Anda di halaman 1dari 12

INDEPENDENCE

Makalah
Untuk Memenuhi Sebagian Tugas Mata Kuliah Seminar Auditing
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Ilya Avianti S.E., M.Si., Ak, CPA

Oleh:
Andi Isyraq Pradipta Natsir 120620220001
Rifda Nadifah 120620220003
Annisa fahira 120620220016

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2022
DAFTAR ISI

BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................2
C. Tujuan Makalah.........................................................................................................................2
BAB II...................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
A. Independensi..............................................................................................................................3
B. Ancaman Independensi..............................................................................................................4
C. Pencegahan Ancaman Independensi..........................................................................................5
D. Contoh Kasus Pelanggaran Independensi..................................................................................6
BAB III..................................................................................................................................................9
PENUTUP.............................................................................................................................................9
A. Kesimpulan................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................10

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Laporan keuangan menyajikan informasi handal mengenai keuangan entitas pada
satu periode. Bagi entitas laporan keuangan merupakan informasi yang terpenting
dalam mencapai visi dan misi. Informasi laporan keuangan yang akurat sangatlah
diperlukan bagi entitas maupun bagi investor, kreditor, dan pemakai laporan keuangan
lainnya. Oleh karena itu, manajemen mempunyai peran penting dalam memberikan
informasi yang relevan dan reliable, dimana laporan disajikan secara benar tanpa
danya rekayasa dan terbebas dari kesalahan saji yang kemudian dapat bermanfaat bagi
penggunanya. Dengan begitu, maka diperlukannya jasa dari pihak eksternal atau jasa
assurance service dari akuntan publik.
Akuntan publik merupakan pihak ketiga yang memperoleh kepercayaan dari klien
dan para pengguna laporan keuangan untuk membuktikan kewajaran laporan
keuangan yang disusun dan disajikan oleh klien. Oleh karena itu, dalam memberikan
pendapat kewajaran terhadap laporan keuangan, seorang akuntan publik harus
bersikap independen terhadap kepentingan klien, para pemakai laporan keuangan,
maupun terhadap diri sendiri.
Auditor dituntut untuk bersikap independen karena auditor mempunyai peran
penting yang dimana berhubungan langsung dengan pelaksanaan fungsi penilaiaan
atau akreditasi atas laporan keuangan. Sikap independensi dapat didefinisikan sebagai
suatu kode etika yang menuntut akuntan publik harus bersikap jujur dan objektif yang
senantiasa dijaga oleh akuntan publik (Institut Akuntan Publik Indonesia, 2020).
Dengan adanya kode etik yang berlaku, maka akuntan publik diharapkan agar
tidak mudah dipengaruhi dan tidak memihak kepada kepentingan siapapun baik
kepada manajemen dan entitas maupun pihak eksternal seperti kreditor atau pengguna
laporan keuangan lainnya. Dan apabila akuntan publik melanggar kode etik tersebut,
maka besar kemungkinan masyarakat berpendapat bahwa akuntan publik telah gagal
dalam menjalankan kewajibannya dan persepsi tersebut akan berdampak kepada
hilangnya kepercayaan masyarakat atas kredibilitas akuntan publik, sehingga
independensi merupakan aspek yang berperan penting bagi profesi akuntan publik.

1
Namun, dalam kenyataannya tidak sesuai dengan teori yang berlaku, banyaknya
kasus yang terjadi dalam masyarakat baik berskala besar mau kecil seperti kecurangan
dalam mengaudit laporan keuangan PT Great River Internasional, Tbk pada tahun
2003, dalam kasus tersebut terbukti auditor tidak bersikap independen dan tidak
menjalankan tugasnya dengan baik.
Sikap ketidak independensian seorang auditor disebabkan oleh adanya faktor
yang mendorongnya, seperti management pressure dan audit time budget pressure.
Management pressure merupakan sikap atau tekanan manajemen yang diberikan
kepada auditor yaitu manajemen cenderung mempengaruhi auditor agar dapat
bekerjasama selama proses audit untuk mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian
atas laporan keuangannya. Sedangkan audit time budget pressure merupakan suatu
keadaan dimana auditor dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu
yang telah disusun atau terdapat pembatasan waktu dalam anggaran yang telah di
tentukan.
B. Rumusan Masalah
Dengan adanya latar belakang diatas, maka dapat disimpulkan rumusan masalah
pada makalah ini adalah:
1. Apa definisi independensi bagi akuntan publik?
2. Bagaimana ancaman independensi bagi akuntan publik?
3. Bagaimana akuntan publik mencegah terjadinya ancaman independensi?
4. Bagaimana contoh kasus dari pelanggaran independensi?
C. Tujuan Makalah
Dengan adanya rumusan masalah diatas, maka dapat disimpulkan tujuan dari
pembuatan makalah ini adalah:
1. Mengetahui definisi dari independensi bagi akuntan publik.
2. Mengetahui ancaman independensi yang akan dihadapi akuntan publik.
3. Mengetahui pencegahan yang dapat dilakukan akuntan publik dalam menangani
ancaman independensi.
4. Mengetahui contoh kasus pelanggaran terkait dengan independensi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Independensi
Independensi dapat didefinisikan sebagai cara pandang yang tidak bias dalam
pelaksanaan pengujian audit, kemudian hasil evaluasi tersebut dapat di laporan yang
berupa temuan audit (Arens, Elder, Beasley, & E.Hogan, 2014).
Sedangkan SA 220 (2012) menjelaskan independensi bagi akuntan publik yaitu
sikap tanggungjawab atas temuan yang dijelaskan dalam laporan independensi auditor
dan dalam menjalankan tugasnya akuntan publik tidak mudah terpengaruhi oleh
kepentingan lainnya.
Independensi yang dimiliki oleh setiap akuntan publik, tidak luput dari adanya
penilaian publik. Dengan adanya penilaian publik terhadap independensi auditor,
maka Arens et al (2014) mengkategorikan independensi ke dalam dua sudut pandang
yaitu independensi dalam kenyataan (independence in fact) dan independensi dalam
penampilan (independence in appearance). Independensi dalam kenyataan digambar
apabila akuntan publik berhasil dalam mempertahankan sikap objektivitas selama
audit, sedangkan independensi dalam penampilan adalah hasil persepsi pihak lain
terhadap independensi akuntan publik.
Dilain sisi, objektivitas dapat didefinisikan sebagai sikap tidak memihak terhadap
pertimbangan fakta atau kepentingan pribadi tidak terdapat dalam fakta yang dihadapi
selama audit (Mulyadi & Puradiredja, 1998).
Berdasarkan definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa independensi
akuntan publik ialah suatu kepercayaan masyarakat terhadap adanya integritas,
objektivitas, dan kebebasan akuntan publik dari pengaruh pihak lain, kepercayaan
akuntan publik terhadap terhadap intergritas profesional, kemampuan akuntan publik
dalam meningkatkan kredibilitas pengetahuannya terhadap laporan keuangan yang di
audit, dan sikap mental akuntan publik yang jujur dan ahli, serta tindakan yang bebas
dari bujukan atau pengaruh dan pengendalian pihak lain dalam melaksanakan
perencanaan, pemeriksaan, penilaian, dan pelaporan hasil pemeriksaan audit.
Dengan adanya kesimpulan terhadap definisi independensi tersebut, maka
independensi merupukan hal yang penting yang harus dimiliki oleh akuntan publik.
Sebagaimana SA 200 (2012) menjelaskan bahwa independensi auditor berguna untuk
melindungi kemampuan auditor untuk merumuskan suatu opini audit tanpa dapat
3
dipengaruhi, serta dapat meningkatkan kemampuan auditor dalam menjaga integritas,
bertindak secara objektif, dan memelihara sikap skeptisisme profesional.
B. Ancaman Independensi
Ancaman dalam independensi berarti ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip
dasar etika. Ancaman tersebut dibagi dalam satu atau lebih dari kategori berikut:
1. Ancaman kepentingan pribadi, yaitu ancaman berupa kepentingan keuangan atau
kepentingan lain yang akan memengaruhi pertimbangan atau perilaku anggota
secara tidak tepat.
a. Anggota memiliki kepentingan keuangan pada, atau menetima pinjaman
dari organisasi tempatnya bekerja.
b. Anggota terlibat dalam pengaturan kompensasi insentif yang ditawarkan
oleh organisasi tempatnya bekerja
c. Anggota memiliki akses ke asset perusahaan untuk keperluan pribadi
d. Anggota ditawari hadiah atau perlakuan istimewa dari pemasok organisasi
tempatnya bekerja.
2. Ancaman telaah pribadi yaitu ancaman ketika anggota tidak dapat secara tepat
melakukan evaluasi atas pertimbangan yang telah dibuatnya atau aktivitas yang
telah dilakukan oleh anggota atau individu dalam kantor atau organisasi
tempatnya bekerja, yang diandalkan oleh anggota ketika membuat suatu
pertimbangan sebagai bagian dari pelaksanaan aktivitas yang sedang diberikan
Seperti halnya, anggota menentukan perlakuan akuntansi yang tepat atas
kombinasi bisnis setelah yang bersangkutan melakukan studi kelayakan yang
mendukung keputusan akuisisi bisnis tersebut
3. Ancaman advokasi yaitu ancaman yang terjadi ketika anggota mendukung posisi
klien atau organisasi tempatnya bekerja sampai pada titik yang dapat mengurangi
objektivitasnya. Ancaman advokasi dapat dideskripsikan dengan anggota
memiliki kesempatan untuk memanipullasi informasi dalam prospectus untuk
tujuan memperoleh pembiayaan yang menguntungkan
4. Ancaman kedekatan yaitu ancaman yang terjadi karena hubungan yang lama atau
hubungan dekat dengan klien atau organisasi tempatnya bekerja, anggota terlalu
bersimpati pada kepentingan klien atau organisasi tempatnya bekerja, atau terlalu
mudah menerima hasil pekerjaan mereka
a. Anggota bertanggungjawab atas pelaporan keuangan organisasi tempatnya
bekerja ketika terdapat anggota keluarga inti atau keluarga dekat yang
4
bekerja di organisasi tersebut yang membuat keputusan yang memengaruhi
laporan keuangan
b. Anggota memiliki hubungan yang lama dengan rekan bisnis yang
memengaruhi keputusan bisnis
5. Ancaman intimidasi yaitu ancaman yang terjadi ketika anggota dihalangi untuk
bertindak secara objektif karena tekanan yang nyata atau dirasakan, termasuk
upaya untuk memengaruhi anggota secara tidak semestinya.
a. Anggota, anggita keluarga inti, atau anggota keluarga dekat menghadapi
ancaman pemecatan atau penggantian atas ketidaksepakatan tentang
penerapan standar akuntansi dan cara informasi dilaporkan
b. Seorang individu mencoba memengaruhi proses pengambilan keputusan
anggota, misallnya berkenaan dengan pemberian kontrak atau penerapan
standar akuntansi.
Ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika mungkin dimunculkan oleh
berbagai fakta dan keadaan dan tidak mungkin untuk mendefinisikan semua situasi
yang memunculkan ancaman. Suatu keadaan bisa saja memunculkan lebih dari satu
ancaman dan suatu ancaman dapat memengaruhi kepatuhan terkhususnya
independensi.
C. Pencegahan Ancaman Independensi
Ancaman memiliki beberapa level sesuai dengan pengidentifikasian anggota.
Ancaman dengan level yang dapat diterima merupakan level ketika pihak ketiga yang
rasional dan memiliki informasi yang memadai menyimpulkan bahwa anggota
mematuhi prinsip dasar etika.

Jika anggota menentukan bahwa ancaman yang teridentifikasi atas kepatuhan


terhadap prinsip dasar etika berada pada level yang tidak dapat diterima, maka
anggota harus mengatasi ancaman tersebut dengan menghilangkannya atau
menurunkannya sampai pada level yang dapat diterima. Anggota harus melakukannya
dengan:

1. Menghilangkan keadaan, termasuk kepentingan atau hubungan yang


memunculkan ancaman
2. Menerapkan pengamanan, jika tersedia dan dapat diterapkan, untuk menurunkan
ancaman sampai pada level yang dapat diterima
3. Menolak atau mengakhiri aktivitas professional tertentu.

5
D. Contoh Kasus Pelanggaran Independensi
Adanya ancaman tersebut, maka dapat kita temui banyaknya kasus terkait dengan
pelanggaran independensi seperti yang terjadi pada KAP Purwanto, Sungkoro, dan
Surja yang merupakan anggota dari Ernest and Young Global Limited atau EY.
Warez (2019) mengungkapkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberikan sanksi
kepada Sherly Jokom dari KAP Purwanto, Sungkoro dan Surja karena terbukti
melanggar undang-undang pasar modal dan kode etik profesi akuntan publik. Alhasil,
Surat Tanda Terdaftar (STTD) Sherly dibekukan selama 1 tahun. Sherly terbukti
melakukan pelanggan pasal 66 UUPM jis. Paragraph A 14 SPAP SA 200 dan seksi
130 Kode Etik Profesi Akuntan Publik-IAPI.
Kesalahan yang dimaksud OJK adalah adanya kesalahan penyajian
(overstatement) dengan nilai mencapai Rp 613 miliar karena adanya pengakuan
pendapatan dengan metode akrual penuh (full acrual method) atas transaksi dengan
nilai gross Rp 732 miliar.
Selain itu, dalam laporan keuangan tersebut juga tak mengungkapkan adanya
Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) atas kavling siap bangun (KASIBA) tertanggal
14 Juli 2019 yang dilakukan oleh Hanson International sebagai penjual. Atas
kesalahan ini, OJK juga memberikan sanksi kepada Direktur Utama Hanson
International Benny Tjokrosaputro alias Bentjok sebesar Rp 5 miliar karena
bertanggungjawab atas laporan keuangan tersebut. Alhasil, MRYX juga diminta untuk
melakukan restatement atas LKT 2016 dengan merevisi perolehan pendapatan.
Kemudian, kasus lainnya berasal dari KAP Justinus Aditya Sidharta. Pada kasus
tersebut Menterian Keuangan diketahui memberikan sanksi berupa pembekuan izin
akuntan publik Justinus Aditya Sidharta selama dua tahun terhitung pada tanggal 28
November 2006. Pemberian sanksi tersebut karena pelanggaran Standar Profesional
AKuntan Publik yang dilakukan oleh Justinus Aditya terkait aturan audit atas laporan
keuangan konsolidasi PT Great River Internasional Tbk pada tahun 2003. Selama izin
tersebut dibekukan, AP dilarang memberikan jasa audit termasuk audit umum, review,
audit atas kinerja, dan audit khusus. (Media Komunikasi, Informasi, dan Pengetahuan
Pengawas Internal Pemerintah, 2007)
Yuliawati (2005) menyebutkan Perusahaan Garmen PT. Great River Internasional
mengalami pelonjakan laba bersih sebesar Rp.1,023 triliyun per September 2002,
melonjak dari periode yang sama tahun sebelumnya yang masih membukukan rugi
6
bersih Rp. 11,928 milyar. Demikian dikemukakan Dirut Great River Sunjoto dalam
laporan keuangan kepada Bursa Efek Jakarta (BEJ).
Peningkatan drastis pada laba bersih tersebut, diketahui terjadi diduga adanya
pendapatan pos luar biasa dari hasil restrukturisasi utang sebesar Rp. 1,227 Trilitun.
Dari total utang sebesar 172,5 juta dollar AS, PT. Great River mendapatkan potongan
utang sebanyak 85%. Atau perseroan hanya membeyar 15 sen untuk setiap dollar
utangnya. Oleh sebab itu, pos yang tadinya digunakan untuk membayar utang berubah
menjadi keuntungan karena ada koreksi pembukuan. Akan tetapi pos luar biasa
tersebut tidak mempengaruhi aliran kas (cashflow) perusahaan, hanya mengubah
struktur keuangan tersebut menjadi positif.
Kasus tersebut terungkap setelah adanya temuan auditor investigasi dari Bapepam
yang menemukan indikasi penggelembungan akun penjualan, piutang dan aset hingga
ratusan miliyar rupiah pada laporan keuangan Great River yang mengakibatkan
perusahaan tersebut akhirnya kesulitan pada arus kas dan gagal membayar utang. Oleh
karenanya Pembekuan izin oleh MenKeu dilakukan, hal ini merupakan tindak lanjut
atas SK Badan Peradilan Profesi Akuntan Publik No. 002/VI/SK/BPP AP/VI/2006 per
15 Juni 2006 yang menyebabkan pembekuan AP tersebut dari keanggotaan IAI
kompartemen Akuntan Publik. Pembekuan ini sesuai dengan Keputusan Menkeu No.
432/KMK.06/2003 yang menyatakan bahwa “AP dikenakan sanksi pembekuan izin
apabila yang bersangkutan mendapat sanksi pembekuan keanggotaa dari IAI atau IAI
KAP”.
Dengan adanya contoh kasus tersebut, apabila dikaitkan dengan SA 200
tentang independensi dan Kode Etik 4a dan 4b tentang independensi yaitu
melencengnya auditor dari tujuan audit yaitu independensi karena auditor terpengaruh
dengan tekanan yang dapat mengompromikan pertimbangan professional, sehingga
memungkinkan auditor bertindak tidak berintegritas dan menerapkan objektivitas dan
skeptime tidak professional. Dalam melindungi kepentingan publik dan diharuskan
oleh Kode Etik, anggota yang berpraktik melayani publik harus independen ketika
melakukan perikatan audit atau perikatan reviu. Independensi tersebut harus terkait
dengan objektivitas dan integritas.
Kemudian, dalam Kode Etik Profesi Akuntan Publik P100.4 (2020) terkait
dengan pelanggaran kode etik mendefinisikan anggota yang teridentifikasi terjadinya
pelanggaran terhadap ketentuan lain dalam Kode Etik harus mengevaluasi signifikansi

7
pelanggaran serta dampak terhadap kemampuan anggota untuk mematuhi prinsip
dasar etika.
Oleh karena itu, untuk mendapatkan laporan keuangan dan opini audit yang baik
maka perlu adanya kesinambungan atau kesadaran antar pihak baik auditor maupun
klien dalam menyajikan hasil yang andal

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengan adanya penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dengan adanya
kasus yang terjadi baik dalam ruang lingkup kecil maupun besar, hal tersebut terjadi
akibat adanya faktor-faktor yang mempengaruhi independensi auditor seperti
intervensi manajemen, tingkatan pemutusan hubungan kerja dan penggantian auditor,
adanya tekanan mengenai anggaran waktu, lamanya hubungan auditor dengan klien,
dan ikatan kepentingan antar auditor dengan klien terkait dengan keuangan dan bisnis.
Namun hal tersebut dapat dihindari, apabila auditor berpedoman kepada kode etik
akuntan publik dan standar auditing yang berlaku.

9
DAFTAR PUSTAKA

Arens, A. A., Elder, R. J., Beasley, M. S., & E.Hogan, C. (2014). Auditing and Assurance
Services: An Integrated Approach (Vol. 16). PEARSON, ALWAYS LEARNING,
and MYACCOUNTINGLAB.

Institut Akuntan Publik Indonesia. (2012). Standar Audit ("SA") 220 : Pengendalian Mutu
Untuk Audit Atas Laporan Keuangan . Jakarta: Institut Akuntan Publik Indonesia.

Institut Akuntan Publik Indonesia. (2020). Kode Etik Profesi Akuntan Publik. Jakarta: Institut
Akuntan Publik Indonesia.

Intitut Akuntan Publik Indonesia. (2012). Standar Audit ("SA") 200 : Tujuan Keseluruhan
Auditor Independen Dan Pelaksanaan Audit Berdasarkan Standar Audit. Jakarta:
Intitut Akuntan Publik Indonesia.

Media Komunikasi, Informasi, dan Pengetahuan Pengawas Internal Pemerintah. (2007). Izin
KAP Justinus Aditya Sidharta dibekukan. Jakarta: Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan. Retrieved from https://www.bpkp.go.id/berita/read/1938/10760/Izin-
KAP-Justinus-Aditya-Sidharta-dibekukan

Mulyadi, & Puradiredja, K. (1998). Auditing. Jakarta: Salemba Empat.

Wareza, M. (2019). Lagi-lagi KAP Kena Sanksi OJK, Kali ini Partner EY. Jakarta: CNBS
Indonesia. Retrieved from https://www.cnbcindonesia.com/market/20190809100011-
17-90855/lagi-lagi-kap-kena-sanksi-ojk-kali-ini-partner-ey

Yuliawati. (2005). Bapepam Bentuk Dua Tim Pemeriksa Kasus Great River. Jakarta: Tempo.
Retrieved from https://bisnis.tempo.co/read/54380/bapepam-bentuk-dua-tim-
pemeriksa-kasus-great-river

10

Anda mungkin juga menyukai