Anda di halaman 1dari 32

PERILAKU KEORGANISASIAN

KONSEP KOMUNIKASI, HAMBATAN, DAN SOLUSI

Anggota Kelompok 6 :

1. Natalia Putri Cantiqka (1707522012)

2. Niswatul Ula Falqi (1707522026)

3. Desak Putu Ariesi (1707522027)

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2019

i
KATA PENGANTAR

Om Swastiastu

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dari-NYA kami dapat menyelesaikan tugas paper ini dengan baik. Paper ini
disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang apa yang kami sajikan
berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. AA Sagung Kartika Dewi,
MM yang telah memberikan bekal ilmu dan membimbing kami dalam mata kuliah
Perilaku Keorganisasian serta rekan-rekan tim penyusun yang telah membatu
pembuatan paper ini.

Kami menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan, karena itu
tanggapan dan bimbingan dari Ibu Dra. AA Sagung Kartika Dewi, MM khususnya,
dari para pembaca umumnya sangat kami harapkan demi kesempurnaan tulisan ini
di masa yang akan datang. Atas semua tanggapan dan bimbingan yang ikhlas
terlebih dahulu kami ucapkan terimakasih.

Om Shanti, Shanti, Shanti Om

Denpasar, 14 Februari 2019

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................i

KATA PENGANTAR .........................................................................................ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi ............................................................................3

2.2 Proses dan Unsur Komunikasi .................................................................3

2.3 Komunikasi Antar Individu dalam Kelompok .........................................5

2.4 Komunikasi Keorganisasian.....................................................................7

2.5 Hambatan Terhadap Komunikasi.............................................................12

2.6 Mengatasi Hambatan Komunikasi ...........................................................14

2.7 Isu-Isu dalam Komunikasi .......................................................................16

2.8 Contoh Kasus ...........................................................................................23

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ..............................................................................................27
3.2 Saran .........................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................29

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan


orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi.
Hal ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk
dari hasil integrasi sosial dengan sesama dalam kelompok dan masyarakat. Di
dalam kelompok ataupun organisasi selalu terdapat bentuk kepemimpinan yang
merupakan masalah penting untuk kelangsungan hidup kelompok yang terdiri dari
atasan dan bawahannya.

Komunikasi tidak hanya penting untuk manusia tetapi juga penting untuk
sistem pengendalian manajemen yang merupakan alat untuk mengarahkan,
memotivasi, memonitor atau mengamati serta evaluasi pelaksanaan manajemen
perusahaan yang mencoba mengarahkan pada tujuan organisasi dalam perusahaan
agar kinerja yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan dapat berjalan lebih
efesien dan lancar, yang dimonitor atau yang diatur dalam sistem pengendalian
manajemen adalah kinerja dari perilaku manajer di dalam mengelola perusahaan.

Merchant mengatakan bahwa orientasi perilaku berhubungan dalam


lingkungan pengendalian manajemen. Perilaku berpengaruh dalam desain sistem
pengendalian manajemen untuk membantu mengendalikan, memotivasi
manajemen dalam mengambil keputusan dan memonitor perilaku yang dapat
mengendalikan aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam sebuah organisasi. Sistem
pengendalian manajemen adalah sejumlah struktur komunikasi yang saling
berhubungan yang mengklasifikasikan proses informasi yang dapat membantu
manajer dalam mengkoordinasi bagiannya untuk mengubah perilaku dalam

1
pencapaian tujuan organisasi yang diharapkan pada dasar yang berkesinambungan.
Untuk membentuk suatu kerja sama yang baik jelas perlu adanya komunikasi yang
baik antara unsur-unsur yang ada di dalam organisasi tersebut. Komunikasi yang
baik akan menimbulkan saling pengertian dan kenyamanan dalam bekerja.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari komunikasi ?
2. Apa saja proses dan unsur komunikasi ?
3. Apa saja yang yang termasuk komunikasi antar individu dalam kelompok ?
4. Apa saja yang termasuk komunikasi keorganisasian ?
5. Apa saja hambatan terhadap komunikasi ?
6. Bagaimana cara mengatasi hambatan dalam komunikasi ?
7. Apa saja isu-isu dalam komunikasi ?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan ini adalah untuk memahami konsep komunikasi, proses dan
unsurnya, komunikasi antar individu dalam kelompok, isu-isu dalam komunikasi,
dan solusi terhadap hambatan dalam komunikasi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi


Komunikasi adalah proses penyampaian pesan atau maksud yang
dilakukan melaui satu pihak atau orang lain baik dilakukan secara langsung atau
melaui media. Penggunaan media bisa beragam bentuk seperti melaui surat,
telpon, email dll. Termasuk mempergunakan simbol-simbol dan sandi- sandi
yang berbentuk ungkapan namun telah disederhanakan. Bagaimanapun symbol
dan sandi adalah sebuah bahasa yang ditunjukkan kepada pihak penerima pesan
yang bertujuan agar pesan tersebut bisa dimengerti dan dilaksanakan.
Dalam catatan sejarah menyebutkan bagaimana di masa perang bahasa
sandi menjadi begitu penting untuk dipahami termasuk bagaimana agar dimiliki
kemampuan untuk menterjemahkan bahasa sandi tersebut. Sehingga mereka
yang ahli dalam memahami bahasa sandi dimasa perang sangat dijaga dan
dikawal karena itu menyangkut dengan rahasia strategi perang apalagi jika
diketahui oleh musuh.

2.2 Proses dan Unsur Komunikasi


Sebelum komunikasi dapat terjadi dibutuhkan suatu tujuan,
yang yang mengekspresikan sebagai pesan untuk disampaikan. Pesan tersebut
disampaikan dari seorang pengirim kepada seorang penerima. Ia disandikan
(diubah menjadi suatu bentuk simbolis) dan dialihkan melalui perantara
(saluran) kepada penerima, yang lalu menerjemahkan ulang (membaca sandi)
pesan yang diberikan oleh pengirim. Hasilnya adalah transfer makna dari satu
orang kepada orang lain. Gambar 2.2 melakukan proses komunikasi
(comunication process) ini. Bagian – bagian atau unsur-unsur penting dari
model semacam ini meliputi (1) pengirim, (2) gangguan, (3) pesan, (4) saluran,
(5) penerjemahan sandi, (6) penerima, (7) gangguan, dan (8) umpan balik.

3
Pengirim mengirimkan sebuah pesan dengan cara menyandikan
pemikirannya, pesan tersebut adalah produk fisik actual dari penyandian oleh
pengirim, ketika kita berbicara, pembicaranya tersebut adalah pesan, ketika kita
menulis, tulisan kita adalah pesan, ketika kita memberikan gerak isyarat
gerakan kita adalah pesan. Saluran merupakan perantara yang dipakai pesan
dalam menempuh perjalanan. Saluran tersebut dipilih oleh pengirim yang
menentukan apakah ia hendak menggunakan saluran yang formal atau informal
saluran formal (formal channel) disediakan oleh organisasi yang berfungsi
sebagai penyampai pesan yang berhubungan dengan aktivitas professional dari
para anggotanya, secara tradisional saluran ini mengikuti rantai otoritas dalam
organisasi. Berbagai bentuk pesan lain, seperti pesan pribadi atau sosial,
mengunakan saluran informal (informal channel) dalam organisasi, saluran
informal tersebut sebagai tanggapan terhadap pilihan individual penerima
adalah objek yang menjadi sasaran dari pesan itu.
Tetapi, sebelum pesan tersebut dapat diterima simbol didalamnya harus
diterjemahkan menjadi bentuk yang dapat dipahami oleh penerima. Langkah
ini disebut penerjemahan sandi dalam pesan. Gangguan mewakili berbagai
hambatan komunikasi yang mengacaukan kejelasan pesa. Contoh – contoh
sumber gangguan meliputi maslah persepsi, muatan informasi yang berlebihan,
kesulitan kesulitan tematik atau perbedaan kultural. Mata rantai terakhir dalam
proses komunikasi adalah lingkungan umpan balik adalah sarana pengecekan
mengenai seberapa berhasil kita telah menyampaikan pesan kita serperti yang
di maksudkan pada awalnya hal ini menentukan apakah pemahaman telah
tercapai.

Gambar 2.2 Proses Komunikasi

4
2.3 Komunikasi Antar Individu dalam Kelompok
Terdapat tiga metode pokok yang pada dasarnya yang digunakan, yaitu:
1. Komunikasi Lisan
Sarana utama menyampaikan pesan adalah komunikasi lisan.
Pidato, berbagai diskusi formal satu-lawan-satu dan kelompok, serta desas-
desus informal atau desas-desus merupakan berbagai bentuk popular dari
komunikasi lisan.
Kekuatan komunikasi lisan terletak pada kecepatan dan umpan
baliknya. Suatu pesan verbal dapat disampaikan dan jawabannya bisa diterima
dalam waktu yang singkat. Jika si penerima tidak yakin atas pesan yang
diperolehnya, umpan balik yang cepat memungkinkan adanya deteksi awal oleh
pengirimnya, dan dengan demikian, memungkinkan dilakukannya koreksi yang
segera.
Kelemahan terbesar dari komunikasi lisan terdapar dalam
organisasinya atau ketika pesan tersebut harus disampaikan melalui sejumlah
orang. Semakin banyak orang yang harus dilalui oleh sebuah pesan, semakin
besar kemungkinan penyimpangannya. Jika pernah bermain dalam permainan
“telepon” di suatu pesta, pasti kita tahu masalahnya. Setiap orang
menerjemahkan pesan tersebut dengan caranya sendiri. Isi pesan, ketika sampai
di tujuannya, sering kali sangat berbeda dari aslinya. Dalam sebuah organisasi,
dimana keputusan dan komunikasi disampaikan secara verbal ke atas dan ke
bawah hierarki otoritas, ada banyak peluang bagi pesan tersebut untuk
mengalami penyimpangan.
2. Komunikasi Tertulis
Komunikasi tertulis meliputi memo, surat, faks, email, pesan instan,
majalah organisasional, pengumuman yang ditempelkan di papan bulletin, atau
sarana-sarana lain yang disampaikan melalui tulisan atau simbol.
Ada alasan orang memilih mengirim pesan menggunakan
komunikasi tertulis yaitu karena cara ini mudah dan bisa diverifikasi. Pesan

5
dalam bentuk cetakan membuat pengirim mampu penerima memiliki
dokumentasi dari komunikasi tersebut, dan pesan itu dapat tersimpan selama
waktu yang tak terhingga. Jika muncul pertanyaan mengenai isinya, pesan
tersebut tersedia secara fisik untuk referensi lebih lanjut. Fitur semacam ini
secara khusus penting bagi komunikasi yang kompleks dan jangka panjang.
Manfaat terakhir dari komunikasi tertulis diproleh dari prosesnya sendiri.
Biasanya kita lebih berhati-hati dalam kata-kata tertulis daripada kata lisan.
Kita dipaksa untuk berpikir secara lebih teliti dengan apa yang ingin kita
sampaikan dalam sebuah pesan tertulis daripada yang terucap. Jadi, komunikasi
tertulis biasannya lebih matang, logis, dan jelas.
Tetapi pesan tertulis juga memiliki kelemahannya. Komunikasi
ini memakan waktu. Kita dapat menyampaikan jauh lebih banyak informasi
kepada seorang dosen perguruan tinggi dalam ujian lisan satu jam daripada
dalam ujian tulis satu jam. Jadi walaupun lebih terlihat cermat, tulisan juga
menghabiskan lebih banyak waktu. Kelemahan lainnya yaitu umpan balik, atau
tiadannya umpan balik. Komunikasi lisan memungkinkan si penerima untuk
menanggapi dengan segera apa yang menurutnya ia dengar. Tetapi komunikasi
ltertulis, dalam dirinya sendiri, tidak memiliki mekanisme umpan balik
semacam itu. Hasilnya adalah bahwa pengirim sebuah memo tidak
menyampaikan jaminan bahwa memo tersebut diterima, dan jika diterima pun,
tidak ada jaminan bahwa penerima akan menerjemahkan atau memahaminya
seperti yang dimaksud si pengirim. Poin yang disebut belakangan ini juga
relavan dalam komunikasi lisan, kecuali bahwa dalam kasus ini meminta
penerima untuk merangkum apa yang telah disampaikan bukanlah hal yang
sulit. Suatu rangkuman yang akurat menjadi semacam umpan balik bahwa
pesan tersebut telah diterma dan dipahami dengan benar.
3. Komunikasi Nonverbal

Setiap kali memberikan sebuah pesan secara verbal kepada seseorang,


kita juga menyampaikan pesan nonverbal. Dalam beberapa hal, komponen

6
nonverbal itu dapat berdiri sendiri. Sebagain contoh, di sebuah bar kaum lajang,
pandangan, senyuman, kerutan dahi, dan gerakan tubuh yang provokatif
menyampaika artinya sendiri. Diskusi tentang komunikasi tidak akan lengkap
tanpa mempertimbangkan komunikasi nonverbal – yang meliputi gerakan
tubuh, intonasi atau tekanan yang kita berikan pada kata-kata kita, mimik
wajah, dan jarak fisik antara pengirim dan penerima pesan.

Dapat dikatakan bahwa setiap gerakan tubuh memiliki arti dan tidak ada
gerakan yang sama sekali kebetulan. Misalnya, melalui bahasa tubuh kita
mengatakan, “Tolonglah saya yang kesepian ini”; “Tinggalkan saya sendiri,
saya sedang tertekan.” Dan, jarang sekali kita mengiriman pesan-pesan kita itu
secara sadar. Kita memerankan keadaan kita dengan bahasa tubuh nonverbal.
Dua hal terpenting yang disampaikan bahasa tubuh adalah (1) sejauh mana
seorang individu menyukai orang lain dan tertarik pada pandangannya, dan (2)
status relatif yang dirasakan antara pengirim dan penerima.

2.4 Komunikasi Keorganisasian

Dalam komunikasi keorganisasian terdapat jaringan komunikasi


formal, jaringan komunikasi informal, mekanisme berbantuan computer yang
digunakan organisasi untuk memfasilitasi komunikasi, dan topik manajemen
pengetahuan yang juga terkait.
1. Jaringan Kelompok Kecil Formal

Jaringan organisasi formal bisa jadi sangat rumit. Misalnya, jaringan


tersebut mencakup ratusan orang dan setengah lusin atau lebih tingkatan
hierarki. Jejaring itu di kelompokkan menjadi 3 kelompok kecil yang masing-
masing terdiri atas lima orang (lihat gambar 2.4). Ketiganya adalah rantai, roda,
dan seluruh saluran. Meskipun sudah begitu disederhanakan, kita masih dapat
mendeskripsikan masing-masing kualitas unik dari ketiga jejaring tersebut.

7
Jaringan rantai secara kaku mengikuti rantai komando formal. Jaringan
ini mewakili saluran-saluran komunikasi yang dapat anda temui dalam suatu
organisasitiga tingkat yang kaku. Roda bergantung pada satu figur sentral yang
bertindak selaku perantara komunikasi antara semua kelompok. Jaringan roda
merupakan contoh dari jaringan komunikasi yang akan anda temukan pada
sebuah tim dengan seorang pemimpin yang kuat. Jaringan seluruh saluran
memungkinkan semua anggota kelompok saling berkomunikasi secara aktif.
Dalam praktiknya, jaringan ini sangat sering dikaitkan dengan tim-tim yang
otonom, di mana semua anggota kelompok bebas untuk berkontribusi dan tidak
ada orang yang memegang peran pemimpin.

Seperti diperlihatkan dalam gambar 2.4, efektifitas setiap jaringan


bergantung pada variabel dependen yang menjadi focus anda. Misalnya,
struktur roda memfasilitasi munculnya seorang pemimpin, jaringan seluruh
saluran adalah pilihan terbaik bila anda mementingkan kepuasan anggota,
sementara jaringan rantai adalah yang paling pas jika akurasi menjadi titik focus
anda. Gambar 2.4 membawa kita pada kesimpulan bahwa kita ada satu jaringan
tunggal yang paling baik untuk semua kesempatan.

Gambar 2.4 Jaringan Kelompok Kecil dan Kriteria Efektif


2. Jaringan Komunikasi Informal

Sistem formal bukanlah satu-satunya jaringan komunikasi dalam


sebuah kelompok atau organisasi. Adapula jaringan informal, yang disebut
desas-desus (grapevine). Meskipun bersifat informal, tidak berarti desas-desus

8
bukanlah sumber informasi yang penting. Sebuah survei, misalnya menemukan
bahwa 75 persen karyawan pertama kali mendengar berita tertentu melalui
desas-desus.

Desas-desus memiliki tiga karakteristik utama. Pertama, hal ini tidak


dikontrol oleh manajemen. Kedua, sebagian besar karyawan, desas-desus
dipandang lebih dapat dipercaya dan diandalkan daripada komunike-komunike
formal yang dikeluarkan oleh manajemen puncak. Terakhir, desas-desus
sebagian besar digunakan untuk memuaskan kepentingan pribadi orang-orang
di dalamnya.

Salah satu studi yang paling terkenal mengenai desas-desus meneliti


pola komunikasi diantara 67 orang personel manajerial di sebuah perusahaan
manufaktur kecil. Pendekatan utama yang digunakan adalah mencari tahu dari
seriap penerima komunikasi bagaimana ia pertama kali memperoleh sepotong
informasi dan kemudian melacaknya kembali ke sumbernya. Dari situ
ditemukan bahwa, walaupun desas-desus merupakan sumber informasi penting,
hanya 10 persen dari eksekutif tersebut yang lalu bertindak sebagai individu
penghubung, yaitu, meneruskan informasi itu kepada lebih dari satu orang.
Sebagai contoh, ketika seorang eksekutif memutuskan untuk mengundurkan
diri agar bisa terjun penuh ke bisnis asuransi, 81 persen dari para eksekutif itu
mengetahui hal ini, tetapi hanya 11 persen yang meneruskan informasi tersebut
kepada orang lain.

Dua kesimpulan studi ini juga penting untuk diperhatikan. Informasi


mengenai kejadian-kejadian umum cenderung mengalir diantara kelompok-
kelompok fungsional utama (produksi, penjualan) daripada di dalam kelompok
itu sendiri. Selain itu, tidak terdapat bukti yang menunjukan bahwa ada suatu
kelompok yang secara konsisten bertindak sebagai penghubung, tetapi jenis
informasi yang berbeda tertransfer melalui penghubung yang berbeda.

9
Jadi desas-desus merupakan salah satu bagian penting dari jaringan
komunikasi kelompok atau organisasi manapun dan hal itu mesti dipahami.
Desas-desus membuat para manajer dapat merasakan moril organisasi mereka,
mengidentifikasi isu-isu yang diangap penting oleh karyawan, dan mebantu
memahami kekhawatiran-kekhawatiran para karyawan. Dengan demikian
desas-desus betindak sebagai saringan maupun mekanisme umpan balik, yang
mengambil isu-isu yang dianggap relavan oleh karyawan. Bagi karyawan,
desas-desus secara khusus penting untuk menerjemahkan komunikasi formal
ke dalam jargon mereka sendiri. Mungkin hal yang lebih penting, sekali lagi
perspektif manajerial, tampaknya bukan hal yang sulit untuk menganalisis
informasi desas-desus dan memperkirakan alirannya, karena hanya sekelompok
kecil individu (rata-rata 10 persen) yang secara aktif meneruskan informasi
semacam itu kepada leboh dari satu orang. Dengan menemukan individu-
individu penghubung mana yang akan menganggap sebuah informasi tertentu
relavan, kita dapat meningkatkan kemampuan kita untuk menjelaskan dan
memperkirakan pola desas-desus. Manajmen tidak bisa saja menghilangkan
desas-desus secara menyeluruh. Tetapi yang harus dilakukan manajemen
adalah meminimalkan konsekuensi negative dari desas-desus dengan cara
membatasi jangkauan dan dampaknya.
3. Komunikasi Berbantuan Komputer

Dewasa ini, komunikasi di dalam organisasi-organisasi diperkuat dan


diperkaya dengan berbagai teknologi berbantuan computer. Teknologi tersebut
meliputi email, pesan instan, hubungan intranet dan ekstranet, serta konferensi
video. Komunikasi berbantuan computer sedang membentuk kembali cara kita
berkomunikasi dalam organisasi. Para karyawan tidak lagi harus terpaku di
tempat atau meja kerja supaya “dapat dihubungi”.

Akibat komunikasi berbantuan computer, batasan-batasan


organisasional menjadi tidak terlalu relevan. Jaringan computer memungkinkan
karyawan untuk melompati tingkat-tingkat vertical dalam organisasi, bekerja

10
purnawaktu di rumah atau di tempat lain selain di fasilitas yang dioperasikan
secara organisasional, dan melakukan komunikasi terus-menerus dengan
orang-orang di organisasi lain.
4. Manajemen Pengetahuan

Manajemen pengetahuan merupakan sebuah proses untuk


mengorganisasi dan mendistribusikan kebijaksanaan kolektif suatu organisasi
sehingga informasi yang tepat disampaikan kepada orang yang tepat pada saat
yang tepat. Bila dilakukan dengan benar, manajemen pengetahuan memberikan
sebuah organisasi kualitas kompetitif dan peningkatan kinerja perusahaan
karena hal tersebut membuat para karyawannya lebih cerdas.

Saat ini, manajemen pengetahuan semakin penting untuk setidaknya 3


alasan. Pertama, di banyak organisasi, asset intelektual sama pentingnya
dengan asset fisik atau finansial. Kedua, seiring dengan mulai pensiunnya
kalangan yang disebut baby boomers, terdapat kesadaran yang semakin kuat
bahwa mereka mewakili sebuah kekayaan pengetahuan yang akan hilang jika
tidak ada usaha untuk menangkapnya. Ketiga, suatu system manajemen
pengetahuan yang dirancang dengan baik akan mengurangi ketidakefektifan
dan membuat organisasi tersebut lebih efisien. Sebagai contoh, ketika mulai
melaksanakan sebuah proyek baru, para karyawan di sebuah organisasi besar
tidak harus mengawalinya dari nol. Sebuah system manajemen pengetahuan
akan memungkinkan mereka untuk mengakses apa yang telah dipelajari oleh
karyawan sebelumnya dan menghemat waktu karena tidak perlu menjalani
kembali jalan yang sudah pernah dilalui.

Organisasi perlu mengembangkan basis data computer mengenai


informasi yang bersangkutan yang bisa diakses karyawan setiap saat untuk
merekam pengetahuan dan keahlian para karyawannya dan membuah informasi
tersebut dapat diakses dengan mudah.

11
2.5 Hambatan Terhadap Komunikasi

Ada beberapa hambatan yang berpotensi memperlambat atau


menyimpangkan komunikasi yang efektif. Dalam bagian ini, kita menyorot
beberapa hambatan penting tersebut.
1. Penyaringan
Penyaringan merujuk pada upaya pengirim yang dengan sengaja
memanipulasi informasi sehingga akan menjadi lebih nyaman bagi penerima.
Sebagai contoh, ketika seorang manajer mengatakan kepada atasannya hal-hal
yang menurutnya ingin didengar oleh atasannya, ia sedang melakukan
penyaringan informasi. Faktor penentu utama dari penyaringan adalah jumlah
tingkatam dalam struktur suatu organisasi. Semakin banyak tingkatan vertical
dalam hierarki organisasi, semakin bnayak kesempatan terhadap penyaringan.
Faktor-faktor seperti rasa takut untuk menyampaikan berita buruk serta
keinginan untuk menyenangkan hati atasan sering kali mendorong para
karyawan untuk mengatakan kepada atasan mereka apa yang menurut mereka
ingin di dengar oleh atasan tersebut, dan dengan demikian komunikasi ke atas
pun menjadi distorsi.
2. Persepsi Selektif
Persepsi Selektif kembali muncul di sini karena penerima, dalam proses
komunikasi, secara selektif melihat dan mendengar berdasarkan kebutuhan,
motivasi, pengalaman, latar belakang, dan karakteristik-karakteristik pribadi
mereka yang lain. Ketika menerjemahkan sandi dan pesan, penerima
memproyeksikan kepentingan dan harapan mereka ke dalam komunikasi.
Pewawancara pekerjaan yang beranggapan bahwa seorang pelamar kerja
perempuan akan selalu menempatkan keluarga di atas karier, tak peduli apakah
pelamar menganggapnya demikian atau tidak.
3. Kelebihan Informasi
Kelebihan informasi adalah suatu kondisi di mana aliran informasi yang
masuk melebihi kapasitas pemrosesan seorang individu. Dengan email, pesan

12
instan, panggilan telepon, faks, pertemuan, dan kebutuhan untuk selalu
mengikuti perkembangan termutakhir dalam bidang kerja seseorang, manajer
dan professional sekarang memiliki potensi yang sangat besar untuk mengalami
kelebihan informasi. Bila seseorang memiliki lebih banyak informasi dari yang
dapat mereka pilah dan pakai, maka mereka cenderung untuk membuang,
mengabaikan, atau melupakan informasi tersebut. Atau mereka mungkin
menunda untuk memproses lebih lanjut hingga situasi berlebih itu berlalu.
Tetapi apa pun itu, hasilnya adalah hilangnya informasi dan komunikasi yang
kurang efektif
4. Emosi
Apa yang tengah dirasakan oleh penerima ketika menerima suatu
komunikasi akan mempengaruhi cara ia menerjemahkannya. Emosi-emosi
ekstrem seperti rasa girang atau depresi memiliki potensi yang sangat besar
untuk menghambat komunikasi yang efektif. Dalam keadaan semacam itu, kita
cenderung mengbaikan proses pemikiran rasional dan objektif kita serta
menggantikannya dengan penilaian emosional.
5. Bahasa
Kata-kata bisa memiliki arti yang berbeda untuk orang yang berbeda.
Umur, pendidikan, dan latar belakang kultural adalah 3 variabel yang menonjol
yang memengaruhi bahasa yang digunakan seseorang dan definisi yang ia
berikan pada kata-kata. Meskipun anda dan saya mungkin berbicara dalam
bahasa yang sama – bahasa Inggris atau Indonesia – penggunaan kita atas
bahasa tersebut jauh dari seragam. Jika kita memahami bagaimana masing-
masing dari kita memodifikasi bahasa, berbagai kesulitan komunikasi kiranya
dapat diminimalkan. Masalahnya adalah bahwa para anggota dalam sebuah
organisasi biasanya tidak menyadari bahwa orang-orang yang berinteraksi
dengan mereka telah memodifikasi bahasa tersebut. Pengirim cenderung
mengasumsikan bahwa kata-kata dan istilah-istilah yang mereka gunakan
berarti sama untuk penerima, begitu pula sebaliknya, namun asumsi ini sering
kali tidak benar.

13
6. Kesulitan Komunikasi
Kesulitan komunikasi adalah ketegangan dan kegelisahan yang tidak
semestinya terkait komunikasi lisan, komunikasi tertulis, atau keduanya.
Meskipun banyak orang takut berbicara di depan suatu kelompok, kesulitan
komunikasi merupakan masalah yang lebih serius, karena hal ini memengaruhi
seluruh kategori teknik komunikasi.

2.6 Mengatasi Hambatan dalam Komunikasi


Komunikasi yang efektif tergantung pada kualitas dari proses
komunikasi baik pada tingkat individu maupun pada tingkat organisasi.
Memperbaiki komunikasi dalam organisasi berkaitan dengan melakukan proses
yang akurat mulai dari penyandian, penyampaian pesan, penguraian dan umpan
balik pada tingkat komunikasi antar pribadi, dan pada tingkat organisasi,
menciptakan dan memonitor seluruh komunikasi yang tepat. Ada beberapa cara
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efektivitas komunikasi yaitu :
1. Meningkatkan umpan balik
Mekanisme umpan balik dalam organisasi sama pentingnya
dengan komunikasi antar pribadi. Kesalahpahaman dapat dikurangi jika
proses umpan balik dilakukan dengan baik. Manajer memerlukan
umpan balik, sehingga mereka tahu apakah pesannya sudah diterima,
dipahami dan dilaksanakan atau tidak. Sistem informasi manajemen
biasanya dipergunakan untuk memonitor aktivitas yang dilakukan
dalam organisasi.
2. Empati
Empati merupakan komunikasi yang dilakukan dengan
berorientasi pada penerima. Komunikator harus menempatkan dirinya
sebagai penerima, sehingga proses penyandian, penggunaan bahasa dan
saluran disesuaikan dengan kondisi penerima, dengan demikian pesan
yang disampaikan akan dipahami dengan baik oleh penerima.
3. Pengulangan

14
Cara efektif untuk meningkatkan efektivitas komunikasi adalah
mengulangi pesan. Pengulangan membantu pendengar atau penerima
untuk menginterpretasikan pesan yang tidak jelas atau terlalu sulit untuk
dapat memahami pada saat pertamakali didengar. Bagi seorang
manajer, untuk permasalahan-permasalahan penting yang disampaikan
kepada bawahan dapat diulang paling tidak dua tiga kali. Komunikator
yang efektif melakukan pengulangan penyampaiannya dengan
menyajikan pesan yang sama dengan cara yang berbeda.
4. Menggunakan bahasa yang sederhana
Bahasa yang kompleks, istilah-istilah teknis dan jargon
menyebabkan komunikasi sulit dipahami oleh pendengar atau
penerima. Tidak benar bahwa gagasan yang bagus dan ilmiah harus
disampaikan dalam bahasa yang ilmiah dan teknis. Hampir setiap
gagasan dapat disampaikan dalam bahasa yang sederhana sehingga
setiap orang dapat memahami isi pesan yang disampaikan. Penting bagi
seorang yang akan menyampaikan gagasan untuk menyesuaikan bahasa
atau istilah-istilah yang dipakai agar sesuai dengan pendengarnya.
5. Penentuan waktu yang efektif
Satu permasalahan dalam komunikasi adalah pesan disampaikan
pada saat penerima belum siap mendengarkannya. Beberapa manajer
menjumpai bahwa pesan yang disampaikan kepadanya tidak sistematis
sehingga mereka tidak dapat mengkaitkan secara efektif dari satu topik
ke topik yang lainnya secepat seperti yang mereka inginkan. Oleh
karenanya cara yang efektif baik untuk komunikasi antar pribadi atau
organisasi adalah mengelola waktu untuk komunikasi sehingga pesan
yang disampaikan tersusun dengan baik ringkas dan mudah dipahami.
6. Mendengarkan secara efektif
Meningkatkan komunikasi yang efektif dapat juga dilakukan
dengan mendengarkan secara efektif. Komunikasi adalah masalah
memahami dan dipahami. Untuk mendorong seseorang mengemukakan

15
keinginannya, perasaannya dan emosinya adalah dengan mendengarkan
secara seksama. Manajer perlu meningkatkan kemampuannya untuk
mendengarkan dengan seksama dan sabar, penuh perhatian dan
memahaminya sehingga komunikasi antar bawahan dengan manajer
dapat berlangsung dengan efektif.
7. Mengatur arus informasi
Untuk mengatasi hambatan komunikasi karena beban informasi
yang berlebihan adalah dengan mengatur arus informasi. Tidak semua
informasi harus disampaikan kepada manajer, tetapi hanya informasi
penting sajalah yang disampaikan kepadanya. Komunikasi diatur
mutunya, jumlahnya dan cara penyampaiannya. Informasi yang
disampaikan harus sistematis, ringkas, dan memiliki bobot tingkat
kepentingan yang cukup.
8. Bertekad memegang teguh etika berkomunikasi
Etika merupakan prinsip-prinsip yang mengatur seseorang
untuk bersikap atau membawa diri. Orang yang tidak etis biasanya egois
dan tidak peduli salah atau benar. Komunikasi etis termasuk semua
informasi yang relevan, benar dalam segala segi, dan tidak
memperdayakan orang lain dengan cara apa pun.

2.7 Isu-Isu dalam Komunikasi


1. Hambatan-hambatan Komunikasi antara Perempuan dan Laki-laki

Kajian klasik yang dijalanankan oleh Deborah Tannen memberi


beberapa wawasan penting mengenai perbedaan antara kaum laki-laki dan
perempuan dalam hal gaya percakapan. Tanne menjelaskan bahwa intisari dari
riset ini adalah bahawa kaum laki-laki menggunakan pembicaraan untuk
menekankan status, semetara kaum perempuan menggunakan untuk
menciptakan koneksi. Kesimpulan tersebut tentu saja tidak dapat diterapkan
setiap laki-laki dan setiap perempuan. Seperti dinyatakan generalisasinya

16
adalah bahwa “suatu presentase yang tinggi dari kaum perempuan atau laki-laki
sebagai sebuah kelompok berbicara dengan cara tertentu, atau perempuan dan
laki-laki secara individual lebih berkemungkinan untuk berbicara dengan satu
cara tertentu dengan cara tertentunya”.

Tannen menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu tindakan


penyeimbangan yang terus menerus, bermain-main diantara kebutuhan akan
keintiman dan kebebasan yang tak terhenti bertentangan. Keintiman
menekankan kedekatan dan persamaan. Kebebasan menekankan keterpisahan
dan perbedaan. Tetapi inilah sensasinya: perempuan berbicara dan mendengar
suatu bahasa hubungan keintiman; laki-laki berbicara dan mendengar suatu
bahasa status, kekuasaan, dan kebebasan. Karena itu, bagi banyak laki-laki,
percakapan pertama-tama adalah suatu cara untuk mempertahankan kebebasasn
dan memelihara status dalam tata hierarki sosial. Bagi banyak kaum
perempuan, percakapan adalah negosiasi untuk kedekatan dimana orang
mencoba untuk mencari serta memberi konfirmasi dan dukungan. Contoh kecil
sebagai berikut akan memberi ilustrasi bagi tesis Tannen tersebut.

Laki-laki sering kali mengeluh bahwa perempuan selalu berbicara


masalah-masalah mereka. Perempuan sebaliknya, mengkritik laki-laki karna
tidak bisa mendengarkan. Yang terjadi ketika laki-laki mendengarkan suatu
masalah bahwa mereka serta-merta hendak menegaskan keinginan mereka akan
kebebasan dan kendali dengan cara menawarkan solusi. Banyak perempuan,
sementara itu memandang pemaparan suatu masalah sebagai cara memperoleh
dukungan dan merekatkan hubungan, tidak untuk mendapatkan nasihat dari
laki-laki. Sikap saling memahami ini bersifat simetris. Tapi memberi nasehat
bersifat asimetris, ini menempatkan si pemberi nasehat pada posisi sebagai
yang lebih berpengatahuan, lebih pintar, dan lebih memegang kendali. Keadaan
ini meberi andil dalam menjauhkan jarak laki-laki dan perempuan dalam usaha
mereka untuk berkomunikasi.
2. Sikap Diam sebagai Komunikasi

17
Sikap diam disini didefinisikan sebagai ketiadaan kata-kata atau
kegaduhan, umumnya diabaikan sebagai bentuk komunikasi dalam Perilaku
Organisasi karena hal tersebut mewakili ketidak tiadaan atau nonperilaku.
Tetapi, sikap diam tidak senantiasa berarti tiadanya tindakan. Sikap diam juga
bukan berarti suatu kegagalan untuk berkomunikasi, seperti banyak dipercaya
oleh orang-orang. Bahkan, hal tersebut dapat menjadi suatu bentuk komunikasi
yang sangat kuat. Sikap diam bisa berarti seseorang merasa khawatir dan takut
berbicara. Sikap diam dapat menunjukan sinyal persetujuan, perbedaan
pendapat, frustasi, atau kemarahan.

Dalam pengertian PO, kita dapat melihat sejemulah keterkaitan antara


sikap diam dan perilaku terkait pekerjaan. Misalnya sikap diam adalah salah
satu elemen penting dalam diskusi kelompok, dimana hal tersebut
mengimplikasikan persetujuan dengan mayoritas. Sikap diam dapat menjadi
salah satu cara karyawan untuk menyatakan ketidakpuasan mereka, seperti saat
mereka “menderita dengan diam”. Diam dapat menjadi tanda bahwa seseorang
sedang marah, seperti saat seseorang yang biasanya suka berbicara tiba-tiba
tidak mengatakan apa-apa. Sikap diam adalah alat yang penuh daya yang
digunakan oleh manajer untuk menununjukan ketidaksukaanya dengan cara
menghindari atau mengabaikan karyawan sambil “mencercanya dalam diam”.
Tentu saja, sikap diam adalah sebuah unsur penting dalam pengmbilan
keputusan kelompok, yang memungkinkan individu untuk berpikir kembali dan
mengotemplasikan apa yang telah dikatakan orang lain.
3. Komunikasi yang “Benar Secara Politik”

Sebagian besar dari kita sangat menyadari bagaiman pembendahraan


kata kita telah diubah untuk mencerminkan kebenaran politas. Misalnya, kita
telah menghapuskan kata-kata cacat, buta, dan tua dari pembendaharaan kata
kita, dan menggantinya dengan istilah-istilah seperti keterbatasan fisik,
terganggu pengelihatannya, dan senior. Di Los Angeles Times, sebagai misal,
mengizinkan para jurnalisnya untuk menggunakan istilah berusia tua, tetapi

18
sambil memperingatkan bahwa pemulaan usia tua berbeda “dari orang ke
orang”, sehingga suatu kelompok yang terdiri dari atas orang-orang yang
berusia dari 75 tahun tidak selalu semuanya tua.

Kita harus sentitif terhadap perasaan orang lain kata-kata tertentu dapa
menstereotip, mengintimidasi, dan menghina orang lain. Dalam suatu angkatan
kerja yang sangat beragam, kita mesti peka terhadap bagaimana kata-kata dapat
menyinggung perasaan orang lain. Namun ada sisi buruk dari kebenaran politis.
Kebenaran politis memperumit pembendaharaan kata kita, mempersulit orang
untuk berkomunikasi. Untuk mengilustrasikannya, anda mungkin
mengetahuinya arti dari ketiga istilah berikut: sampah, kuota, dan perempuan.
Tetapi setiap kata ini juga didapati bisa menyinggung perasaan satu kelompok
tertentu atau lebih. Kata-kata ini telah diganti dengan istilah dengan istilah
material sisa pascakonsumsi, ekuitas edukasional, dan kaum gender.
Masalahnya adalah bahwa kelompok istilah yang disebut trakhir ini memiliki
kemungkian kurang bisa menyampaikan pesan bila dibandingkan kata-kata
yang mereka gantikan.

Kata-kata merupakan sarana utama yang dipakai orang untuk


berkomunikasi. Ketika memutuskan untuk tidak lagi menggunakan kata-kata
tertentu karena tidak benar secara politis, kita mengurangi pilihan-pilihan kita
untuk menyampaikan pesan dalam bentuk yang lebih jelas dan akurat. Yang
terpenting, semakin banyak pembendaharaan kata yang digunakan oleh
seseorang pengirim dan penerima, semakin besar kesempatan untuk
menyampaikan pesan secara akurat. Dengan menghapus kata-kata tertentu dari
pembendaharaan kita, kita mempersulit usaha untuk berkomunikasi secara
akurat.

Kita mesti peka bahwa pilihan kata-kata kita dapat menyinggung


perasaan orang lain. Tetapi, kita pu harus berhati-hati untuk tidak
membersihkan bahasa kita sampai pada titik dimana hal tersebut secara nyata

19
menghalangi kejelasan komunikasi. Tidak ada solusi sederhana atas dilema ini.
Namun kita harus sadar akan baik-buruknya dan perlu terus menerus
menemukan keseimbangan yang tepat
4. Komunikasi Lintas Kultural

Komunikasi yang efektif sulit dicapai bahkan dalam kondisi yang ideal.
Berbagai faktor lintas kultural jelas-jelas meningkatkan potensi masalah. Hal
ini diilustrasikan dalam tampilan gambar dibawah. Sebuah isyarat yang
dpahami dan diterima dengan baik dalam satu kultur mungkin tidak berarti apa-
apa atau berarti cabul dalam kultur lain.

1) Hambatan-hambatan Kultural

Ada empat masalah khusus yag terkait dengan kesulitan-kesulitan


bahasa dalam komunikasi lintas kultural yaitu:
(1) Hambatan yang disebabkan sematik. Dimana yang telah dibahas
sebelumnya , kata-kata memiliki arti yang berbeda bagi orang yang
berbeda. Hal ini secara khusus berlaku bagi orang-orang dari kultur nasional

20
yang berbeda. Beberapa kata, misalnya, tidak dapat diterjemahkan dari satu
kultur ke kultur lain.
(2) Hambatan yang disebabkan oleh konotasi kata. Kata-kata menyiratkan hal
yang berbeda dalam bahasa yang berbeda.
(3) Hambatan yang disebabkan oleh perbedaan nada bicara. Dalam beberapa
kultur, bahasa bersifat formal, semetara dalam kultur lain informal. Dalam
kultur-kultur tertentu, perubahan nada bicara bergantung pada konteksnya.
(4) Hambatan yang disebabkan oleh perbedaan persepsi. Orang-orang yang
berbicara dengan bahasa yang berbeda sebenarnya memandang dunia
dalam cara yang berbeda.
2) Konteks Kultural

Pemahaman yang lebih bagi kata hambatan-hambatan kultural


ini dan berbagai implikasinya terhadap komunikasi lintas kultural dapat
dicapai dengan cara memperhatikan konsep kultur konteks yang tinggi
rendah.

Kultur cenderung berbeda dalam bobot nilainya sejauh konteks


memengaruhi arti yang dipahami seseorang dari apa yang secara actual
dikatakan atau tertulis dengan mempertimbangkan siapa orang lain tersebut.
Negara-negara seperti Cina, Korea, Jepang, dan Vietnam merupakan contoh
kultur konteks tinggi (high-context cultures). Mereka sangat mengandalkan
petunjuk-petunjuk nonverbal dan situasional yang halus ketika
berkomunikasi dengan orang lain. Apa yang tidak dikatakan mungkin lebih
signifikan daripada apa yang dikatakan. Status jabatan seseorang, posisinya
dalam masyarakat, serta reputasinya memberi pengaruh yang besar dalam
komunikasi. Sebaliknya, orang-orang Eropa dan Amerika Utara
merefleksikan kultur konteks rendah 9low context culture). Mereka pada
dasarnya mengandalkan kata-kata untuk menyampaikan arti. Bahasa tubuh
atau gelar formal menempati posisi kedua dibandingkan kata-kata yang
terucap dan tertulis. Konseksuensi perbedaan konteksual ini bagi

21
komunikasi sebernarnya cukup banyak. Komunikasi dalam kultur-kultur
konteks tinggi menyiratkan lebih banyak kepercayaan dari dua belah pihak.
3) Sebuah Panduan Kultural

Ketika berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda kultur


yang kita lakukan untuk meminimalkan salah persepsi, salah interpretasi,
dan salah evaluasi adalah dengan mencoba untuk menilai konteks
kulturalnya. Kita mungkin menjumpai kebih sedikit kesulitan jika orang-
orang tersebut datang dari konteks kultural yang mirip dengan kita. Selain
itu ada empat panduan untuk membatu:
(1) Asumsikan perbedaan hingga persamaan ditemukan. Sebagian besar dri
kita berasumsi bahwa orang lain lebih serupa dengan kita daripada yang
sesungguhnya. Tetapi, orang dari negara-negara yang berbeda sangat
lain dari kita. Jadi kemungkinan kita untuk membuat kesalahan jauh
lebih kecil jika kita mengasumsikan bahwa orang lain berbeda dari kita
daripada mengabaikan kesamaan hingga perbedaan ternyatakan.
(2) Tekankan deskripsi alih-alih interpretasi atau evaluasi.
Menginterpretasi atau mengevaluasi yang telah dikatakan atau dilaukan
seseorang, diperlawankan dengan deskripsi, adalah suatu upaya yang
yang lebih didasarkan pada kultur dan latar belakang si pengamat
daripada situasi yang telah diamati. Akibatnya, jangan memberikan
penilaian sampai kita telah mengambil waktu yang cukup untuk
mengamati dan menginterpretasi situasi tersebut dari persektif yang
berbeda dari semua kultur yang terlibat.
(3) Praktikan empati. Sebelum mengirimkan sebuah pesan, tempatkanlah
diri kita dalam posisi penerima. Cobalah untuk melihat orang lain
sebagaimana adanya.
(4) Perlakukan interpretasi kita sebagai hipotesis kerja. Setelah
mengembangkan penjelasan untuk suatu situasi yang baru atau setelah
merasa bahwa anda berempati dengan orang dari kultur lain,

22
perlakukanlah interpretasi anda itu sebagai sebuah hipotesis yang
membutuhkan pengujian lebih jauh alih-alih sebagai satu kepastian.
Nilailah dengan hati-hati umpan balik yang diberikan oleh penerima
untuk melihat apakah hal tersebut memperkuat hipotesis kita. Untuk
berbagai keputusan atau komunikasi penting, kita juga meminta
pertimbangan dari rekan-rekan kerja asing dan yang senegara asal
dengan kita guna memastikan bahwa interpretasi kita berada di jalur
yang benar.

2.8 Contoh Kasus


1. Kasus 1:

Hambatan Komunikasi Horizontal PT Masterindo Jaya Global Indonesia


Pimpinan perusahaan tidak melakukan kontrol kerja dan jarang
sekali datang ke pabrik untuk melakukan pengawasan. Hal ini
menyebabkan para karyawan bekerja tanpa kontrol dan tanpa pengawasan.
Perusahaan ini dalam melakukan aktivitas bisnisnya memiliki alur kerja
yang melibatkan sembilan divisi yang berbeda dari awal hingga akhir.
Dimulai dari divisi Marketing yang akan berhubungan langsung dengan
Customer hingga divisi gudang yang akan mengirimkan hasil produksi
kembali kepada Customer. Dalam proses ini, perusahaan ini sering sekali
mengalami hambatan komunikasi internal dimana sering kali terjadi salah
paham diantara para karyawan yang berbeda divisi kerja.
PT Masterindo Jaya Global Indonesia mengalami hambatan
dalam penyampaian informasi dan data kerja antar divisi. “Banyak
kesalahan informasi dari satu divisi ke divisi lainnya, mulai dari tanggal
pengiriman, jenis barang, dan sebagainya. Hal ini sangat menghambat
kinerja perusahaan yang membuat banyak customer kita kecewa dengan
cara kerja kita. Komunikasi yang tidak baik antar divisi menyebabkan
supply ke Customer sering terhambat, pada akhirnya nama perusahaan yang

23
menjadi buruk dimata customer yang kecewa. Sistem kerja sudah diatur
dengan baik tetapi individu-individu didalamnya masih banyak salah
informasi. Masalah komunikasi karyawan ini masalah perusahaan kita yang
perlu dievaluasi” (Wawancara dengan direktur PT Masterindo Jaya Global
Indonesia, Raymond Wijaya, 16 February 2014)
Berdasarkan jurnal e-komunikasi oleh Agatha Natalia Sugiarto
melalui observasi dan wawancara yang diteliti, dinyatakan bahwa
perusahaan PT Masterindo Jaya Global Indonesia terdapat hambatan
bahasa, persepsi, dan penyaringan. Peneliti jurnal ini mengemukakan
bahwa hambatan bahasa disebabkan oleh perbedaan spesialisasi kerja atau
latar belakang divisi. Hambatan bahasa ini dialami oleh divisi Purchasing
dengan divisi Maintenance. Divisi Maintenance adalah divisi berhubungan
dengan bidang permesinan sedangkan divisi purchasing berhubungan
dengan bidang ekonomi. Perbedaan divisi yang signifikan ini menghambat
pertukaran informasi antara kedua divisi ini dalam memaknai suatu kata.
Hambatan persepsi ini terjadi diantara supervisor. Dalam jurnal
itu mengemukakan bahwa setiap supervisor memiliki persepsi yang
berbeda-beda terhadap supervisor lainnya. Sedangkan hambatan
penyaringan informasi ini dilakukan oleh divisi personalia yang bernama
Deddie, dimana Deddie membuang atau menyingkat informasi sebelum
pesan itu diteruskan kepada orang lain .Hambatan-hambatan ini merupakan
penyebab dari banyaknya kesalahan informasi yang membuat terhambatnya
kinerja.

Pendapat Kelompok:
Menurut kelompok kami, hambatan dalam komunikasi dapat
membawa dampak yang serius bagi organisasi itu sendiri. Oleh karena itu,
hambatan komunikasi harus diatasi. Terdapat beberapa cara mengatasi
hambatan komunikasi menurut kelompok kami yaitu dengan menggunakan
bahasa yang sederhana tanpa meninggalkan atau menghilangkan inti yang

24
penting pada pesan tersebut, menggunakan umpan balik untuk mengetahui
apakah penerima pesan telah memahami yang disampaikan telah dipahami
dengan baik.
2. Kasus 2:

James W. Caruso Memilki Masalah Komunikasi

James W. Caruso hanya memiliki empat orang karyawan di


perusahaan hubungan masyarakatnya, Media First PR, Atlanta. Tetapi, ia
tampaknya telah berhasil dalam mengasingkan mereka.

Menurut para karyawannya, Caruso, 47, adalah seorang pria


brilian yang memiliki banyak hal untuk dipelajari agar bisa menjadi seorang
komunikator yang lebih baik. Gaya komunikasinya terus-menerus menjadi
sumber konflik di perusahaannya. Caruso mengakui bahwa ia memiliki
masalah. "saya mungkin kurang bisa memberikan pujian secara verbal
(sebagaimana yang seharusnya) ketika seseorang melakukan suatu
pekerjaan dengan baik. Saya adalah orang yang sangat prcaya diri. Saya
tidak butuh untuk diberitahu jika saya melakukan pekerjaan dengan baik,
tetapi ada orang yang membutuhkannya.

Para karyawan Caruso bisa dengan mudah mendaftar hal-hal yang


telah dilakukannya yang mengganggu mereka. Ia tidak memenuhi tenggat
waktu, ia melakukan pekerjaan yang buruk dalam berkomunikasi dengan
klien (yang seringkali menempatkan posisi karyawan di tempat yang tidak
nyaman), ia tidak sepenuhnya mendengarkan ide-ide karyawan sebelum
menyuruh karyawan itu pergi, nada bicaranya seringkali terdengar
merendahkan, dan ia seringkali cepat mengkritik karyawan dan kikir dalam
memberikan pujian.

Pendapat Kelompok:

25
Dari kasus diatas, menurut kelompok kami, banyak atasan yang
tuduh menjadi “komunikator yang buruk”. Hal ini terjadi karena seorang
atasan juga tekadang mengalami hambatan terhadap komunikasi. Seperti
contoh kasus James W. Caruso ini yang dimana dia mengalami hambatan
komunikasi seperti: persepsi selektif seperti dia merasa tidak
butuh diberi tahu dan dia tidak mendengar ide-ide dari karyawan karena
dia merasa sangat percaya diri sehingga dia hanya ingin melihat dan
mendengar apa yang ingin dia lihat dan dengar tanpa melihat persepsi
orang lain.

Dalam kasus tersebut terdapat pesan yang terkandung terkait


teori pujian dan komunikasi adalah yaitu pujian sangatlah penting bagi
karyawan yang disampikan dari atasan karena dengan pujian karyawan
menjadi lebih mendengar arahan dari atasan sekaligus agar menjadi
penyemangat dalam kinerjanya masing-masing.

Hal yang perlu dilakukan oleh Caruso menurut kelompok kami untuk
memperbaiki ketrampilan komunikasinya adalah Caruso harus memiliki
empati serta belajar untuk mendengarkan secara efektif dimana ia
perlu meningkatkan kemampuan untuk mendengarkan secara
seksama dan sabar, penuh perhatian, dan memahami, sehingga
komunikasi antar bawahan dan atasan dapat berlangsung efektif.

26
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan atau maksud yang
dilakukan melaui satu pihak atau orang lain baik dilakukan secara langsung atau
melaui media. Bagian – bagian atau unsur-unsur penting dari model komunikasi
ini meliputi (1) pengirim, (2) gangguan, (3) pesan, (4) saluran, (5)
penerjemahan sandi, (6) penerima, (7) gangguan, dan (8) umpan balik. Dalam
komunikasi antar individu dalam kelompok terdapat 3 metode pokok pada
dasarnya yang digunakan yaitu komunikasi lisan, komunikasi tertulis, dan
komunikasi verbal. Dalam komunikasi keorganisasian terdapat jaringan
kelompok kecil formal, jaringan komunikasi informal, mekanisme berbantuan
computer yang digunakan organisasi untuk memfasilitasi komunikasi, dan
topik manajemen yang juga terkait. Ada beberapa hambatan yang berpotensi
memperlambat atau menyimpangkan komunikasi yang efektif yaitu
penyaringan, persepsi selektif, kelebihan informasi, bahasa, serta kesulitan
komunikasi.
Dalam mengatasi hambatan dalam komunikasi ini terdapat cara yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan efektivitas komunikasi yaitu
meningkatkan umpan balik, empati, pengulangan, bahasa yang sederhana,
penentuan waktu yang efektif, mengatur arus informasi, serta bertekad
memegang teguh etika berkomunikasi. Terdapat isu-isu dalam komunikasi
yaitu hambatan komunikasi antara perempuan dan laki-laki, sikap diam sebagai
berkomunikasi yang “benar secara politik”, serta komunikasi lintas kultural

27
3.2 Saran
Sebagai mahasiswa yang mempelajari perilaku keorganisasian, perlu
untuk mengetahui dan memahami konsep komunikasi, proses dan unsurnya,
komunikasi antar individu dalam kelompok, isu-isu dalam komunikasi, dan
solusi terhadap hambatan dalam komunikasi.

28
DAFTAR PUSTAKA

Robbins, Stephen P. dan Timothy A. Judge. 2008. Perilaku Organisasi. Ed ke-12.


Jakarta: Salemba Empat

Supartha, Wayan Gede dan Desak Ketut Sintaasih. 2017. Pengantar Perilaku
Organisasi Teori, Kasus, dan Aplikasi Penelitian. Denpasar: CV. Setia Bakti

Sugiarto, Agatha Natalia. 2014. Hambatan Komunikasi Horizontal PT Masterindo


Jaya Global Indonesia. Jurnal e-komunikasi Prodi Ilmu Komunikasi Universitas
Kristen Petra. 2, 1-11

29

Anda mungkin juga menyukai