Anda di halaman 1dari 3

STRATEGI MENGHADAPI PEMERIKSAAN 

1. Pendahuluan
Menurut Pasal 1 Angka 25 UU Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan, Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan
mengelola data, keterangan dan atau bukti, yang dilaksanakan secara objektif dan
profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dan atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan
undang-undang perpajakan.

2. Kriteria Pemeriksaan
Kriteria pemeriksaan terdiri atas Pemeriksaan Rutin dan Pemeriksaan Khusus.
 Pemeriksaan Rutin adalah pemeriksaan yang dilakukan terhadap wajib pajak
sehubungan dengan pemenuhan hak dan atau pelaksanaan kewajiban perpajakannya
atau karena diwajibkan oleh Undang- Undang KUP.
 Pemeriksaan Khusus adalah pemeriksaan yang dilakukan berdasarkan hasil analisis
risiko (risk based selection) terhadap ketidakpatuhan wajib pajak.
Analisis risiko adalah kegiatan yang dilakukan untuk menilai tingkat ketidakpatuhan
wajib pajak yang dapat menimbulkan kerugian pada penerimaan pajak.

3. Jenis Pemeriksaan
Jenis pemeriksaan terdiri atas Pemeriksaan Kantor dan Pemeriksaan Lapangan.
 Pemeriksaan Kantor adalah pemeriksaan yang dilakukan di kantor Direktorat Jenderal
Pajak.
 Pemeriksaan Lapangan adalah pemeriksaan yang dilakukan di tempat kedudukan,
tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, tempat tinggal wajib pajak atau tempat
lain yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak

4. Ruang Lingkup Pemeriksaan


 Ruang lingkup pemeriksaan terdiri atas semua jenis pajak (all taxes), PPh
Badan/Orang Pribadi, PPN, PPh Pemotongan dan Pemungutan, dan lain-lain, baik
untuk satu atau beberapa Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak, baik
tahun-tahun lalu maupun tahun berjalan.
 Pemeriksaan untuk mengují kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan wajib pajak
harus dilakukan dalam hal wajib pajak mengajukan permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran pajak.

Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan wajib pajak dapat
dilakukan dengan kriteria dalam hal wajib pajak:
a. Menyampaikan Surat Pemberitahuan yang menyatakan lebih bayar, termasuk yang
telah diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak.
b. Menyampaikan Surat Pemberitahuan yang menyatakan rugi.
c. Tidak menyampaikan atau menyampaikan Surat Pemberitahuan tetapi melampaui
jangka waktu yang telah ditetapkan dalam Surat Teguran.
d. Melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi, pembubaran, atau akan
meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya.
e. Menyampaikan Surat Pemberitahuan yang memenuhi kriteria seleksi berdasarkan
hasil analisis risiko (risk based selection) mengindikasikan adanya kewajiban
perpajakan wajib pajak yang tidak dipenuhi sesuai undang-undangan perpajakan.

5. Ruang Lingkup Pemeriksaan untuk Tujuan Lain


Pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan Undang-
Undang perpajakan, dilakukan dengan kriteria antara lain:
a. Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan
b. Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak
c. Pengukuhan atau pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
d. Wajib Pajak mengajukan keberatan.
e. Pengumpulan bahan guna penyusunan Norma Penghitungan Penghasilan Neto.
f. Pencocokan data dan atau alat keterangan
g. Penentuan wajib pajak berlokasi di daerah terpencil.
h. Penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai.
i. Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak
j. Penentuan saat produksi dimulai atau memperpanjang jangka waktu kompensasi
kerugian sehubungan dengan pemberian fasilitas perpajakan.
k. Memenuhi permintaan informasi dari negara mitra Perjanjian Penghindaran Pajak
Berganda.
Pemeriksaan untuk tujuan lain dengan kriteria sebagaimana dimaksud di atas dilakukan
dengan Jenis Pemeriksaan Kantor atau Pemeriksaan Lapangan.

6. Strategi Umum dalam Menghadapi Pemeriksaan Pajak


Pemeriksaan pajak dilakukan dengan tujuan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain, berdasarkan Undang-Undang Perpajakan.
Berikut ini beberapa tips menghadapi pemeriksaan pajak:
a) Bila terjadi kelebihan pajak, agar diajukan klaim atau restitusi pajak dan jangan
merasa takut dengan pemeriksaan.
b) Pemeriksaan pajak tidak hanya didasarkan pada SPT lebih bayar.
c) Yang penting, persiapkan pembukuan yang rapi.
d) Membuat rekonsiliasi komersial fiskal sesuai aturan.
e) Gunakan konsultan pajak sebagai mitra diskusi seputar perpajakan dan pada saat
diperiksa, karena konsultan pajak yang terdaftar dan bersertifikat dapat memberikan
masukan dalam menghadapi pemeriksaan pajak.
f) Menghindari penyelesaian di bawah tangan aparat pemeriksa pajak
g) Melakukan penelitian kembali atas pemenuhan kewajiban perpajakan yang selama ini
telah dilaksanakan 
h) Menyiapkan sikap mental dan berpikir positif bahwa pemeriksa pajak juga manusia
yang bisa berbuat salah dalam menjalankan tugasnya sehingga tidak perlu ditakuti dan
sebaliknya kita sebagai wajib pajak juga jangan merasa bersalah karena hanya akan
melemahkan bargaining position kita di mata aparat pemeriksa pajak
i) Selalu taat pajak dalam memenuhi hak dan kewajiban perpajakan dengan cara
menghindari penggelapan atau penghindaran pajak dengan cara illegal
j) Menyimpan semua dokumen perusahaan minimal hingga masa kadaluarsa pajak
k) Menguasai peraturan pajak dengan baik dengan cara mengupdate aturan pajak dan
aturan pemeriksaan pajak terutama untuk digunakan dalam berargumentasi dan
berkomunikasi dengan aparat pajak dalam rangka melaksanakan pembahasan akhir
hasil pemeriksaan
l) Merespon sikap positif dan perilaku aparat pajak secara bijak
m) Jangan memberi informasi secara sukarela (bila tidak diminta) kepada aparat pajak
n) Belajar dari pengalaman buruk dimasa lalu untuk memahami bagaimana menerapkan
learning system yang benar
o) Pergunakan hak wajib pajak dengan sebaik-baiknya untuk pembelaan diri wajib pajak
untuk hadir dalam pembahasan akhir dalam menyampaikan tanggapan tertulis.

Anda mungkin juga menyukai