Nama Anggota :
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa, terima kasih kami ucapkan atas bantuan-Nya yang
telah mempermudah kami dalam pembuatan tugas mata kuliah Akuntansi Sektor Publik ini,
hingga akhirnya dapat terselesaikan tepat waktu.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen mata kuliah
Pelaporan Korporat. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi
para pembaca dengan pembahasan mengenai Sistem Pengendalian Manajemen dalam Sektor
Publik
Walaupun dalam penulisan tugas ini kami telah berusaha semaksimal mungkin, namun kami
menyadari masih banyak kekurangan dalam berbagai hal. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan penyempurnaan dimasa
yang akan datang.
Besar harapan kami semoga tugas ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan juga
wawasan menyangkut materi sistem pengendalian manajemen sektor publik. Untuk itu kami
mengucapkan terima kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2
2.1 Sistem Pengendalian Manajemen Sektor Publik..............................................................2
2.2 Tipe Pengendalian Manajemen........................................................................................2
2.3 Struktur Pengendalian Manajemen...................................................................................3
2.4 Proses Pengendalian Manajemen Sektor Publik..............................................................6
BAB III PENUTUP..................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui sistem pengendalian yang ada di dalam sektor publik.
2. Untuk mengetahui tipe yang terdaat pada pengendalian manajemen.
3. Untuk mengetahui strukur pengendalian manajemen sektor publik.
4. Untuk mengetahui proses pengendalian manajemen sektor publik.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Kegagalan organisasi dalam mencapai tujuan dapat terjadi karena adanya kelemahan
pada salah satu atau beberapa tahap dalam proses pengendalian tersebut. Untuk mencapai
tujuan organisasi diperlukan strategi organisasi yang efektif dan efisien selain itu perlu
didukung dengan yang lainnya berupa sruktur organisasi yang sesuai dengan tipe
pengendalian manajemen yang digunakan, manajemen sumber daya manusia, dan
lingkungan yang mendukung. Klasifikasinya yaitu sebagai berikut:
2
3
Sebagai basis perencanaan, pengendalian, dan penilaian kinerja manajer dan unit
organisasi yang dipimpinnya.
Memudahkan tercapainya tujuan organisasi.
Memfasilitasi terbentuknya goal congruence.
Melakukan delegasi tugas dan wewenang ke beberapa unit yang berkompetensi
sehingga mengurangi pekerjaan dari manajer pusat.
Mendorong atau meningkatkan kreativitas dan daya inovasi bawahan.
Sebagai alat untuk melaksanakan strategi organisasi secara efektif dan efisien.
Sebagai alat pengendalian anggaran.
Informasi yang diperoleh manajer sering kali berupa biaya yang dapat dikendalikan
secara langsung dan biaya yang tidak dapat dikendalikan. Biaya yang dapat dikendalikan
umumnya melakukan pengendalian dengan menggunakan standar biaya seperti,
Standard Spending Assessment atau Standar Analisis Belanja (SAB). Sedangkan, biaya
yang tidak dapat dikendalikan umumnya melakukan pengendalian dengan perencanaan
anggaran yang ketat. Pusat pertanggungjawaban memiliki peran penting dalam
menyiapkan anggaran karena berhubungan langsung dengan aktivitas pelayanan
masyarakat. Maka dari itu, keberadaan departemen anggaran dan komite anggaran sangat
diperlukan agar terciptanya anggaran yang efektif.
Sedangkan, komite anggaran yang umumnya terdiri atas para pimpinan puncak
seperti kepala departemen dan kepala dinas memiliki tugas untuk menyusun anggaran
setiap unit operasi. Kedua hal tersebut menjadi alasan pusat pertanggungjawaban sebagai
alat penting bagi pengendalian anggaran. Selain pengendalian anggaran, pusat
pertanggungjawaban juga merupakan basis penilaian kinerja karena membandingkan
antara hal yang telah dicapai unit organisasi dengan anggaran yang ditetapkan.
Dalam suatu organisasi setiap orang memiliki tujuan personal (individual goal),
Untuk menyikapi hal tersebut perlu adanya suatu "jembatan" yang mampu mengantarkan
organisasi mencapai tujuannya, yaitu tercapainya keselarasan antara individual goal
dengan organization goal. Dalam hal ini, sistem pengendalian manajemen hendaknya
dapat menjadi jembatan dalam mewujudkan adanya goal congruence, yaitu keselarasan
antara tujuan organisasi dengan tujuan personal. Faktor-faktor yang memengaruhi goal
congruence tersebut dapat dikategorikan dalam dua kelompok, yaitu faktor pengendalian
formal dan faktor pengendalian informal. Faktor pengendalian formal misalnya adalah
sistem pengendalian manajemen, sistem aturan (rules of the game), dan reward &
punishment system. Sementara itu, faktor pengendalian informal terdiri atas faktor
eksternal dan internal. Faktor pengendalian informal yang bersifat eksternal, misalnya
etos kerja dan loyalitas karyawan (dalam sistem pemerintahan dikenal istilah "abdi
negara dan abdi masyarakat"), sedangkan yang bersifat internal misalnya: kultur
7
Perumusan strategi merupakan proses penentuan visi, misi, tujuan, sasaran, target
(outcome), arah dan kebijakan, serta strategi organisasi. Perumusan strategi merupakan
tugas dan tanggung jawab manajemen puncak (top management). Hasil perumusan
strategi lebih bersifat permanen dan berjangka panjang, bisa berjangka 4, 5, 10, atau
bahkan 20 tahun. Dalam suatu organisasi baik swasta maupun pemerintah sangat jarang
dilakukan perubahan visi, misi, dan tujuan organisasi, Yang sering dilakukan adalah
revisi strategi atau adopsi strategi baru untuk mewujudkan visi, misi, dengan tujuan yang
telah ditetapkan. Pertimbangan untuk melakukan revisi strategi atau mengadopsi baru
muncul apabila terdapat faktor lingkungan yang berubah yang berupa ancaman (threat)
atau peluang baru (opportunity).
Strategi yang dihasilkan dari proses perumusan strategi merupakan strategi global
(makro) atau dalam perusahaan disebut corporate level strategy. Strategi makro tersebut
kemudian dijabarkan (break down) menjadi strategi yang lebih mikro dalam bentuk
program-program, kegiatan, atau proyek (dalam perusahaan disebut unit business level
strategy). Untuk melaksanakan program tersebut diperlukan anggaran dan pusat
pertanggungjawaban dalam bentuk unit-unit kerja organisasi sebagai alat perencanaan
dan pengendalian anggaran.
Proses perumusan strategi pada organisasi sektor publik banyak dipengaruhi oleh
perkembangan di sektor swasta. Sama halnya dengan sektor swasta, tahap paling awal
dari manajemen stratejik pada sektor publik adalah perencanaan. Perencanaan dimulai
dari perumusan stategi. Olsen dan Eadie (1982) menyatakan bahwa proses perumusan
strategi terdiri atas lima komponen dasar, yaitu:
Pernyataan misi dan tujuan umum organisasi yang dirumuskan oleh mana sekustif
organisasi dan memberikan kerangka pengembangan strategi yang akan dicapai.
Analisis atau scanning lingkungan, terdiri dari pengidentifikasian dan pengukuran
(assessment) factor-faktor eksternal yang sedang dan akan terjadi dan kondisi yang
harus dipertimbangkan pada saat merumuskan strategi organisasi
Profil internal dan audit sumber daya, yang mengidentifikasi dan mengevaluasi
9
kekuatan dan kelemahan organisasi dalam hal berbagai factor yang perlu
dipertimbangkan dalam perencanaan strategic
Perumusan, evaluasi, dan pemilihan strategi
Implementasi dan pengendalian rencana strategic
Internal External
Environmental Environmental
Analysis Analysis
Strategic Issues
Strengths and Opportunities and
Weaknesses threats
Action
Outcomes
Sementara itu, Bryson (1995) membuat model delapan langkah untuk memfasilitasi
proses perumusan strategi yaitu :
Referensi strategis
program, prioritas, dan Anggaran yang Program yang
anggaran dibutuhkan lolos seleksi
Perencanaan Stratejik Perencanaan Kinerja Anggaran Kinerja Pelaporan Kinerja LPJ Kepala Daerah
Unit kerja
Perencanaan stratejik merupakan proses yang sistematik yang memiliki prosedur dan
skedul yang jelas. Organisasi yang tidak memiliki atau tidak melakukan perencanaan
stratejik akan mengalami masalah dalam penganggaran, misalnya terjadinya beban kerja
anggaran (budget workload) yang terlalu berat, alokasi sumber daya yang tidak tepat
sasaran, dan dilakukannya pilihan strategi yang salah. Orientasi dilakukannya
manajemen stratejik pada organisasi public menuntut adanya strategic vision, strategic
thinking, strategic leadership, dan strategic organization.
e Sebagai sarana bagi manajemen untuk dapat memahami strategi organisasi secara
lebih jelas dan
f Sebagai alat untuk memperkecil rentang alternative strategi
3. Penganggaran
Apabila tahap perencanaan strategik telah selesai dilakukan, tahap berikutnya adalah
menentukan anggaran. Tahap penganggaran dalam proses pengendalian manajemen
sektor publik merupakan tahap yang dominan. Proses penganggaran pada organisasi
sektor publik memiliki karakteristik yang agak berbeda dengan penganggaran pada
sektor swasta. Perbedaan tersebut terutama adalah adanya pengaruh politik dalam proses
penganggaran.
4. Penilaian Kinerja
Tahap akhir dari proses pengendalian manajemen adalah penilaian kinerja. Penilaian
kinerja merupakan bagian dari proses pengendalian manajemen yang dapat digunakan
sebagai alat pengendalian. Pengendalian manajemen melalui sistem penilaian kinerja
dilakukan dengan cara menciptakan mekanisme reward & punishment. Sistem
pemberian penghargaan (rewards) dan hukuman (punishment) digunakan sebagai
pendorong bagi pencapaian strategi. Pemberian imbalan (reward) dapat berupa finansial
dan nonfinansial seperti pshycologoical reward dan social reward. Imbalan atau
penghargaan yang sifatnya finansial misalnya berupa kenaikan gaji, bonus, dan
tunjangan. Imbalan yang bersifat psikologis dan sosial misalnya berupa promosi jabatan,
penambahan tanggung jawab dan kepercayaan, otonomi yang lebih besar, penempatan
kerja di lokasi yang lebih baik, dan pengakuan. Mekanisme pemberian sanksi dan
hukuman untuk kondisi tertentu diperlukan. Namun, orientasi penilaian kinerja
hendaknya lebih diarahkan pada pemberian penghargaan (reward oriented).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam akuntansi manajemen sektor publik memerlukan adanya sistem
pengendalian manajemen. Sistem pengendalian manajemen sektor publik berfokus pada
bagaimana melaksanakan strategi organisasi secara efektif dan efesien sehingga tujuan
organisasi dapat dicapai. Adapun beberapa aktivitas yang terlibat meliputi perencanaan,
koordinasi, komunikasi informasi, pengembalian keputusan, motivasi, pengendalian, dan
penilaian kinerja. Struktur pengendalian manajemen terkait dengan desain struktur
organisasi yang tercermin dalam bentuk pusat-pusat pertanggung jawaban. Tiap pusat
pertanggungjawaban bertugas untuk melaksanakan program atau aktivitas tertentu dan
saling mendukung untuk tujuan umum organisasi dapat tercapai. Pusat
pertanggungjawaban merupakan basis pengukuran kinerja, yaitu pembanding antara
anggaran yang telah ditetapkan dengan apa yang telah dicapai unit organisasi.
14
DAFTAR PUSTAKA
15