Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PENYUSUNAN ANGGARAN LABA RUGI

MATA KULIAH : PENGANGGARAN PERUSAHAAN


KELOMPOK 7
Prodi : Akuntansi
Disusun Oleh :
- Ndari Bayu Fristanty ( 43218210044 )
- Mahendra Mardiansyah ( 43218210029 )
- Desyca Ruth Natasya ( 43218210046 )

Universitas Mercubuana
Jl. Kranggan No. 6 Jati Sampurna, Kota Bekasi, Jawa Barat 2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul :
“ Penyusunan Anggaran Laba Rugi ˮ. Untuk terwujudnya makalah ini penulis sangat
berterima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
pembuatan makalah ini sehingga dapat diselesaikan sesuai rencana.

Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Penganggaran
Perusahaan. Selain itu, Makalah ini didedikasikan kepada seluruh pihak yang peduli akan
pentingnya penyusunan anggaran laba rugi dalam perusahaan.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
pihak-pihak yang membantu dalam penulisan makalah ini. Penulis berharap makalah ini
dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Penulis mengharapkan kritik dan saran akan
makalah yang telah disusun ini, agar kedepannya dapat menjadi lebih baik

Bekasi, November 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………..i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………...1
1.3 Tujuan Penulisan………………………………………………………………….....1
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Anggaran Laba rugi…………………………………………………….....2
2.1.1 Penyusunan Anggarn Laba Rugi…………………………………………….....3
2.1.2 Dampak Tidak Disusunnya Anggaran Laba Rugi ………………………........3
2.1.3 Metode Penyusunan Anggaran Laba Rugi ……………………………………4
2.1.4 Metode Menghitung Nilai Persediaan Akhir Barang Jadi................................5
2.1.5 Contoh-Contoh Penyusunan Anggaran Laba Rugi…………………………...7
BAB 3……………………………………………………………………………………21
PENUTUP……………………………………………………………………………….22
Kesimpulan…………………………………………………………………………...22
Daftar
Pustaka…………………………………………………………………………..............23
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Anggaran laba rugi merupakan salah satu jenis anggaran yang harus dibuat oleh
suatu perusahaan. Adapun anggaran lainnya seperti anggaran piutang, anggaran kas,
anggaran penjualan, dan sebagainya. Mengapa perusahaan harus membuat anggaran
laba rugi? Dengan membuat anggaran laba rugi, perusahaan akan mengetahui
seberapa besar laba yang diterima atau rugi yang akan ditanggung sehingga
perusahaan dapat membuat rencana program untuk mengelola keuangannya dengan
baik.
Jika perusahaan tidak membuat anggaran laba rugi tentu saja perusahaan tidak
akan mendapatkan informasi laba atau rugi yang diterima, dan anggaran-anggaran
lain yang sudah dibuat oleh perusahaan sebelum anggaran laba rugi menjadi tidak
berguna. Karenanya sangat penting untuk Anda dapat membuat anggaran laba rugi.
Layaknya membuat laporan laba rugi yang membutuhkan informasi lain, untuk
membuat anggaran laba rugi Anda juga harus menyiapkan informasi-informasi lain.
Seperti yang sudah disebutkan di atas, anggaran laba rugi tidak terlepas dari
anggaran-anggaran lain. Informasi dari anggaran yang sudah dibuat sebelum
anggaran laba rugi tersebutlah yang akan menjadi informasi atau dasar untuk
membuat anggaran laba rugi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Anggaran Laba Rugi?
2. Mengapa perusahaan memerlukan Anggaran Laba Rugi?
3. Apa akibat jika tidak disusunnya Anggaran Laba Rugi?
4. Sebutkan sumber-sumber informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan
Anggaran Laba Rugi?
5. Hal apa saja yang mempengaruhi saat penyusunan Anggaran Laba Rugi?
6. Apa saja metode penyusunan Anggaran Laba Rugi?
7. Apa saja metode penghitung biaya persediaan akhir barang jadi dalam
penyusunan Anggaran Laba Rugi?
8. Bagaimana contoh penyusunan Anggaran Laba Rugi?

C. Tujuan Penulisan
Penyusunan anggaran laba rugi bertujuan memberikan informasi kepada pihak
manejemen tentang perkiraan laba rugi bersih yang akan di tanggung oleh perusahaan
dalam satu periode anggaran. Informasi-informasi yang dibutuhkan dalam
penyusuunan anggaran laba rugi dari anggaran-anggaran yang telah disusun
sebelumnya.

D. Manfaat Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian Anggaran Laba Rugi
2. Untuk mengetahui penerapan Anggaran Laba Rugi pada perusahaan.
3. Untuk mengetahui dampak jika tidak disusunnya Anggaran Laba Rugi oleh
perusahaan.
4. Untuk mengetahui cara perusahaan dalam penyusunan Anggaran Laba Rugi.
5. Untuk mengetahui sumber-sumber informasi dalam penyusunan Anggaran Laba
Rugi.
6. Untuk mengetahui metode-metode dalam penyusunan Anggaran Laba Rugi.
7. Untuk mengetahui metode-metode biaya persediaan akhir barang jadi.
8. Untuk mengetahui contoh penyusunan Anggaran Laba Rugi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Anggaran Laba Rugi

Anggaran Laba Rugi merupakan rencana laba atau rugi yang akan diperoleh dari anggaran
penjualan, produksi, beban operasional, biaya produksi yang akan ditanggung perusahaan atau
entitas pada satu periode anggaran. Secara sederhana, anggaran laba rugi adalah jumlah laba dan
atau rugi yang ingin diperoleh oleh perusahaan.
Anggaran Laba Rugi adalah anggaran yang merencanakan keadaan keuangan sebuah
perusahaan pada suatu periode mendatang.

Sumber :
https://www.jurnal.id/id/blog/2018-ketahui-3-metode-menyusun-anggaran-laba-rugi-untuk-bisnis-
anda/
http://rifaldianggaran.blogspot.com/2013/12/anggaran-laba-rugi.html

2.1.1 Penyusunan Anggaran Laba Rugi


Penyusunan anggaran laba rugi bertujuan memberikan informasi kepada pihak
manejemen tentang perkiraan laba rugi bersih yang akan di tanggung oleh perusahaan dalam satu
periode anggaran. Informasi-informasi yang dibutuhkan dalam penyusuunan anggaran laba rugi
dari anggaran-anggaran yang telah disusun sebelumnya.
Dibawah ini adalah sumber-sumber informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan anggaran
laba rugi :
1. Anggaran penjualan.
menyediakan informasi tentang perkiraan nilai penjualan dalam satu periode anggaran
2. Anggaran produksi
menyediakan informasi tentang nilai persediaan awal dan akhir barang jadi yang akan
digunakan dalam perhitungan beban pokok penjualan di anggaran laba rugi
3. Anggaran biaya produksi
menyediakan informasi tentang produksi dalam satu periode anggaran. Biaya produksi
barang jadi meliputi biaya pemakaian bahan baku langsung, dan biaya tenaga kerja
lansung, dan biaya overhead produksi. Informasi ini diperlukan untuk menghitung beban
pokok penjualan dalam anggaran laba rugi.
4. Anggaran beban operasi
menyediakan informasi tentang perkiraan nilai beban penjualan dan administrasi
perusahaan.
5. Anggaran pajak penghasilan badan / Tarif pajak penghasilan badan
tarif pajak badan diperlukan untuk menentukan jumlah beban pajak penghasilan yang
harus ditanggung oleh peusahaan dalam satu periode anggaran.

6. Anggaran kas
menyediakan informasi tentang beban bunga,pendapatan bunga,dan beban piutang tak
tertagih.
Sumber : Buku Anggaran Penulis Catur Sasongko, Safrida Rumondang Parulian Penerbit
Salemba Empat
2.1.2 Dampak Tidak Disusunnya Anggaran Laba Rugi

Jika perusahaan tidak menyusun Anggaran Laba Rugi, maka perusahaan tidak akan mendapat
informasi laba atau rugi yang akan diterima atau ditanggung dari target yang diinginkan dari
anggaran-anggaran yang telah dibuat atau dalam satu periode anggaran, sehingga anggaran-
anggaran yang telah dibuat sebelum anggaran laba-rugi akan menjadi sia-sia. Dan jika sewaktu-
waktu perusahaan mengalami kerugian, perusahaan tersebut tidak dapat mengantisipasi terhadap
kerugian perusahaan itu tersebut.

Sumber :
http://dandymurriansyahputra.blogspot.com/2013/12/anggaran-laba-rugi.html
http://rifaldianggaran.blogspot.com/2013/12/anggaran-laba-rugi.html

2.1.3 Metode Penyusunan Anggaran Laba Rugi

1. Metode A Posteriori
Metode ini merupakan metode penyusunan anggaran laba dengan cara menetapkan laba
sesudah proses penetapan rencana keseluruhan tidak terkecuali juga penyusunan anggaran
operasional. metode penyusunan anggaran laba dimana jumlah laba ditetapkan sesudah proses
penetapan rencana (planning) keseluruhan, termasuk penyusunan anggaran operasional.
Anggaran laba merupakan bagian dari keseluruhan perencanaan itu sendiri. Laba usaha akan
diketahui dengan sendirinya setelah anggaran operasional disusun perusahaan. Itu berarti,
metode ini menggunakan anggaran penjualan sebagai titik tolak penyusunan anggaran
operasional.
Proses metode A Posteriori itu berarti, dengan metode A Posteriori, prosedur
penyusunan anggaran laba dimulai dengan menyusun anggaran penjualan, lalu dilanjutkan
dengan anggaran produksi, anggaran biaya bahan baku, anggaran biaya tenaga kerja langsung
dan anggaran biaya operasional. Setelah seluruh anggaran operasional tersebut disusun,
kemudian digabungkan menurut format anggaran laba diatas, maka akan menghasilkan anggaran
laba dengan sendirinya. Artinya, perusahaan tidak menetapkan anggaran laba dari awal
penyusunan anggaran, tetapi anggaran laba disusun setelah seluruh anggaran operasional
ditetapkan. Dan laba dianggarkan merupakan hasil akhir dari seluruh anggaran operasional
tersebut.

2. Metode A Priori
Metode penyusunan anggaran laba ini berseberangan dengan metode a posteriori. Pada
metode ini jumlah laba yang diinginkan ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses perencanaan
secara keseluruhan. metode penyusunan anggaran laba dimana jumlah laba ditentukan terlebih
dulu pada awal proses perencanaan (planning) secara keseluruhan. Berdasarkan jumlah laba yang
telah ditentukan tersebut, perusahaan membuat anggaran komprehensif. Jumlah laba yang
ditetapkan pada awal proses perencanaan, akan berpengaruh secara langsung terhadap seluruh
anggaran operasional. Berarti, metode ini menggunakan anggaran laba sebagai titik tolak
penyusunan anggaran operasional.
Proses metode A Priori jadi dengan metode A Priori, laba ditetapkan pada tahap awal
proses perencanaan, dan berdasarkan laba yang dianggarkan tersebut, perusahaan membuat
anggaran operasional. Tetapi anggaran operasional perusahaan dapat pula disusun terlebih dulu,
kemudian disusun anggaran laba berdasarkan anggaran operasional tersebut. Jika jumlah laba
yang dihasilkan di dalam anggaran tersebut tidak sesuai dengan jumlah yang dikehendaki
perusahaan, maka anggaran operasionalnya diubah dan disesuaikan lagi supaya target laba yang
telah ditetapkan dapat tercapai.

3. Metode Pragmatis
Metode pragmatis adalah metode penyusunan anggaran laba di mana jumlah laba yang
direncanakan berdasarkan standar tertentu yang sudah diuji secara empiris. Dengan
menggunakan suatu tingkat target laba yang diperoleh dari pengalaman, pengharapan atau
perbandingan, pihak manajemen menetapkan standar laba relatif yang dianggap memadai bagi
perusahaannya.
Proses metode Pragmatis menyusun anggaran laba dengan metode pragmatis dapat
dimulai dengan menetapkan laba yang ingin diraih terlebih dulu, dan kemudian diikuti dengan
menyusun anggaran operasional, atau dimulai dengan menyusun anggaran penjualan terlebih
dulu dan diikuti anggaran operasional lainnya, yang akan berujung pada anggaran laba. Titik
tolak penyusunan anggaran didasarkan pada pengalaman, perbandingan atau suatu standar
tertentu yang dianggap layak bagi perusahaan.

Perbedaan Pokok Ketiga Metode


Jadi perbedaan pokok dari metode pragmatis dan metode a posteriori dan metode a priori
terletak pada titik tolak penyusunan anggaran laba. Titik tolak anggaran laba dengan metode a
posteriori dimulai dengan volume penjualan yang disusul dengan anggaran operasional lainnya,
sedangkan metode pragmatis dan metode a posteriori menggunakan jumlah laba yang
diinginkan sebagai titik tolak.
Perbedaan Pokok Metode A Priori dan Metode Pragmatis
Titik tolak anggaran laba dengan metode a priori dimulai dengan laba yang ditargetkan
terlebih dulu, yang disusul dengan anggaran operasional lainnya.Perbedaan pokok antara metode
pragmatis dan metode a priori adalah dari mana munculnya jumlah atau nilai rupiah laba yang
menjadi titik tolak penyusunan seluruh anggaran tersebut. Metode pragmatis menetapkan laba
yang ditargetkan untuk dicapai berdasarkan pengalaman masa sebelumnya. Sedangkan metode
A Priori menggunakan laba yang memang dicanangkan tanpa dasar pengalaman sebelumnya.

Sumber :
https://www.jurnal.id/id/blog/2018-ketahui-3-metode-menyusun-anggaran-laba-rugi-untuk-bisnis-
anda/
eprints.binadarma.ac.id

2.1.4 Metode Menghitung Nilai Persediaan Akhir Barang Jadi


Salah satu informasi yang disajikan dalam anggaran produksi adalah kuantitas persediaan
barang jadi yang akan dipegang oleh persediaan di akhir periode atau yang biasa kita kenal
sebagai persediaan akhir barang jadi. Perhitungan biaya persediaan akhir barang jadi
memerlukan informasi tentang asumsi arus biaya persediaan ( cost flow assumption ) yang
digunakan oleh perusahaan.
Dua asumsi arus biaya persediaan yang dibahas dalam buku ini adalah :
1. FIFO ( first in, first out )
2. Average
Metode FIFO mengasumsikan bahwa biaya persediaan barang jadi yang diproduksi
pertama kali dalam satu periode akan menjadi beban pokok penjualan untuk barang jadi yang
dijual pertama dalam periode yang sama.
Jika perusahaan menggunakan metode FIFO, maka biaya persediaan akhir barang jadinya
berasal dari persediaan barang jadi yang terakhir dibuat dalam suatu periode.
Metode Average mengasumsikan bahwa biaya persediaan akhir barang jadi adalah biaya
rata-rata yang diperoleh dari biaya produksi yang dikeluarkan dalam suatu periode dan biaya
persediaan barang jadi awal yang sudah tersedia di awal periode.
Berikut ini adalah ilustrasi yang menyajikan perbedaan cara perhitungan biaya persediaan
akhir barang jadi dengan menggunakan metode FIFO dan average.

Contoh 6.1
Anggaran Produksi PT. ABC untuk bulan Juli 2008 adalah sebagai berikut.

Penjualan (unit) 1.600


Ditambah: Persediaan akhir barang jadi (unit) 400
Total barang jadi yang dibutuhkan (unit) 2.000
Dikurangi: Persediaan awal barang jadi (unit) 200
Jumlah barang jadi yang akan diproduksi 1.800
Total biaya persediaan barang jadi pada 1 Juli 2008 adalah Rp 40.000.000 atau Rp
200.000 per unit. Biaya produksi per unit untuk setiap barang jadi yang diproduksi di bulan Juli
2008 adalah Rp 220.000.
Berdasarkan anggaran produksi dan informasi tentang biaya persediaan per unit PT.
ABC, hitunglah biaya persediaan akhir barang jadi dengan menggunakan metode arus biaya:
1. FIFO
2. Average
METODE FIFO
Langkah 1
Jika menggunakan metode FIFO, maka biaya persediaan akhir barang jadi berasal dari biaya
barang jadi yang terakhir dibuat pada suatu periode. Pada contoh PT. EFG, biaya produksi per
unit barang jadi untuk bulan Juli sebesar Rp 210.000 per unit sehingga untuk setiap unit barang
jadi yang ada di akhir bulan Juli 2008 akan memiliki biaya per unit sebesar Rp 220.000.
Langkah 2
Dari anggaran produksi, diketahui bahwa jumlah persediaan barang jadi (unit) adalah 400 unit.
Jadi, total biaya persediaan akhir barang jadi adalah Rp 88.000.000, yang diperoleh dengan
mengalikan persediaan barang jadi (400 unit) dengan biaya produksi per unitnya (Rp 220.000).
METODE AVERAGE
Langkah 1
Jika meggunakan metode average, kita harus menghitung terlebih dahulu total biaya produksi
untuk bulan Juli dan total biaya persediaan awal barang jadi.
Biaya produksi bulan Juli Rp 396.000.000 (Rp 220.000 x 1.800 unit) dan nilai keseluruhan
persediaan barang jadi awal sebesar Rp 40.000.000 (200 unit x Rp 200.000).
Langkah 2
Tambahkan jumlah unit barang jadi yang diproduksi di bulan Juli (1.800 unit) dengan jumlah
unit persediaan awal barang jadi (200 unit).
Kemudian, jumlahkan juga biaya produksi bulan Juli (Rp 396.000.000) dengan total biaya
persediaan awal barang jadi (Rp 40.000.000) untuk memperoleh total biaya persediaan barang
jadi yang tersedia untuk dijual di bulan Juli.
Unit Biaya
Produksi bulan Juli 1.800 Rp 396.000.000
Persediaan barang jadi awal 200 Rp 40.000.000
Persediaan barang jadi 2.000 Rp 436.000.000
tersedia untuk dijual
Langkah 3
Hitunglah biaya per unit persediaan barang jadi yang tersedia untuk dijual dengan cara membagi
total biaya persediaan barang tersedia untuk dijual dengan jumlah unit persediaan akhir tersedia
untuk dijual, dalam contoh Rp 436.000.000 ÷ 2.000 unit = Rp 218.000.
Biaya per unit persediaan barang jadi yang tersedia untuk dijual akan menjadi biaya per unit
untuk persediaan akhir barang jadi.

Langkah 4
Nilai akhir persediaan barang jadi diperoleh dengan mengalikan jumlah persediaan akhir barang
jadi dengan biaya per unit persediaan barang jadi tersedia untuk dijual, pada contoh ini adalah Rp
218.000 x 400 unit = Rp 87.200.000.
Sumber : Buku Anggaran Penulis Catur Sasongko, Safrida Rumondang Parulian Penerbit
Salemba Empat

2.1.5 Contoh-Contoh Penyusunan Anggaran Laba Rugi


Contoh 6.2
Berikut ini adalah informasi yang dibutuhkan oleh PT Abadi Raya untuk menyusun
anggaran laba rugi bulan Oktober 2008.
1. Anggaran produksi bulan Oktober 2008 menyajikan informasi berikut.

Penjualan dalam unit 6.000


Ditambah: Persediaan akhir barang jadi 1.800
Total barang jadi yang dibutuhkan 7.800
Dikurangi: Persediaan awal barang jadi 1.400
Jumlah barang jadi yang akan diproduksi 6.400
2. Harga jual barang jadi per unit selama bulan Oktober 2008 diperkirakan sebesar Rp
100.000.
3. Perusahaan menggunakan metode rata-rata (average) dalam menghitung biaya persediaan
dan beban pokok penjualan.
4. Total biaya persediaan barang jadi per 1 Oktober sebesar Rp 84.000.000.
5. Biaya produksi selama bulan Oktober diperkirakan sebesar Rp 391.800.000.
6. Pajak penghasilan diperkirakan sebesar 30%.
7. Beban penjualan untuk bulan Oktober diperkirakan sebesar Rp 40.000.000.
8. Beban umum dan administrasi untuk bulan Oktober diperkirakan sebesar Rp 25.000.000.
9. Beban bunga bulan Oktober diperkirakan sebesar Rp 26.000.000.
Langkah 1
Buatlah format anggaran laba rugi PT Abadi Raya
PT Abadi Raya
Anggaran Laba Rugi
Untuk Periode yang Berakhir pada 31 Oktober 2008

Penjualan
Beban Pokok Penjualan
Saldo awal persediaan barang jadi
Biaya produksi
Persediaan barang jadi tersedia untuk dijual
Dikurangi: Persediaan akhir barang jadi
Beban pokok penjualan
Laba kotor yang dianggarkan
Beban operasi
Beban penjualan
Beban administrasi
Laba operasi yang dianggarkan
Pendapatan dan beban lain-lain
Beban bunga
Laba sebelum pajak penghasilan
Perkiraan beban pajak penghasilan
Laba bersih yang dianggarkan

Langkah 2
PT Abadi Raya
Anggaran Laba Rugi
Untuk Periode yang Berakhir pada 31 Oktober 2008
Masukkan perkiraan nilai penjualan untuk bulan Oktober ke dalam format anggaran penjualan.
Nilai penjualan diperoleh dengan mengalikan jumlah barang jadi yang diperkirakan akan dijual
selama bulan Oktober dengan harga jual per unitnya.
Pada contoh ini, penjualan bulan Oktober sebesar Rp 600.000.000 (Rp 100.000 x 6.000 unit ).
Penjualan 600.000.000
Beban Pokok Penjualan
Saldo awal persediaan barang jadi
Biaya produksi
Persediaan barang jadi tersedia untuk dijual
Dikurangi: Persediaan akhir barang jadi
Beban pokok penjualan
Laba kotor yang dianggarkan
Beban operasi
Beban penjualan
Beban administrasi
Laba operasi yang dianggarkan
Pendapatan dan beban lain-lain
Beban bunga
Laba sebelum pajak penghasilan
Perkiraan beban pajak penghasilan
Laba bersih yang dianggarkan

Langkah 3
PT Abadi Raya
Anggaran Laba Rugi
Untuk Periode yang Berakhir pada 31 Oktober 2008
Masukkan data-data yang telah diberikan pada contoh soal ke dalam format anggaran laba rugi.
Informasi yang telah diberikan adalah biaya persediaan barang jadi awal, biaya produksi, beban
penjualan, beban umum dan administrasi, serta beban bunga untuk bulan Oktober 2008.

Penjualan 600.000.000
Beban Pokok Penjualan
Saldo awal persediaan barang jadi 84.000.000
Biaya produksi 391.800.000
Persediaan barang jadi tersedia untuk dijual
Dikurangi: Persediaan akhir barang jadi
Beban pokok penjualan
Laba kotor yang dianggarkan
Beban operasi
Beban penjualan 40.000.000
Beban administrasi 25.000.000
Laba operasi yang dianggarkan
Pendapatan dan beban lain-lain
Beban bunga 26.000.000
Laba sebelum pajak penghasilan
Perkiraan beban pajak penghasilan
Laba bersih yang dianggarkan

Langkah 4
Hitung nilai persediaan akhir barang jadi, setelah itu hasilnya dimasukkan ke format anggaran
laba rugi.
Berikut ini adalah perhitungan nilai persediaan akhir barang jadi dengan menggunakan asumsi
arus biaya rata-rata.

Unit Biaya (Rp)


Produksi bulan Oktober 6.400 unit Rp 391.800.000
Persediaan barang jadi awal 1.400 unit Rp 84.000.000
Persediaan barang jadi 7.800 unit Rp 475.800.000
tersedia untuk dijual

Biaya rata-rata persediaan untuk dijual sebesar Rp 61.000 (Rp 475.800.000 ÷ 7.800 unit).
Adapun biaya persediaan akhir barang jadi adalah Rp 109.800.000 (Rp 61.000 x 1.800 unit).
PT Abadi Raya
Anggaran Laba Rugi
Untuk Periode yang Berakhir pada 31 Oktober 2008

Penjualan 600.000.000
Beban Pokok Penjualan
Saldo awal persediaan barang jadi 84.000.000
Biaya produksi 391.800.000
Persediaan barang jadi tersedia untuk dijual
Dikurangi: Persediaan akhir barang jadi 109.800.000
Beban pokok penjualan
Laba kotor yang dianggarkan
Beban operasi
Beban penjualan 40.000.000
Beban administrasi 25.000.000
Laba operasi yang dianggarkan
Pendapatan dan beban lain-lain
Beban bunga 26.000.000
Laba sebelum pajak penghasilan
Perkiraan beban pajak penghasilan
Laba bersih yang dianggarkan

Langkah 5
Hitunglah beban pokok penjualan, laba kotor, laba operasi, pendapatan (beban) lain-lain, dan
laba sebelum pajak penghasilan. Perhatikan operasi penambahan atau pengurangan untuk
memperoleh informasi-informasi di atas.
PT Abadi Raya
Anggaran Laba Rugi
Untuk Periode yang Berakhir pada 31 Oktober 2008

Penjualan 600.000.000
Beban Pokok Penjualan
Saldo awal persediaan barang jadi 84.000.000
Biaya produksi 391.800.000
Persediaan barang jadi tersedia untuk dijual 475.800.000
Dikurangi: Persediaan akhir barang jadi 109.800.000
Beban pokok penjualan 366.000.000
Laba kotor yang dianggarkan 234.000.000
Beban operasi
Beban penjualan 40.000.000
Beban administrasi 25.000.000 65.000.000
Laba operasi yang dianggarkan 169.000.000
Pendapatan dan beban lain-lain
Beban bunga 26.000.000 26.000.000
Laba sebelum pajak penghasilan 143.000.000
Perkiraan beban pajak penghasilan
Laba bersih yang dianggarkan

Langkah 6
Hitunglah Perkiraan beban pajak penghasilan yang diperoleh dengan mengalikan laba sebelum
pajak penghasilan dengan tarif pajak penghasilan badan.
Pada contoh ini, perkiraan pajak penghasilan badan adalah Rp 42.900.000 (Rp 143.000.000 x
30%).

PT Abadi Raya
Anggaran Laba Rugi
Untuk Periode yang Berakhir pada 31 Oktober 2008
Penjualan 600.000.000
Beban Pokok Penjualan
Saldo awal persediaan barang jadi 84.000.000
Biaya produksi 391.800.000
Persediaan barang jadi tersedia untuk dijual 475.800.000
Dikurangi: Persediaan akhir barang jadi 109.800.000
Beban pokok penjualan 366.000.000
Laba kotor yang dianggarkan 234.000.000
Beban operasi
Beban penjualan 40.000.000
Beban administrasi 25.000.000 65.000.000
Laba operasi yang dianggarkan 169.000.000
Pendapatan dan beban lain-lain
Beban bunga 26.000.000 26.000.000
Laba sebelum pajak penghasilan 143.000.000
Perkiraan beban pajak penghasilan 42.900.000
Laba bersih yang dianggarkan

Langkah 7
Selesaikan penyusunan anggaran laba rugi dengan menghitung laba bersih yang dianggarkan
dengan mengurangkan laba sebelum pajak penghasilan dengan perkiraan beban pajak
penghasilan.
PT Abadi Raya
Anggaran Laba Rugi
Untuk Periode yang Berakhir pada 31 Oktober 2008

Penjualan 600.000.000
Beban Pokok Penjualan
Saldo awal persediaan barang jadi 84.000.000
Biaya produksi 391.800.000
Persediaan barang jadi tersedia untuk dijual 475.800.000
Dikurangi: Persediaan akhir barang jadi 109.800.000
Beban pokok penjualan 366.000.000
Laba kotor yang dianggarkan 234.000.000
Beban operasi
Beban penjualan 40.000.000
Beban administrasi 25.000.000 65.000.000
Laba operasi yang dianggarkan 169.000.000
Pendapatan dan beban lain-lain
Beban bunga 26.000.000 26.000.000
Laba sebelum pajak penghasilan 143.000.000
Perkiraan beban pajak penghasilan 42.900.000
Laba bersih yang dianggarkan 100.100.000

Sumber : Buku Anggaran Penulis Catur Sasongko, Safrida Rumondang Parulian Penerbit
Salemba Empat

Contoh Ilustrasi Hal-233


Tabel 9-4

Perusahaan Kecap Asli


Harga Pokok Standar Per Botol Kecap Sedang
Tahun Berakhir 31 Desember 2016

Unsur Harga Pokok Produk Pengharga- Pengharga-


pokokan Penuh pokokan Variabel

BBB Kedelai 2 ons @ Rp100 Rp100 Rp200


Gula merah 0,5 ons @ Rp240 Rp120 + Rp120 +
——— ———
Rp320 Rp320
BTKL 0,1 Jam @ Rp500 Rp 50 Rp 50
BOP Variabel 0,1 Jam @ Rp680 Rp 68 Rp 68
BOP Tetap 0,1 Jam @ Rp320 Rp 32 + ---- +
——— ———
Harga Pokok standar per botol kecap Rp 470 Rp438
——— ———

Sebagai ilustrasi penyusunan anggaran laba rugi digunakan data dari Perusahaan Kecap Asli
pada tahun 2016 sebagai berikut :
1. Sediaan produk dalam proses (PDP) awal 10 botol dengan tingkat penyelesaian BBB
80%, BTKL 30%, dan BOP 40%.
2. Anggaran sediaan produk dalam proses (PDP) akhir sebanyak 18 botol dengan tingkat
penyelesaian BBB 100%, BTKL 50% dan BOP 50%.
3. Produk terjual dianggarkan tahun ini 148 botol dengan harga jual per botol Rp 700 = Rp
103.600. Sediaan produk jadi awal 15 botol.
4. Anggaran produk jadi periode ini 182 botol.
5. Harga pokok standar produk kecap per botol seperti terdapat pada Tabel 9-4.
6. Beban usaha dianggarkan setahun Rp 37.826 terdiri atas beban usaha tetap Rp 28.100 dan
beban usaha variable Rp 9.726.

Berdasarkan data tersebut dibuat beberapa perhitungan untuk menyusun anggaran laba rugi.
Langkah Pertama, menghitung sediaan produk jadi akhir sebagai berikut.

Jualan 148 botol


Sediaan produk jadi akhir ? botol +
————
Produk siap dijual 197 botol
Sediaan Produk jadi awal 15 botol -
————
Produk jadi 182 botol
Sediaan produk dalam proses (PDP) akhir 18 botol +
————
Produk dihasilkan/produk diproses 200 botol
Sediaan produk dalam proses (PDP) awal 10 botol -
————
Produk masuk produksi periode ini 190 botol

Tampak pada perhitungan tersebut sediaan produk jadi akhir belum di ketahui. Sediaan produk
jadi dapat diketahui sebanyak 49 botol dengan cara mengurangi produk siap dijual 197 botol
dengan jualan 148 botol.

Langkah Kedua, menghitung unit ekuivalen produk dengan metode masuk pertama keluar
pertama (MPKP) sebagai berikut.

Produk jadi + Ekuivalen PDP Akhir – Ekuivalen PDP Awal


BBB = 182 + (18 x 100%) – (10 x 80%) = 192 botol
BTKL = 182 + (18 x 50%) – (10 x 30%) = 188 botol
BOP = 182 + (18 x 50%) – (10 x 40%) = 187 botol

Langkah Ketiga, menghitung biaya pabrik variabel sebagai berikut.

BBB = 192 botol + Rp 320 = Rp 61.440


BTKL = 188 botol + RP 50 = Rp 9.400
BOPV = 187 botol + Rp 68 = Rp 12.716
Biaya pabrik variabel = Rp 83.556
Langkah Keempat, menghitung sediaan dengan metode pengharga-pokokan penuh (PP) dan
penghargapokokan variabel (PV) sebagai berikut.

Sediaan produk jadi awal


PP = 15 botol x Rp 470 = Rp 7.050
PV = 15 botol x Rp 438 = Rp 6.570

Sediaan produk jadi akhir


PP = 49 botol x Rp 470 = Rp 23.030
PV = 49 botol x Rp 438 = Rp 21.462

Sediaan produk dalam proses awal

PP PV
BBB = 10 x 80% x Rp 320 = Rp 2.560 Rp 2.560
BTKL = 10 x 30% x Rp 50 = Rp 150 Rp 150
BOPV = 10 x 40% x Rp 68 = Rp 272 Rp 272
BOPT = 10 x 40% x Rp 32 = Rp 128 Rp -
———— ————
Rp 3.110 Rp 2.982

Sediaan produk dalam proses akhir

PP PV
BBB = 18 x 100% x Rp 320 = Rp 5.760 Rp 5.760
BTKL = 18 x 50% x Rp 50 = Rp 450 Rp 450
BOPV = 18 x 50% x Rp 68 = Rp 612 Rp 612
BOPT = 18 x 50% x Rp 32 = Rp 288 Rp -
———— ————
Rp 7.110 Rp 6.822

Langkah kelima, menyusun anggaran laba rugi seperti table 9-6

Perusahaan Kecap Asli


Anggaran Laba Rugi
Tahun Berakhir 31 Desember 2016

Keterangan Penghargapokokan
Penuh Variabel
1. Jualan Rp 103.600 Rp 103.600
2. Biaya pabrik variabel Rp 83.556 Rp 83.556
3. Biaya overhead pabrik tetap Rp 6.400 -
4. Biaya pabrik Rp 89.956 -
5. Sediaan produk dalam proses awal Rp 3.110 Rp 2.982
6. Biaya produksi Rp 93.066 Rp 86.538
7. Sediaan produk dalam proses akhir Rp 7.110 Rp 6.822
8. Harga pokok produk jadi Rp 85.956 Rp 79.716
9. Sediaan produk jadi awal Rp 7.050 Rp 6.570
10. Produk siap dijual Rp 93.006 Rp 86.286
11. Sediaan produk jadi akhir Rp 23.030 Rp 21.462
12. Harga pokok produk terjual Rp 69.976 Rp 64.824
13. Laba kotor/margin kontribusi kotor Rp 33.624 Rp 38.776
14. Beban usaha variabel Rp 9.726 Rp 9.726
15. Margin kontribusi bersih - Rp 29.050
16. Beban usaha tetap Rp 28.100 Rp 28.100
17. Biaya overhead pabrik tetap - Rp 6.400
18. Biaya tetap - Rp 34.500
19. Rugi (Rp 4.202) (Rp 5.450)

Tampak pada Tabel 9-6 terdapat selisih rugi Rp 1.248, yaitu Rp 4.202 – Rp 5.450. Penyebab
selisih rugi Rp 1.248 tersebut adalah selisih sediaan antara metode penghargapokokan penuh dan
metode penghargapokokan variabel dengan perhitungan sebagai berikut.

Sediaan metode penghargapokokan penuh:


Sediaan produk dalam proses awal Rp 3.110
Sediaan produk jadi awal Rp 7.050
Sediaan awal Rp 10.160

Sediaan produk dalam transaksi Rp 7.110


Sediaan produk jadi akhir Rp 23.030
Sediaan akhir Rp 30.140
Selisih sediaan penghargapokokan penuh Rp 19.980
Sediaan metode penghargapokokan variabel:
Sediaan produk dalam proses awal Rp 2.982
Sediaan produk jadi awal Rp 6.570
Sediaan awal Rp 9.552

Sediaan produk dalam transaksi Rp 6.822


Sediaan produk jadi akhir Rp 21.462
Sediaan akhir Rp 28.284
Selisih sediaan penghargapokokan variabel Rp 18.732
Selisih sediaan Rp 1.248

Anggaran laba rugi metode penghargapokokan variabel seperti tampak pada Tabel 9-6 dapat
dibuat dalam bentuk singkat seperti Tabel 9-7

Perusahaan Kecap Asli


Anggaran Laba Rugi
Tahun Berakhir 31 Desember 2016

Jualan 148 botol Rp 700 = Rp 103.600


Biaya Variabel 148 botol x Rp? = Rp__?____
Margin kontribusi = Rp 29.050
Biaya tetap = Rp 34.500
Rugi = Rp 5.450

Pada Tabel 9-7 tampak jumlah biaya variabel dan biaya variabel per botol belum diketahui.
Jumlah biaya variabel Rp 74.550 dapat diketahui dengan cara jualan Rp 103.600 dikurangi
margin kontribusi Rp 29.050. Dengan demikian biaya variabel per botol = Rp 74.550 : 148 botol
= Rp 503,71622.
Biaya variabel per botol dapat juga dihitung sebagai berikut.

Harga pokok per botol (Tabel 9-4) = Rp 438,00000


Beban usaha variabel Rp 9.726 ÷ 148 botol = Rp 65,71622 +
Biaya variabel per botol = Rp 503,71622

Sumber : Nafarin, M. (2007), Penganggaran Perusahaan. Jakarta: Salemba Empat.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Anggaran Laba rugi merupakan rencana laba rugi yg di peroleh dari anggaran penjualan,
produksi, beban operasional dan biaya produksi
Dengan adanya penyusunan anggaran laba rugi ini memberikan informasi kepada pihak
manajemen tentang perkiraan laba atau rugi bersih yang akan ditanggung oleh perusahaan dalam
satu periode anggaran.
Secara sederhana, anggaran laba rugi adalah jumlah laba atau rugi yang ingin di peroleh
oleh perusahaan.

Daftar Pustaka
https://www.jurnal.id/id/blog/2018-ketahui-3-metode-menyusun-anggaran-laba-rugi-untuk-bisnis-
anda/
http://rifaldianggaran.blogspot.com/2013/12/anggaran-laba-rugi.html
Buku Anggaran Penulis Catur Sasongko, Safrida Rumondang Parulian Penerbit Salemba Empat
http://dandymurriansyahputra.blogspot.com/2013/12/anggaran-laba-rugi.html
eprints.binadarma.ac.id
Nafarin, M. (2007), Penganggaran Perusahaan. Jakarta: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai