Anda di halaman 1dari 69

KODE ETIK

Dwi Probonurtjahjo
Dasar Hukum

Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan


Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah
dirubah dengan Undang-Undang No. 16 Tahun 2009
PMK No. 229/PMK.03/2014 tentang Persyaratan Serta
Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Seorang Kuasa
PMK No. 111/PMK.03/2014 tentang Konsultan Pajak
 Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-13/PJ/2015

2
KUASA WAJIB PAJAK
Permenkeu No. 229/PMK.03/2014

3
Kuasa Wajib Pajak
Pasal 32 Ayat (3), (3A) dan PMK No 22/ PMK.03/ 2008 jo PMK No 229/PMK.03/2014

Pasal 32 ayat (3) UU KUP dan Pasal 1 ayat (1) PMK No.229/PMK.03/2014
"kuasa" adalah orang yang menerima kuasa khusus dari Wajib Pajak untuk
menjalankan hak dan/atau memenuhi kewajiban perpajakan tertentu dari Wajib
Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan

Pasal 2 ayat (4) PMK No.229/PMK.03/2014


Seorang kuasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Konsultan pajak; dan
b. Karyawan Wajib Pajak.

4
Syarat Kuasa WP
Menguasai ketentuan peraturan UU perpajakan;
Memiliki surat kuasa khusus dari WP;
Memiliki NPWP;
Telah menyampaikan SPT tahunan pph terakhir,
(kecuali tahun pajak terakhir belum memiliki
kewajiban menyampaikan SPT); dan
Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak
pidana di bidang perpajakan.

5
Kuasa Konsultan
Dalam hal seorang kuasa merupakan konsultan pajak,
dokumen kelengkapan sebagai berikut:
 Fc kartu izin praktik konsultan pajak;
 Surat pernyataan sebagai konsultan pajak;
 Fc kartu NPWP; dan
 Fc tanda terima penyampaian SPT Tahunan PPh Tahun Pajak terakhir
bagi kuasa yang telah memiliki kewajiban untuk menyampaikan SPT
Tahunan PPh.

6
Kuasa Karyawan
Dalam hal seorang kuasa merupakan karyawan Wajib
Pajak, dokumen kelengkapan sebagai berikut:
Fc sertifikat brevet, ijazah pendidikan formal di bidang
perpajakan, atau sertifikat konsultan pajak;
Fc Kartu NPWP;
Fc tanda terima penyampaian SPT Tahunan PPh Tahun Pajak
terakhir bagi kuasa yang telah memiliki kewajiban untuk
menyampaikan SPT Tahunan PPh.
Fc daftar karyawan tetap yang dilakukan pemotongan PPh
Pasal 21 dalam SPT Masa PPh Pasal 21 yang telah
dilaporkan WP
7
Surat Kuasa Khusus
Surat kuasa paling sedikit memuat:
Nama, alamat, dan tanda tangan di atas meterai serta
NPWP dari WP pemberi kuasa;
Nama, alamat, dan tanda tangan serta NPWP penerima
kuasa; dan
Hak dan/atau kewajiban perpajakan tertentu yang
dikuasakan yang mencakup keperluan perpajakan, jenis
pajak, dan Masa Pajak/Bagian Tahun Pajak/Tahun Pajak.
1 (satu) surat kuasa khusus hanya untuk seorang kuasa
dan untuk 1 (satu) pelaksanaan hak dan/atau pemenuhan
kewajiban perpajakan tertentu.

8
Wakil Kuasa WP
Seorang kuasa tidak dapat melimpahkan kuasa yang
diterima dari Wajib Pajak kepada orang lain.
Dalam melaksanakan hak dan/atau memenuhi kewajiban
perpajakan tertentu yang dikuasakan, seorang kuasa
hanya dapat meminta orang lain atau karyawannya untuk
menyampaikan dan/atau menerima dokumen perpajakan
tertentu yang diperlukan kepada dan/atau dari pegawai
DJP dengan menggunakan surat penunjukan.

9
Hak dan Kewajiban Kuasa
Seorang kuasa hanya mempunyai hak dan/atau kewajiban perpajakan
tertentu yang dikuasakan wajib pajak sesuai dengan surat kuasa khusus
Seorang kuasa dalam melaksanakan hak dan/atau memenuhi kewajiban
perpajakan tertentu wajib mematuhi ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang perpajakan.
Seorang kuasa tidak dapat melaksanakan hak dan/atau memenuhi
kewajiban wajib pajak yang dikuasakan kepadanya apabila dalam
melaksanakan hak dan/atau memenuhi kewajiban perpajakannya:
 Melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan;
 Menghalang-halangi pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan
di bidang perpajakan; atau
 Dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan atau tindak
pidana lainnya.

10
Berakhirnya Kuasa
Pemberian kuasa dari WP kepada seorang kuasa berakhir dalam hal:
 Seorang kuasa terbukti melakukan perbuatan pelanggaran, atau dipidana;
 Berakhirnya pelaksanaan hak dan/atau pemenuhan kewajiban perpajakan
tertentu yang tercantum dalam surat kuasa khusus; atau
 Adanya pencabutan pemberian kuasa oleh WP.
Pencabutan pemberian kuasa oleh WP harus diberitahukan secara
tertulis dan disampaikan kepada pegawai DJP yang berwenang
menangani pelaksanaan hak dan/atau pemenuhan kewajiban
perpajakan yang dikuasakan.
Dalam hal tidak terdapat pemberitahuan pencabutan pemberian kuasa
oleh WP, surat kuasa khusus dianggap tetap berlaku sampai dengan
berakhirnya pelaksanaan hak dan/atau pemenuhan kewajiban
perpajakan tertentu yang tercantum dalam surat kuasa khusus.

11
Regulasi Konsultan Pajak di
Indonesia

12
Konsultan Pajak
Pasal 1 ayat (1) PMK NO.111/PMK.03/2014
Konsultan Pajak adalah orang yang memberikan jasa
konsultasi perpajakan kepada Wajib Pajak dalam
rangka melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban
perpajakannya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan perpajakan
Merupakan professional yang melakukan pekerjaan
bebas dibidang perpajakan yang berhak bertindak
sebagai kuasa wajib pajak dan memiliki keahlian dan
kompentensi
Keahlian dan kompetensi seorang konsultan pajak
dibuktikan dengan Izin Praktik dan Sertifikat
Konsultan Pajak
13
Persyaratan Konsultan Pajak
(Pasal 2, PMK No. 111/PMK.03/2014)
a. Warga Negara Indonesia
b. Bertempat tinggal di Indonesia
c. Tidak terikat dengan pekerjaan atau jabatan pada
Pemerintah/Negara dan/atau BUMN/D
d. Berkelakuan baik yang dibuktikan dengan surat
keterangan dari instansi yang berwenang (SKCK)
e. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak
f. Menjadi anggota pada satu Asosiasi Konsultan Pajak
yang terdaftar di Direktorat Jenderal Pajak; dan
g. Memiliki Sertifikat Konsultan Pajak

14
Konsultan Ex PNS DJP
(Pasal 2, 111/PMK.03/2014)
Mantan DJP
a. Diberhentikan dengan hormat sebagai PNS atas permintaan
sendiri; dan
b. Telah melewati jangka waktu 2 tahun terhitung sejak tanggal SK
pemberhentian dengan hormat sebagai PNS.
Pensiunan DJP
a. Mengabdikan diri sekurang-kurangnya untuk masa 20 tahun di DJP
b. Selama mengabdikan diri di DJP tidak pernah dijatuhi hukuman
disiplin tingkat berat
c. Mengakhiri masa baktinya di lingkungan kantor DJP dengan
memperoleh hak pensiun sebagai PNS ; dan
d. Telah melewati jangka waktu 2 tahun terhitung sejak tanggal surat
keputusan pensiun.

15
Izin Praktik Konsultan Pajak
(Pasal 3, 111/PMK.03/2014)
Konsultan Pajak yang memenuhi syarat wajib
memiliki izin praktik
Diterbitkan oleh Dirjen atau pejabat yang ditunjuk
Harus menyampaikan permohonan tertulis kepada
Dirjen
Permohonan disampaikan sesuai format dan dilampiri
persyaratan lengkap

16
Izin Praktik
Pasal 5 (111/PMK.03/2014)
Izin Praktik diberikan mulai dari Izin Praktik tingkat A, kecuali bagi
pensiunan pegawai DJP, Izin Praktik diberikan sesuai dengan hasil
kegiatan penyetaraan tingkat sertifikasi pensiunan pegawai DJP oleh
Panitia Penyelenggara Sertifikasi Konsultan Pajak.
Izin Praktik dapat ditingkatkan ke tingkat yang lebih tinggi secara
berjenjang.
Untuk mendapatkan peningkatan Izin Praktik harus memenuhi
persyaratan:
 telah berpraktik sebagai Konsultan Pajak paling singkat 12 (dua belas)
bulan terhitung sejak tanggal diterbitkannya keputusan tentang Izin
Praktik terakhir; dan
 memiliki Sertifikat Konsultan Pajak dengan tingkat keahlian yang lebih
tinggi dari Sertifikat Konsultan Pajak yang digunakan untuk memperoleh
Izin Praktik terakhir.

17
Izin Praktik
Pasal 6 (111/PMK.03/2014)
Permohonan untuk memperoleh Izin Praktik dan permohonan untuk
peningkatan Izin Praktik) harus diajukan paling lambat 2 (dua) tahun sejak
tanggal diterbitkannya Sertifikat Konsultan Pajak.
Atas permohonan, Direktur Jenderal Pajak atau pejabat yang ditunjuk dalam
jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak diterimanya
permohonan secara lengkap, memutuskan untuk menyetujui atau menolak.
Dalam hal permohonan disetujui, Direktur Jenderal Pajak atau pejabat yang
ditunjuk menerbitkan keputusan tentang Izin Praktik.
Dalam hal permohonan disetujui, kepada pemohon diterbitkan salinan
keputusan tentang Izin Praktik.
Dalam hal permohonan tidak disetujui, kepada pemohon disampaikan
pemberitahuan secara tertulis beserta alasan penolakan.
Apabila sampai dengan berakhirnya jangka waktu belum terdapat suatu
keputusan, permohonan dianggap disetujui

18
Izin Praktik Konsultan Pajak (Pasal 4,
111/PMK.03/2014)
Izin Praktik berlaku di seluruh wilayah RI.
Izin Praktik hanya dapat dipergunakan oleh orang
yang namanya tercantum dalam keputusan tentang Izin
Praktik dan tidak dapat dipindahtangankan atau
diwariskan, termasuk diwaralabakan atau yang
sejenisnya
Tingkatan Izin Praktik: A, B, dan C sesuai Sertifikasi

19
Pengajuan Izin Praktek
Untuk mendapatkan Izin Praktek Konsultan Pajak,
setiap Konsultan Pajak harus mengajukan permohonan
secara tertulis kepada Direktur Jenderal Pajak dengan
lampiran yang ditentukan
Tanggal diterimanya permohonan adalah tanggal
diterimanya surat permohonan yang telah dilengkapi
dengan Lampiran-lampiran
Direktur Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan
memberi keputusan atas permohonan paling lama 30
(tiga puluh) hari kerja sejak diterimanya permohonan
secara lengkap
20
Lampiran Pengajuan Izin Praktek

 Daftar riwayat hidup/pengalaman kerja dan riwayat pendidikan yang dibuat dengan
menggunakan format
 Fotokopi sertifikat konsultan pajak yang telah dilegalisasi oleh panitia penyelenggara
sertifikasi konsultan pajak
 Surat keterangan catatan kepolisian (SKCK)
 Pas foto terakhir berwarna dan berlatar belakang putih ukuran 2x3 cm 3 lembar
 Fotokopi kartu tanda penduduk (KTP)
 Fotokopi kartu nomor pokok wajib pajak (NPWP)
 Surat pernyataan tidak terikat dengan pekerjaan atau jabatan pada pemerintah/negara dan/atau
BUMN/D yang dibuat dengan menggunakan format sesuai contoh
 Fotokopi surat keputusan keanggotaan asosiasi konsultan pajak yang telah dilegalisasi oleh
ketua umum asosiasi konsultan pajak;
 Surat pernyataan yang berisi komitmen untuk melaksanakan peraturan perundang-undangan
perpajakan dengan sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya yang dibuat dengan menggunakan
format sesuai contoh

21
Pencabutan Izin Praktik
(Pasal 29, 111/PMK.03/2014)

1. Meninggal dunia;
2. Memindahtangankan atau mewariskan Izin Praktik kepada orang lain
termasuk mewaralabakan atau yang sejenisnya
3. Konsultan Pajak atau Wajib Pajak yang diberikan jasa konsultasi di bidang
perpajakan dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap;
4. Tidak mengindahkan teguran tertulis dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak
penetapan pembekuan Izin Praktik;
5. Melakukan tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) huruf a,
huruf b, huruf c, atau huruf d selama 3 (tiga) tahun berturut-turut;
6. Melakukan tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) huruf a,
huruf b, huruf c, atau huruf d sebanyak 4 (empat) kali dalam jangka waktu 3
(tiga) tahun terakhir;

22
Pencabutan Izin Praktik
(Pasal 29, 111/PMK.03/2014)
7. Tidak melakukan kegiatan Konsultan Pajak selama 4 (empat) tahun berturut-
turut yang dibuktikan dari laporan tahunan Konsultan Pajak ;
8. Tidak menyampaikan laporan tahunan Konsultan Pajak dalam waktu 3 (tiga)
bulan sejak penetapan pembekuan Izin Praktik
9. Memberikan jasa konsultasi di bidang perpajakan pada saat menjalani masa
pembekuan Izin Praktik;
10. Memberikan jasa konsultasi di bidang perpajakan tidak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan perpajakan
11. Mengundurkan diri selaku Konsultan Pajak;
12. Terbukti bekerja/menjabat pada instansi Pemerintah/Negara atau Badan
Usaha Milik Negara/Daerah; atau
13. Tidak menyampaikan permohonan untuk memperpanjang Kartu Izin Praktik
dalam waktu 3 (tiga) bulan sejak pembekuan Izin Praktik

23
Sertifikasi Konsultan Pajak
(Pasal 11, 111/PMK.03/2014)
Ujian Sertifikasi Konsultan Pajak meliputi ujian
Sertifikasi Konsultan Pajak tingkat A, ujian Sertifikasi
Konsultan Pajak tingkat B, dan ujian Sertifikasi
Konsultan Pajak tingkat C.
Ujian Sertifikasi Konsultan Pajak dilaksanakan paling
sedikit 2 (dua) kali dalam setahun.

24
Sertifikat Konsultan Pajak
Pasal 9 (111/PMK.03/2014)
Untuk memperoleh Sertifikat Konsultan Pajak, orang
perseorangan harus:
memiliki ijazah Strata 1 (S-1) atau Diploma IV (D-IV)
program studi perpajakan dari perguruan tinggi yang
ditetapkan oleh Panitia Penyelenggara Sertifikasi
Konsultan Pajak; (Sertifikat Tingkat A)
lulus ujian Sertifikasi Konsultan Pajak; atau
mengikuti kegiatan penyetaraan tingkat sertifikasi bagi
pensiunan pegawai DJP

25
Hak Konsultan Pajak
Izin memberikan jasa
kepada WP OP
Praktek A dalam negeri

memberikan jasa
Izin kepada WP OP dan
Badan, kecuali
Praktek B PMA, BUT, dan WP
LN

Izin memberikan jasa


kepada WP OP dan
Praktek C Badan

26
Kewajiban Konsultan Pajak
Memberikan jasa konsultasi kepada Wajib Pajak dalam
melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan perpajakan;
Mematuhi kode etik Konsultan Pajak dan berpedoman pada standar
profesi Konsultan Pajak yang diterbitkan oleh Asosiasi Konsultan
Pajak;
Mengikuti kegiatan pengembangan profesional berkelanjutan yang
diselenggarakan atau diakui oleh Asosiasi Konsultan Pajak dan
memenuhi satuan kredit pengembangan profesional berkelanjutan;
Menyampaikan laporan tahunan Konsultan Pajak; dan
Memberitahukan secara tertulis setiap perubahan pada nama dan
alamat rumah dan kantor dengan melampirkan bukti perubahan
dimaksud.

27
Kewajiban PPL
Kewajiban untuk mengikuti kegiatan pengembangan profesional
berkelanjutan dan memenuhi satuan kredit pengembangan profesional
berkelanjutan, dihitung mulai bulan Januari tahun berikutnya setelah
diterbitkannya Izin Praktik.
Kegiatan pengembangan profesional berkelanjutan yang wajib diikuti
oleh Konsultan Pajak terdiri atas:
Pengembangan profesional berkelanjutan terstruktur, yaitu kegiatan
pengembangan profesional berkelanjutan yang dilaksanakan Konsultan
Pajak pada saat mengikuti konferensi, seminar, lokakarya, diskusi
panel, pelatihan atau kursus dalam bidang perpajakan; dan
Pengembangan profesional berkelanjutan tidak terstruktur, yaitu
kegiatan pengembangan profesional berkelanjutan yang dilaksanakan
Konsultan Pajak pada saat berpartisipasi dalam kegiatan berorganisasi
yang diselenggarakan oleh Asosiasi Konsultan Pajak.

28
Kewajiban PPL
Konsultan Pajak dengan Sertifikat Konsultan Pajak tingkat A wajib
mencapai 20 satuan kredit pengembangan profesional
berkelanjutan (SKPPL) yang terdiri dari paling rendah
16 SKPPL terstruktur dan
4 SKPPL tidak terstruktur.
Konsultan Pajak dengan Sertifikat Konsultan Pajak tingkat B wajib
mencapai 40 SKPPL yang terdiri dari paling rendah
32 SKPPL terstruktur dan
8 SKPPL tidak terstruktur.
Konsultan Pajak dengan Sertifikat Konsultan Pajak tingkat C wajib
mencapai 60 SKPPL yang terdiri dari paling rendah
48 SKPPL terstruktur dan
12 SKPPL tidak terstruktur.

29
Kewajiban Laporan Tahunan
Konsultan Pajak wajib menyampaikan laporan tahunan Konsultan Pajak
kepada Direktur Jenderal Pajak setiap tahun.
Laporan tahunan Konsultan Pajak dibuat dengan ketentuan sebagai berikut:
Memuat jumlah dan keterangan mengenai Wajib Pajak yang telah diberikan jasa
konsultasi di bidang perpajakan yang dibuat dengan menggunakan format yang
ditentukan dalam bentuk softcopy dan hardcopy;
Melampirkan daftar realisasi kegiatan pengembangan profesional berkelanjutan
bagi Konsultan Pajak yang telah wajib mengikuti pengembangan profesional
berkelanjutan; dan
Melampirkan fotokopi Kartu Tanda Anggota Asosiasi Konsultan Pajak yang
masih berlaku.
Laporan tahunan Konsultan Pajak disampaikan kepada Direktur Jenderal
Pajak paling lama akhir bulan April tahun pajak berikutnya.
Pelaporan melalui SIKoP di alamat website: www.konsultan.pajak.go.id

30
Sanksi kepada Konsultan Pajak
Atas pelanggaran kewajiban Konsultan Pajak, DJP dengan
mempertimbangkan usulan IKPI dapat mengenakan sanksi:

Teguran tertulis;

Pembekuan sementara Izin Praktek Konsultan Pajak;

Pencabutan Izin Praktek Konsultan Pajak.

Permenkeu 111/PMK.03/2014 Pasal 27-30 mengatur lebih lanjut tentang


sanksi.

31
Asosiasi Konsultan Pajak
(Ikatan Konsultan Pajak Indonesia)

32
Asosiasi Konsultan Pajak
Konsultan Pajak berhimpun dalam wadah Asosiasi
Konsultan Pajak yang terdaftar pada DJP
Untuk menjadi Asosiasi Konsultan Pajak yang terdaftar
pada DJP, Asosiasi Konsultan Pajak harus memenuhi
persyaratan dan menyampaikan permohonan kepada DJP.
Terdapat 2 asosiasi yang terdaftar di DJP:
 Ikatan Konsultan Pajak Indonesia (IKPI)
 Berdiri sejak 1965
 Anggota lebih dari 3400 konsultan di Indonesia
 Penyelenggara USKP
 Asosiasi Konsultan Pajak Publik Indonesia (AKP2I)
 sejak 2015

33
Ikatan Konsultan Pajak Indonesia
IKPI dibentuk pada 27 Agustus 1965
Merupakan pionir organisasi profesi konsultan pajak di
Indonesia
Merupakan organisasi wakil Indonesia di Asia Oceania
Tax Consultans Associations (AOTCA) sejak tahun
2001
Memiliki lebih dari 3400 anggota di seluruh Indonesia
sampai dengan Januari 2018
Alamat:
Gedung IKPI, Jl. Condet Pejaten No.3B, Pejaten Barat
- Pasar Minggu Jakarta Selatan 12510
34
Visi dan Misi IKPI

Visi • Menjadikan IKPI organisasi Konsultan


Pajak kelas dunia.

• Memelihara perdamaian dengan


memperbaiki hubungan internal dan

Misi eksternal serta menjalin kerjasama (mitra)


dengan Direktorat Jenderal Pajak, Kamar
Dagang dan Industri serta dunia
internasional

35
Struktur Organisasi IKPI
Pengawas

Pengurus Pusat

Pengurus Daerah
• 12 Pengda

Pengurus Cabang
• 30 cabang

36
IKPI Surabaya
Pengurus periode 2014-2019
Ketua cabang: Dra. M. Zeti Arina, SH., MM.
Alamat: Ruko Raya Jemursari Kav 203 Blok D-12,
Surabaya 60244
Website: ikpisurabaya.or.id

37
Keanggotaan IKPI
Anggota Tetap adalah
• setiap Konsultan Pajak yang telah memiliki Izin Praktik Konsultan Pajak dari
Menteri Keuangan.
Anggota Terbatas adalah
• setiap orang yang melakukan pekerjaannya dibidang perpajakan dan memiliki
Sertifikat dari Ujian Sertifikasi Konsultan Pajak atau Piagam Penghargaan setara
Brevet yang diberikan oleh Direktur Jenderal Pajak, tetapi belum memiliki ijin
praktik Konsultan Pajak; dan

Anggota Kehormatan yaitu


• setiap orang yang diangkat oleh Pengurus Pusat karena memiliki kemampuan
untuk ikut memelihara dan memajukan organisasi IKPI.

38
Kegiatan IKPI
Mengadakan Pendidikan Brevet A & B, dan C.
Menyelenggarakan seminar, diskusi, atau kegiatan sejenis
untuk meningkatkan pengetahuan anggota dan masyarakat
Wajib Pajak.
Penyelenggara Ujian Sertifikasi Konsultan Pajak (USKP).
Menyelenggarakan PPL (Pengembangan Profesional
Berkelanjutan).
Mengadakan Review USKP.
Memelihara dan memupuk hubungan serta kerjasama yang
lebih baik dengan DJP, dunia usaha, Universitas-
universitas dan masyarakat luas

39
Kode Etik Profesi
IKPI

40
Prinsip Dasar Etika Profesi
Merupakan kaidah moral yang menjadi pedoman
dalam berfikir, bersikap dan bertindak bagi setiap
anggota IKPI dalam melaksanakan tugas profesi secara
profesional, objektif, independen, dan berdedikasi
tinggi serta penuh tangungjawab.
Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.

41
Kewajiban Anggota IKPI
1. Mematuhi ketentuan hukum dan peraturan perpajakan.
2. Menjaga citra martabat profesi dengan senantiasa berpegang
pada Kode Etik.
3. Menjaga kerahasiaan dalam menjalankan profesi, kecuali
untuk memenuhi perintah suatu Undang-Undang.
4. Menjunjung tinggi integritas, martabat dan kehormatan:
a. Dengan memelihara kepercayaan masyarakat;
b. Bersikap jujur dan berterus terang tanpa mengorbankan rahasia
penerima jasa;
c. Dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan
pendapat yang jujur, tetapi tidak boleh menerima kecurangan
atau mengorbankan prinsip.

42
Kewajiban Anggota IKPI
5. Bersikap profesional:
a. Senantiasa menggunakan pertimbangan moral dalam
pemberian jasa yang dilakukan;
b. Senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan dan
menghormati kepercayaan masyarakat dan pemerintah;
c. Senantiasa melaksanakan kewajibannya dengan penuh
kehati-hatian, dengan mempertahankan pengetahuan
dan ketrampilan yang dimiliki.
d. Senantiasa bersikap adil, benar dan bersikap obyektif.

43
Kewajiban Anggota IKPI
6. Menjaga kerahasiaan dalam hubungan dengan Wajib Pajak:
a. Harus menghormati dan menjaga kerahasiaan informasi yang
diperoleh selama menjalankan jasanya;
b. Tidak menggunakan atau mengungkapkan informasi tersebut
tanpa persetujuan, kecuali diperlukan atas perintah Undang-
Undang atau atas perintah pengadilan untuk
mengungkapkannya;
c. Berkewajiban menjaga prinsip kerahasiaan bagi staf atau
karyawan, termasuk pihak lain yang diminta untuk
memberikan nasehat dan bantuan. [Prinsip tersebut diperjelas
dalam salah satu butir pada Standar Profesi Konsultan Pajak
(SPKP)]

44
Kewajiban Anggota IKPI
7. Hubungan dengan teman seprofesi wajib
dilaksanakan dengan saling menghormati, saling
menghargai, dan saling mempercayai.
8. Sengketa sesama anggota IKPI:
a. Sengketa sesama anggota diselesaikan oleh Pengurus
Cabang;
b. Dalam hal tidak diperoleh penyelesaian, sengketa
tersebut diajukan kepada Pengurus Pusat;
c. Dalam hal sengketa pada butir b tidak terselesaikan,
maka sengketa tersebut diajukan kepada Pengawas.

45
Kewajiban Anggota IKPI
9. Penggunaan papan nama kantor konsultan pajak
sebagai berikut:
a. Mencantumkan nama dan nomor ijin praktik konsultan
pajak sesuai dengan yang tercantum dalam ijin praktik
dari Menteri Keuangan/DJP;
b. Mencantumkan nama dan nomor ijin praktik salah satu
anggota konsultan pajak sesuai dengan yang tercantum
dalam ijin praktik dari Menteri DJP untuk kantor
konsultan pajak yang berbentuk persekutuan;
c. Ukuran dan warna papan nama dapat disesuaikan
dengan kebutuhan.

46
Larangan bagi Konsultan Pajak perihal
Rangkap Jabatan
Dilarang melakukan kegiatan profesi lain yang terikat
dengan pekerjaan sebagai pegawai negeri, BUMN/BUMD,
kecuali dibidang riset, pengkajian dan pendidikan;
Dilarang meminjamkan ijin praktik untuk digunakan oleh
pihak lain;
Dilarang menugaskan karyawannya dan/atau pihak lain
yang tidak menguasai pengetahuan perpajakan dalam
bertindak memberikan nasehat, dan/atau menangani urusan
perpajakan;
Dilarang menerima penugasan sebagai Konsultan Pajak
dalam hal terdapat benturan kepentingan.

47
Larangan terkait dengan Pelanggan:
Dilarang menarik pelanggan yang diketahui atau patut dapat diketahui bahwa
pelanggan tersebut masih merupakan pelanggan Konsultan Pajak lain;
Dilarang menerima pelanggan pindahan dari Konsultan Pajak lain tanpa
memberitahukan kepada Konsultan Pajak lain tersebut, dan harus secara jelas dan
meyakinkan secara legal bahwa pelanggan tersebut telah mencabut kuasanya dari
Konsultan Pajak lain tersebut;
Dilarang memberikan petunjuk atau keterangan yang dapat menyesatkan Wajib Pajak
mengenai pekerjaan yang sedang dilakukan;
Dilarang memberikan jaminan kepada Wajib Pajak bahwa pekerjaan yang
berhubungan dengan instansi perpajakan pasti dapat diselesaikan;
Dilarang menetapkan syarat-syarat yang membatasi kebebasan Wajib Pajak untuk
pindah atau memilih Konsultan Pajak lain;
Dilarang menerima setiap ajakan dari pihak manapun untuk melakukan tindakan yang
diketahui atau patut diketahui melanggar peraturan perundang-undangan perpajakan;
Dilarang menerima permintaan Wajib Pajak atau pihak lain untuk melakukan rekayasa
atau perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perpajakan.

48
LARANGAN LAIN

Larangan Konsultan • Dilarang membujuk karyawan dari


Pajak terkait
hubungan dengan
Konsultan Pajak lain untuk pindah
sesama Konsultan. menjadi karyawannya.

• Konsultan Pajak Indonesia dilarang


Larangan terkait
pemasangan iklan.
memasang iklan untuk mendapatkan
pelanggan.

49
Pengawasan
Pengawasan, pemeriksaan, dan pemberian sanksi atas
pelanggaran Kode Etik dilaksanakan oleh Pengawas.
Pengawasan dan pemberian keputusan atas pelanggaran
Kode Etik dilakukan oleh Majelis Kehormatan yang
dibentuk oleh Pengawas, yang terdiri:
 Ketua Pengawas sebagai Ketua;
 Sekretaris Pengawas sebagai Sekretaris;
 Ketua atau Sekretaris Pengawas sebagai Anggota;
 Ketua atau Sekretaris IKPI Cabang ditempat anggota tersebut
terdaftar sebagai Anggota;
 Pihak lain yang mempunyai keahlian, pengetahuan dan
integritas yang tidak diragukan sebagai Anggota.

50
Tata Cara Pelaksanaan Sanksi
1. Pelaksanaan pengenaan sanksi atas pelanggaran Kode
Etik yang dilakukan oleh anggota IKPI, dilakukan
oleh Pengurus Pusat berdasarkan saran dari
Pengawas yang disampaikan melalui IKPI Cabang
tempat anggota tersebut terdaftar.
2. Keputusan Pengawas atas pelanggaran Kode Etik
berkekuatan hukum tetap, final dan mengikat sejak
diucapkan dalam sidang terbuka dengan atau tanpa
dihadiri oleh para pihak pada hari, tanggal dan waktu
yang telah diberitahukan sebelumnya kepada pihak-
pihak yang bersangkutan.
51
Tata Cara Pelaksanaan Sanksi
3. Selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari
setelah keputusan diucapkan, salinan Keputusan
Pengawas disampaikan kepada:
a. Anggota yang bersangkutan melalui IKPI Cabang tempat
anggota tersebut terdaftar;
b. Pengurus IKPI Cabang tempat anggota tersebut terdaftar;
c. Pengurus Pusat IKPI;
d. Kantor Pusat Otoritas pajak dan Kantor Pelayanan Pajak
setempat dalam hal yang bersangkutan dikenakan sanksi
pemberhentian sementara atau pemberhentian tetap
4. Penyampaian hasil putusan oleh Pengawas wajib
diberitahukan kepada Pengurus Pusat dalam Kongres.
52
Pengaduan
Pengaduan harus disampaikan secara tertulis kepada Pengurus
Cabang dan/atau Pengurus Daerah dengan tembusan kepada
Pengawas disertai alasan dan bukti yang cukup jelas, dapat
disampaikan oleh anggota IKPI maupun masyarakat, atau dari
keadaan yang diketahui sendiri oleh Pengawas.
Bilamana pengaduan tersebut tidak dapat diselesaikan oleh
Pengurus Cabang, maka pengaduan tersebut diteruskan
kepada Pengawas untuk ditindak lanjuti.
Pelaksanaan pemeriksaan atas pengaduan tingkat pertama
dilakukan oleh Pengurus Cabang dan/atau Pengurus Daerah.
Bilamana pengaduan dapat diselesaikan pada tingkat pertama,
maka hasilnya dilaporkan kepada Pengawas

53
Sanksi atas pelanggaran
Pengawas memberikan sanksi terhadap pelanggaran Kode Etik
berupa:
 Teguran tertulis;
 Pemberhentian sementara;
 Pemberhentian tetap.
Sebelum sanksi diberikan, anggota IKPI yang bersangkutan harus
diberi kesempatan membela diri dalam rapat Majelis Kehormatan,
dan anggota tersebut dapat didampingi oleh maksimal 3 (tiga)
orang anggota IKPI lainnya.
Dalam hal keputusan sanksi pemberhentian tetap, maka keputusan
tersebut baru berlaku setelah yang bersangkutan diberikan
kesempatan untuk membela diri di depan Kongres.
Keputusan Kongres merupakan keputusan final dan mengikat

54
Sertifikasi Konsultan Pajak

55
Pasal 12 (111/PMK.03/2014)
 Untuk mengikuti ujian Sertifikasi Konsultan Pajak tingkat A, orang
perseorangan harus memiliki ijazah paling rendah Diploma III (D-III)
program studi akuntansi atau program studi perpajakan, atau ijazah Strata 1
(S-1) atau Diploma IV (D-IV) dari perguruan tinggi yang
terakreditasi/sekolah tinggi kedinasan.
 Untuk mengikuti ujian Sertifikasi Konsultan Pajak tingkat B, orang
perseorangan harus:
 Memiliki Sertifikat Konsultan Pajak tingkat A; dan
 Memiliki ijazah paling rendah Strata 1 (S-1) atau Diploma IV (D-IV) dari
perguruan tinggi yang terakreditasi / sekolah tinggi kedinasan.
 Untuk mengikuti ujian Sertifikasi Konsultan Pajak tingkat C, orang
perseorangan harus:
 Memiliki Sertifikat Konsultan Pajak tingkat B; dan
 Memiliki ijazah paling rendah Strata 1 (S-1) atau Diploma IV (D-IV) dari
perguruan tinggi yang terakreditasi /sekolah tinggi kedinasan.

56
Sertifikasi Konsultan Pajak
(Pasal 15-17, 111/PMK.03/2014)
Sertifikasi Konsultan Pajak diselenggarakan oleh
Panitia Penyelenggara Sertifikasi Konsultan Pajak.
Panitia Penyelenggara Sertifikasi Konsultan Pajak
ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan untuk
jangka waktu 3 tahun, dan dapat diperpanjang.
Struktur organisasi Panitia Penyelenggara Sertifikasi
Konsultan Pajak terdiri dari:
Komite pengarah; dan
Komite pelaksana.

57
Sertifikasi Konsultan Pajak
(Pasal 15-17, 111/PMK.03/2014)
Susunan keanggotaan komite pengarah meliputi: ketua merangkap
anggota; sekretaris merangkap anggota; dan anggota.
Keanggotaan berjumlah 9 orang yang terdiri dari:
 2 (dua) orang pejabat DJP yang diusulkan oleh Dirjen Pajak;
 1 (satu) orang pejabat Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pajak yang diusulkan
oleh Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan;
 1 (satu) orang pejabat Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan yang
diusulkan oleh Inspektur Jenderal Kementerian Keuangan;
 2 (dua) orang pengurus pusat dari Asosiasi Konsultan Pajak yang ditunjuk
oleh ketua umum Asosiasi Konsultan Pajak;
 2 (dua) orang perwakilan dari kalangan akademisi; dan
 1 (satu) orang praktisi di bidang perpajakan.
Ketua Komite Pengarah dijabat oleh anggota yang merupakan
perwakilan DJP dan Sekretaris Komite Pengarah dijabat oleh anggota
yang berasal dari Pusdiklat Pajak.
58
Sertifikasi Konsultan Pajak
(Pasal 15-17, 111/PMK.03/2014)
 Komite pengarah berwenang:
 Menentukan struktur organisasi komite pelaksana
 Menentukan materi dan soal ujian sertifikasi konsultan pajak dan kegiatan
penyetaraan tingkat sertifikasi
 Menentukan kriteria kelulusan peserta ujian sertifikasi konsultan pajak;
 Menetapkan biaya sertifikasi konsultan pajak;
 Mengevaluasi penyelenggaraan sertifikasi konsultan pajak;
 Menyelesaikan perselisihan yang timbul pada komite pelaksana;
 Menerima dan menindaklanjuti pengaduan masyarakat terkait penyelenggaraan
sertifikasi konsultan pajak;
 Menunjuk akuntan publik yang melakukan audit atas laporan keuangan panitia
penyelenggara sertifikasi konsultan pajak berdasarkan usulan komite pelaksana;
 Menentukan kriteria dan menetapkan perguruan tinggi; dan
 Menentukan kriteria penetapan tingkat sertifikasi bagi pensiunan pegawai
direktorat jenderal pajak

59
Sertifikasi Konsultan Pajak
(Pasal 15-17, 111/PMK.03/2014)
 Komite pelaksana berwenang:
 Mengumpulkan dan mengelola materi dan soal ujian sertifikasi konsultan pajak
dan kegiatan penyetaraan tingkat sertifikasi
 Memungut dan mengelola biaya sertifikasi konsultan pajak;
 Menetapkan waktu dan lokasi penyelenggaraan ujian sertifikasi konsultan pajak
dan kegiatan penyetaraan tingkat sertifikasi
 Menyelenggarakan sertifikasi konsultan pajak;
 Melakukan penilaian hasil ujian sertifikasi konsultan pajak dan kegiatan
penyetaraan tingkat sertifikasi
 Menetapkan kelulusan peserta ujian sertifikasi konsultan pajak;
 Menetapkan tingkat sertifikasi bagi pensiunan pegawai DJP sesuai dengan
kriteria yang ditetapkan oleh komite pengarah
 Menerbitkan sertifikat konsultan pajak.
 Struktur organisasi dan anggota komite pelaksana diusulkan oleh ketua
umum Asosiasi Konsultan Pajak.
 Komite pelaksana bertanggung jawab kepada komite pengarah.

60
Komite Pelaksana Panitia Penyelenggara
Sertifikasi Konsultan Pajak (KP3SKP)
IKPI ditunjuk sebagai penyelenggara ujian sertifikasi
konsultan pajak untuk tahun 2017-2018 dan 2019-2020
www.kp3skp.or.id
Pendaftaran dan pengumuman ujian terdapat di website
Lokasi Ujian:
Jakarta
Surabaya (oleh IKPI Cabang Surabaya)
Medan
Semarang
Bali
61
Banjarmasin
Mendaftar Sebagai Konsultan Pajak

62
Tahapan Untuk Menjadi Konsultan Pajak
Mengajukan permohonan Izin Praktik Tingkat A
Melalui SIKoP (konsultan.pajak.go.id)
Mengirim dokumen kelengkapan yang disyaratkan
Memperoleh Izin Praktik Tingkat A dan KIP
KIP berlaku 2 tahun dan wajib diperpanjang sebelum
expired
Mengajukan peningkatan status menjadi Anggota Tetap
IKPI
Mengisi formulir di kantor cabang IKPI
Kewajiban PPL dimulai pada tahun berikut setelah Surat
Izin Praktik diterbitkan
63
Tahapan Untuk Menjadi Konsultan Pajak
Lulus USKP Tingkat A
Memperoleh Sertikat Konsultan Pajak Tingkat A
Mendatangi kantor cabang IKPI untuk mendaftarkan diri
menjadi anggota terbatas IKPI
Mengisi formulir dan melengkapi persyaratan
Membayar uang pangkal Rp500.000
Uang pangkal dibayarkan melalui transfer ke rekening IKPI Pusat
Memperoleh SK Anggota Terbatas IKPI
Kewajiban iuran bulanan Rp50.000 (cabang Surabaya)
Kewajiban iuran dimulai pada bulan tanggal SK Anggota
Iuran dibayarkan melalui transfer ke rekening IKPI Cabang
Surabaya

64
Berakhirnya Keanggotaan
Atas permintaan sendiri, secara tertulis;
Meninggal dunia;
Ditaruh di bawah pengampuan (curatele);
Diberhentikan dari Keanggotaan Perkumpulan;
Dijatuhi penjara pidana selama 5 (lima) tahun atau lebih
karena melakukan tindak pidana berdasarkan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
Tidak lagi memenuhi persyaratan Anggota berdasarkan ART
Perkumpulan;
Dicabut ijin prakteknya sebagai Konsultan Pajak.
Menjadi asosiasi konsultan pajak lain
Hak Anggota
Mendapatkan pendidikan, pelatihan, seminar dan kegiatan
pendidikan lainnya guna meningkatkan pengetahuannya;
Ikut aktif melaksanakan program kerja Perkumpulan dan
memberikan dukungan serta kontribusi positif demi tercapainya
maksud dan tujuan Perkumpulan;
Mengikuti kegiatan Perkumpulan;
Mengeluarkan pendapat dan mempunyai hak suara dalam
Kongres/Kongres Luar Biasa;
Memilih dan dipilih sebagai anggota Pengurus Pusat, Dewan,
Pengurus Daerah, Pengurus Cabang;
Mempunyai hak yang sama dalam memberikan saran, pendapat
serta gagasan baru demi kemajuan Perkumpulan
Kewajiban Anggota
Menjunjung tinggi dan mentaati AD/ART, Kode Etik, Standar Profesi,
Keputusan Kongres/Kongres Luar Biasa, Keputusan Musyawarah
Kerja Nasional, Rapat Koordinasi, Rapat Pengurus Pusat, Keputusan
DewanBerpartisipasi aktif dalam Perkumpulan;
Menjaga dan mempertahankan nama baik Perkumpulan;
Setiap Anggota Perkumpulan membayar uang pangkal dan uang iuran
bulanan serta sumbangan lain yang ditetapkan oleh Perkumpulan;
Perselisihan sesama anggota Perkumpulan sedapat mungkin
diselesaikan secara internal dan diupayakan untuk tidak menggunakan
pihak-pihak di luar Perkumpulan;
Setiap Anggota hanya boleh menjadi anggota pada salah satu Cabang
domisilinya;
Tidak menjadi anggota asosiasi konsultan pajak lain
Isu-Isu Terkini

68
Implikasi Putusan MK nomor 63/PUU-XV/2017

bahwa kewenangan untuk menerima kuasa Wajib Pajak


tidak lagi berada pada Konsultan Pajak atau Karyawan
WP sebagaimana diatur dan dijelaskan pada PMK No
229/PMK.03/2014, adalah bahwa semua profesi bisa
menjadi kuasa dari Wajib Pajak asalkan memahami
persoalan terkait perpajakan bahwa kewenangan untuk
menerima kuasa WP tidak lagi berada pada Konsultan
Pajak atau Karyawan Wajib Pajak sebagaimana diatur dan
dijelaskan pada PMK nomor 229/PMK.03/2014, adalah
bahwa semua profesi bisa menjadi kuasa dari Wajib Pajak
asalkan memahami persoalan terkait perpajakan
69

Anda mungkin juga menyukai