Anggaran Operasional
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Penganggaran
Disusun Oleh:
Kelompok 3
Kelas : 5 Akuntansi 2
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayah kepada kita semua, sehingga berkat karunia-Nya penyusun
dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul ”Anggaran operasional”. Makalah
ini disusun dari bersumber dari buku perpustakaan. Dalam penyusunan makalah
ini, penyusun tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada:
1. Ibu Wenni Anggita,S.E.,M.Si. selaku Dosen mata kuliah Penganggaran.
2. Serta teman-teman yang telah membantu dan mendukung terselesaikannya
makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini penyusun menyadari bahwa penyusunan
makalah ini masih ada beberapa kekurangan, untuk itu pembaca diharapkan dapat
memberikan kritikan yang bersifat membangun untuk kedepannya. Penyusun
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun sendiri maupun
kepada pembaca umumnya, khususnya Mahasiswa Universitas Bangka Belitung.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
PENUTUP
iii
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sistematika anggaran dalam penyusunan anggaran
operasional?
2. Bagaimana anggaran operasional bulanan?
2
PEMBAHASAN
3
Karena anggaran harus disusun secara sistematis agar pihak pembaca
anggaran lebih mudah mengerti dan agar terlihat hubungan antara satu bagian
dengan bagian lainya, maka di dalam menyusun anggaran harus mengikuti
serangkaian langkah yang harus dilewati secara bertahap agar lebih mudah
dan jelas.
4
volume penjualan, perusahaan harus memperhatikan jumlah persediaan
barang pada awal dan akhir periode tersebut. Jadi, anggaran produksi
disusun berdasarkan anggaran penjualan dan anggaran persediaan produk.
3. Dari anggaran produksi, perusahan dapat menentukan jumlah bahan baku
yang dibutuhkan untuk periode tersebut. Jika jumlah bahan baku yang
dibutuhkan di dalam suatu periode tersebut dikaitkan dengan jumlah
persediaan bahan baku awal dan akhir peiode akuntansi tersebut, dapat
disusun anggaran pembelian bahan baku. Jumlah bahan baku yang akan
dibeli pada satu priode anggaran dapat diketahui dengan menyusun
anggaran pembelian bahan baku. Selain itu, anggaran pembelian bahan
baku juga memperlihatkan perkiraan harga bahan baku per unit dan total
nilai pemmbelian bahan baku.
Berdasarkan anggaran produksi tersebut dapat disusun anggaran biaya
tenaga kerja dan anggaran biaya overhead pabrik. Setiap tahunnya,
perusahaan manufaktur harus menyusun anggaran tenaga kerja langsung
yang memperlihatkan jumlah jam tenaga kerja langsung yang dperlukan
berikut upah perjam untuk memproduksi barang jadi dalam suatu priode
anggaran dan Biaya overhead produksi yang merupakan seluruh biaya yang
tidak terkait secara langsung dengan kegiatan produksi barang dan jasa.
5
4. Walaupun tidak selalu terkait secara langsung anggaran biaya
operasi/komersial biasanya disusun setelah anggaran penjualan dan produksi
disusun. Anggaran biaya pemasaran biasanya disusun berdasarkan volume
produk yang akan dijual. Karena untuk menentukan besarnya biaya promosi,
biaya angkut penjualan dan sebagainya, sangat dipengaruhi oleh besarnya
volume penjualan yang dicapai. Sedangkan biaya administrasi dan umum,
tidak terkait secara langsung dengan besarnya volume penjualan atau
produksi. Hanya biasanya semakin besar volume produksi dan volume
penjualan akan cenderung mengakibatkan semakin besar pula volume
pekerjan dan biaya administratif dan umum.
5. Berdasarkan gabungan dari keseluruhan anggaran penjualan, anggaran
produksi, anggaran biaya bahan baku, anggaran biaya tenga kerja, anggaran
biaya overhead dan anggaran biaya komersial tersebut dapat dihasilkan
anggaran laba. Penyusunan dan pencapaian laba ini merupakan tujuan utama
dari didirikanya suatu perusahaan.
6. Tahap akhir dari penyusunan anggaran adalah dengan disusunya anggaran
keuangan, yaitu target pencapaian kekayaan perusahaan beserta sumber-
sumbernya pada suatu periode tertentu. Anggaran invetasi disusun
perusahaan berdasarkan rencana perusahan dalam jangka panjang. Anggaran
investasi mencakup rencana investasi perusahaan di dalam periode
mendatang beserta sumber pembiayaan.
7. Dari gabungan anggaran penjualan, anggaran produksi, anggaran biaya
operasi, anggaran investasi dapat disusun anggaran kas yang merupakan
rencana penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan di dalam suatu periode
tertentu.
8. Dan tahap akhir dapat disusun anggaran neraca yang merupakan taksiran
kondisi keuangan perusahan pada suatu periode tertentu berdasarkan
gabungan dari berbagai macam anggaran yang telah disusun sebelumnya.
6
Ilustrasi:
Diperkirakan persediaan sepatu pada awal tahun 2010 sebanyak 2.010 unit
1A1, 4.000 unit 2B2, 7.000 unit 3C3. Sedangkan persediaan sepatu pada akhir
tahun 2010 yang diinginkan adalah sebanyak 3.500 unit 1A1, 600 2B2, dan 6.000
3C3. Ketiga prosuk tersebut menggunakan bahan baku yang sama, yaitu kain,
plastik dan karet. Setiap 1 unit 1A1 membutuhkan kain sebanyak 0.5 meter,
plastik 0,4 meter dan karet 0,7 meter. Sedangkan setiap 1 unit 2B2 membutuhkan
kain sebanyak 0,5 meter, plastik 0,5 meter dan karet 0,8 meter. Setiap 1 unit 3C3
membutuhkan kain 0,5 meter, plastik 0,6 meter dan 0,9 meter karet. Diperkirakan
harga beli semua bahan baku terseut akan distabil sepanjang tahun 2010
mendatang. Di mana harga beli 1 meter kain sebesar Rp 2.000, harga beli 1 plastik
Rp 3.000 dan harga beli 1 meter karet sebesar Rp 4.000.
7
Biaya pemesanan dianggarkan sebesar Rp236.000.000 yang mencakup
anggaran biaya iklan sebesar Rp64.000.000 anggaran gaji dan komisi wiriniaga
sebesar Rp124.000.000 anggaran biaya angkut penjualan sebesar Rp48.000.000.
Sedangkan biaya administrasi dan umum dianggarkan sebesar Rp241.000.000
yang mencakup anggaran gaji direksi sebesar Rp120.000.000, anggaran gaji
pegawai administrasi sebesar Rp60.000.000, anggaran biaya listrik air, dan
telepon sbesar Rp36.000.000 dan anggaran biaya penyusutan aktiva tetap sebesar
Rp25.000.000.
Berdasarkan data diatas dapat disusun anggaran operasionl PT. Alaskakindo untuk
tahun 2010 sebagai berikut:
8
2. Berdasarkan anggaran penjualan yang telah dibuat, dapat disusun anggaran
produksi. Anggaran produksi disusun dengan menjumlahkan volume
penjualan seetip produk yng ada dengan persediaan akhir yang diproyeksikan
dan menguranginya dengan proyeksi persediaan awal dari setiap produk yang
dihasilkan. Itu berarti untuk produk 1A1 yang dianggarkan dijual sebanyak
20.000 unit ditambah dengan prediksi persediaan awal barang yng akhir
Desember 2010 sebesar 3.500 unit dan dikurangi dengan persediaan awal
brang yang diperkirakan sebesar 2.000 unit. Penjumlahan dan pengurangan itu
menghasilkan anggaran produksi sebesar 21.500 unit untuk 1A1. Demikian
pula untuk produk yang lain, anggaran produksinya dihitung dengan cara yang
sama. Berarti untuk produk 2B2 direncanakan diproduksi sebanyak 42.000
unit dan produk 3C3 diproduksi sebanyak 59.000 unit.
Tabel 3.2 Anggaran Produksi
9
jenis produk tersebut dijumlahkan satu dengan lainnya sehingga diketahui
jumlah kebutuhan total untuk setiap jenis bahan baku yang ada. Seperti
kebutuhan kain misalnya, sebesar 61.250 meter yang merupakan penjumlahan
dari 10.750 meter 1A1 dengan 21.000 meter 2B2 dan 29.500 meter 3C3.
Untuk menghitung kebutuhan total dari plastik dan karet, digunakan metode
yang sama.
Tabel 3.3 Anggaran kebutuhan bahan
10
5. Untuk menyusun anggaran tenaga kerja, terkait secara langsung dengan
anggaran pembelian bahan baku. Karena anggaran tenaga kerja dihitung
dengan mengalikan waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan setiap unit
produk dengan total produksi dan mengalikanya lagi dengan tarif per jamnya.
Karena waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi 1A1 dalah 4 jam per
unitnya, sedangkan produksi totalnya adalah sebesar 21.500 unit, maka total
jam kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan 21.500 unit 1A1 tersebut
adalah sebesar 86.000 jam kerja. Dengan tarif sebesar Rp 6.000 per jam, maka
biaya yang dibutuhkan untuk membayar tenaga kerja yang mengerjakan 1A1
sebesar Rp 516.000.000 (86.000 unit x Rp 6.000).Metode yang sama harus
digunakan untuk menghitung biaya tenaga kerja untuk 2B2 dan 3C3 dan
kemudian dijumlahkan untuk mengetahui anggaran tenaga kerja totalnya.
6. Karena tarif biaya overhead ditetapkan berdasarkan rupiah per jam kerja,
maka untuk menghitung anggaran biaya overhead total adalah dengan
menghitung jam kerja total dari setiap jenis produk dangan mengalikanya
dengan tarif biaya overhead per jamnya dari setiap jenis produk yang ada.
Untuk produk 1A1 dibutuhkan jam kerja total sebesar 86.000 jam kerja.
Sedangkan tarif biaya overhead adalah sebesar Rp 2.000 per jam kerja. Maka
biaya overhead untuk 1A1 adalah sebesar Rp 172.000.000 (86.000 X Rp
2.000). Jika metode yang sama diterapkan untuk 2B2 dan 3C3 dan kemudian
hasilnya dijumlahkan, maka akan menghasilkan anggaran biaya overhead
untuk periode tersebut.
Tabel 3.6 Anggaran Biaya Overhead
11
7. Sedangkan biaya komersial yang terdiri dari dari biaya pemasaran dan biaya
administrasi biasanya disusun berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya dan
disesuaikan dengan situasi yang ada serta anggaran lainnya. Anggaran biaya
pemasaran sangat terkait dengan anggaran penjualan. Jumlah volume
penjualan yang dianggarkan akan sangat mempengaruhi besarnya biaya iklan
dan biaya angkut penjualan serta komisi untuk wiraniaga. Sedangkan biaya
administrasi relatif tidak terpengaruh dengan fluktuasi volume penjualan dan
voume produksi. Karena itu, biasanya disusun berdasarkan pengalaman tahun
sebelumnya yang disesuaikan dengan keaadaan saat ini dan mendatang.
Tabel 3.7 Anggaran Biaya Komersial
12
2.2 ANGGARAN OPERASIONAL BULANAN
Pembahasan anggaran operasional tersebut didasarkan pada anggaran
tahunan. Karena untuk memahami hubungan antara anggaran parsial yang satu
dengan anggaran parsial lainya di dalam sistematika anggaran operasional,
lebih mudah jika lebih dahulu dimulai dari anggaran tahunan.
Memang anggaran yang dibuat suatu perusahaan biasanya didasarkan pada
anggaran tahunan. Dan berdasarkan anggaran tahunan yang telah dimiliki
terebut, perusahaan membuat anggaran bulanan yang lebih rinci, sebagai
patokan dasar dalam melaksanakan operasional bulanan perusahaan. Untuk
menyusun anggaran bulanan perusahaan, anggaran tahunan yang telah dibuat
dibagi kedalam 12 bulan yang ada. Tetapi pembagian anggaran tahunan yang
12 bulan tersebut tidak selalu bisa dilakukan secara merata. Anggaran
operasional tahunan tidak dapat dibagi langsung dengan 12 bulan begitu saja,
dengan mengabaikan berbagai faktor yang berpengaruh langsung terhadap
aktivitas operasional perusahaan, seperti gejolak volume penjualan produk
perusahaan akibat berbagai hal lainya.
Tetapi secara umum, anggaran operasional bulanan memiliki sistematika
yang sama dengan anggaran operasional tahunan. Dimana untuk menyusun
anggaran operasional bulanan dimulai dari anggaran penjualan bulanan.
Berdasarkan anggaran penjualan bulanan tersebut dibuat anggaran produksi
bulanan. Setelah anggaran produksi bulanan selesai disusun langkah
berikutnya adalah menyusun anggaran kebutuhan bahan baku bulanan. Jika
kebutuhan bahan baku bulanan tersebut telah diketahui, maka dapat disusun
anggaran pembelian bahan baku bulanan. Fase berikutnya dapat disusun
anggaran biaya tenaga kerja bulanan tersebut disusun berdasarkan tarif biaya
tenaga kerja yang telah ditetapkan. Jika tarif didasarkan pad tarif per unit
produk, maka jumlah biaya tenaga kerja akan mempengaruhi langsung dengan
volume produksi yang dianggarkan. Jika tarif ditetapkan berdasarkan jam
kerja langsung, maka jumlah biaya tenaga kerja akan dipengaruhi langsung
oleh jumlah jam kerja langsung yang dianggarkan. Jika tarif ditetapkan
berdasarkan jumlah hari kerja, maka jumlah biaya tenaga kerja akan
13
dipengaruhi langsung oleh jumlah hari kerja yang dianggarkan. Sedangkan
untuk menyusun anggaran biaya overhead, juga tergantung pada penetapan
tarif dasar yang digunakan. Tarif biaya overhead dapat didasarkan pada
jumlah jam kerja langsung, pada jumlah volume produksi atau paada jumlah
hari kerja. Demikian dengan anggaran biaya pemasaran. Walaupun tidak
selalu dapat diukur dengan tepat jumlah biaya pemasaran perunit produk suatu
perusahaan, jumlah produk yang direncanakan untuk dijual di dalam suatu
periode tertentu akan memiliki pengaruh langsung terhadap besarnya biaya
pemasaran yang dianggarkan.Sedangkan anggaran biaya administrasi dan
umum tidak dipengaruhi secara langsung dengan besarnya volume produk
suatu perusahaan. Anggaran biaya administrasi dan umum cenderung tetap
dari waktu ke waktu.
Ilustrasi 3.2 berikut, mungkin dapat memperjelas keterangan tentang
tahapan di dalam penyusunan anggaran bulanan:
PT. Indomebel adalah sebuah perusahaan produsen rak buku yang
berlokasi di Bogor. Pada bulan Oktober 2009, manajemen perusahaan ini
menyiapkan berbagai data yang terkait guna menyusun anggaran operasional
perusahaan untuk tahun 2010. Data-data terkait yan telah dikumpulkan adalah
sebagai berikut:
Realisasi anggaran penjualan produk perusahaan tahun 2008 adalah
sebesar 5.000 unit produk. Untuk tahun 2010, perusahaan mengharapkan
kenaikan volume penjualan sebesar 20% dari volume penjualan tahun 2008.
Dari total volume penjualan yang direncanakan untuk tahun 2010 tersebut,
dialokasikan masing-masing sebanyak 15% untuk bulan Oktober dan
Desember, masing-masing sebanyak 10% untuk bulan Januari, Febuari,
September, dan November, dan masing-masing sebanyak 5% untuk bulan
sisanya. Pengalokasian volume penjualan tersebut didasarkan pada data
historis penjualan tahun-tahun sebelumnya.
14
Persediaan produk Perusahaan pada awal tahun 2010 direncanakan
sebanyak 200 unit produk. Sedangkan persediaan produk pada akhir setiap
bulannya direncanakan sebanyak 10% volume penjualan produk perusahaan pada
bulan yang bersangkutan. Setiap unit rak buku tersebut membutuhkan bahan baku
seharga Rp 90.000. Sedangkan persediaan bahan baku yang direncanakan pada
awal tahun 2010 adalah bahan baku yang diperlukan untuk 100 unit rak buku.
Sedangkan persediaan bahan baku setiap akhir bulan adalah sebanyak 20% dari
kebutuhan bahan baku setiap bulannya.
Berdasarkan data dan keterangan yang telah dihimpun manajemen PT. Indomebel
tersebut, dapat dibuat anggaran operasional bulanan sebagai berikut:
15
pada bulan maret, April, Mei, Juni, Juli dan Agustus masing – masing
dialokasikan sebanyak 5% atau sebanyak 300 unit produk.
TABEL 3.8
Anggaran penjualan
Bulan Volume Harga/Unit Nilai
Januari 600 350.000 210.000.000
Februari 600 350.000 210.000.000
Maret 300 350.000 105.000.000
April 300 350.000 105.000.000
Mei 300 350.000 105.000.000
Juni 300 350.000 105.000.000
Juli 300 350.000 105.000.000
Agustus 300 350.000 105.000.000
September 600 350.000 210.000.000
Oktober 900 350.000 315.000.000
November 600 350.000 210.000.000
Desember 900 350.000 315.000.000
Total 6.000 350.000 2.100.000.000
16
TABEL 3.9
Anggaran produksi
Bulan Volume Persediaan Volume
penjualan Awal Akhir produksi
Januari 600 200 60 460
Februari 600 60 60 600
Maret 300 60 30 270
April 300 30 30 300
Mei 300 30 30 300
Juni 300 30 30 300
Juli 300 30 30 300
Agustus 300 30 30 300
September 600 30 60 630
Oktober 900 60 90 930
November 600 90 60 570
Desember 900 60 90 930
Total 6.000 5.890
17
menghasilkan volume persedian sebesar 60 unit.volume persediaan pada akhir
Februari tersebut akan menjadi persediaan Pada awal maret. Begitu seterusnya
untuk bulan-bulan berikutnya.
Setelah perusahaan menyusun anggaran produksi dan telah diketahui
volume barang yang akan diproduksi pada setiap bulanya maupun sepanjang
tahun 2010. Langkah berikutnya adalah menyusun anggaran kebutuhan bahan
baku atau anggaran biaya bahan baku. Anggaran biaya bahan baku dihitung
dengan cara mengalikan volume produksi di dalam satu tahun dengan biaya bahan
baku yang diperlukan untuk setiap unit produk yang akan dihasilkan . itu berarti
perusahaan harus terlebih dahulu menghitung volume bahan baku yang diperlukan
untuk menghasilkan setiap unit produk. Volume kebutuhan bahan baku tersebut
dikalikan dengan harga beli per unit bahan baku tersebut.
TABEL 3.10
Anggaran Biaya Bahan Baku
18
bahan baku sebesar jumlah bahan baku yang diperlukan untuk produksi, maka
perusahaan tidak akan memiliki persediaan bahan baku sama sekali, perusahaan
akan rentang sekali terhadap gejolak yang mungkin terjadi di dalam proses
pembelian bahan baku, terdapat beberapa hal yang berpengaruh , seperti waktu
pengeiriman sejak pemesanan bahan tersebut sampai dengan tibanya bahan baku
tersebut di gudang perusahaan. Gejolak harga beli bahan baku juga dapat
berpengaruh terhadap proses pembelian bahan ini.
TABEL 3.11
Anggaran Produksi Bahan
19
Jumlah biaya bahan baku yang diperlukan setiap bulannya tersebut,
ditambah dengan persediaan pada akhir bulan, dikurangi dengan persediaan pada
awal bulan akan menghasilkan nilai pembelian pada bulan tersebut. Misalnya
pada bulan januari, nilai biaya bahan baku yang diperlukan untuk memproduksi
barang di bulan tersebut adalah Rp 41.400.000. nilai persedian pada akhir bulan
januari yang ditetapkan sebesar 20% dari biaya bahan baku pada bulan tersebut
akan menghasilkan nilai sebesar Rp 8.280.000 (41.400.000x20%). Sedangkan
nilai persedihan bahan baku pada awal tahun 2010 telah ditetapkan nilai bahan
baku untuk 100 unit produk, maka akan menghasilkan nilai sebesar Rp 9.000.000
(100x90.000). karena itu nilai pembelian yang dianggarkan pada bulan januari
adalah sebesar Rp 40.680.000. (pembelian =41.400.000 +8.280.000 – 9.000.000).
nilai persrdiaan akhir bulan januari akan menjadi nilai persediaan awal bulan
Februari. Dan nilai prsediaan pada akhir bulan Februari adalah 20% dari nilai
biaya bahan baku pada bulan Februari, maka akan mengghasilkan nilai sebesar Rp
10.800.000(persediaan akhir=20%x54.000.000). persediaan pada akhir Februari
akan menjadi persediaan pada awal Maret. Demikian seterusnya.
20
Januari. Demikian seterusnya, metode yang sama digunakan untuk menghitung
bulan bulan berikutnya, sehingga akan menghasilkan biaya total tenaga kerja
sebesar Rp 589.000.000 untuk tahun 2010.
TABEL 3.12
Anggaran Biaya Tenaga Kerja
Volume Jam Kerja
Bulan Tarif Nilai
Produksi Per unit Total
Januari 460 25 11.500 4.000 46.000.000
Februari 600 25 15.000 4.000 60.000.000
Maret 270 25 6.750 4.000 27.000.000
April 300 25 7.500 4.000 30.000.000
Mei 300 25 7.500 4.000 30.000.000
Juni 300 25 7.500 4.000 30.000.000
Juli 300 25 7.500 4.000 30.000.000
Agustus 300 25 7.500 4.000 30.000.000
September 630 25 15.750 4.000 63.000.000
Oktober 930 25 23.250 4.000 93.000.000
November 570 25 14.250 4.000 57.000.000
Desember 930 25 23.250 4.000 93.000.000
Total 5.890 147.250 589.000.000
Karena biaya overhead di dalam perusahaan ini di dasarkan pada tarif per
jam kerja langsung, maka untuk menghitung biaya overhead yang dianggarkan,
menggunakan langkah yang sama dengan menghitung anggaran biaya tenaga
kerja di atas. Setalah jam kerja total per bulan diketahui, maka dikalikan dangan
tariff overhead per jam kerja langsung.
21
TABEL 3.13
Anggaran Biaya Overhead
Volume Jam Kerja
Bulan Tarif Nilai
Produksi Per unit Total
Januari 460 25 11.500 1.500 17.250.000
Februari 600 25 15.00 1.500 22.500.000
Maret 270 25 6.750 1.500 10.125.000
April 300 25 7.500 1.500 11.250.000
Mei 300 25 7.500 1.500 11.250.000
Juni 300 25 7.500 1.500 11.250.000
Juli 300 25 7.500 1.500 11.250.000
Agustus 300 25 7.500 1.500 11.250.000
September 630 25 15.750 1.500 23. 625.000
Oktober 930 25 23.250 1.500 34.875.000
November 570 25 14.250 1.500 21.375.000
Desember 930 25 23.250 1.500 34.875.000
Total 5.890 147.250 220.875.000
Seperti pada bulan januari, jam kerja total yang diperlukan adalah
sebanyak 11.500 jam kerja langsung, dikalikan dengan tarif overhead sebesar Rp
17.250.000 untuk bulan januari. Demikian pula dengan biaya overhead untuk
bulan-bulan berikutnya, menggunakan metode yang sama. Sehingga akhirnya
diketahui jumlah biaya overhead total sebesar 220.875.000 untuk tahun 2010.
Walaupun biaya pemasaran tidak memiliki hubungan langsung dengan
jumlah produk yang dijual, tidak dapat dipungkiri bahwa targrt produk yang akan
dijual akan berpengaruh terhadap besarnya biaya pemasaran yang diperlukan.
Dalam kasus PT. Indomebel ini, biaya pemasaran yang dianggarkan
perusahaan dihitung dengan menggunakan tarif per unit produk yang dijual. Hal
ini dapat terjadi karena pengalaman
Di masa lalu, di mana akhirnya perusahaan memiliki suatu patokan kasar
berkaitan dengan biaya pemasaran yang diperlukan untuk menjual sejumlah
produk pada suatu periode tertentu. Dalam hal ini., perusahaan menetapkan tariff
sebesar Rp 22.000. per unit produk. Karena pada bulan januari perusahaan
22
merencanakan menjual produk sebanyak 600 unit, maka biaya pemasaran yang
diperlukan adalah sebesar Rp 13.200.000. (biaya pemasaran = 600x22.000.) untuk
bulan Januari. Demikian pula untuk bulan-bulan selanjutnya, menggunakan
metode yang sama, sehingga akan menghasilkaan anggaran biaya pemasaran total
sebesar Rp 132.000.000. untuk tahun 2010.
TABEL 3.14
Anggaran Biaya Pemasaran
Volume BiayaPemasaran BiayaPemasaran
Bulan
Penjualan Per Unit Produk Total
Januari 600 22.000 13.200.000
Februari 600 22.000 13.200.000
Maret 300 22.000 6.600.000
April 300 22.000 6.600.000
Mei 300 22.000 6.600.000
Juni 300 22.000 6.600.000
Juli 300 22.000 6.600.000
Agustus 300 22.000 6.600.000
September 600 22.000 13.200.000
Oktober 900 22.000 19 .800.000
November 600 22.000 13.200.000
Desember 900 22.000 19.800.000
Total 6.000 22.000 132.000.000
Sedangkan biaya administrasi dan umum adalah biaya yang relative tidak
berubah dari tahun ke tahun dan relative tidak diperngaruhi oleh besarnya volume
produksi. Kalaupun terjadi kenaikan biaya ini, akan lebih banyak diperngaruhi
oleh kebijakan internal, seperti kenaikan gaji karyawan.
23
TABEL 3.15
Anggaran Biaya Administrasi & Umum
Biaya adm. &
Bulan
umum
Januari 14.000.000
Februari 14.000.000
Maret 14.000.000
April 14.000.000
Mei 14.000.000
Juni 14.000.000
Juli 14.000.000
Agustus 14.000.000
September 14.000.000
Oktober 14.000.000
November 14.000.000
Desember 14.000.000
Total 168.000.000
24
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Anggaran operasional adalah rencana kerja yang mencakup semua
kegiatan utama perusahan dalam memperoleh pendapatan di dalam suatu
periode tertentu. Anggaran operasional merupakan miniatur dari anggaran
komprehensif.
Anggaran operasional disusun secara sistematis agar pihak pembaca
anggaran lebih mudah mengerti dan agar terlihat hubungan antara satu bagian
dengan bagian lainnya. Tahapan dalam penyusunan anggaran dimulai dari
data penjualan tahun sebelumnya, ramalan penjualan, anggaran penjualan,
anggaran produksi, anggaran pembelian bahan, anggaran biaya tenaga kerja,
anggaran biaya overhead, anggaran biaya pemasaran, anggaran biaya
administrasi dan umum serta anggaran laba.
Anggaran yang dibuat suatu perusahaan biasanya didasarkan pada
anggaran tahunan. Berdasarkan anggaran tahunan yang telah dimiliki,
perusahaan membuat anggaran bulanan yang lebih rinci, sebagai patokan
dasar dalam melaksanakan operasional bulanan perusahaan. Secara umum,
anggaran operasional bulanan pun memiliki sistematika yang sama dengan
anggaran operasional tahunan.
3.2 Saran
Melalui makalah ini penyusun mengharapkan kepada para pembaca agar
dalam melakukan penyusunan anggaran dilakukan secara sistematis agar
anggaran lebih mudah mengerti dan terlihat hubungan antara satu bagian
anggaran dengan bagian anggaran lainnya.
25
DAFTAR PUSTAKA
26