Anggota Kelompok 6 :
JURUSAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
i
KATA PENGANTAR
Om Swastiastu
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dari-NYA kami dapat menyelesaikan tugas paper ini dengan baik. Paper ini
disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang apa yang kami sajikan
berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. AA Sagung Kartika Dewi,
MM yang telah memberikan bekal ilmu dan membimbing kami dalam mata kuliah
Perilaku Keorganisasian serta rekan-rekan tim penyusun yang telah membatu
pembuatan paper ini.
Kami menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan, karena itu
tanggapan dan bimbingan dari Ibu Dra. AA Sagung Kartika Dewi, MM khususnya,
dari para pembaca umumnya sangat kami harapkan demi kesempurnaan tulisan ini
di masa yang akan datang. Atas semua tanggapan dan bimbingan yang ikhlas
terlebih dahulu kami ucapkan terimakasih.
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Komunikasi tidak hanya penting untuk manusia tetapi juga penting untuk
sistem pengendalian manajemen yang merupakan alat untuk mengarahkan,
memotivasi, memonitor atau mengamati serta evaluasi pelaksanaan manajemen
perusahaan yang mencoba mengarahkan pada tujuan organisasi dalam perusahaan
agar kinerja yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan dapat berjalan lebih
efesien dan lancar, yang dimonitor atau yang diatur dalam sistem pengendalian
manajemen adalah kinerja dari perilaku manajer di dalam mengelola perusahaan.
1
pencapaian tujuan organisasi yang diharapkan pada dasar yang berkesinambungan.
Untuk membentuk suatu kerja sama yang baik jelas perlu adanya komunikasi yang
baik antara unsur-unsur yang ada di dalam organisasi tersebut. Komunikasi yang
baik akan menimbulkan saling pengertian dan kenyamanan dalam bekerja.
Tujuan penulisan ini adalah untuk memahami konsep komunikasi, proses dan
unsurnya, komunikasi antar individu dalam kelompok, isu-isu dalam komunikasi,
dan solusi terhadap hambatan dalam komunikasi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Pengirim mengirimkan sebuah pesan dengan cara menyandikan
pemikirannya, pesan tersebut adalah produk fisik actual dari penyandian oleh
pengirim, ketika kita berbicara, pembicaranya tersebut adalah pesan, ketika kita
menulis, tulisan kita adalah pesan, ketika kita memberikan gerak isyarat
gerakan kita adalah pesan. Saluran merupakan perantara yang dipakai pesan
dalam menempuh perjalanan. Saluran tersebut dipilih oleh pengirim yang
menentukan apakah ia hendak menggunakan saluran yang formal atau informal
saluran formal (formal channel) disediakan oleh organisasi yang berfungsi
sebagai penyampai pesan yang berhubungan dengan aktivitas professional dari
para anggotanya, secara tradisional saluran ini mengikuti rantai otoritas dalam
organisasi. Berbagai bentuk pesan lain, seperti pesan pribadi atau sosial,
mengunakan saluran informal (informal channel) dalam organisasi, saluran
informal tersebut sebagai tanggapan terhadap pilihan individual penerima
adalah objek yang menjadi sasaran dari pesan itu.
Tetapi, sebelum pesan tersebut dapat diterima simbol didalamnya harus
diterjemahkan menjadi bentuk yang dapat dipahami oleh penerima. Langkah
ini disebut penerjemahan sandi dalam pesan. Gangguan mewakili berbagai
hambatan komunikasi yang mengacaukan kejelasan pesa. Contoh – contoh
sumber gangguan meliputi maslah persepsi, muatan informasi yang berlebihan,
kesulitan kesulitan tematik atau perbedaan kultural. Mata rantai terakhir dalam
proses komunikasi adalah lingkungan umpan balik adalah sarana pengecekan
mengenai seberapa berhasil kita telah menyampaikan pesan kita serperti yang
di maksudkan pada awalnya hal ini menentukan apakah pemahaman telah
tercapai.
4
2.3 Komunikasi Antar Individu dalam Kelompok
Terdapat tiga metode pokok yang pada dasarnya yang digunakan, yaitu:
1. Komunikasi Lisan
Sarana utama menyampaikan pesan adalah komunikasi lisan.
Pidato, berbagai diskusi formal satu-lawan-satu dan kelompok, serta desas-
desus informal atau desas-desus merupakan berbagai bentuk popular dari
komunikasi lisan.
Kekuatan komunikasi lisan terletak pada kecepatan dan umpan
baliknya. Suatu pesan verbal dapat disampaikan dan jawabannya bisa diterima
dalam waktu yang singkat. Jika si penerima tidak yakin atas pesan yang
diperolehnya, umpan balik yang cepat memungkinkan adanya deteksi awal oleh
pengirimnya, dan dengan demikian, memungkinkan dilakukannya koreksi yang
segera.
Kelemahan terbesar dari komunikasi lisan terdapar dalam
organisasinya atau ketika pesan tersebut harus disampaikan melalui sejumlah
orang. Semakin banyak orang yang harus dilalui oleh sebuah pesan, semakin
besar kemungkinan penyimpangannya. Jika pernah bermain dalam permainan
“telepon” di suatu pesta, pasti kita tahu masalahnya. Setiap orang
menerjemahkan pesan tersebut dengan caranya sendiri. Isi pesan, ketika sampai
di tujuannya, sering kali sangat berbeda dari aslinya. Dalam sebuah organisasi,
dimana keputusan dan komunikasi disampaikan secara verbal ke atas dan ke
bawah hierarki otoritas, ada banyak peluang bagi pesan tersebut untuk
mengalami penyimpangan.
2. Komunikasi Tertulis
Komunikasi tertulis meliputi memo, surat, faks, email, pesan instan,
majalah organisasional, pengumuman yang ditempelkan di papan bulletin, atau
sarana-sarana lain yang disampaikan melalui tulisan atau simbol.
Ada alasan orang memilih mengirim pesan menggunakan
komunikasi tertulis yaitu karena cara ini mudah dan bisa diverifikasi. Pesan
5
dalam bentuk cetakan membuat pengirim mampu penerima memiliki
dokumentasi dari komunikasi tersebut, dan pesan itu dapat tersimpan selama
waktu yang tak terhingga. Jika muncul pertanyaan mengenai isinya, pesan
tersebut tersedia secara fisik untuk referensi lebih lanjut. Fitur semacam ini
secara khusus penting bagi komunikasi yang kompleks dan jangka panjang.
Manfaat terakhir dari komunikasi tertulis diproleh dari prosesnya sendiri.
Biasanya kita lebih berhati-hati dalam kata-kata tertulis daripada kata lisan.
Kita dipaksa untuk berpikir secara lebih teliti dengan apa yang ingin kita
sampaikan dalam sebuah pesan tertulis daripada yang terucap. Jadi, komunikasi
tertulis biasannya lebih matang, logis, dan jelas.
Tetapi pesan tertulis juga memiliki kelemahannya. Komunikasi
ini memakan waktu. Kita dapat menyampaikan jauh lebih banyak informasi
kepada seorang dosen perguruan tinggi dalam ujian lisan satu jam daripada
dalam ujian tulis satu jam. Jadi walaupun lebih terlihat cermat, tulisan juga
menghabiskan lebih banyak waktu. Kelemahan lainnya yaitu umpan balik, atau
tiadannya umpan balik. Komunikasi lisan memungkinkan si penerima untuk
menanggapi dengan segera apa yang menurutnya ia dengar. Tetapi komunikasi
ltertulis, dalam dirinya sendiri, tidak memiliki mekanisme umpan balik
semacam itu. Hasilnya adalah bahwa pengirim sebuah memo tidak
menyampaikan jaminan bahwa memo tersebut diterima, dan jika diterima pun,
tidak ada jaminan bahwa penerima akan menerjemahkan atau memahaminya
seperti yang dimaksud si pengirim. Poin yang disebut belakangan ini juga
relavan dalam komunikasi lisan, kecuali bahwa dalam kasus ini meminta
penerima untuk merangkum apa yang telah disampaikan bukanlah hal yang
sulit. Suatu rangkuman yang akurat menjadi semacam umpan balik bahwa
pesan tersebut telah diterma dan dipahami dengan benar.
3. Komunikasi Nonverbal
6
nonverbal itu dapat berdiri sendiri. Sebagain contoh, di sebuah bar kaum lajang,
pandangan, senyuman, kerutan dahi, dan gerakan tubuh yang provokatif
menyampaika artinya sendiri. Diskusi tentang komunikasi tidak akan lengkap
tanpa mempertimbangkan komunikasi nonverbal – yang meliputi gerakan
tubuh, intonasi atau tekanan yang kita berikan pada kata-kata kita, mimik
wajah, dan jarak fisik antara pengirim dan penerima pesan.
Dapat dikatakan bahwa setiap gerakan tubuh memiliki arti dan tidak ada
gerakan yang sama sekali kebetulan. Misalnya, melalui bahasa tubuh kita
mengatakan, “Tolonglah saya yang kesepian ini”; “Tinggalkan saya sendiri,
saya sedang tertekan.” Dan, jarang sekali kita mengiriman pesan-pesan kita itu
secara sadar. Kita memerankan keadaan kita dengan bahasa tubuh nonverbal.
Dua hal terpenting yang disampaikan bahasa tubuh adalah (1) sejauh mana
seorang individu menyukai orang lain dan tertarik pada pandangannya, dan (2)
status relatif yang dirasakan antara pengirim dan penerima.
7
Jaringan rantai secara kaku mengikuti rantai komando formal. Jaringan
ini mewakili saluran-saluran komunikasi yang dapat anda temui dalam suatu
organisasitiga tingkat yang kaku. Roda bergantung pada satu figur sentral yang
bertindak selaku perantara komunikasi antara semua kelompok. Jaringan roda
merupakan contoh dari jaringan komunikasi yang akan anda temukan pada
sebuah tim dengan seorang pemimpin yang kuat. Jaringan seluruh saluran
memungkinkan semua anggota kelompok saling berkomunikasi secara aktif.
Dalam praktiknya, jaringan ini sangat sering dikaitkan dengan tim-tim yang
otonom, di mana semua anggota kelompok bebas untuk berkontribusi dan tidak
ada orang yang memegang peran pemimpin.
8
bukanlah sumber informasi yang penting. Sebuah survei, misalnya menemukan
bahwa 75 persen karyawan pertama kali mendengar berita tertentu melalui
desas-desus.
9
Jadi desas-desus merupakan salah satu bagian penting dari jaringan
komunikasi kelompok atau organisasi manapun dan hal itu mesti dipahami.
Desas-desus membuat para manajer dapat merasakan moril organisasi mereka,
mengidentifikasi isu-isu yang diangap penting oleh karyawan, dan mebantu
memahami kekhawatiran-kekhawatiran para karyawan. Dengan demikian
desas-desus betindak sebagai saringan maupun mekanisme umpan balik, yang
mengambil isu-isu yang dianggap relavan oleh karyawan. Bagi karyawan,
desas-desus secara khusus penting untuk menerjemahkan komunikasi formal
ke dalam jargon mereka sendiri. Mungkin hal yang lebih penting, sekali lagi
perspektif manajerial, tampaknya bukan hal yang sulit untuk menganalisis
informasi desas-desus dan memperkirakan alirannya, karena hanya sekelompok
kecil individu (rata-rata 10 persen) yang secara aktif meneruskan informasi
semacam itu kepada leboh dari satu orang. Dengan menemukan individu-
individu penghubung mana yang akan menganggap sebuah informasi tertentu
relavan, kita dapat meningkatkan kemampuan kita untuk menjelaskan dan
memperkirakan pola desas-desus. Manajmen tidak bisa saja menghilangkan
desas-desus secara menyeluruh. Tetapi yang harus dilakukan manajemen
adalah meminimalkan konsekuensi negative dari desas-desus dengan cara
membatasi jangkauan dan dampaknya.
3. Komunikasi Berbantuan Komputer
10
purnawaktu di rumah atau di tempat lain selain di fasilitas yang dioperasikan
secara organisasional, dan melakukan komunikasi terus-menerus dengan
orang-orang di organisasi lain.
4. Manajemen Pengetahuan
11
2.5 Hambatan Terhadap Komunikasi
12
instan, panggilan telepon, faks, pertemuan, dan kebutuhan untuk selalu
mengikuti perkembangan termutakhir dalam bidang kerja seseorang, manajer
dan professional sekarang memiliki potensi yang sangat besar untuk mengalami
kelebihan informasi. Bila seseorang memiliki lebih banyak informasi dari yang
dapat mereka pilah dan pakai, maka mereka cenderung untuk membuang,
mengabaikan, atau melupakan informasi tersebut. Atau mereka mungkin
menunda untuk memproses lebih lanjut hingga situasi berlebih itu berlalu.
Tetapi apa pun itu, hasilnya adalah hilangnya informasi dan komunikasi yang
kurang efektif
4. Emosi
Apa yang tengah dirasakan oleh penerima ketika menerima suatu
komunikasi akan mempengaruhi cara ia menerjemahkannya. Emosi-emosi
ekstrem seperti rasa girang atau depresi memiliki potensi yang sangat besar
untuk menghambat komunikasi yang efektif. Dalam keadaan semacam itu, kita
cenderung mengbaikan proses pemikiran rasional dan objektif kita serta
menggantikannya dengan penilaian emosional.
5. Bahasa
Kata-kata bisa memiliki arti yang berbeda untuk orang yang berbeda.
Umur, pendidikan, dan latar belakang kultural adalah 3 variabel yang menonjol
yang memengaruhi bahasa yang digunakan seseorang dan definisi yang ia
berikan pada kata-kata. Meskipun anda dan saya mungkin berbicara dalam
bahasa yang sama – bahasa Inggris atau Indonesia – penggunaan kita atas
bahasa tersebut jauh dari seragam. Jika kita memahami bagaimana masing-
masing dari kita memodifikasi bahasa, berbagai kesulitan komunikasi kiranya
dapat diminimalkan. Masalahnya adalah bahwa para anggota dalam sebuah
organisasi biasanya tidak menyadari bahwa orang-orang yang berinteraksi
dengan mereka telah memodifikasi bahasa tersebut. Pengirim cenderung
mengasumsikan bahwa kata-kata dan istilah-istilah yang mereka gunakan
berarti sama untuk penerima, begitu pula sebaliknya, namun asumsi ini sering
kali tidak benar.
13
6. Kesulitan Komunikasi
Kesulitan komunikasi adalah ketegangan dan kegelisahan yang tidak
semestinya terkait komunikasi lisan, komunikasi tertulis, atau keduanya.
Meskipun banyak orang takut berbicara di depan suatu kelompok, kesulitan
komunikasi merupakan masalah yang lebih serius, karena hal ini memengaruhi
seluruh kategori teknik komunikasi.
14
Cara efektif untuk meningkatkan efektivitas komunikasi adalah
mengulangi pesan. Pengulangan membantu pendengar atau penerima
untuk menginterpretasikan pesan yang tidak jelas atau terlalu sulit untuk
dapat memahami pada saat pertamakali didengar. Bagi seorang
manajer, untuk permasalahan-permasalahan penting yang disampaikan
kepada bawahan dapat diulang paling tidak dua tiga kali. Komunikator
yang efektif melakukan pengulangan penyampaiannya dengan
menyajikan pesan yang sama dengan cara yang berbeda.
4. Menggunakan bahasa yang sederhana
Bahasa yang kompleks, istilah-istilah teknis dan jargon
menyebabkan komunikasi sulit dipahami oleh pendengar atau
penerima. Tidak benar bahwa gagasan yang bagus dan ilmiah harus
disampaikan dalam bahasa yang ilmiah dan teknis. Hampir setiap
gagasan dapat disampaikan dalam bahasa yang sederhana sehingga
setiap orang dapat memahami isi pesan yang disampaikan. Penting bagi
seorang yang akan menyampaikan gagasan untuk menyesuaikan bahasa
atau istilah-istilah yang dipakai agar sesuai dengan pendengarnya.
5. Penentuan waktu yang efektif
Satu permasalahan dalam komunikasi adalah pesan disampaikan
pada saat penerima belum siap mendengarkannya. Beberapa manajer
menjumpai bahwa pesan yang disampaikan kepadanya tidak sistematis
sehingga mereka tidak dapat mengkaitkan secara efektif dari satu topik
ke topik yang lainnya secepat seperti yang mereka inginkan. Oleh
karenanya cara yang efektif baik untuk komunikasi antar pribadi atau
organisasi adalah mengelola waktu untuk komunikasi sehingga pesan
yang disampaikan tersusun dengan baik ringkas dan mudah dipahami.
6. Mendengarkan secara efektif
Meningkatkan komunikasi yang efektif dapat juga dilakukan
dengan mendengarkan secara efektif. Komunikasi adalah masalah
memahami dan dipahami. Untuk mendorong seseorang mengemukakan
15
keinginannya, perasaannya dan emosinya adalah dengan mendengarkan
secara seksama. Manajer perlu meningkatkan kemampuannya untuk
mendengarkan dengan seksama dan sabar, penuh perhatian dan
memahaminya sehingga komunikasi antar bawahan dengan manajer
dapat berlangsung dengan efektif.
7. Mengatur arus informasi
Untuk mengatasi hambatan komunikasi karena beban informasi
yang berlebihan adalah dengan mengatur arus informasi. Tidak semua
informasi harus disampaikan kepada manajer, tetapi hanya informasi
penting sajalah yang disampaikan kepadanya. Komunikasi diatur
mutunya, jumlahnya dan cara penyampaiannya. Informasi yang
disampaikan harus sistematis, ringkas, dan memiliki bobot tingkat
kepentingan yang cukup.
8. Bertekad memegang teguh etika berkomunikasi
Etika merupakan prinsip-prinsip yang mengatur seseorang
untuk bersikap atau membawa diri. Orang yang tidak etis biasanya egois
dan tidak peduli salah atau benar. Komunikasi etis termasuk semua
informasi yang relevan, benar dalam segala segi, dan tidak
memperdayakan orang lain dengan cara apa pun.
16
adalah bahwa “suatu presentase yang tinggi dari kaum perempuan atau laki-laki
sebagai sebuah kelompok berbicara dengan cara tertentu, atau perempuan dan
laki-laki secara individual lebih berkemungkinan untuk berbicara dengan satu
cara tertentu dengan cara tertentunya”.
17
Sikap diam disini didefinisikan sebagai ketiadaan kata-kata atau
kegaduhan, umumnya diabaikan sebagai bentuk komunikasi dalam Perilaku
Organisasi karena hal tersebut mewakili ketidak tiadaan atau nonperilaku.
Tetapi, sikap diam tidak senantiasa berarti tiadanya tindakan. Sikap diam juga
bukan berarti suatu kegagalan untuk berkomunikasi, seperti banyak dipercaya
oleh orang-orang. Bahkan, hal tersebut dapat menjadi suatu bentuk komunikasi
yang sangat kuat. Sikap diam bisa berarti seseorang merasa khawatir dan takut
berbicara. Sikap diam dapat menunjukan sinyal persetujuan, perbedaan
pendapat, frustasi, atau kemarahan.
18
sambil memperingatkan bahwa pemulaan usia tua berbeda “dari orang ke
orang”, sehingga suatu kelompok yang terdiri dari atas orang-orang yang
berusia dari 75 tahun tidak selalu semuanya tua.
Kita harus sentitif terhadap perasaan orang lain kata-kata tertentu dapa
menstereotip, mengintimidasi, dan menghina orang lain. Dalam suatu angkatan
kerja yang sangat beragam, kita mesti peka terhadap bagaimana kata-kata dapat
menyinggung perasaan orang lain. Namun ada sisi buruk dari kebenaran politis.
Kebenaran politis memperumit pembendaharaan kata kita, mempersulit orang
untuk berkomunikasi. Untuk mengilustrasikannya, anda mungkin
mengetahuinya arti dari ketiga istilah berikut: sampah, kuota, dan perempuan.
Tetapi setiap kata ini juga didapati bisa menyinggung perasaan satu kelompok
tertentu atau lebih. Kata-kata ini telah diganti dengan istilah dengan istilah
material sisa pascakonsumsi, ekuitas edukasional, dan kaum gender.
Masalahnya adalah bahwa kelompok istilah yang disebut trakhir ini memiliki
kemungkian kurang bisa menyampaikan pesan bila dibandingkan kata-kata
yang mereka gantikan.
19
menghalangi kejelasan komunikasi. Tidak ada solusi sederhana atas dilema ini.
Namun kita harus sadar akan baik-buruknya dan perlu terus menerus
menemukan keseimbangan yang tepat
4. Komunikasi Lintas Kultural
Komunikasi yang efektif sulit dicapai bahkan dalam kondisi yang ideal.
Berbagai faktor lintas kultural jelas-jelas meningkatkan potensi masalah. Hal
ini diilustrasikan dalam tampilan gambar dibawah. Sebuah isyarat yang
dpahami dan diterima dengan baik dalam satu kultur mungkin tidak berarti apa-
apa atau berarti cabul dalam kultur lain.
1) Hambatan-hambatan Kultural
20
yang berbeda. Beberapa kata, misalnya, tidak dapat diterjemahkan dari satu
kultur ke kultur lain.
(2) Hambatan yang disebabkan oleh konotasi kata. Kata-kata menyiratkan hal
yang berbeda dalam bahasa yang berbeda.
(3) Hambatan yang disebabkan oleh perbedaan nada bicara. Dalam beberapa
kultur, bahasa bersifat formal, semetara dalam kultur lain informal. Dalam
kultur-kultur tertentu, perubahan nada bicara bergantung pada konteksnya.
(4) Hambatan yang disebabkan oleh perbedaan persepsi. Orang-orang yang
berbicara dengan bahasa yang berbeda sebenarnya memandang dunia
dalam cara yang berbeda.
2) Konteks Kultural
21
komunikasi sebernarnya cukup banyak. Komunikasi dalam kultur-kultur
konteks tinggi menyiratkan lebih banyak kepercayaan dari dua belah pihak.
3) Sebuah Panduan Kultural
22
perlakukanlah interpretasi anda itu sebagai sebuah hipotesis yang
membutuhkan pengujian lebih jauh alih-alih sebagai satu kepastian.
Nilailah dengan hati-hati umpan balik yang diberikan oleh penerima
untuk melihat apakah hal tersebut memperkuat hipotesis kita. Untuk
berbagai keputusan atau komunikasi penting, kita juga meminta
pertimbangan dari rekan-rekan kerja asing dan yang senegara asal
dengan kita guna memastikan bahwa interpretasi kita berada di jalur
yang benar.
23
menjadi buruk dimata customer yang kecewa. Sistem kerja sudah diatur
dengan baik tetapi individu-individu didalamnya masih banyak salah
informasi. Masalah komunikasi karyawan ini masalah perusahaan kita yang
perlu dievaluasi” (Wawancara dengan direktur PT Masterindo Jaya Global
Indonesia, Raymond Wijaya, 16 February 2014)
Berdasarkan jurnal e-komunikasi oleh Agatha Natalia Sugiarto
melalui observasi dan wawancara yang diteliti, dinyatakan bahwa
perusahaan PT Masterindo Jaya Global Indonesia terdapat hambatan
bahasa, persepsi, dan penyaringan. Peneliti jurnal ini mengemukakan
bahwa hambatan bahasa disebabkan oleh perbedaan spesialisasi kerja atau
latar belakang divisi. Hambatan bahasa ini dialami oleh divisi Purchasing
dengan divisi Maintenance. Divisi Maintenance adalah divisi berhubungan
dengan bidang permesinan sedangkan divisi purchasing berhubungan
dengan bidang ekonomi. Perbedaan divisi yang signifikan ini menghambat
pertukaran informasi antara kedua divisi ini dalam memaknai suatu kata.
Hambatan persepsi ini terjadi diantara supervisor. Dalam jurnal
itu mengemukakan bahwa setiap supervisor memiliki persepsi yang
berbeda-beda terhadap supervisor lainnya. Sedangkan hambatan
penyaringan informasi ini dilakukan oleh divisi personalia yang bernama
Deddie, dimana Deddie membuang atau menyingkat informasi sebelum
pesan itu diteruskan kepada orang lain .Hambatan-hambatan ini merupakan
penyebab dari banyaknya kesalahan informasi yang membuat terhambatnya
kinerja.
Pendapat Kelompok:
Menurut kelompok kami, hambatan dalam komunikasi dapat
membawa dampak yang serius bagi organisasi itu sendiri. Oleh karena itu,
hambatan komunikasi harus diatasi. Terdapat beberapa cara mengatasi
hambatan komunikasi menurut kelompok kami yaitu dengan menggunakan
bahasa yang sederhana tanpa meninggalkan atau menghilangkan inti yang
24
penting pada pesan tersebut, menggunakan umpan balik untuk mengetahui
apakah penerima pesan telah memahami yang disampaikan telah dipahami
dengan baik.
2. Kasus 2:
Pendapat Kelompok:
25
Dari kasus diatas, menurut kelompok kami, banyak atasan yang
tuduh menjadi “komunikator yang buruk”. Hal ini terjadi karena seorang
atasan juga tekadang mengalami hambatan terhadap komunikasi. Seperti
contoh kasus James W. Caruso ini yang dimana dia mengalami hambatan
komunikasi seperti: persepsi selektif seperti dia merasa tidak
butuh diberi tahu dan dia tidak mendengar ide-ide dari karyawan karena
dia merasa sangat percaya diri sehingga dia hanya ingin melihat dan
mendengar apa yang ingin dia lihat dan dengar tanpa melihat persepsi
orang lain.
Hal yang perlu dilakukan oleh Caruso menurut kelompok kami untuk
memperbaiki ketrampilan komunikasinya adalah Caruso harus memiliki
empati serta belajar untuk mendengarkan secara efektif dimana ia
perlu meningkatkan kemampuan untuk mendengarkan secara
seksama dan sabar, penuh perhatian, dan memahami, sehingga
komunikasi antar bawahan dan atasan dapat berlangsung efektif.
26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan atau maksud yang
dilakukan melaui satu pihak atau orang lain baik dilakukan secara langsung atau
melaui media. Bagian – bagian atau unsur-unsur penting dari model komunikasi
ini meliputi (1) pengirim, (2) gangguan, (3) pesan, (4) saluran, (5)
penerjemahan sandi, (6) penerima, (7) gangguan, dan (8) umpan balik. Dalam
komunikasi antar individu dalam kelompok terdapat 3 metode pokok pada
dasarnya yang digunakan yaitu komunikasi lisan, komunikasi tertulis, dan
komunikasi verbal. Dalam komunikasi keorganisasian terdapat jaringan
kelompok kecil formal, jaringan komunikasi informal, mekanisme berbantuan
computer yang digunakan organisasi untuk memfasilitasi komunikasi, dan
topik manajemen yang juga terkait. Ada beberapa hambatan yang berpotensi
memperlambat atau menyimpangkan komunikasi yang efektif yaitu
penyaringan, persepsi selektif, kelebihan informasi, bahasa, serta kesulitan
komunikasi.
Dalam mengatasi hambatan dalam komunikasi ini terdapat cara yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan efektivitas komunikasi yaitu
meningkatkan umpan balik, empati, pengulangan, bahasa yang sederhana,
penentuan waktu yang efektif, mengatur arus informasi, serta bertekad
memegang teguh etika berkomunikasi. Terdapat isu-isu dalam komunikasi
yaitu hambatan komunikasi antara perempuan dan laki-laki, sikap diam sebagai
berkomunikasi yang “benar secara politik”, serta komunikasi lintas kultural
27
3.2 Saran
Sebagai mahasiswa yang mempelajari perilaku keorganisasian, perlu
untuk mengetahui dan memahami konsep komunikasi, proses dan unsurnya,
komunikasi antar individu dalam kelompok, isu-isu dalam komunikasi, dan
solusi terhadap hambatan dalam komunikasi.
28
DAFTAR PUSTAKA
Supartha, Wayan Gede dan Desak Ketut Sintaasih. 2017. Pengantar Perilaku
Organisasi Teori, Kasus, dan Aplikasi Penelitian. Denpasar: CV. Setia Bakti
29