Anda di halaman 1dari 29

Makalah

Anggaran Operasional
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Penganggaran

Dosen Pengampu: Wenni Anggita,S.E,M.Si.

Disusun Oleh:

Kelompok 3

1. Muhammad Maulana 301-15-11-057


2. Nanda Stivana 301-15-11-060
3. Nurul Maidah 301-15-11-064
4. Padhila Aprilia 301-15-11-065

Kelas : 5 Akuntansi 2

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayah kepada kita semua, sehingga berkat karunia-Nya penyusun
dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul ”Anggaran operasional”. Makalah
ini disusun dari bersumber dari buku perpustakaan. Dalam penyusunan makalah
ini, penyusun tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada:
1. Ibu Wenni Anggita,S.E.,M.Si. selaku Dosen mata kuliah Penganggaran.
2. Serta teman-teman yang telah membantu dan mendukung terselesaikannya
makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini penyusun menyadari bahwa penyusunan
makalah ini masih ada beberapa kekurangan, untuk itu pembaca diharapkan dapat
memberikan kritikan yang bersifat membangun untuk kedepannya. Penyusun
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun sendiri maupun
kepada pembaca umumnya, khususnya Mahasiswa Universitas Bangka Belitung.

Balunijuk, September 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................... iii

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah.............................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................... 2

PEMBAHASAN

2.1 Sistematika Anggaran ................................................................................. 3


2.2 Anggaran Operasional Bulanan ................................................................ 13

PENUTUP

3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 25


3.2 Saran.......................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 26

iii
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Salah satu hal yang penting bagi suatu perusahaan yaitu penyusunan
anggaran. Proses ini merupakan pembuatan rencana kerja dalam jangka waktu
satu tahun, yang dinyatakan dalam satuan moneter dan satuan kuantitatif
orang lain. Penyusunan anggaran sering diartikan sebagai perencanaan laba.
Dalam perencanaan laba, manajemen menyusun rencana operasional yang
dinyatakan dalam laporan laba rugi jangka pendek dan jangka panjang, neraca
kas dan modal kerja yang diproyeksikan di masa yang akan datang. Jika
misalnya perusahaan ingin membangun gedung baru, maka terlebih dulu
dibuat rencana biaya yang telah disusun sebelum proyek dilaksanakan. Bagian
penjualan dan pemasaran mempunyai peranan penting dalam mempertahankan
kelangsungan hidup perusahaan.
Berdasarkan hal tersebut, manajemen harus berupaya sebaik-baiknya agar
seluruh kegiatan opeasional perusahaan dapat berjalan secara efektif dan
efisien demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, yaitu memperoleh laba
dan untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Agar tujuan
tersebut dapat tercapai, manajemen bertumpu pada fungsi perencanaan dan
pengendalian. Salah satu cara yang dapat yang dapat digunakan manajemen
untuk melaksanakan fungsi-fungsi tersebut adalah dengan mengunakan
anggaran.
Pembahasan dalam makalah ini memfokuskan pada anggaran operasional
suatu perusahaan. Anggaran operasional itu sendiri merupakan kuantifikasi
rencana-rencana pemasaran, produksi dan keuangan yang dipakai untuk
membuat tujuan bagi pendapatan, biaya, aktiva, kewajiban, dan kegiatan
usaha lainnya. Anggaran operasional mencakup semua aktivitas utama
perusahaan di dalam proses menghasilkan produk dan penjualan produk yang
menjadi sumber utama pendapatan perusahaan.

1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sistematika anggaran dalam penyusunan anggaran
operasional?
2. Bagaimana anggaran operasional bulanan?

1.3 Tujuan Penulisan


Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Penganggaran dan diharapkan makalah ini dapat memberikan penjelasan
mengenai anggaran operasional dan bermanfaat bagi para pembaca.

2
PEMBAHASAN

2.1 SISTEMATIKA ANGGARAN


Anggaran parsial adalah anggaran yang terdiri dari satu jenis atau
kelompok kegiatan tertentu saja, misalnya anggaran penjualan, anggaran biaya
pemasaran saja, anggaran biaya administrasi saja dan sebagainya. Sedangkan
anggaran komprehensif adalah keseluruhan anggaran yang terdiri dari
gabungan anggaran-anggaran parsial di dalam suatu periode waktu tertentu.
Salah satu bagian yang penting dan berpengaruh terhadap anggaran
komprehensif yang akan disusun perusahaan adalah anggaran operasional.
Karena anggaran operasional merupakan faktor dari keseluruhan anggaran
yang akan disusun perusahaan.
Anggaran operasional adalah rencana kerja yang mencakup semua
kegiatan utama perusahan dalam memperoleh pendapatan di dalam suatu
periode tertentu.
Anggaran operasional mencakup semua aktivitas utama perusahaan di
dalam proses menghasilkan produk dan penjualan produk yang menjadi
sumber utama pendapatan perusahaan. Anggaran operasional mencakup:
1. Anggaran penjualan
2. Anggaran produksi
3. Anggaran pembelian bahan
4. Anggaran biaya tenaga kerja
5. Anggaran biaya overhead
6. Anggaran biaya pemasaran
7. Anggaran biaya administrasi dan umum
8. Anggaran laba

Anggaran operasional merupakan bentuk sederhana dari anggaran


komprehensif. Anggaran operasional merupakan miniatur dari anggaran
komprehensif. Karena anggaran operasional mencakup semua aktivitas utama
perusahaan di dalam suatu periode tertentu. Dan diantara satu anggaran parsial
dengan anggaran parsial lainya memiliki keterkaitan.

3
Karena anggaran harus disusun secara sistematis agar pihak pembaca
anggaran lebih mudah mengerti dan agar terlihat hubungan antara satu bagian
dengan bagian lainya, maka di dalam menyusun anggaran harus mengikuti
serangkaian langkah yang harus dilewati secara bertahap agar lebih mudah
dan jelas.

Fase-fase yang hraus dilewati di dalam menyusun anggaran suatu


perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan data penjualan-penjualan tahun-tahun sebelumnya dan


mempertimbangkan berbagai faktor eksternal yang relevan, seperti tingkat
inflasi, daya beli masyarakat, perubahan selera konsumen dan sebagainya,
perusahaan membuat ramalan penjualan. Ramalan penjualan tersebut
berupa serangkaian prediksi penjualan dimasa mendatang dan pangsa pasar
yang dpat diambil oleh perusahaan dagang dengan mempetimbangkan
faktor-faktor internal dan eksternal. Berdasarkan ramalan penjualan
tersebut, perusahaan menyusun anggaran penjualan. Yaitu rencana kerja
yang berkaitan dengan aktivitas penjualan. Rencana tersebut berupa volume
penjualan yang ingin dicapai perusahaan dalam satu kurun waktu tertentu
untuk setiap jenis produk yang dihasilkan untuk setiap wilayah pemasaran,
untuk setiap kelompok konsumen dan untuk setiap wiraniaga yang dimiliki
perusahaan.
Anggaran penjualan merupakan dasar penyusunan anggaran lainnya dan
umumnya disusun terlebih dahulu sebelum menyusun anggaran lainnya.
Oleh karena itu, anggaran penjualan sering disebut dengan anggaran kunci.
Berhasil tidaknya sebuah perusahaan bergantung pada keberhasilan bagian
penjualan dalam meningkatkan penjualan.
2. Berdasarkan anggaran penjualan tersebut, perusahaan dapat menyusun
anggaran produksi di dalam suatu periode tertentu. Anggaran produksi
tersebut berupa volume barang yang harus dihasilkan perusahaan di dalam
satu periode tertentu. Untuk menentukan jumlah barang yang akan
dihasilkan perusahaan dalam periode tertentu, disamping mengacu pada

4
volume penjualan, perusahaan harus memperhatikan jumlah persediaan
barang pada awal dan akhir periode tersebut. Jadi, anggaran produksi
disusun berdasarkan anggaran penjualan dan anggaran persediaan produk.
3. Dari anggaran produksi, perusahan dapat menentukan jumlah bahan baku
yang dibutuhkan untuk periode tersebut. Jika jumlah bahan baku yang
dibutuhkan di dalam suatu periode tersebut dikaitkan dengan jumlah
persediaan bahan baku awal dan akhir peiode akuntansi tersebut, dapat
disusun anggaran pembelian bahan baku. Jumlah bahan baku yang akan
dibeli pada satu priode anggaran dapat diketahui dengan menyusun
anggaran pembelian bahan baku. Selain itu, anggaran pembelian bahan
baku juga memperlihatkan perkiraan harga bahan baku per unit dan total
nilai pemmbelian bahan baku.
Berdasarkan anggaran produksi tersebut dapat disusun anggaran biaya
tenaga kerja dan anggaran biaya overhead pabrik. Setiap tahunnya,
perusahaan manufaktur harus menyusun anggaran tenaga kerja langsung
yang memperlihatkan jumlah jam tenaga kerja langsung yang dperlukan
berikut upah perjam untuk memproduksi barang jadi dalam suatu priode
anggaran dan Biaya overhead produksi yang merupakan seluruh biaya yang
tidak terkait secara langsung dengan kegiatan produksi barang dan jasa.

Peraga 3.1 fase-fase dalam menyusun anggaran

5
4. Walaupun tidak selalu terkait secara langsung anggaran biaya
operasi/komersial biasanya disusun setelah anggaran penjualan dan produksi
disusun. Anggaran biaya pemasaran biasanya disusun berdasarkan volume
produk yang akan dijual. Karena untuk menentukan besarnya biaya promosi,
biaya angkut penjualan dan sebagainya, sangat dipengaruhi oleh besarnya
volume penjualan yang dicapai. Sedangkan biaya administrasi dan umum,
tidak terkait secara langsung dengan besarnya volume penjualan atau
produksi. Hanya biasanya semakin besar volume produksi dan volume
penjualan akan cenderung mengakibatkan semakin besar pula volume
pekerjan dan biaya administratif dan umum.
5. Berdasarkan gabungan dari keseluruhan anggaran penjualan, anggaran
produksi, anggaran biaya bahan baku, anggaran biaya tenga kerja, anggaran
biaya overhead dan anggaran biaya komersial tersebut dapat dihasilkan
anggaran laba. Penyusunan dan pencapaian laba ini merupakan tujuan utama
dari didirikanya suatu perusahaan.
6. Tahap akhir dari penyusunan anggaran adalah dengan disusunya anggaran
keuangan, yaitu target pencapaian kekayaan perusahaan beserta sumber-
sumbernya pada suatu periode tertentu. Anggaran invetasi disusun
perusahaan berdasarkan rencana perusahan dalam jangka panjang. Anggaran
investasi mencakup rencana investasi perusahaan di dalam periode
mendatang beserta sumber pembiayaan.
7. Dari gabungan anggaran penjualan, anggaran produksi, anggaran biaya
operasi, anggaran investasi dapat disusun anggaran kas yang merupakan
rencana penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan di dalam suatu periode
tertentu.
8. Dan tahap akhir dapat disusun anggaran neraca yang merupakan taksiran
kondisi keuangan perusahan pada suatu periode tertentu berdasarkan
gabungan dari berbagai macam anggaran yang telah disusun sebelumnya.

6
Ilustrasi:

PT. Alaskakindo adalah sebuah perusahaan produsen sepatu anak yang


berlokasi di Jakarta. Perusahaan ini mengasilkan tiga jenis sepatu anak yang diberi
kode 1A1,2B2,3C3. Ketiga jenis sepatu tersebut menggunakan bahan baku yang
sama, baik jenisnya maupun kualitasnya, yaitu kain, plastik, dan karet. Pada akhir
November 2009, manajemen perusahaan menyusun berbagai data yang relevan
berkaitan dengan rencana pakerja perusahan pada tahun 2010. Pada tahun 2010
perusaaan merencanakan menjual 1A1 sebayak 20.000 unit, 2B2 sebanyak 40.000
unit, 3C3 sebanyak 60.000 unit. Sedangkan harga jual per unit dalah Rp 35.000
untuk 1A1, Rp 32.000 2B2, dan Rp30.000 untuk 3C3.

Diperkirakan persediaan sepatu pada awal tahun 2010 sebanyak 2.010 unit
1A1, 4.000 unit 2B2, 7.000 unit 3C3. Sedangkan persediaan sepatu pada akhir
tahun 2010 yang diinginkan adalah sebanyak 3.500 unit 1A1, 600 2B2, dan 6.000
3C3. Ketiga prosuk tersebut menggunakan bahan baku yang sama, yaitu kain,
plastik dan karet. Setiap 1 unit 1A1 membutuhkan kain sebanyak 0.5 meter,
plastik 0,4 meter dan karet 0,7 meter. Sedangkan setiap 1 unit 2B2 membutuhkan
kain sebanyak 0,5 meter, plastik 0,5 meter dan karet 0,8 meter. Setiap 1 unit 3C3
membutuhkan kain 0,5 meter, plastik 0,6 meter dan 0,9 meter karet. Diperkirakan
harga beli semua bahan baku terseut akan distabil sepanjang tahun 2010
mendatang. Di mana harga beli 1 meter kain sebesar Rp 2.000, harga beli 1 plastik
Rp 3.000 dan harga beli 1 meter karet sebesar Rp 4.000.

Diperkirakan persediaan bahan baku pada awal tahun 2010 sebenarnya


2.250 meter kain, 5.000 meter plastik dan 9.000 meter karet. Sedangkan
persediaan bahan baku yang diinginkan untuk akhir tahun 2010 adalah sebanyak
6.000 meter kain, 8.000 meter plastik dan 7.250 meter karet. Untuk membuat satu
unit 1A1 diperlukan 4 jam kerja langsung, untuk satu unit 2B2 memerlukan 3 jam
kerja langsung, 1unit 3C3 membutuhkan sebanyak 2 jam kerja langsung. Setiap
pekerja langsung dibayar Rp 6.000 per jam kerja. Sedangkan biaya overhead
pabrik ditetapkan sebesar Rp 2.000 per jam kerja langsung.

7
Biaya pemesanan dianggarkan sebesar Rp236.000.000 yang mencakup
anggaran biaya iklan sebesar Rp64.000.000 anggaran gaji dan komisi wiriniaga
sebesar Rp124.000.000 anggaran biaya angkut penjualan sebesar Rp48.000.000.
Sedangkan biaya administrasi dan umum dianggarkan sebesar Rp241.000.000
yang mencakup anggaran gaji direksi sebesar Rp120.000.000, anggaran gaji
pegawai administrasi sebesar Rp60.000.000, anggaran biaya listrik air, dan
telepon sbesar Rp36.000.000 dan anggaran biaya penyusutan aktiva tetap sebesar
Rp25.000.000.

Berdasarkan data diatas dapat disusun anggaran operasionl PT. Alaskakindo untuk
tahun 2010 sebagai berikut:

1. Sesuai dengan tahapan di dalam proses penyusunan anggaran telah diuraikan


sebelumnya bahwa langkah pertama di dalam proses penyusunan anggaran
operasional adalah menyusun anggaran penjualan. Anggaran penjualan yang
merupakan rencana kerja perusahaan di dalam upaya memperoleh
penghasilan, merupakan penjumlahan dari target volume produk yang
diinginkan dijul dikalikan dengan harga jual perunit dari setip jenis produk
tersebut. Pada PT Alaskakindo 1A1yang ditargetkan dijual sebanyak 20.000
unit dikalikan dengan harga jual perunit sebesar Rp35.000 ditambah dengan
target penjualan 2B2 sebanyak 40.000 unit dikalikan dengan harga jual
sebesar Rp 32.000 per unit ditambah dengan target penjualan 3C3 sebesar
60.000 unit yang akan dikalikan dengn harga jual sebesar Rp30.000 per unit.
Sehingga anggaran penjualan ditetapkan nilai sebesar Rp 3.780.000.000.
Tabel 3.1 Anggaran penjualan:

Produk Volume Harga Nilai


1A1 20.000 35.000 700.000.000
2B2 40.000 32.000 1.280.000.000
3C3 60.000 30.000 1.800.000.000
total 3.780.000.000

8
2. Berdasarkan anggaran penjualan yang telah dibuat, dapat disusun anggaran
produksi. Anggaran produksi disusun dengan menjumlahkan volume
penjualan seetip produk yng ada dengan persediaan akhir yang diproyeksikan
dan menguranginya dengan proyeksi persediaan awal dari setiap produk yang
dihasilkan. Itu berarti untuk produk 1A1 yang dianggarkan dijual sebanyak
20.000 unit ditambah dengan prediksi persediaan awal barang yng akhir
Desember 2010 sebesar 3.500 unit dan dikurangi dengan persediaan awal
brang yang diperkirakan sebesar 2.000 unit. Penjumlahan dan pengurangan itu
menghasilkan anggaran produksi sebesar 21.500 unit untuk 1A1. Demikian
pula untuk produk yang lain, anggaran produksinya dihitung dengan cara yang
sama. Berarti untuk produk 2B2 direncanakan diproduksi sebanyak 42.000
unit dan produk 3C3 diproduksi sebanyak 59.000 unit.
Tabel 3.2 Anggaran Produksi

Volume Persediaan Volume


Produk
Penjualan 1/1/2010 31/12/2010 produksi
1A1 20.000 2.000 3.500 21.500
2B2 40.000 4.000 6.000 42.000
3C3 60.000 7.000 6.000 59.000

3. Setelah disusun anggaran produksi, dapat disusun anggaran kebutuhan bahan


baku untuk setiap produk yang ada. Karena setiap jenis produk menggunakan
3 jenis bahan, yaitu kain, plastik, dan karet, maka setiap jenis produk akan
membutuhkan ketiga jenis bahan baku tersebut dalam jumlah yang berbeda.
Produk 1A1 membuthkan 0,5 meter kain, 0,4 meter plastik, dan 0,7 meter
karet. Karena 1A1 diproduksi sebnayak 21.500 unit, maka produk tersebut
membutuhkan kain sebanyak 10.750 meter yang merupakan perkalian antara
21.500 unit dengan 0,5 meter kain. Sedangkan kebutuhan plastik untuk 1A1
adalah sebanyak 8.600 meter (0,4 x 21.500) dan kebutuhan karet sebesar
15.050 meter (0,7 x 21.500). Metode perhitungan yang sama digunakan
produk 2B2, 3C3. Kemudian kebutuhan setiap jenis bahan baku untuk setip

9
jenis produk tersebut dijumlahkan satu dengan lainnya sehingga diketahui
jumlah kebutuhan total untuk setiap jenis bahan baku yang ada. Seperti
kebutuhan kain misalnya, sebesar 61.250 meter yang merupakan penjumlahan
dari 10.750 meter 1A1 dengan 21.000 meter 2B2 dan 29.500 meter 3C3.
Untuk menghitung kebutuhan total dari plastik dan karet, digunakan metode
yang sama.
Tabel 3.3 Anggaran kebutuhan bahan

4. Dari anggaran kebutuhan bahan dapat disusun anggaran pembelian bahan.


Anggaran pembelian bahan dihitung dengan menjumlahkan anggaran
kebutuhan bahan untuk produksi dengan prediksi persediaan bahan pada akhir
periode dan menguranginya dengan persediaan awal periode. Hasil dari
penjumlahan dan pengurangan tersebut, mengahasilkan volume pembelian
bahan yang dianggarkan. Volume pembelian tersebut jika dikalikan dengan
taksiran harga beli dari setiap unit bahan akan menghasilkan anggaran
pembelian bahan baku setiap jenisnya. Berarti jumlah kain yang dibutuhkan
untuk produksi sebesar 61.250 meter tersebut ditambah dengan 6.000 meter
persediaan akhirnya dan dikurangi dengan 2.250 meter persediaan awalnya
akan menghasilkan volume pembelian kain sebesar Rp 65.000 per meter.
Volume tersebut dikalikan dengan taksiran harga beli kain sebesar Rp 2.000
per meter menghasilkan anggaran pembelian kain sebesr Rp 130.000.000. Jika
metode yang sama digunakan untuk menghitung anggaran pembelian plastik
dan karet akan menghasilkan anggaran pembelian bahan baku periode
tersebut.
Tabel 3.4 Anggaran Pembelian Bahan

10
5. Untuk menyusun anggaran tenaga kerja, terkait secara langsung dengan
anggaran pembelian bahan baku. Karena anggaran tenaga kerja dihitung
dengan mengalikan waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan setiap unit
produk dengan total produksi dan mengalikanya lagi dengan tarif per jamnya.
Karena waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi 1A1 dalah 4 jam per
unitnya, sedangkan produksi totalnya adalah sebesar 21.500 unit, maka total
jam kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan 21.500 unit 1A1 tersebut
adalah sebesar 86.000 jam kerja. Dengan tarif sebesar Rp 6.000 per jam, maka
biaya yang dibutuhkan untuk membayar tenaga kerja yang mengerjakan 1A1
sebesar Rp 516.000.000 (86.000 unit x Rp 6.000).Metode yang sama harus
digunakan untuk menghitung biaya tenaga kerja untuk 2B2 dan 3C3 dan
kemudian dijumlahkan untuk mengetahui anggaran tenaga kerja totalnya.

Tabel 3.5 Anggaran Tenaga Kerja

6. Karena tarif biaya overhead ditetapkan berdasarkan rupiah per jam kerja,
maka untuk menghitung anggaran biaya overhead total adalah dengan
menghitung jam kerja total dari setiap jenis produk dangan mengalikanya
dengan tarif biaya overhead per jamnya dari setiap jenis produk yang ada.
Untuk produk 1A1 dibutuhkan jam kerja total sebesar 86.000 jam kerja.
Sedangkan tarif biaya overhead adalah sebesar Rp 2.000 per jam kerja. Maka
biaya overhead untuk 1A1 adalah sebesar Rp 172.000.000 (86.000 X Rp
2.000). Jika metode yang sama diterapkan untuk 2B2 dan 3C3 dan kemudian
hasilnya dijumlahkan, maka akan menghasilkan anggaran biaya overhead
untuk periode tersebut.
Tabel 3.6 Anggaran Biaya Overhead

11
7. Sedangkan biaya komersial yang terdiri dari dari biaya pemasaran dan biaya
administrasi biasanya disusun berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya dan
disesuaikan dengan situasi yang ada serta anggaran lainnya. Anggaran biaya
pemasaran sangat terkait dengan anggaran penjualan. Jumlah volume
penjualan yang dianggarkan akan sangat mempengaruhi besarnya biaya iklan
dan biaya angkut penjualan serta komisi untuk wiraniaga. Sedangkan biaya
administrasi relatif tidak terpengaruh dengan fluktuasi volume penjualan dan
voume produksi. Karena itu, biasanya disusun berdasarkan pengalaman tahun
sebelumnya yang disesuaikan dengan keaadaan saat ini dan mendatang.
Tabel 3.7 Anggaran Biaya Komersial

12
2.2 ANGGARAN OPERASIONAL BULANAN
Pembahasan anggaran operasional tersebut didasarkan pada anggaran
tahunan. Karena untuk memahami hubungan antara anggaran parsial yang satu
dengan anggaran parsial lainya di dalam sistematika anggaran operasional,
lebih mudah jika lebih dahulu dimulai dari anggaran tahunan.
Memang anggaran yang dibuat suatu perusahaan biasanya didasarkan pada
anggaran tahunan. Dan berdasarkan anggaran tahunan yang telah dimiliki
terebut, perusahaan membuat anggaran bulanan yang lebih rinci, sebagai
patokan dasar dalam melaksanakan operasional bulanan perusahaan. Untuk
menyusun anggaran bulanan perusahaan, anggaran tahunan yang telah dibuat
dibagi kedalam 12 bulan yang ada. Tetapi pembagian anggaran tahunan yang
12 bulan tersebut tidak selalu bisa dilakukan secara merata. Anggaran
operasional tahunan tidak dapat dibagi langsung dengan 12 bulan begitu saja,
dengan mengabaikan berbagai faktor yang berpengaruh langsung terhadap
aktivitas operasional perusahaan, seperti gejolak volume penjualan produk
perusahaan akibat berbagai hal lainya.
Tetapi secara umum, anggaran operasional bulanan memiliki sistematika
yang sama dengan anggaran operasional tahunan. Dimana untuk menyusun
anggaran operasional bulanan dimulai dari anggaran penjualan bulanan.
Berdasarkan anggaran penjualan bulanan tersebut dibuat anggaran produksi
bulanan. Setelah anggaran produksi bulanan selesai disusun langkah
berikutnya adalah menyusun anggaran kebutuhan bahan baku bulanan. Jika
kebutuhan bahan baku bulanan tersebut telah diketahui, maka dapat disusun
anggaran pembelian bahan baku bulanan. Fase berikutnya dapat disusun
anggaran biaya tenaga kerja bulanan tersebut disusun berdasarkan tarif biaya
tenaga kerja yang telah ditetapkan. Jika tarif didasarkan pad tarif per unit
produk, maka jumlah biaya tenaga kerja akan mempengaruhi langsung dengan
volume produksi yang dianggarkan. Jika tarif ditetapkan berdasarkan jam
kerja langsung, maka jumlah biaya tenaga kerja akan dipengaruhi langsung
oleh jumlah jam kerja langsung yang dianggarkan. Jika tarif ditetapkan
berdasarkan jumlah hari kerja, maka jumlah biaya tenaga kerja akan

13
dipengaruhi langsung oleh jumlah hari kerja yang dianggarkan. Sedangkan
untuk menyusun anggaran biaya overhead, juga tergantung pada penetapan
tarif dasar yang digunakan. Tarif biaya overhead dapat didasarkan pada
jumlah jam kerja langsung, pada jumlah volume produksi atau paada jumlah
hari kerja. Demikian dengan anggaran biaya pemasaran. Walaupun tidak
selalu dapat diukur dengan tepat jumlah biaya pemasaran perunit produk suatu
perusahaan, jumlah produk yang direncanakan untuk dijual di dalam suatu
periode tertentu akan memiliki pengaruh langsung terhadap besarnya biaya
pemasaran yang dianggarkan.Sedangkan anggaran biaya administrasi dan
umum tidak dipengaruhi secara langsung dengan besarnya volume produk
suatu perusahaan. Anggaran biaya administrasi dan umum cenderung tetap
dari waktu ke waktu.
Ilustrasi 3.2 berikut, mungkin dapat memperjelas keterangan tentang
tahapan di dalam penyusunan anggaran bulanan:
PT. Indomebel adalah sebuah perusahaan produsen rak buku yang
berlokasi di Bogor. Pada bulan Oktober 2009, manajemen perusahaan ini
menyiapkan berbagai data yang terkait guna menyusun anggaran operasional
perusahaan untuk tahun 2010. Data-data terkait yan telah dikumpulkan adalah
sebagai berikut:
Realisasi anggaran penjualan produk perusahaan tahun 2008 adalah
sebesar 5.000 unit produk. Untuk tahun 2010, perusahaan mengharapkan
kenaikan volume penjualan sebesar 20% dari volume penjualan tahun 2008.
Dari total volume penjualan yang direncanakan untuk tahun 2010 tersebut,
dialokasikan masing-masing sebanyak 15% untuk bulan Oktober dan
Desember, masing-masing sebanyak 10% untuk bulan Januari, Febuari,
September, dan November, dan masing-masing sebanyak 5% untuk bulan
sisanya. Pengalokasian volume penjualan tersebut didasarkan pada data
historis penjualan tahun-tahun sebelumnya.

14
Persediaan produk Perusahaan pada awal tahun 2010 direncanakan
sebanyak 200 unit produk. Sedangkan persediaan produk pada akhir setiap
bulannya direncanakan sebanyak 10% volume penjualan produk perusahaan pada
bulan yang bersangkutan. Setiap unit rak buku tersebut membutuhkan bahan baku
seharga Rp 90.000. Sedangkan persediaan bahan baku yang direncanakan pada
awal tahun 2010 adalah bahan baku yang diperlukan untuk 100 unit rak buku.
Sedangkan persediaan bahan baku setiap akhir bulan adalah sebanyak 20% dari
kebutuhan bahan baku setiap bulannya.

Untuk memproduksi setiap unit rak buku memerlukan 25 jam kerja


langsung(JKL). Sedangkan tenaga kerja langsung yang memproduksi rak uku
tersebut dibayar sebanyak Rp4.000 per jam kerja langsung. Sedangkan biaya
overhead pabrik yang dianggarkan ditetapkan dihitung berdasarkan tarif per jam
kerja langsung dimana tarif overhead untuk setiap jam kerja langsung ditetapkan
sebesar Rp 1.500.Untuk memasarkan produk yang dihasilkan, perusahaan
mengalokasikan biaya pemasaran sebesar Rp 22.000 perunit produk yang dijual.
Sedangkan untuk aktivitas administrasi dan umum, perusahaan menganggarkan
sebesar Rp 14.000.000 per bulan.

Berdasarkan data dan keterangan yang telah dihimpun manajemen PT. Indomebel
tersebut, dapat dibuat anggaran operasional bulanan sebagai berikut:

Seperti di dalam pembahasan anggaran operasional tahunan sebelumnya,


penyusunan anggaran operasional bulanan dimulai dari penyusunan anggaran
penjualan. Di PT. Indomebel, penjualan tahun 2010 ditetapkan naik sebesar 20%
dari volume penjualan tahun 2008. Maka jumlah produk yang akan dijual
perusahaan ini tahun 2010 adalah sebesar = 5.000 unit x 120% = 6.000 unit. Dari
total penjualan sebanyak 6.000 unit di dalam satu tahun tersebut, sebanyak 15%
atau sebanyak 600 unit akan dialokasikan masing – masing pada bulan oktober
dan Desember. Sebanyak 10% atau sebanyak 600 unit, masing – masing akan
dialokasikan pada bulan Januari, Februari , September dan November. Sedangkan

15
pada bulan maret, April, Mei, Juni, Juli dan Agustus masing – masing
dialokasikan sebanyak 5% atau sebanyak 300 unit produk.

Setelah alokasi volume penjualan masing-masing bulan telah ditetapkan,


maka volume penjualan tersebut dikalikan dengan harga jual produk sebesar Rp
350 .000 per unit akan menghasilkan nilai penjualan pada bulan tersebut.seperti
pada bulan Januari, jumlah barang yang akan dijual sebesar 600 unit dikalikan
dengan harga jual Rp 350.000 per unit akan menghasilkan nilai penjualan sebesar
Rp 210.000.000.

Setelah nilai penjualan masing-masing bulan dihitung dengan cara yang


sama akan diketahui volume penjualan total dalam satu tahun sebesar 6.000 unit
dengan harga jual Rp 350 .000 per unit akan menghasilkan penjualan total dalam
satu tahun sebesar Rp 2.100.000.000.

TABEL 3.8
Anggaran penjualan
Bulan Volume Harga/Unit Nilai
Januari 600 350.000 210.000.000
Februari 600 350.000 210.000.000
Maret 300 350.000 105.000.000
April 300 350.000 105.000.000
Mei 300 350.000 105.000.000
Juni 300 350.000 105.000.000
Juli 300 350.000 105.000.000
Agustus 300 350.000 105.000.000
September 600 350.000 210.000.000
Oktober 900 350.000 315.000.000
November 600 350.000 210.000.000
Desember 900 350.000 315.000.000
Total 6.000 350.000 2.100.000.000

16
TABEL 3.9
Anggaran produksi
Bulan Volume Persediaan Volume
penjualan Awal Akhir produksi
Januari 600 200 60 460
Februari 600 60 60 600
Maret 300 60 30 270
April 300 30 30 300
Mei 300 30 30 300
Juni 300 30 30 300
Juli 300 30 30 300
Agustus 300 30 30 300
September 600 30 60 630
Oktober 900 60 90 930
November 600 90 60 570
Desember 900 60 90 930
Total 6.000 5.890

Setelah anggaran penjualan disusun, berdasarkan volume penjualan yang


ditetapkan di dalam anggaran penjualan tersebut, perusahaan dapat menyusun
anggaran produksi.
Volume penjualan bulanan yang telah ditetapkan ditambah dengan
persediaan akhir yang diinginkan, dikurangi dengan persediaan awal yang
ditetapkan, akan menghasilkan volume produksi. Seperti pada bulan januari,
jumlah produk yang akan dijual dianggarkan sebesar 600 unit, sedangkan jumlah
persedian pada akhir januari sebesar 10% dari penjualan pada bulan januari akan
menghasilkan volume persediaan sebesar 60 unit pada akhir bulan januari.
Sementara, volume persedian pada awal januari telah ditetapkan sebesar 200 unit.
Maka jumlah barang yang akan diproduksi pada bulan januari adalah sebesar 460
unit (produksi = 600+60-200).
Persediaan pada akhir bulan januari sebesar 60 unit akan menjadi
persediaan awal pada bulan Februari. Sedangkan jumlah persediaan pada akhir
Februari sebesar10% dari volume penjualan Februari yang sebesar 600 unit akan

17
menghasilkan volume persedian sebesar 60 unit.volume persediaan pada akhir
Februari tersebut akan menjadi persediaan Pada awal maret. Begitu seterusnya
untuk bulan-bulan berikutnya.
Setelah perusahaan menyusun anggaran produksi dan telah diketahui
volume barang yang akan diproduksi pada setiap bulanya maupun sepanjang
tahun 2010. Langkah berikutnya adalah menyusun anggaran kebutuhan bahan
baku atau anggaran biaya bahan baku. Anggaran biaya bahan baku dihitung
dengan cara mengalikan volume produksi di dalam satu tahun dengan biaya bahan
baku yang diperlukan untuk setiap unit produk yang akan dihasilkan . itu berarti
perusahaan harus terlebih dahulu menghitung volume bahan baku yang diperlukan
untuk menghasilkan setiap unit produk. Volume kebutuhan bahan baku tersebut
dikalikan dengan harga beli per unit bahan baku tersebut.
TABEL 3.10
Anggaran Biaya Bahan Baku

Bulan Volume Biaya bahan baku Biaya bahan


produksi per unit produk baku total
Januari 460 90.000 41.400.000
Februari 600 90.000 54.000.000
Maret 270 90.000 24.300.000
April 300 90.000 27.000.000
Mei 300 90.000 27.000.000
Juni 300 90.000 27.000.000
Juli 300 90.000 27.000.000
Agustus 300 90.000 27.000.000
September 630 90.000 56.700.000
Oktober 930 90.000 83.000.000
November 570 90.000 51.3000.000
Desember 930 90.000 83.000.000
Total 5.890 90.000 528.700.000
Anggaran biaya bahan baku adalah besarnya biaya bahan baku yang
diperlukan untuk menghasilkan sejumlah produk seperti yang telah ditetapkan di
dalam anggaran produksi. Tetapi jumlah bahan baku yang dibeli tidak selalu sama
dengan jumlah yang diperlukan untuk produksi. Karena jika perusahaan membeli

18
bahan baku sebesar jumlah bahan baku yang diperlukan untuk produksi, maka
perusahaan tidak akan memiliki persediaan bahan baku sama sekali, perusahaan
akan rentang sekali terhadap gejolak yang mungkin terjadi di dalam proses
pembelian bahan baku, terdapat beberapa hal yang berpengaruh , seperti waktu
pengeiriman sejak pemesanan bahan tersebut sampai dengan tibanya bahan baku
tersebut di gudang perusahaan. Gejolak harga beli bahan baku juga dapat
berpengaruh terhadap proses pembelian bahan ini.

Karena itu, perusahaan perlu membuat anggaran pembelian bahan baku


dengan memperhitungkan persediaan bahan baku pada awal dan akhir setiap
bulannya. Dengan memiliki persediaan pada awal dan akhir bulan, perusahaan
lebih terjamin proses produksinya. Persediaan bahan baku pada awal dan akhir
bulan berfungsi sebagai cadangan untuk mengurangi gejolak yang mungkin
terjadi di dalam proses pembelian.

TABEL 3.11
Anggaran Produksi Bahan

Bulan Biaya Bahan Persediaan Pembelian


Baku Total Awal Akhir
Januari 41.400.000 9.000.000 8.280.000 40.680.000
Februari 54.000.000 8.280.000 10.800.000 56.520.000
Maret 24.300.000 10.800.000 4.860.000 18.360.000
April 27.000.000 4.860.000 5,400.000 27.540.000
Mei 27.000.000 5.400.000 5.400.000 27.000.000
Juni 27.000.000 5.400.000 5.400.000 27.000.000
Jjuli 27.000.000 5.400.000 5,400.000 27.000.000
Agustus 27.000.000 5.400.00 5.400.000 27.000.000
September 56.700.000 5.400.000 11.340.000 62.640.000
Oktober 83.000.000 11.340.000 16.600.000 88.250.000
November 51.300.000 16.600.000 10.260.000 44.960.000
Desember 83.000.000 10.260.000 16.600.000 89.340.000
Total 528.700.000 9.000.000 16.600.000 536.300.000

19
Jumlah biaya bahan baku yang diperlukan setiap bulannya tersebut,
ditambah dengan persediaan pada akhir bulan, dikurangi dengan persediaan pada
awal bulan akan menghasilkan nilai pembelian pada bulan tersebut. Misalnya
pada bulan januari, nilai biaya bahan baku yang diperlukan untuk memproduksi
barang di bulan tersebut adalah Rp 41.400.000. nilai persedian pada akhir bulan
januari yang ditetapkan sebesar 20% dari biaya bahan baku pada bulan tersebut
akan menghasilkan nilai sebesar Rp 8.280.000 (41.400.000x20%). Sedangkan
nilai persedihan bahan baku pada awal tahun 2010 telah ditetapkan nilai bahan
baku untuk 100 unit produk, maka akan menghasilkan nilai sebesar Rp 9.000.000
(100x90.000). karena itu nilai pembelian yang dianggarkan pada bulan januari
adalah sebesar Rp 40.680.000. (pembelian =41.400.000 +8.280.000 – 9.000.000).
nilai persrdiaan akhir bulan januari akan menjadi nilai persediaan awal bulan
Februari. Dan nilai prsediaan pada akhir bulan Februari adalah 20% dari nilai
biaya bahan baku pada bulan Februari, maka akan mengghasilkan nilai sebesar Rp
10.800.000(persediaan akhir=20%x54.000.000). persediaan pada akhir Februari
akan menjadi persediaan pada awal Maret. Demikian seterusnya.

Untuk menyusun anggaran biaya tenaga kerja,karena biaya di dalam


perusahaan ini di dasarkan pada tarif per jam kerja langsung, maka untuk
menghitung jumlah jam kerja total adalah dengan mengalikan jumlah jam kerja
yang diperlukan untuk menghasilkan setiap unit produk perusahaan dengan
jumlah volume produksi. Dari perkalian tersebut akan menghasilkan jumlah jam
kerja total. Jam kerja total yang diperlukan untuk menghasilkan sejumlah produk
dikalikan dengan tarif per jam kerja langsung akan menghasilkan biaya tenaga
kerja untuk priode yang bersangkutan

Misalnya pada bulan januari, diproduksi sebanyak 460 unit produk.


Sedangkan untuk memproduksi setiap produk diperlukan 25 jam kerja langsung.
Sehingga jam kerja total untuk bulan januari adalah sebesar 11.500 jam kerja
langsung (JKL total =- 460 x 25). Jumlah jam kerja total tersebut dikalikan
dengan tariff (upah) tenaga kerja sebesar Rp 4.000 per jam kerja akan
menghasilkan biaya tenaga kerja total sebesar Rp 46.000.000. untuk bulan

20
Januari. Demikian seterusnya, metode yang sama digunakan untuk menghitung
bulan bulan berikutnya, sehingga akan menghasilkan biaya total tenaga kerja
sebesar Rp 589.000.000 untuk tahun 2010.

TABEL 3.12
Anggaran Biaya Tenaga Kerja
Volume Jam Kerja
Bulan Tarif Nilai
Produksi Per unit Total
Januari 460 25 11.500 4.000 46.000.000
Februari 600 25 15.000 4.000 60.000.000
Maret 270 25 6.750 4.000 27.000.000
April 300 25 7.500 4.000 30.000.000
Mei 300 25 7.500 4.000 30.000.000
Juni 300 25 7.500 4.000 30.000.000
Juli 300 25 7.500 4.000 30.000.000
Agustus 300 25 7.500 4.000 30.000.000
September 630 25 15.750 4.000 63.000.000
Oktober 930 25 23.250 4.000 93.000.000
November 570 25 14.250 4.000 57.000.000
Desember 930 25 23.250 4.000 93.000.000
Total 5.890 147.250 589.000.000

Karena biaya overhead di dalam perusahaan ini di dasarkan pada tarif per
jam kerja langsung, maka untuk menghitung biaya overhead yang dianggarkan,
menggunakan langkah yang sama dengan menghitung anggaran biaya tenaga
kerja di atas. Setalah jam kerja total per bulan diketahui, maka dikalikan dangan
tariff overhead per jam kerja langsung.

21
TABEL 3.13
Anggaran Biaya Overhead
Volume Jam Kerja
Bulan Tarif Nilai
Produksi Per unit Total
Januari 460 25 11.500 1.500 17.250.000
Februari 600 25 15.00 1.500 22.500.000
Maret 270 25 6.750 1.500 10.125.000
April 300 25 7.500 1.500 11.250.000
Mei 300 25 7.500 1.500 11.250.000
Juni 300 25 7.500 1.500 11.250.000
Juli 300 25 7.500 1.500 11.250.000
Agustus 300 25 7.500 1.500 11.250.000
September 630 25 15.750 1.500 23. 625.000
Oktober 930 25 23.250 1.500 34.875.000
November 570 25 14.250 1.500 21.375.000
Desember 930 25 23.250 1.500 34.875.000
Total 5.890 147.250 220.875.000

Seperti pada bulan januari, jam kerja total yang diperlukan adalah
sebanyak 11.500 jam kerja langsung, dikalikan dengan tarif overhead sebesar Rp
17.250.000 untuk bulan januari. Demikian pula dengan biaya overhead untuk
bulan-bulan berikutnya, menggunakan metode yang sama. Sehingga akhirnya
diketahui jumlah biaya overhead total sebesar 220.875.000 untuk tahun 2010.
Walaupun biaya pemasaran tidak memiliki hubungan langsung dengan
jumlah produk yang dijual, tidak dapat dipungkiri bahwa targrt produk yang akan
dijual akan berpengaruh terhadap besarnya biaya pemasaran yang diperlukan.
Dalam kasus PT. Indomebel ini, biaya pemasaran yang dianggarkan
perusahaan dihitung dengan menggunakan tarif per unit produk yang dijual. Hal
ini dapat terjadi karena pengalaman
Di masa lalu, di mana akhirnya perusahaan memiliki suatu patokan kasar
berkaitan dengan biaya pemasaran yang diperlukan untuk menjual sejumlah
produk pada suatu periode tertentu. Dalam hal ini., perusahaan menetapkan tariff
sebesar Rp 22.000. per unit produk. Karena pada bulan januari perusahaan

22
merencanakan menjual produk sebanyak 600 unit, maka biaya pemasaran yang
diperlukan adalah sebesar Rp 13.200.000. (biaya pemasaran = 600x22.000.) untuk
bulan Januari. Demikian pula untuk bulan-bulan selanjutnya, menggunakan
metode yang sama, sehingga akan menghasilkaan anggaran biaya pemasaran total
sebesar Rp 132.000.000. untuk tahun 2010.
TABEL 3.14
Anggaran Biaya Pemasaran
Volume BiayaPemasaran BiayaPemasaran
Bulan
Penjualan Per Unit Produk Total
Januari 600 22.000 13.200.000
Februari 600 22.000 13.200.000
Maret 300 22.000 6.600.000
April 300 22.000 6.600.000
Mei 300 22.000 6.600.000
Juni 300 22.000 6.600.000
Juli 300 22.000 6.600.000
Agustus 300 22.000 6.600.000
September 600 22.000 13.200.000
Oktober 900 22.000 19 .800.000
November 600 22.000 13.200.000
Desember 900 22.000 19.800.000
Total 6.000 22.000 132.000.000

Sedangkan biaya administrasi dan umum adalah biaya yang relative tidak
berubah dari tahun ke tahun dan relative tidak diperngaruhi oleh besarnya volume
produksi. Kalaupun terjadi kenaikan biaya ini, akan lebih banyak diperngaruhi
oleh kebijakan internal, seperti kenaikan gaji karyawan.

23
TABEL 3.15
Anggaran Biaya Administrasi & Umum
Biaya adm. &
Bulan
umum
Januari 14.000.000
Februari 14.000.000
Maret 14.000.000
April 14.000.000
Mei 14.000.000
Juni 14.000.000
Juli 14.000.000
Agustus 14.000.000
September 14.000.000
Oktober 14.000.000
November 14.000.000
Desember 14.000.000
Total 168.000.000

Di dalam kasus PT. Indomebel ini, setelah mempertimbangkan kebutuhan


administrasi bulanan, perusahaan menetapkan biaya administrasi dan umum
sebesar Rp 14.000.000 per bulan. Sehingga total anggaran biaya administrasi dan
umum sebesar Rp 168.000.000.

24
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Anggaran operasional adalah rencana kerja yang mencakup semua
kegiatan utama perusahan dalam memperoleh pendapatan di dalam suatu
periode tertentu. Anggaran operasional merupakan miniatur dari anggaran
komprehensif.
Anggaran operasional disusun secara sistematis agar pihak pembaca
anggaran lebih mudah mengerti dan agar terlihat hubungan antara satu bagian
dengan bagian lainnya. Tahapan dalam penyusunan anggaran dimulai dari
data penjualan tahun sebelumnya, ramalan penjualan, anggaran penjualan,
anggaran produksi, anggaran pembelian bahan, anggaran biaya tenaga kerja,
anggaran biaya overhead, anggaran biaya pemasaran, anggaran biaya
administrasi dan umum serta anggaran laba.
Anggaran yang dibuat suatu perusahaan biasanya didasarkan pada
anggaran tahunan. Berdasarkan anggaran tahunan yang telah dimiliki,
perusahaan membuat anggaran bulanan yang lebih rinci, sebagai patokan
dasar dalam melaksanakan operasional bulanan perusahaan. Secara umum,
anggaran operasional bulanan pun memiliki sistematika yang sama dengan
anggaran operasional tahunan.

3.2 Saran
Melalui makalah ini penyusun mengharapkan kepada para pembaca agar
dalam melakukan penyusunan anggaran dilakukan secara sistematis agar
anggaran lebih mudah mengerti dan terlihat hubungan antara satu bagian
anggaran dengan bagian anggaran lainnya.

25
DAFTAR PUSTAKA

Rudianto. 2009. Penganggaran: Konsep dan Teknik Penyusunan Anggaran.


Jakarta: Erlangga

Nafarin,M. 2009. Penganggaran Perusahaan. Jakarta: Salemba Empat.

Sasongko, Catur dan Parulian, Safrida Rumondang. 2013. Anggaran. Jakarta:


Salemba Empat.

26

Anda mungkin juga menyukai