilakukan terhadap wajib pajak
sehubungan dengan pemenuhan hak dan atau pelaksanaan kewajiban
perpajakannya atau karena diwajibkan oleh Undang-Undang KUP
b) Pemeriksaan Khusus adalah pemeriksaan yang dilakukan berdasarkan hasil
analisis risiko (risk based selection) terhadap ketidakpatuhan wajib pajak.

Analisis risiko adalah kegiatan yang dilakukan untuk menilai tingkat


ketidakpatuahan wajib pajak yang dapat menimbulkan kerugian pada penerima
pajak.

Jenis Pemeriksaan

Jenis Pemeriksaan terdiri atas Pemeriksaan Kantor dan Pemeriksaan Lapangan.

a) Pemeriksaan Kantor adalah pemeriksaan yang dilakukan dikantor Direktorat


Jendral Pajak.
b) Pemeriksaan Lapangan adalah pemeriksaan yang dilakukan di tempat
kedudukan, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, tempat tinggal wajib
pajak atau tempat lain yang ditentukan oleh Direktur Jendral Pajak.

Ruang Lingkup Pemeriksaan

Ruang Lingkup Pemeriksaan terdiri atas semua jenis pajak (all taxes), PPh
Badan/Orang Pribadi, PPN,PPh Pemotongan dan Pemungutan, dan lain-lain, baik
untuk satu atau beberapa Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Pajak Tahunan,
baik tahun-taun lalu maupun tahun berjalan.

Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan wajib


pajak harus dilakukan dalam hal wajib pajak mengajukan pemohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak.

Kalau dalam Keputusan Menteri Keuangan terdahulu (545/KMK.04/2000) jenis


pemeriksaan pajak dibedakan antara pemeriksaan lapangan dan pemeriksaan
kantor, dan pemeriksaan lapangan juga dibedakan antara pemeriksaan lengkap
dan pemeriksaan sederhana lapangan, maka di Keputusan Menteri Keuangan No.
199/PMK.03/2007 yang telah direvisidengan Peraturan Menteri Keuangan No.
82/PMK.03/2011, jenis pemeriksaan lapangan pemeriksaan kantor.

Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan wajib


pajak dapat dilakukan dengan kriteria dalam hal wajib pajak:

a. Menyampaikan Surat Pemberitahuan yang menyatakan lebih bayar, termasuk


yang telah diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak.
b. Menyampaikan Surat Pemberitahuanyang menyatakan rugi.
c. Tidak menyampaikan atau menyampaikan Surat Pemberitahuan tetapi
melampaui jangka waktu yang telah ditetapkan dalam Surat Teguran.
d. Melakukan penggabungan,peleburan,pemekaran,likuidasi,pembubaran, atau
akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya.
e. Menyampaikan Surat Pemberitahuan yang memenuhi kriteria seleksi
berdasarkan hasil analisis risiko(risk based selection) mengindentifikasikan
adanya kewajiban perpajakan wajib pajak yang tidak dipenuhi sesuai undang-
undang perpajakan.

Ruang Lingkup Pemeriksaan untuk Tujuan Lain

Ruang lingkup pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan


ketentuan undang-undang perpajakan dapat meliputi, penentuan, pencocokan, atau
pengumpulan materi yang berkaitan dengan tujuan pemeriksaan.

Pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan undang-


undang perpajakan, dilakukan dengan kriteria antara lain:

a. Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan.


b. Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak.
c. Pengukuhan atau pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
d. Wajib pajak mengajukan keberatan.
e. Pengumpulan bahan guna penyusunan Norma Perhitungan Penghasilan Neto
f. Pencocokan data dan atau alat keterangan.
g. Penentuan wajib pajak beralokasi didaerah terpencil.
h. Penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai.
i. Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak.
j. Penentuan saat produksi dimulai atau memperpanjang jangka waktu
kompensasi kerugian sehubungan dengan pemberian fasilitas perpajakan.
k. Memenuhi permintaan informasi dari Negara Mitra Perjanjian Penghindaran
Pajak Berganda.

JENIS PEMERIKSAAN

1. Pemeriksaan Kantor: Pemeriksaan yang dilakukan di kantor DJP .


Dilakukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan dan dapat
diperpanjang menjadi paling lama 6 (enam) bulan yang dihitung sejak
tanggal Wajib Pajak datang memenuhi surat panggilan dalam rangka
Pemeriksaan Kantor sampai dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan.
2. Pemeriksaan Lapangan: Pemeriksaan yang dilakukan di tempat
kedudukan, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, tempat tinggal
wajib pajak atau tempat lain yang ditentukan oleh DJP. Dilakukan dalam
jangka waktu paling lama 4 (empat) bulan dan dapat diperpanjangmenjadi
paling lama 8 (delapan) bulan yang dihitung sejak tanggal Surat Perintah
Pemeriksaan sampai dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaa
POINT 3
STRATEGI UMUM DALAM MENGHADAPI PEMERIKSAAN PAJAK
Pemeriksaan pajak dilakukan dengan tujuan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain, berdasarkan undang-undang
perpajakan. Berikut ini beberapa tips menghadapi pemeriksaan pajak:
a. Bila terjadi kelebihan pajak, agar diajukan klaim atau restitusi pajak
(pengembalian kelebihan bayar) dan jangan merasa takut dengan pemeriksaan
pajak, selama kita tidak berbuat curang dan asalkan administrasi pembukuan
kita dipelihara dengan rapi.
b. Pemeriksaan pajak tidak hanya didasarkan pada SPT. Walaupun laporan audit
memberikan opini wajar tanpa pengecualian, karena setelah memasukan SPT
dapat saja dilakukan pemeriksaan sederhana kantor selama 2 bulan.
c. Persiapkan pembukuan atau laporan keuangan yang rapi. Lakukan
pembukuan dengan baik, benar dan jujur. Tutup celah – celah kelemahan
dalam pembukuan yang bisa menimbulkan koreksi fiskal.
d. Membuat rekonsiliasi komersial fiscal sesuai aturan. Kita akan rugi jika tidak
membayar rekonsiliasi sesuai aturan, karena akan muncul koreksi yang
dendanya cukup besar.
e. Gunakan konsultan pajak sebagai mitra diskusi seputar perpajakan dan pada
saat diperiksa, karena konsultan pajak yang terdaftar dan bersertifikat dapat
memberikan masukan dalam menghadapi pemeriksaan pajak.
f. Menghindari penyelesaian dibawah tangan degan aparat pemeriksa pajak.
Pemerintah Dirjen Pajak tidak pernah mentoleransi prilaku semacam itu, kalau
pun kita harus membayar pajak karena ketidak tahuan dalam menerapkan
peraturan, ajukan saya permohonan penghapusan atau keringanan denda.
Dirjen Pajak, sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh undang-undang,
pasti akan mengabulkan permohonan kita berdasarkan rasa keadilan, bila
bukti-bukti yang diajukan menguatkan hal itu.
g. Melakukan penelitian kembali atas pemenuhan kewajiban perpajakan yang
selama ini telah dilaksanakan (tax review). Apabila memang masih ditemukan
adanya kesalahan dalam melaksanakan kewajiban perpajakan tersebut, maka
segera lakukan pembetulan sebelum dilakukan pemeriksaan.
h. Menyiapkan sikap mental dan berpikir positif, bahwa pemeriksa pajak juga
manusia yang bisa berbuat salah dalam menjalankan tugasnya, sehingga tidak
perlu ditakuti. Jangan perlakukan pemeriksa sebagai musuh, tetapi sebagai
mitra dan terbuka untuk melakukan kompromi (dalam arti yang positif).
i. Selalu taat pajak dalam memenuhi hak dan kewajiban perpajakan, dengan cara
menghindari penggelapan atau penghindaran pajak dengan cara illegal (tax
evasion). Tindakan ini merupakan perbuatan kriminal karena menyalahi
peraturan. Contoh kasus penggelapan pajak antara lain:
1) Melaporkan omzet atau penjualan lebih kecil dari seharusnya.
2) Transaksi ekspor fiktif.
3) Pemalsuan dokumen keuangan perusahaan.
4) Menggelambungnya biaya perusahaan dengan membebankan biaya fiktif
5) Melakukan mark up nilai barang yang diimpor.

Perusahaan dapat memanfaatkan celah undang-undang perpajakan agar dapat


membayar pajak secara efisien tanpa menyalahi ketentuan.

a. Menyimpan semua dokumen perusahaan, minimal hingga masa kadaluarsa


pajak.
b. Melakukan tax review untuk menguji apakah kita sudah memenuhi
kewajiban perpajakan.
c. Menguasai peraturan pajak dengan baik dengan cara mengupdate aturan
pajak dan aturan pemeriksaan pajak, terutama untuk digunakan dalam
berargumentasi dalam berkomunikasi dengan pemeriksa pajak dalam rangka
melaksanakan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan (Closing Conference),
untuk mempertahankan besarnyapajak yang sudah kita bayar, agar tidak
harus membayar tambahan beban pajak lagi.
d. Merespon sikap dan perilaku pemeriksa pajak secara bijak agar tidak salah
ucap atau salah langkah, untuk menghindari sentiment negative pada saat
pemeriksaan berlangsung.
e. Jangan memberikan informasi secara sukarela (bila tidak diminta) kepada
pemeriksa pajak.
f. Belajar dari pengalaman buruk dimasa lalu untuk memahami bagaimana
menerapkan learning system yang benar agar kerugian besar dari pajak tidak
terulang lagi di masa.
g. Pergunakan hak wajib pajak in the last minutes dengan sebaik-baiknya untuk
pembelian diri wajib pajak untuk hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil
Pemeriksaan (PAHP) dan menyampaikan tanggapan tertulis. Ajukan Surat
Permohonan Pembahasan dengan Tim Quality Assurance dalam hal masih
terdapat perbedaan pendapat dalam Ri-salah PAHP tersebut. Segeralah
membuat Surat Sanggahan atas Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan
dengan Argumentasi yang tepat, jangan ditunda-tunda bila tidak menyetujui
sebagai atau seluruh hasil Pemeriksaan. Gagal dalam memaksimalkan upaya
wajib pajak dalam kesempatan terakhir tersebut akan berdampak pada
pengenaan tambahan pajak yang lebih besar yang harus dipikul oleh wajib
pajak.
POINT 4

Tindakan setelah pemeriksaaan.

Dalam pemeriksaan, setelah wajib pajak menerima Surat Pemberitahuan Hasil


Pemeriksaan (SPHP) dan menyampaikan surat tanggapan, proses selanjutnya
adalah melakukan pembahasan akhir hasil pemeriksaan atau closing conference.

Pembahasan akhir hasil pemeriksaan adalah pembahasan antara wajib pajak dan
pemeriksa pajak atas temuan pemeriksaan yang hasilnya dituangkan dalam berita
acara pembahasan akhir hasil pemeriksaan. Berita acara itu ditandatangani kedua
belah pihak dan berisi koreksi pokok pajak terutang, baik yang disetujui maupun
yang tidak disetujui, dan perhitungan sanksi administrasi. Definisi tersebut
sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 angka 16 Peraturan Menteri Keuangan No.
17/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pemeriksaan sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 18/PMK.03/2021 (PMK
17/2013 jo PMK 18/2021).

Proses pembahasan dimulai dengan diberikannya undangan kepada wajib pajak


yang bersangkutan. Dalam undangan tersebut tercantum hari dan tanggal
dilaksanakannya pembahasan hasil akhir pemeriksaan.

Undangan tersebut harus disampaikan kepada wajib pajak dalam jangka waktu
paling lama 3 hari kerja terhitung sejak diterimanya tanggapan tertulis atas SPHP
dari wajib pajak sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan, atau sejak
berakhirnya jangka waktu tersebut dalam hal wajib pajak tidak menyampaikan
tanggapan tertulis atas SPHP.

Berdasarkan pada Pasal 44 PMK 17/2013 jo PMK 18/2021, dalam roses closing


conference, pemeriksa pajak akan tetap membuat Berita Acara Pembahasan Akhir
Hasil Pemeriksaan, baik wajib pajak hadir maupun tidak hadir dalam pertemuan
tersebut.
Apabila wajib pajak setuju atas seluruh hasil pemeriksaan dan hadir dalam
pembahasan maka dokumen yang dibuat adalah berita acara pembahasan akhir
hasil pemeriksaan dan ikhtisar hasil pembahasan akhir.

Sementara itu, apabila wajib pajak setuju atas hasil pemeriksaan dan tidak hadir
dalam pembahasan, maka dokumen yang dibuat adalah berita acara
ketidakhadiran wajib pajak dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan, berita
acara pembahasan akhir hasil pemeriksaan, dan ikhtisar hasil pembahasan akhir.

Kemudian, apabila wajib pajak membuat surat tanggapan dan hadir dalam
pembahasan sesuai dengan waktu yang ditentukan, wajib pajak dan pemeriksa
pajak melakukan pembahasan sesuai dengan surat tanggapan tersebut. Hasil
pembahasannya dituangkan dalam risalah pembahasan. Begitu pun jika wajib
pajak tidak memberikan tanggapan, tetapi hadir dalam pembahasan sesuai dengan
surat undangan. Wajib pajak dan pemeriksa pajak melakukan pembahasan dan
menuangkannya dalam risalah pembahasan. Adapun persetujuan atau
ketidaksetujuan beserta alasannya dapat disampaikan langsung kepada pemeriksa
pajak pada saat pembahasan.

Selain itu, jika wajib pajak tidak menyampaikan tanggapan tertulis dan tidak hadir
dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan, pemeriksa pajak tetap membuat
risalah pembahasan berdasarkan SPHP, berita acara ketidakhadiran wajib pajak
dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan, dan berita acara pembahasan akhir
hasil pemeriksaan yang dilampiri dengan ikhtisar hasil pembahasan akhir.

Anda mungkin juga menyukai