Anda di halaman 1dari 5

SEMINAR AUDIT KEUANGAN

“Auditor independence is the same as the attorney's relationship with his client”

KP C - WEEK 8

KAP MICHAEL SENTOSA

Yehova Michael – 130318129 (Partner)


Putu Diantari Pradnyani – 130318256 (Manager)
Jeanne Julietta – 130318168 (Senior)
Claudia – 130318143 (Junior)
Lian Giovani C – 130318172 (Junior)
Anastasia Ellen – 130318183 (Junior)

UNIVERSITAS SURABAYA

FAKULTAS BISNIS DAN EKONOMIKA

SEMESTER GENAP 2020/2021


PEMBAHASAN

Menurut Arens (2006 : 84) mendefinisikan independensi sebagai berikut


“Independensi adalah cara pandang yang tidak memihak dalam pelaksanaan
pengujian evaluasi hasil pemeriksaan, dan penyusunan laporan audit”. Dari
definisi tersebut diambil kesimpulan mengenai definisi independensi akuntan
publik adalah sikap pikiran dan sikap mental akuntan publik yang jujur dan ahli,
serta bebas dari bujukan, pengaruh, dan pengendalian pihak lain dalam
melaksanakan perencanaan, penilaian, dan pelaporan hasil pemeriksaan.

Standar umum kedua (SA seksi 220 dalam SPAP, 2001) menyebutkan
bahwa “Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi
dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor“. Standar ini
mengharuskan bahwa auditor harus bersikap independen (tidak mudah
dipengaruhi), karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum.

PRO :

Menurut Dewan Standard Profesi Akuntan Publik (SPAP) yang diterbitkan


oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) melalui SPAP (2001:220.1) menyatakan
bahwa: “auditor diharuskan bersikap independen, artinya tidak mudah
dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum.
Independensi adalah keadaan bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh
pihak lain, tidak tergantung pada orang lain (Mulyadi dan Puradireja, 2002:26).
Seorang auditor harus memiliki independensi ini sebagai salah satu
karakteristik yang paling kritis dan penting. Dengan independensi, auditor
mampu meningkatkan kredibilitas sebuah laporan keuangan sehingga auditor
tersebut akan menyajikan hasil temuannya tanpa terpengaruh oleh pihak
lainnya.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Independensi seorang Auditor
itu sama dengan hubungan antara Pengacara dan Klien. Independensi seorang
Auditor layaknya hubungan pengacara dan klien, artinya dimana Auditor
bertindak baik dalam mendukung ataupun memberikan nasihat berdasarkan
bukti yang ditemukan sebagai wakil dari kliennya itu sendiri, tetapi tujuan yang
ingin didapatkan tentunya berbeda. Sesuai SA 200 juga telah dijelaskan bahwa
tujuan suatu audit adalah untuk meningkatkan derajat kepercayaanpemakai
laporan keuangan yang dituju. Hal ini dicapai melalui pernyataan suatu opini
oleh auditor.

KONTRA:

Standar ini mengharuskan auditor bersikap independen, artinya tidak


mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan
umum. Dengan demikian, ia tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan
siapa pun. Dalam hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi
dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. Auditor independen
harus tidak memihak kepada kliennya, namun jika ia memiliki hubungan dengan
kliennya, ia akan dapat bersikap profesional dan memisahkan diri antara
hubungan dan pekerjaannya sehingga dapat diandalkan.

Pada sisi yang lain auditor tidak harus mempunyai sikap independen. Hal
ini dikarenakan dengan adanya sikap independen tersebut auditor tidak dapat
berpikir secara luas dan tidak melihat pada aspek dan sisi penting lainnya.
Apabila auditor berada dalam situasi yang membingungkan, maka perilaku
yang harus dilakukan oleh auditor yaitu sebaiknya tetap memberikan masukan
ataupun nasehat kepada pihak yang bersalah atau kurang tepat. Selain itu juga
ada yang mengatakan bahwa independensi dalam hal ini tidak berarti seperti
sikap seorang penuntut dalam perkara pengadilan, namun lebih dapat
disamakan dengan sikap tidak memihaknya seorang hakim. Dalam hal ini
auditor harus tetap terbuka pada opini-opini masyarakat.
KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan diatas, kelompok lebih setuju ke arah statement


pro. Dikarenakan seharusnya memang independensi auditor itu merupakan
cara pandang yang tidak memihak dalam pelaksanaan pengujian evaluasi hasil
pemeriksaan, dan penyusunan laporan audit. Sehingga seorang akuntan publik
seharusnya memiliki sikap independensi dan diharapkan dapat melaksanakan
tugas audit dengan baik, agar dapat memberikan pendapat (opini) audit secara
objektif. Namun, seorang auditor itu juga harus menjaga etika profesinya.
Dimana ia ditempatkan, disitulah dirinya harus bekerja.

Menurut penelitian yang dikumpulkan AAA Financial Accounting


Standards Committee (2000) tentang independensi, menunjukkan bahwa dalam
mengambil keputusan, akuntan publik dipengaruhi oleh dorongan untuk
mempertahankan klien auditnya. Hasil penelitian juga memberikan bukti bahwa
pengaruh budaya masyarakat atau organisasi terhadap pribadi akuntan publik
akan mempengaruhi sikap independensinya. Dengan demikian independensi
akuntan publik sangat diperlukan karena akuntan publik sebagai penilai laporan
keuangan melaksanakan audit bukan hanya untuk kepentingan klien yang
membayar fee, tetapi juga untuk pihak ketiga atau masyarakat yang
mempunyai kepentingan terhadap laporan keuangan klien yang diaudit atau
diperiksa seperti: pemegang saham, kreditur, investor, calon kreditur, calon
investor, dan instansi pemerintah (terutama instansi pajak). Oleh karena itu,
independensi auditor dalam melaksanakan keahliannya merupakan hal yang
utama, meskipun auditor tersebut dibayar oleh kliennya karena jasa yang telah
diberikan.

DAFTAR PUSTAKA
IAI. 2018. Standar Akuntansi Keuangan.

IAPI. 2016. Standar Profesional Akuntan Publik.

Prosiding Seminar Nasional dan Call For Paper Ekonomi dan Bisnis, 2017,
Analisis Kasus Pelanggaran Standar Profesional Akuntan Publik
Oleh KAP Winata.

Anda mungkin juga menyukai