AUDITING I
Disusun Oleh :
Assalamu’alaikumWr. Wb
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat-
Nya dalam kesempatan yang berbahagia ini kita masih diberi nikmat dan karunia
oleh-Nya. Di dalam pembahasan makalah ini bertajuk seperti yang tertera dicover,
dengan itu kami berfokus dalam materi seperti yang akan kita bahas nanti.
Makalah yang tersusun ini sebagai tugas mata kuliah Auditing, dengan
berbekal apa yang ada dalam buku pembahasan yang telah kami ambil dari
beberapa sumber. Selanjutnya kami banyak berterima kasih kepada dosen
pengampu mata kuliah Auditing, dan juga kepada rekan-rekan semuanya yang
telah ikut berpartisipasi dalam penyelesaian makalah ini baik secara langsung
maupun secara tidak langsung.
Selanjutnya kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini bukanlah
sesuatu yang terjadi begitu sempurna, masih banyak kekurangan yang memang itu
adalah dari kami sendiri, harapan kami rekan-rekan untuk memberikan kritikan
atau saran yang bersifat membangun. Akhirnya kami ucapkan terimakasih.
WassalamualaikumWr. Wb
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Memiliki bidang ilmu yang ditekuninya yaitu yang merupakan pedoman dalam
melaksanakan keprofesiannya.
Memiliki kode etik sebagai pedoman yang mengatur tingkah laku anggotanya dalam
profesi itu.
Berhimpun dalam suatu organisasi resmi yang diakui oleh masyarakat/pemerintah.
Bekerja bukan dengan motif komersil tetapi didasarkan kepada fungsinya sebagai
kepercayaan masyarakat
Persyaratan ini semua harus dimiliki oleh profesi Akuntan sehingga berhak disebut sebagai
salah satu profesi.
Perkembangan profesi akuntansi sejalan dengan jenis jasa akuntansi yang diperlukan oleh
masyarakat yang makin lama semakin bertambah kompleksnya. Gelar akuntan adalah gelar
profesi seseorang dengan bobot yang dapat disamakan dengan bidang pekerjaan yang lain.
Profesi Akuntan Publik
Akuntan Publik merupakan profesi yang beraktivitas utama dalam pekerjaan audit
eksternal. Audit harus dilakukan secara profesional oleh orang yang independen dan
kompeten. Persyaratan auditor, pekerjaan sampai laporannya diatur oleh standar audit.
Standar audit tidak akan terlepas dari etika, apalagi profesi akuntan publik adalah profesi
yang memerlukan tingkat kepercayaan yang tinggi dari publik. Standar audit ini berfungsi
sebagai pijakan akuntan publik dalam merencanakan, melakukan aktivitas dan melaporkan
hasil pekerjaannya. Sehingga dengan dipakainya standar audit, hal yang dilarang dapat
dihindari oleh akuntan publik, sedangkan hal yang diwajibkan dapat dilaksanakan dengan
baik. Akuntan publik juga dapat merupakan akuntan yang menjalankan fungsi pemeriksaan
secara bebas/independen terhadap laporan keuangan perusahaan atau organisasi lain,serta
memberikan jasa kepada pihak-pihak yang memerlukan.
Dalam melaksanakan suatu pekerjaan, akuntan publik dituntut untuk dapat lebih
meningkatkan kemampuan dan profesionalismenya dalam memberikan jasa. Akuntan publik
sebagai auditor eksternal dituntut untuk memiliki dedikasi terhadap profesinya mengikuti
kode etik profesi yang ditetapkan oleh organisasi profesinya yaitu, Ikatan Akuntansi
Indonesia (IAI), yang terdiri dari standar umum, Standar Pekerjaan Lapangan, dan Standar
Pelaporan guna menunjukkan profesionalisme (Hery dan Merrina Agustiny, 2007).
Menurut (Hery dan Merrina Agustiny, 2007) ada elemen penting yang dimiliki oleh
akuntan, yaitu keahlian dan pemahaman tentang standar akuntansi atau standar penususnan
laporan keuangan, standar pemeriksaan/auditing, etika profesi dan pemahaman terhadap
lingkungan bisnis yang diaudit. Persyaratan utam yang harus dimiliki oleh auditor adalah
wajib memegang teguh aturan etika profesi yang berlaku.
1. Audit
Mencangkup pemerolehan dan penilaian bukti yang mendasari laporan keuangan
historis suatu entitas yang berisi asersi yang dibuat oleh manajemen entitas tersebut. Atas
dasar audit yang dilaksanakan terhadap laporan keuangan historis suatu entitas, auditor
menyatakan suatu pendapat mengenai apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara
wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha entitas sesuai dengan
prinsio akuntansi berterima umum.
2. Pemeriksaan (Exminatoin)
Berupa pernyataan suatu pendapat atas kesesuaian asersi yang dibuat oleh pihak lain
dengan kriteria yang telah ditetapkan. Contoh: pemeriksaan terhadap inforomasi keuangan
prospektif dan pemeriksaan untuk menentukan kesesuaian pengenda;ian intern suatu entitas
dengan kriteria yang ditetapkan oleh instansi pemerintah.
3. Review,
Berupa permintaan keterangan dan prosedur analitik terhadap informasi keuangan
suatu entitas dengan tujuan untuk memberikan keyakinan negatif atas asersi yang terkandung
dalam informasi keuangan tersebut. Keyakinan negatif lebih rendah tingkatnya dibandingkan
dengan keyakinan positif yang diberikan oleh akuntan publik dalam jasa audit dan jasa
pemeriksaan, karena lingkup prosedur yang digunakan oleh akuntan publik dalam
pengumpulan bukti lebh sempit dalam jasa review dibandingkan dengan yang dignakan
dalam jasa audit dan jasa pemeriksaan. Dalam menghasilkan jasa audit dan pemeriksaan,
akuntan publik melaksanakan berbagai prosedur: inspeksi; observasi, konfirmasi, permintaan
keterangan, pengusutan (tracing), pemeriksaan bukti pendukung (vouching), pelaksanaan
ulangn (reperforming), dan analisis.
4. Prosedur yang disepakati (Agreed-upon procedures)
Jasa atestasi atas asersi manajemen dapat dilaksanakan oleh akuntan publik
berdasarkan prosedur yang disepakati antara klien dnegan akuntan publik. Contoh: klien dan
akuntan bersepakat bahwa prosedur tertentu akan diterapkan terhadap unsur atau akun
tertentu dalam suatu laporan keuangan, bukan terhadap semua unsur laporan keuangan.
c. Jasa Nonassurance
adalah jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik yang di dalamnya ia tidak
memberikan suatu pendapat, keyakinan negatif, ringkasan temuan, atau bentuk lain
keyakinan. Contoh jasa nonassurance yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik adalah:
1. Jasa Kompilasi
Melakukan berbagai jasa akuntansi kliennyasampai dengan penyusunan laporan keuangan),
2. Jasa Perpajakan
Bantuan dalam pengisian pemberitahuan pajak tahunan (SPT) pakjak penghasilan,
perencanaan pajak, dan bertindak mewakili kliennya dalam menghadapi masalah perpajakan,
Jasa implementasi
Berfungsi mewujudkan rencana kegiatan menjadi kenyataan. Contoh: penyediaan jasa
instalasisistem komputer dan jasa pendukung yang berkaitan, pelaksanaan tahap-tahap
peningkatan produktvitas, dll.
Jasa transaksi
Berfungsi menyediakan jasa yang berhubungan dnegan beberapa transaksi khusus
klien yang umumnya dengan pihak ketiga.
Jasa penyediaan staf dan jasa pendukung lainnya
Berfungsi menyediuakan staf yang memadai (dalam hal kompetensi dan jumlah) dan
kemungkinan jasa pendukung lain untuk melaksanakan tugas yang ditentukan oleh
klien.
Jasa Produk
Berfungsi menyediakan bagi klien suatu peroduk tertentu. Contoh: penjualan dan
penyerahan paket program pelatihan, penjualan dan implementasi perangkat lunak
komputer, dll.
Terdapat hubungan antara Standar Atestasi dan Standar Auditing. Standar astestasi
disusun untuk memberikan panduan umum semua jenis perikatan atestasi yang mencangkup
jasa pemeriksaan (exmination), review, dan kompilasi terhadap asersi manajemen. Jasa
pemeriksaan yang dicakup oleh standar atestasi meliputi pemeriksaan terhadap laporan
keuangan historis (dikenal dengan istilah auditing) dan lapiran keuangn prospektif.
Sedangkan jasa pemeriksaan terhadap laporan keuangan historis diatur secara khusus oleh
Dewan Atestasi yang khusus mengatur mutu jasa akuntan publik yang berkaina dengan
pemeriksaan laporan keuangan historis.
Dalam hal ini auditing adalah pemeriksaan secara objektif atas laporan keuangan suatu
perusahaan atau orangaisasi lain dengan tuuan menentukan apakah laporan keuanga tersebut
menyajikan secara wajar atau tidak. Auditing bukan merupakan cabang akuntansi, tetapi
suatu disiplin bebas, yang mendasarkan diri pada hasil kegiatan akuntansi dan daata kegiatan
lain. Akuntansi merupakan proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan penyajian
transaksi keuangan perusahaan atau organisasi lain, hasil akhir: laproan keuangan. Dipihak
lain, auditing ditunjukan untuk menetukan secara objektif keandalan informasi yang
disampaikan oleh manajemen dalam laporan keuangan. Profesi akunan publik bertanggung
jawab untuk menaikkan tingakat keandalan laporan keuangan perusahan-perusahaan,
sehingga masyarakat keuangan memperoleh informasi keuangan yang andal sebagai dasar
untuk memutuskan alokasi sumber-sumber ekonomi.
Kode etik akuntan yang berlaku di Indonesia mengatur etika yang harus dipatuhi oleh
akuntan yang berpraktek di indonesoa baik akuntan public maupun tipe akuntan yang
lain. Kode etik akuntan Indonesia terdiri dari 3 bagian :[9]
1. Kode etik akuntan secara umum Mengatur hal – hal sebagai berikut :
- Kepribadian
- Kecakapan professional
- Tanggung jawab
- Pelaksanaan kode etik
- Pelaksanaan kode etik dan penyempurnaannya
2. Kode etik khusus untuk akuntan public
- Kepribadian
- Kecakapan professional
- Tanggung jawab kepada klien
- Tanggung jawab kepada rekan seprofesi
- Tanggung jawab lainnya.
3. Penutup
Hanya berisi satu pasal yaitu mengatur tanggal berlakunya kode etik akuntan Indonesia.
Kepribadian
Kepribadian akuntan disini diartikan sebagai kepribadian yang independen dan
obyektif. Independen diartikan sebagai sikap yang bebas dan tidak tergantung kepada pihak
lain. Sedangkan sikap yang obyektif diartikan sebagai sikap yang tidak memihak dalam
mempertimbangkan fakta dan terlepas dari kepentingan pribadi.
Indenpendensi akuntan public mempunyai tiga aspek yaitu :
1. Independen dalam diri akuntan yang berupa kejujuran dalam melakukan pemeriksaan fakta
yang ditemukan. Sikap ini disebut independence in fact
2. Independen dalam penampilan atau independence in appearance. Independence ini dipandang
dari sudut pandang pihak lain yang mengetahui informasi yang bersangkutan dengan diri
akuntan.
3. Independence dipandang dari sudut keahlian
Misalnya akuntan yang tidak mengetahui tentang computer jika memeriksa laporan keuangan
yang diolah dengan computer dikatakan tidak independence. Hal ini disebabkan akuntan
tidak mempertimbangkan dengan obyektif informasi keuangan yang dihasilkan computer.
Independence merupakan hal yang unik dalam profesi akuntan, karena akuntan dituntut
independence dari pengaruh klien sedangkan dilain sisi akuntan dituntut memenuhi keinginan
klien karena klienlah yang membayar honorarioum.
Kecakapan professional
Hal – hal yang diatur pada bagian ini adalah :
a. Kewajiban akuntan public untuk menjelaskan kepada staf dan ahli yang bekerja padanya
tentang keterikatannya dengan kode etik akuntan Indonesia
b. Akuntan public tidak boleh menerima pekerjaan kecuali ia atau kantornya mampu
menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan kompetensi professional
c. Melarang akuntan public mengaitkan namanya dengan prediksi untuk mencegah timbulnya
kesan bahwa ia menjamin terwujudnya prediksi.
Profesi akuntan telah banyak berkembang dan diakui oleh berbagai kalangan.
Kebutuhan dunia usaha, pemerintah dan masyarakat luas akan jasa akuntan ini menjadi
pemicu perkembangan tersebut. Profesi akuntan memiliki peranan penting dalam dunia
bisnis, hal tersebut dikarenakan profesi akuntan dituntut harus memiliki kompetensi lebih
mendalam dan komprehensif dalam bidang akutansi, profesionalitas, serta memenuhi standar
dan kode etik profesi. Indonesia sebagai negara berkembang, didominasi oleh perusahaan
menengah dan kecil dalam dunia perekonomiannya. Oleh karenanya secara garis besar, pada
setiap perusahaan baik yang non profit dan profit pasti membutuhkan seorang akuntan untuk
mengelola keuangan perusahaan, laporan keuangan, pajak, dll. Banyaknya perusahaan yang
membutuhkan karyawan pada posisi akuntan mengindikasi bahwa profesi akuntan adalah
pekerjaan yang menjanjikan di masa depan.
Daya tarik profesi akuntan ini juga didukung oleh hasil riset yang dilakukan Michael
Page, sebuah perusahaan spesialis rekruitmen Inggris yang menunjukkan bahwa profesi
akuntan dan auditor diproyeksi tumbuh 11% dari tahun 2012 hingga 2024 di seluruh dunia,
lebih cepat dari pertumbuhan rata-rata pekerjaan pada umumnya. Pada umumnya,
pertumbuhan profesi akuntan dan auditor berkaitan erat dengan pertumbuhan ekonomi suatu
negara. Dengan semakin bertumbuhnya perekonomian negara Indonesia, maka profesi
akuntan akan semakin dibutuhkan dan diminati. Hal ini dibuktikan dengan Indonesia
memiliki 34 provinsi, 398 Pemerintah Kabupaten, 93 Pemerintah Kota, 34 Kementerian, 28
Lembaga Pemerintah Non Keuangan (LPNK), 141 Badan Usaha Milik Negara (BUMN),
1.007 Badan Usaha Milik Daerah (BUMN), 4.042 Perusahaan Publik, 100.000 yayasan,
108.000 Koperasi, 4.000 Perguruan Tinggi, 14 Partai Politik dan lebih dari 10.000 Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) dan angka tersebut terus mengalami kenaikan tiap tahunnya,
juga merupakan ladang bagi akuntan di Indonesia karena 226.780 organisasi tersebut
memerlukan jasa akuntansi.
Melalui peluang pada profesi akuntan tersebut tidak memungkiri adanya standarisasi
baru yang diterapkan untuk mewujudkan calon-calon akuntan yang berkompeten dan
memiliki kualitas kinerja yang handal. Saat ini, perbandingan ketersediaan akuntan
profesional dengan tuntutan kebutuhan dunia kerja masih cukup timpang. Data terakhir
menunjukkan, setidaknya dibutuhkan sekitar 452 ribu akuntan, padahal data Pusat Pembinaan
Akuntan dan Jasa Penilai (PPAJP) Kemenkeu mencatat hanya tersedia kurang dari 16 ribu
akuntan profesional. Manajer Manajemen Keuangan Kawasan Asia Timur dan Pasifik Bank
Dunia, Samia Msadek mengungkapkan satu hal yang paling diperlukan oleh Indonesia saat
ini adalah menambah jumlah akuntan.
Berdasarkan paparan data akan jumlah akuntan yang dibutuhkan di Indonesia tersebut
mendorong Pemerintah melakukan kebijakan berupa penetapan Peraturan Menteri Keuangan
(PMK) Nomor 25/PMK.01/2014 tentang Penyelenggaraan Pendaftaran Akuntan Pada
Register Negara. Kegiatan tersebut dilakukan dalam rangka memberikan perlindungan
terhadap kepentingan publik, pembinaan profesi akuntan dan mendorong perkembangan
profesi akuntan di Indonesia untuk menghadapi tantangan profesi dalam perekonomian
global, termasuk kesiapan menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic
Community). Tantangan profesi akuntan dalam menghadapi MEA yaitu adanya persaingan
ketat dalam memperebutkan jabatan dan posisi strategis akuntan di ASEAN secara tertutup
atau minim tenaga asing, adanya kuantitas akuntan Indonesia yang relatif masih kurang untuk
mengisi kebutuhan akuntan dalam negeri diiringi dengan tuntutan kualitas dan integritasyang
tinggi dari akuntan yang telah ada . Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan diatas untuk
dapat mewujudkan akuntan yang profesional dan memiliki daya saing pada tingkat global
seyogyanya memiliki empat karakteristik, yaitu: berkompeten dalam bidangnya, mampu
menjaga kompetensi melalui pendidikan profesional berkelanjutan, menjadi anggota Asosiasi
Profesi Akuntan, serta memiliki standar dan kode etik profesi.
Para akuntan Indonesia memerlukan juga sertifikasi tambahan yang diakui secara
universal dalam ASEAN untuk dapat bersaing dalam MEA. Melalui peluncuran Chartered
Accountant (CA) IAI dan Certified Public Accountant (CPA) IAPI dapat dijadikan kunci atau
standar dalam persaingan MEA dengan negara-negara ASEAN karena sertifikasi tersebut
telah diakui pada level Internasional. Profesi akuntan termasuk salah satu profesi yang
dituntut untuk dapat meningkatkan kualitas daya saingnya dalam MEA. Untuk dapat
memenangkan persaingan tersebut maka para akuntan Indonesia harus memiliki strategi
tertentu, diantaranya: a. Mempersiapkan Akuntan Handal, yaitu dengan meningkatkan
kualitas serta kompetensi para akuntan, memiliki integritas yang tinggi, profesional,
kompetitif, konsultatif, memiliki pengalaman praktekm keilmuan yang berkualitas,
kepemimpinan, serta komitmen Good Governance; b. Perbaikan Berkelanjutan, melalui
pendidikan dan pelatihan-pelatihan yang berkelanjutan dengan menjadi anggota asosiasi
profesi maka diharapkan kompetensi profesional seorang akuntan dapat terbentuk, hal ini
menyadari tantangan dinamika pelaporan keuangan yang sangat dinamis seperti International
Financial Reporting Standards (IFRS), dan adanya adopsi International Standard on
Auditing (ISAs), jelas menuntut kompetensi tinggi dalam persaingan MEA; c. Network &
Benchmark Internasional, agar bisa eksis di ASEAN seorang akuntan harus bisa
mempromosikan kualitas dirinya, oleh karenanya sangat penting adanya jaringan bagi
akuntan. Akuntan juga harus up to date dengan kondisi terbaru seputar dunia akutansi yang
nantinya dijadikan patokan Internasional; d. belajar bahasa Internasional dan Bahasa negara
ASEAN, bahasa merupakan alat yang dapat digunakan untuk memperlancar maksud dan
tujuan seseorang. Penguasaan bahasa Inggris menjadi keharusan bagi akuntan karena
merupakan bahasa Internasional yang dapat mempermudah akuntan dalam menghadapi
tantangan MEA tersebut.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
http://media.unpad.ac.id/thesis/120103/2010/120103100076_2_5462.pdf
http://www.academia.edu/8899534/AUDITING_and_PROFESI_AKUNTAN_PUBLIK