Anda di halaman 1dari 18

SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN SEKTOR PUBLIK

Mata Kuliah : Akuntansi Sektor Publik

Dosen Pengampu : Putu Putri Prawitasari, S.E., M.Si., Ak.

Nama Anggota :

1. Ni Kadek Dwi Yuni Putri Jayanti 119211241


2. Lorensa Dwi Lestari 119211242
3. I Gde Arya Yudana Putra 119211243
4. Vivy Mella Saputri 119211244
5. Patrick Mauritzio Aquino Pega 119211246

Program Studi Akuntansi


Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
UNIVERSITAS PENDIDIKAN NASIONAL DENPASAR
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa, terima kasih kami ucapkan atas bantuan-Nya yang
telah mempermudah kami dalam pembuatan tugas mata kuliah Akuntansi Sektor Publik ini,
hingga akhirnya dapat terselesaikan tepat waktu.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen mata kuliah
Pelaporan Korporat. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi
para pembaca dengan pembahasan mengenai Sistem Pengendalian Manajemen dalam Sektor
Publik

Walaupun dalam penulisan tugas ini kami telah berusaha semaksimal mungkin, namun kami
menyadari masih banyak kekurangan dalam berbagai hal. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan penyempurnaan dimasa
yang akan datang.

Besar harapan kami semoga tugas ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan juga
wawasan menyangkut materi sistem pengendalian manajemen sektor publik. Untuk itu kami
mengucapkan terima kasih.

Denpasar, 25 Februari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2
2.1 Sistem Pengendalian Manajemen Sektor Publik..............................................................2
2.2 Tipe Pengendalian Manajemen........................................................................................2
2.3 Struktur Pengendalian Manajemen...................................................................................3
2.4 Proses Pengendalian Manajemen Sektor Publik..............................................................6
BAB III PENUTUP..................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap organisasi baik organisasi publik maupun swasta memiliki tujuan yang hendak
dicapai. Untuk mencapai tujuan organisasi tersebut diperlukan strategi yang diarahkan ke
dalam bentuk program atau aktivitas. Organisasi sistem memerlukan sistem pengendalian
manajemen untuk memberikan jaminan dilaksanakannya strategi organisasi secara efektif
dan efisien sehingga tujuan organisasi dapat dicapai. Dengan tercapainya sebuah tujuan,
manajemen organisasi dapat mengukur bagaimana kinerja selama proses hingga tujuan itu
dapat tercapai dan menilai apakah manajemen tersebut sudah bekerja dengan baik. Tujuan
dari akunansi sektor publik tidak untuk mencari keuntungan melaikan pelayanan terhadap
masyarakat.
Pengendalian manajemen memiliki beberapa aktivias yaitu, perencanaan, koordinasi
antar berbagai badan dalam organisasi, komunikasi informasi, pengambilan keputusan,
memotivasi karyawan, pengendalian, dan penilaian kinerja. Kegagalan organisasi dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dapat terjadi karena adanya kelemahan atau
kegagalan pada salah satu atau beberapa tahap dalam proses pengendalian manajemen.
Sistem pengendalian manajemen sektor publik berfokus pada bagaimana melaksanakan
strategi organisasi secara efektif dan efesien sehingga tujuan organisasi dapat dicapai.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sistem pengendalian sektor publik ?
2. Apa saja tipe pengendalian manajemen ?
3. Bagaimana struktur pengendalian manajemen ?
4. Apa saja proses pengendalian manajemen ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui sistem pengendalian yang ada di dalam sektor publik.
2. Untuk mengetahui tipe yang terdaat pada pengendalian manajemen.
3. Untuk mengetahui strukur pengendalian manajemen sektor publik.
4. Untuk mengetahui proses pengendalian manajemen sektor publik.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sistem Pengendalian Manajemen Sektor Publik


Organisasi memerlukan sistem pengendalian manajemen untuk memberikan jaminan
dilaksanakannya strategi organisasi secara efektif dan efisen sehingga tujuan organisasi
dapat dicapai. Pengendalian manajemen meliputi beberapa aktivitas, yaitu:
1. Perencanaan
2. Koordinasi antar bagian dalam organisasi
3. Komunikasi informasi
4. Pengambilan keputusan
5. Memotivasi
6. Pengendalian
7. Penilaian kinerja

Kegagalan organisasi dalam mencapai tujuan dapat terjadi karena adanya kelemahan
pada salah satu atau beberapa tahap dalam proses pengendalian tersebut. Untuk mencapai
tujuan organisasi diperlukan strategi organisasi yang efektif dan efisien selain itu perlu
didukung dengan yang lainnya berupa sruktur organisasi yang sesuai dengan tipe
pengendalian manajemen yang digunakan, manajemen sumber daya manusia, dan
lingkungan yang mendukung. Klasifikasinya yaitu sebagai berikut:

a. Struktur organisasi harus sesuai dengan desain sistem pengendalian manajemen,


yang berfokus pada unit organisasi sebagai pusat pertanggungjawaban yang
meliputi, basis perencanaan, pengendalian, dan penilaian kinerja.
b. Manajemen sumber daya manusia, yaitu proses seleksi dan rekrutmen, training,
pengembangan, promosi, dan pemberhentian karyawan.
c. Faktor lingkungan meliputi, kestabilan politik, ekonomi, sosial, keamanan, dan
sebagainya.

2.2 Tipe Pengendalian Manajemen


Tipe pengendalian manajemen dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu:
 Pengendalian Preventif (preventive control)

2
3

Pengendalian menajemen yang terkait dengan perumusan strategi dan perencanaan


stratejik ke dalam bentuk program-program.
 Pengendalian Operasional (operasional control)
Pengendalian manajemen ini terkait dengan pengawasan pelaksanaan program yang
ditetapkan oleh anggaran sebagai alat untuk menghubungkan perencanaan dan
pengendalian.
 Pengendalian Kinerja
Pengendalian manajemen berupa analisis evaluasi kinerja berdasarkan tolok ukur
kinerja yang ditetapkan.

2.3 Struktur Pengendalian Manajemen


Suatu sistem pengendalian manajemen yang baik memerlukan dukungan dari
struktur organisasi berupa pusat pertanggungjawaban (responsibility center). Pusat
pertanggungjawaban merupakan suatu unit dari organisasi dan manajer bertanggung
jawab terhadap aktivitas dalam unit tersebut. Adapun tujuan dari terbentuknya pusat
pertanggungjawaban yaitu sebagai berikut:

 Sebagai basis perencanaan, pengendalian, dan penilaian kinerja manajer dan unit
organisasi yang dipimpinnya.
 Memudahkan tercapainya tujuan organisasi.
 Memfasilitasi terbentuknya goal congruence.
 Melakukan delegasi tugas dan wewenang ke beberapa unit yang berkompetensi
sehingga mengurangi pekerjaan dari manajer pusat.
 Mendorong atau meningkatkan kreativitas dan daya inovasi bawahan.
 Sebagai alat untuk melaksanakan strategi organisasi secara efektif dan efisien.
 Sebagai alat pengendalian anggaran.

Manajer pusat pertanggungjawaban bertanggung jawab dalam terciptanya hubungan


yang optimal antara sumber daya input yang diukur berdasarkan jumlah penggunaan
produk dengan output yang diukur berdasarkan jumlah produk yang dihasilkan. Pusat
pertanggungjawaban umumnya terdiri atas empat jenis yaitu sebagai berikut:

 Pusat Biaya (Expense Center)


4

Pusat pertanggungjawaban ini dinilai berdasarkan prestasi manajer mengenai biaya


yang telah dikeluarkan, bukan dari nilai output yang dihasilkan. Pusat biaya ini
banyak dijumpai di sektor publik karena output sering kali tidak dapat diukur dalam
nilai rupiah. Contoh pusat biaya adalah Departemen Produksi, Dinas Sosial, dan
Dinas Pekerjaan Umum.

 Pusat Pendapatan (Revenue Center)

Pusat pertanggungjawaban ini dinilai dari prestasi manajernya mengenai pendapatan


yang dihasilkan. Adapun contoh dari pusat pendapatan ini adalah Dinas Pendapatan
Daerah dan Departemen Pemasaran.

 Pusat Laba (Profit Center)

Pusat pertanggungjawaban ini bertugas untuk membandingkan input berupa expense


dengan output yang berupa revenue dalam satuan moneter. Kinerja pusat laba ini
tentunya diukur berdasarkan laha yang diperoleh. Adapun contoh dari pusat laba yaitu
BUMN dan BUMD, objek pariwisata milik PEMDA, bandara, dan Pelabuhan.

 Pusat Investasi (Investment Center)

Pusat pertanggungjawaban ini dinilai dari prestasi manajernya mengenai keterkaitan


antara laba yang diperoleh dan investasi yang ditanamkan pada pusat tersebut. Salah
satu contoh pusat investasi yaitu Departemen Riset dan Pengembangan.

Pusat pertanggungjawaban merupakan suatu alat untuk melaksanakan strategi dan


program yang telah dipilih melalui proses perencanaan strategik. Maka dari itu,
pengendalian manajemen sangat berfokus pada pusat pertanggungjawaban. Suatu
organisasi seperti pemerintah daerah dikatakan sebagai pusat pertanggungjawaban yang
besar dan memiliki beberapak pusat pertanggungjawaban kecil seperti dinas dan
subdinas. Selain untuk melaksanakan strategi organisasi, pusat pertanggungjawaban juga
memiliki hubungan kuat dengan pengendalian anggaran dan pengukuran kinerja pada
suatu unit.

Suatu pusat pertanggungjawaban memperoleh sumber daya input berupa tenaga


kerja, material, dan sebagainya yang diharapkan dapat menghasilkan output berupa
barang atau pelayanan dengan tingkat kualitas tertentu. Dalam halnya anggaran, input
yang digunakan adalah berupa nilai rupiah dan output yang diharapkan adalah hasil dari
5

suatu aktivitas. Pengendalian anggaran mencakup pengukuran terhadap output dan


belanja riil sehingga dapat dilakukan perbandingan dengan anggaran. Analisis lebih
lanjut akan dilakukan apabila terdapat perbedaan antara hasil dan yang dianggarkan
sehingga tindakan korektif dapat segera dilaksanakan.

Struktur pusat pertanggungjawaban sebagai alat pengendalian anggaran itu sendiri


sebaiknya sejalan dengan program atau struktur aktivitas organisasi agar tujuan
organisasi tercapai. Setiap pusat pertanggungjawaban memerlukan data terkait belanja
atau pengeluaran dan output yang dihasilkan sehingga dapat tersusunnya sebuah laporan
kinerja. Laporan tersebut nantinya akan dievaluasi oleh semua level manajemen. Apabila
sistem pengendalian manajemennya baik, maka informasi tersebut akan dikirimkan tepat
waktu dan relevan kepada manajer.

Informasi yang diperoleh manajer sering kali berupa biaya yang dapat dikendalikan
secara langsung dan biaya yang tidak dapat dikendalikan. Biaya yang dapat dikendalikan
umumnya melakukan pengendalian dengan menggunakan standar biaya seperti,
Standard Spending Assessment atau Standar Analisis Belanja (SAB). Sedangkan, biaya
yang tidak dapat dikendalikan umumnya melakukan pengendalian dengan perencanaan
anggaran yang ketat. Pusat pertanggungjawaban memiliki peran penting dalam
menyiapkan anggaran karena berhubungan langsung dengan aktivitas pelayanan
masyarakat. Maka dari itu, keberadaan departemen anggaran dan komite anggaran sangat
diperlukan agar terciptanya anggaran yang efektif.

Departemen anggaran umumnya memiliki beberapa fungsi antara lain sebagai


berikut:

 Menetapkan prosedur dan formulir untuk persiapan anggaran.


 Melakukan koordinasi dan pembuatan asumsi sebagai dasar anggaran seperti, asumsi
mengenai tingkat inflasi, nilai tukar, dan harga migas.
 Membantu dalam pengkomunikasian anggaran ke seluruh bagian organisasi.
 Menganalisis anggaran yang diajukan dan pembuatan rekomendasi kepada budget
holder dan manajer pusat pertanggungjawaban.
 Menganalisis kinerja anggaran yang dilaporkan, interpretasikan hasil, dan
mempersiapkan ikhtisar laporan untuk manajer pusat pertanggungjawaban.
 Menyiapkan pembuatan revisi anggaran apabila dibutuhkan.
6

Sedangkan, komite anggaran yang umumnya terdiri atas para pimpinan puncak
seperti kepala departemen dan kepala dinas memiliki tugas untuk menyusun anggaran
setiap unit operasi. Kedua hal tersebut menjadi alasan pusat pertanggungjawaban sebagai
alat penting bagi pengendalian anggaran. Selain pengendalian anggaran, pusat
pertanggungjawaban juga merupakan basis penilaian kinerja karena membandingkan
antara hal yang telah dicapai unit organisasi dengan anggaran yang ditetapkan.

2.4 Proses Pengendalian Manajemen Sektor Publik


Proses pengendalian manajemen pada organisasi sektor publik dapat dilakukan
dengan menggunakan saluran komunikasi formal maupun informal. Saluran komunikasi
formal terdiri dari aktivitas formal dalam organisasi yang meliputi: (1) perumusan
strategi (strategy formulation), (2) perencanaan stratejik (strategic planning), (3)
penganggaran, (4) operasional (pelaksanaan anggaran), dan (5) evaluasi kinerja. Saluran
komunikasi informal dapat dilakukan melalui komunikasi langsung, pertemuan informal,
diskusi, atau melalui metode management by walking around.

Sistem pengendalian manajemen suatu organisasi dirancang untuk memengaruhi


orang-orang di dalam organisasi tersebut agar berperilaku sesuai dengan tujuan
organisasi. Pengendalian organisasi dapat berupa aturan dan prosedur birokrasi atau
melalui sistem pengendalian dan manajemen informasi yang dirancang secara formal.

Dalam suatu organisasi setiap orang memiliki tujuan personal (individual goal),
Untuk menyikapi hal tersebut perlu adanya suatu "jembatan" yang mampu mengantarkan
organisasi mencapai tujuannya, yaitu tercapainya keselarasan antara individual goal
dengan organization goal. Dalam hal ini, sistem pengendalian manajemen hendaknya
dapat menjadi jembatan dalam mewujudkan adanya goal congruence, yaitu keselarasan
antara tujuan organisasi dengan tujuan personal. Faktor-faktor yang memengaruhi goal
congruence tersebut dapat dikategorikan dalam dua kelompok, yaitu faktor pengendalian
formal dan faktor pengendalian informal. Faktor pengendalian formal misalnya adalah
sistem pengendalian manajemen, sistem aturan (rules of the game), dan reward &
punishment system. Sementara itu, faktor pengendalian informal terdiri atas faktor
eksternal dan internal. Faktor pengendalian informal yang bersifat eksternal, misalnya
etos kerja dan loyalitas karyawan (dalam sistem pemerintahan dikenal istilah "abdi
negara dan abdi masyarakat"), sedangkan yang bersifat internal misalnya: kultur
7

organisasi, gaya manajemen (management style), dan gaya komunikasi (communication


style).

1. Perumusan Strategi (Strategy Formulation)

Perumusan strategi merupakan proses penentuan visi, misi, tujuan, sasaran, target
(outcome), arah dan kebijakan, serta strategi organisasi. Perumusan strategi merupakan
tugas dan tanggung jawab manajemen puncak (top management). Hasil perumusan
strategi lebih bersifat permanen dan berjangka panjang, bisa berjangka 4, 5, 10, atau
bahkan 20 tahun. Dalam suatu organisasi baik swasta maupun pemerintah sangat jarang
dilakukan perubahan visi, misi, dan tujuan organisasi, Yang sering dilakukan adalah
revisi strategi atau adopsi strategi baru untuk mewujudkan visi, misi, dengan tujuan yang
telah ditetapkan. Pertimbangan untuk melakukan revisi strategi atau mengadopsi baru
muncul apabila terdapat faktor lingkungan yang berubah yang berupa ancaman (threat)
atau peluang baru (opportunity).

Perubahan lingkungan dalam organisasi publik sangat mungkin terjadi karena


organisasi sektor publik sangat dipengaruhi oleh faktor politik, ekonomi, sosial, dan
budaya. Ketidakstabilan politik dan ekonomi secara terus menerus dapat mendorong
pemerintah untuk sewaktu -waktu mengeluarkan kebijakan dan strategi baru. Ancaman
bisa muncul setiap saat. Oleh karena itu, perumusan strategi dapat bersifat tidak
sistematis dan tidak harus kaku.

Strategi yang dihasilkan dari proses perumusan strategi merupakan strategi global
(makro) atau dalam perusahaan disebut corporate level strategy. Strategi makro tersebut
kemudian dijabarkan (break down) menjadi strategi yang lebih mikro dalam bentuk
program-program, kegiatan, atau proyek (dalam perusahaan disebut unit business level
strategy). Untuk melaksanakan program tersebut diperlukan anggaran dan pusat
pertanggungjawaban dalam bentuk unit-unit kerja organisasi sebagai alat perencanaan
dan pengendalian anggaran.

Strategi organisasi ditetapkan untuk memberikan kemudahan dalam mencapai tujuan


organisasi. Salah satu metode penentuan strategi adalah dengan menggunakan analisis
SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat). Analisis SWOT dikembangkan
dengan menganalisis faktor internal organisasi yang menjadi kekuatan dan kelemahan
8

organisasi (core competence) dan memperhitungkan faktor eksternal berupa ancaman


dan peluang. Berdasarkan analisis SWOT tersebut, organisasi dapat menentukan strategi
terbaik untuk mencapai tujuan organisasi. Strategi perusahaan dapat berubah atau
mengalami revisi (strategy revision), jika terdapat perubahan lingkungan yang
dipengaruhi oleh adanya ancaman (threat) dan kesempatan (opportunity) misalnya
adanya inovasi teknologi baru, peraturan pemerintah baru, atau perubahan lingkungan
politik dan ekonomi lokal dan global.

Analisa eksternal Analisa Internal


Ekonomi, Sosial, Politik Teknologi yang dimiliki
Peraturan (regulasi) sumber daya alam, sumber
Trend global Teknologi daya manusia,
baru infrastruktur, dsb

Opportunity & Threat


Identifikasi peluang dan
ancaman

Proses perumusan strategi pada organisasi sektor publik banyak dipengaruhi oleh
perkembangan di sektor swasta. Sama halnya dengan sektor swasta, tahap paling awal
dari manajemen stratejik pada sektor publik adalah perencanaan. Perencanaan dimulai
dari perumusan stategi. Olsen dan Eadie (1982) menyatakan bahwa proses perumusan
strategi terdiri atas lima komponen dasar, yaitu:
 Pernyataan misi dan tujuan umum organisasi yang dirumuskan oleh mana sekustif
organisasi dan memberikan kerangka pengembangan strategi yang akan dicapai.
 Analisis atau scanning lingkungan, terdiri dari pengidentifikasian dan pengukuran
(assessment) factor-faktor eksternal yang sedang dan akan terjadi dan kondisi yang
harus dipertimbangkan pada saat merumuskan strategi organisasi
 Profil internal dan audit sumber daya, yang mengidentifikasi dan mengevaluasi
9

kekuatan dan kelemahan organisasi dalam hal berbagai factor yang perlu
dipertimbangkan dalam perencanaan strategic
 Perumusan, evaluasi, dan pemilihan strategi
 Implementasi dan pengendalian rencana strategic

Initiate and agree


process
Stakeholder Mission and Mandate

Internal External
Environmental Environmental
Analysis Analysis

Strategic Issues
Strengths and Opportunities and
Weaknesses threats

Strategies PEST ANALYSIS


 Political
Vision for the future  Economic
 Sociological
 Technical

Action

Outcomes

Gambar 3.2 Modal Perumusan Strategis pada Organisasi Sektor Publik

Sementara itu, Bryson (1995) membuat model delapan langkah untuk memfasilitasi
proses perumusan strategi yaitu :

1. Memulai dan menyetujui proses perencanaan strategic


2. Identifikasi apa yang menjadi mandate organisasi
3. Klarifikasi misi dan nilai-nilai organisasi
4. Menilai lingkungan eksternal (peluang dan ancaman)
5. Menilai lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan)
6. Identifikasi isu strategic yang sedang dihadapi organisasi
7. Perumusan strategi untuk mengelola isu-isu
8. Menetapkan visi organisasi untuk masa ke depan
10

2. Perencanaan Stratejik (Strategic Planning).

Sistem pengendalian manajemen diawali dari perencanaan strategic (strategic


planning). Perencanaan stratejik adalah proses penentuan program-program, aktivitas,
atau proyek yang akan dilaksanakan oleh suatu organisasi dan penentuan jumlah alokasi
sumber daya yang akan dibutuhkan.

Perbedaannya dengan perumusan strategi adalah perumusan strategi merupakan


proses untuk menentukan strategi, sedangkan perencanaan stratejik adalah proses
menentukan bagaimana mengumplementasikan strategi tersebut. Hasil perencanaan
stratejik berupa rencana-rencana stratejik (strategic planning). Dalam proses perumusan
strategi, manajemen memutuskan visi, misi, dan tujuan organisasi serta strategi untuk
mencapai tujuan organisasi. Perencanaan stratejik merupakan proses menurunkan
strategi dalam bentuk program-program.

Strategic A Program A1, A2, & A3 Seleksi program


Strategic B Program B1, B2, & B3 dikaitkan dengan
Strategic C Perencanaan Program C1, C2, & C3 prioritas dan sumber
Strategic D Program D1, D2, & D3
strategic daya yang tersedia
dst Dst

Referensi strategis
program, prioritas, dan Anggaran yang Program yang
anggaran dibutuhkan lolos seleksi

Gambar 3.3 Proses Perencanaan Stratejik


11

Perencanaan Stratejik Perencanaan Kinerja Anggaran Kinerja Pelaporan Kinerja LPJ Kepala Daerah

Visi, misi, dan unit kerja unit kerja Pengumpulan data

Unit kerja

Sasaran & target kerja XXXX Target kinerja

Strategi & analisa pest Ukuran ekonomi Target kinerja

Laporan keuangan pemda

Ukuran XXX Target kinerja & analisa biaya

Ukuran XXX justifikasi

Gambar 3.4 Sistem Manajemen Strategis Pada Pemerintah Daerah

Perencanaan stratejik merupakan proses yang sistematik yang memiliki prosedur dan
skedul yang jelas. Organisasi yang tidak memiliki atau tidak melakukan perencanaan
stratejik akan mengalami masalah dalam penganggaran, misalnya terjadinya beban kerja
anggaran (budget workload) yang terlalu berat, alokasi sumber daya yang tidak tepat
sasaran, dan dilakukannya pilihan strategi yang salah. Orientasi dilakukannya
manajemen stratejik pada organisasi public menuntut adanya strategic vision, strategic
thinking, strategic leadership, dan strategic organization.

 Manfaat Perencanaan Stratejik Bagi Organisasi.

Perencanaan stratejik sangat penting bagi organisasi. Manfaat perencanaan stratejik


bagi organisasi antara lain :

a Sebagai sarana untuk memfasilitasi terciptanya anggaran yang efektif


b Sebagai sarana untuk memfokuskan manajer pada pelaksanaan strategi yang telah
ditetapkan
c Sebagai sarana untuk memfasilitasi dilakukannya alokasi sumber daya yang optimal
(efektif dan efisien)
d Sebagai kerangka untuk pelaksanaan tindakan jangka pendek (short term action)
12

e Sebagai sarana bagi manajemen untuk dapat memahami strategi organisasi secara
lebih jelas dan
f Sebagai alat untuk memperkecil rentang alternative strategi

Tujuan utama perencanaan stratejik adalah untuk meningkatkan komunikasi antara


manajer level bawahnya. Adanya komunikasi ini akan memungkinkan terjadi persetujuan
antara manajer puncak dengan manajer level bawah mengenai strategi terbaik untuk
mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan. Hal ini akan mendorong terwujudnya goal
congruence.

 Mengubah Perencanaan Strategik Menjadi Tindakan Nyata.


Perencanaan strategik dapat digunakan untuk membantu mengantisipasi dan
memberika arahan perubahan. Perencanaan strategik perlu ditranslasikan dalam bentuk
tindakan-tindakan konkrit. Untuk itu, perencanaan strategik harus didukung oleh hal-hal
sebagai berikut:
a. Struktur pendukung, baik secara manajerial maupun political will.
b. Proses dan praktik implementasi di lapangan; dan
c. Kultur organisasi
Struktur organisasi hendaknya dapat mendukung pelaksanaan strategi. Desain sistem
pengendalian manajemen harus didukung oleh struktur organisasi yang sesuai. Visi, misi,
tujuan, dan strategi yang sudah disusun secara baik dapat gagal dicapai apabila struktur
organisasi tidak mendukung strategi. Oleh karena itu perlu dilakukan restrukturisasi dan
reorganisasi (institutional reform) agar selaras dengan strategi dan desain sistem
pengendalian manajemen. Restrukturisasi tersebut didasarkan pada prinsip:
a. Perubahan struktur organisasi hendaknya dapat meningkatkan kapasitas untuk
mencapai strategi yang efektif.
b. Pimpinan eksekutif bertanggung jawab untuk melaksanakan strategi dan arahan
kebijakan hingga level bawah.
c. Dewan bertanggungjawab secara kolektif untuk merencanakan strategi, kebijakan
dan otorisasi alokasi sumber daya, dan menilai kinerja manajemen (eksekutif).
Proses dan praktik implementasi di lapangan terkait dengan prosedur dan sistem
pengendalian. Perencanaan strategik harus didukung dengan budaya organisasi yang
kuat. Perencanaan strategik harus diikuti dengan perubahan perilaku dan sikap anggota
organisasi untuk melaksanakan program-program secara efektif dan efisien.
13

3. Penganggaran
Apabila tahap perencanaan strategik telah selesai dilakukan, tahap berikutnya adalah
menentukan anggaran. Tahap penganggaran dalam proses pengendalian manajemen
sektor publik merupakan tahap yang dominan. Proses penganggaran pada organisasi
sektor publik memiliki karakteristik yang agak berbeda dengan penganggaran pada
sektor swasta. Perbedaan tersebut terutama adalah adanya pengaruh politik dalam proses
penganggaran.
4. Penilaian Kinerja
Tahap akhir dari proses pengendalian manajemen adalah penilaian kinerja. Penilaian
kinerja merupakan bagian dari proses pengendalian manajemen yang dapat digunakan
sebagai alat pengendalian. Pengendalian manajemen melalui sistem penilaian kinerja
dilakukan dengan cara menciptakan mekanisme reward & punishment. Sistem
pemberian penghargaan (rewards) dan hukuman (punishment) digunakan sebagai
pendorong bagi pencapaian strategi. Pemberian imbalan (reward) dapat berupa finansial
dan nonfinansial seperti pshycologoical reward dan social reward. Imbalan atau
penghargaan yang sifatnya finansial misalnya berupa kenaikan gaji, bonus, dan
tunjangan. Imbalan yang bersifat psikologis dan sosial misalnya berupa promosi jabatan,
penambahan tanggung jawab dan kepercayaan, otonomi yang lebih besar, penempatan
kerja di lokasi yang lebih baik, dan pengakuan. Mekanisme pemberian sanksi dan
hukuman untuk kondisi tertentu diperlukan. Namun, orientasi penilaian kinerja
hendaknya lebih diarahkan pada pemberian penghargaan (reward oriented).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam akuntansi manajemen sektor publik memerlukan adanya sistem
pengendalian manajemen. Sistem pengendalian manajemen sektor publik berfokus pada
bagaimana melaksanakan strategi organisasi secara efektif dan efesien sehingga tujuan
organisasi dapat dicapai. Adapun beberapa aktivitas yang terlibat meliputi perencanaan,
koordinasi, komunikasi informasi, pengembalian keputusan, motivasi, pengendalian, dan
penilaian kinerja. Struktur pengendalian manajemen terkait dengan desain struktur
organisasi yang tercermin dalam bentuk pusat-pusat pertanggung jawaban. Tiap pusat
pertanggungjawaban bertugas untuk melaksanakan program atau aktivitas tertentu dan
saling mendukung untuk tujuan umum organisasi dapat tercapai. Pusat
pertanggungjawaban merupakan basis pengukuran kinerja, yaitu pembanding antara
anggaran yang telah ditetapkan dengan apa yang telah dicapai unit organisasi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo. 2018. Akuntansi Sektor Publik-Edisi Terbaru. Yogyakarta: Andi.

15

Anda mungkin juga menyukai