Anda di halaman 1dari 9

PERILAKU KONSUMEN

RMK RPS 10: PENGARUH BUDAYA TERHADAP PERILAKU KONSUMEN

Denpasar, 29 April 2019


Dosen Pengampu: Ni Made Rastini, SE, MM
Kelompok 5 :

1. Niswatul Ula Falqi (1707522026)


2. Desak Putu Ariesi (1707522027)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
Topik Bahasan: Pengaruh Budaya Terhadap Perilaku Konsumen

1. Pengertian Budaya, Sub-Budaya, dan Lintas Budaya


Budaya adalah segala nilai, pemikiran, simbol, yang mempengaruhi perilaku, sikap,
kepercayaan, dan kebiasaan seseorang dan masyarakat. Budaya buka hanya bersifat abstrak
tetapi bisa berbentuk objek material seperti rumah, kendaraan, peralatan elektronik, pakaian,
indang-undang, makanan, minuman, musik, teknologi, dan bahasa. Menurut Peter dan Olson
(1999), arti makna budaya adalah jika sebagian besar dari orang yang berada di dalam sebuah
kelompok sosial memiliki pemahaman mendasar yang sama terhadap makna tersebut.
Subbudaya adalah kelompok budaya berbeda yang ada sebagai sebuah segmen yang
dapat dikenali dalam suatu masa Sub-Budaya Agama karena bervariasi dan pluraris serta sifatnya
yang pribadi membuat kelompok agama mempunyai pengaruh penting bagi konsumsi suatu
masyarakat, kelompok keagamaan akan memperlihatkan preferensi dan tabu yang spesifik.
Pemasar hendaknya dapat memperhatikan secara seksama preferensi dan tabu yang spesifik atas
barang yang dihasilkan karena akan mempengaruhi perilaku pembeli dari sub-budaya kelompok
kagamaan yang dimaksud.

2. Pengukuran Budaya
Pemasar dapat menggunakan berbagai prosedur untuk mengukur kandungan budaya yaitu
melalui analisis kandungan budaya, penelitian etnografis dan pengukuran nilai. Pendekatan yang
umum dipakai adalah dengan penelitian konsumen melalui wawancara, survei, telepon bahkan
fokus group). Analisis kandungan budaya dapat dilakukan dengan mengamati obyek material
yang ada dalam kelompok sosial, misalnya komik yang beredar di kalangan anak-anak sering
berisi tentang nilai-nilai persahabatan, nilai agama, bahkan ini dapat diamati selama periode
waktu tertentu, seperti perubahan peran wanita yang bekerja dalam puluhan tahun terakhir
sehingga iklan dapat disentuhkan dengan keberadaan mereka. Pengukuran nilai cenderung
dilakukan secara langsung untuk melihat nilai dominan, dengan alat penilaian tertentu seperti
rangking nilai yang dominan dan menggunakan metode statistik tertentu.
Beberapa perubahan pemasaran yang dapat mempengaruhi kebudayaan, seperti :
1) Tekanan pada kualitas
2) Peranan wanita yang berubah
3) Perubahan kehidupan keluarga
4) Sikap yang berubah terhadap kerja dan kesenangan
5) Waktu senggang yang meningkat
6) Pembelian secara impulsive

3. Sub-Budaya Dan Interaksinya


Bagi pemasar di Indonesia, dimana mayoritas penduduknya beragama Islam
mengharuskan mereka untuk mendapatkan sertifikasi halal untuk setiap produk yang
berhubungan dengan makanan. Konsumen yang beragama Islam lebih cenderung memperhatikan
kehalalan suatu produk, sebelum dia membeli produk tersebut, seperti perusahaan yang
memproduksi Ajinomoto yang beberapa waktu lalu mempromosikan produknya secara gencar
mengenai kehalalan produknya Di Bali yang sebagian besar penduduknya beragama Hindu,
mengharuskan seorang pemasar untuk tidak memasarkan produk makanan yang mengandung
daging sapi. Bagi pemeluk agama Budha dan agama Kristen Advent yang tidak mengkonsumsi
daging merupakan pasar tersendiri bagi seorang pemasar, misalnya dengan membuka rumah
makan/ restoran vegetarian.
1) Sub-Budaya Geografis dan Regional
Daerah geografis suatu negara kadang mengembangkan budayanya sendiri.
Daerah barat daya merika Serikat dikenal karena gaya hidup kasual yang meninjolkan
busana yang nyaman, hiburan luar rumah, dan olahraga yang aktif dan juga tampak lebih
inovatif ke arah produk baru sperti bedak kosmetisbila dibandingkan dengan sifat
konservatif dan malu-malu yang mencirikan beberapa daerah negara tersebut. Di
Indonesia masyarakat perkotaan/ kota besar pada umumnya menyukai jenis hiburan yang
berhubungan dengan alam, lain halnya dengan masyarakat yang tinggal di daerah
kabupaten atau kota kecil yang lebih memilih berlibur ke kota. Selain gaya hidup iklim
juga menghasilkan suatu inti dari nilai-nilai di dalam suatu daerah geografis. Contohnya,
Indonesia ada daerah-daerah tertentu yang iklimnya agak dingin, seperti daerah Jawa
barat (lembang), perusahaan juga harus menyesuaikan produk apa yang sesuai untuk di
pasarkan di daerah tersebut, misalnya baju/ pakaian hangat(sweater).
Di Indonesia misalnya untuk produk mobil, pada daerah indonesia bagian barat
khususnya daerah Sumatera yang masyarakatnya yang sebagian besar berusaha di bidang
perkebunan lebih memilih/mengutamakan menggunakan kendaraan jenis “jeep”. Di kota-
kota besar seperti Jakarta dan Bandung saat ini masyarakat lebih memilih menggunakan
mobil dengan ukuran kecil, pemasaran dalam hal ini Suzuki memasarkan mobil dengan
nama Karimun dan Daihatsu dengan merek Ceria. Untuk wilayah Indonesia bagian timur
khususnya daerah Papua yang masyarakatnya secara ekonomi masih kurang
dibandingkan dengan masyarakat daerah lain, maka jenis kendaraan roda dua akan lebih
diminati.
2) Pasar anak dan remaja
Pasar anak dan remaja menjadi sangat penting bukan hanya karena mereka
memilki pengaruh besar dalam pembelian rumah tangga,tapi juga daya beli mereka yang
terpisah. Usia pasar anak dan remaja antara 7 sampai 19 tahun, selain alasan diatas
mereka dianggap penting karena mereka juga sering ikut melakukan kegiatan pembelian
bahkan ikut membuat/ menentukan daftar barang belanjaan. Di Indonesia hampir semua
iklan melibatkan anak-anak dan remaja dalam komunitas suatu keluarga. Misalnya
iklan”kecap bango”, iklan “Pasta Gigi Pepsodent”, iklan “Sabun Cuci Rinso” dan lain-
lain.
3) Pasar Baby Boomer
Yang dimaksud dengan Baby Boomer adalah mereka yang berumur antara 30-an
sampai 40-an, dimana mereka memasuki tahun-tahun puncak penghasilan dan
pengeluarannya. Kelompok ini menekankan arti pentingnya kesehatan dan olahraga serta
pendidikan. Baby boomer memiliki dampak yang kuat pada pasar perumahan, mobil,
panganan, pakaian, kosmetik dan jasa keuangan.
Para boomer yang berstatus orang tua baru adalah pasar yang paling menarik bagi
para pemasar. Pasar untuk produk anak-anak juga ikut berkembang sejalan dengan
perkembangan diatas.
Misalnya, penjualan mainan diharapkan meningkat dua kali lebih cepat dari
populasi anak-anak yang menjadi sasaran mereka. Pasar lain, seperti jasa perawatan anak
dan peranti lunak komputer untuk anak kecil, dapat meningkat dua kali lipat dalam
beberapa tahun kedepan.
4) Pasar Dewasa
Yang termasuk dalam usia pasar dewasa adalah yang berumur 55-64 disebut lebih
dewasa, 65-74 disebut tua, 75-84 disebut tua sekali, dan renta diatas 85 tahun. Biasanya,
pemasar mengabaikan pasar dewasa, mungkin karena diasumsikan memiliki daya beli
yang rendah. Namun demikian, di samping jumlahnya yang besar, karakteristik ekonomis
pasar ini layak mendapat perhatian penuh. Walaupun sebagian anggota kelompok ini
tidak lagi bekerja, mereka sering sekali memiliki pendapatan yang dapat dibelanjakan
dalam jumlah yang cukup besar.
Golongan tua merupakan pasar yang cukup besar untuk produk perawatan kulit,
vitamin dan mineral, alat bantu kesehatan dan kecantikan, dan obat-obatan yang
mengurangi rasa sakit, dan meningkatkan kinerja sehari-hari.
5) Sub-Budaya Usia
Kelompok usia dapat juga dianalisis sebagai sebuah sub-budaya karena sering
memiliki nilai dan perilaku yang berbeda, namun pemasaran harus berhati-hati dalam
mensegmen konsumen jika didasarkan pada usia mereka yang sebenarnya, karena
sebagian konsumen dewasa merasa mereka masih muda, sebaliknya ada pula konsumen
remaja yang menganggap dirinya sudah dewasa, hal semacam diatas dapat ditemukan
misalnya dalam pernyataan” saya merasa masih muda”, “ saya tidak menyadari bahwa
saya sudah tua” atau “ saya merasa sudah cukup dewasa”, pernyataan seperti di atas
membuat seorang pemasar harus menganalisis ” usia subjektif” atau “ usia kognitif” (usia
yang dianggap sebagai usia yang dapat bagi diri pribadi seseorang), namun tetap
mengtamakan usia kronologi atau usia nyata.
6) Sub-Budaya Jenis Kelamin
Untuk beberapa tujuan pemasaran, perbedaan jenis kelamin mungkin cukup
signifikan untuk memandang kedua jenis kelamin sebagai suatu sub-budaya yang
berbeda. Kepemilikan produk dipandang oleh sebagian pria sebagai cara untuk
mendominasi dan mengungkapkan kekuasaan atas orang lain, membedakan dirinya dari
orang lain dan mungkin bentuk terselubung dari agresi terhadap orang lain. Wanita,
sebaliknya, cenderung menilai tinggi barang milik yang dapat memperkuat hubungan
personal dan sosial. Sebagian pemasar melihat bahwa sangat bermanfaat untuk
mengembangkan strategi pemasaran yang berbeda untuk sub-budaya pria dan wanita.
Misal: Samsung yang mengeluarkan produk handphone yang diberi nama Samsung
Queen A-400 yang dkhususkan untuk wanita dan Samsung Blue Cool yang dikhususkan
untuk pria, Mie instans yang bermerek Cinta Mie yang mengandung Vitamin E untuk
kulit (kecantikan) diprioritaskan untuk para wanita.

4. Berbagai keputusan pembelian yang dipengaruhi oleh budaya


Faktor budaya memberikan pengaruh paling luas dan dalam pada perilaku konsumen.
Pengiklan harus mengetahui peranan yang dimainkan oleh budaya, sub-budaya dan kelas sosial
pembeli. Karena budaya adalah penyebab paling mendasar dari keinginan dan perilaku
seseorang.
Budaya merupakan kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan perilaku yang dipelajari
oleh seorang anggota masyarakat dari keluarga dan lembaga penting lainnya.
Sub-budaya dapat dibedakan menjadi 4 jenis :
– Kelompok nasionalism
– Kelompok keagamaan
– Kelompok ras
– Area geografis.
Banyak sub-budaya membentuk segmen pasar penting dan pemasar seringkali merancang
produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen.
Kelas-kelas sosial adalah masyarakat yang relatif permanen dan bertahan lama dalam suatu
masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan keanggotaannya mempunyai nilai, minat dan
perilaku yang serupa. Kelas sosial bukan ditentukan oleh satu faktor tunggal, seperti pendapatan,
tetapi diukur dari kombinasi pendapatan, pekerjaan, pendidikan, kekayaan dan variable lain.
Dengan adanya kebudayaan, perilaku konsumen mengalami perubahan. Dengan memahami
beberapa bentuk budaya dari masyarakat, dapat membantu pemasar dalam memprediksi
penerimaan konsumen terhadap suatu produk. Pengaruh budaya dapat mempengaruhi
masyarakat secara tidak sadar, karena pengaruh budaya sangat alami dan otomatis sehingga
pengaruhnya terhadap perilaku sering diterima begitu saja. Ketika kita ditanya kenapa kita
melakukan sesuatu?, kita akan otomatis menjawab, “ya karena memang sudah seharusnya
seperti itu”. Jawaban itu sudah berupa jawaban otomatis yang memperlihatkan pengaruh budaya
dalam perilaku kita. Barulah ketika seseorang berhadapan dengan masyarakat yang memiliki
budaya, nilai dan kepercayaan yang berbeda dengan mereka, lalu baru menyadari bahwa budaya
telah membentuk perilaku seseorang. Kemudian akan muncul apresiasi terhadap budaya yang
dimiliki bila seseorang dihadapan dengan budaya yang berbeda.
Budaya yang ada di masyarakat dapat memuaskan kebutuhan masyarakat. Budaya dalam
suatu produk yang memberikan petunjuk, dan pedoman dalam menyelesaikan masalah dengan
menyediakan metode “Coba dan buktikan” dalam memuaskan kebutuhan fisiologis, personal dan
sosial. Misalnya dengan adanya budaya yang memberikan peraturan dan standar mengenai kapan
waktu kita makan, dan apa yang harus dimakan tiap waktu seseorang pada waktu makan. Begitu
juga hal yang sama yang akan dilakukan konsumen misalnya sewaktu mengkonsumsi makanan
olahan dan suatu obat.
Budaya dapat dipelajari sejak seseorang sewaktu masih kecil, yang memungkinkan
seseorang mulai mendapat nilai-nilai kepercayaan dan kebiasaan dari lingkungan yang kemudian
membentuk budaya seseorang. Berbagai macam cara budaya dapat dipelajari. Seperti yang
diketahui secara umum yaitu ketika orang dewasa dan rekannya yang lebih tua mengajari
anggota keluarganya yang lebih muda mengenai cara berperilaku. Ada juga seorang anak belajar
dengan meniru perilaku keluarganya, teman atau pahlawan di televisi.
Begitu juga dalam dunia industri, perusahaan periklanan cenderung memilih cara pembelajaran
secara informal dengan memberikan model untuk ditiru masyarakat. Misalnya dengan adanya
pengulangan iklan akan dapat membuat nilai suatu produk dan pembentukan kepercayaan dalam
diri masyarakat. Seperti biasanya iklan sebuah produk akan berupaya mengulang kembali akan
iklan suatu produk yang dapat menjadi keuntungan dan kelebihan dari produk itu sendiri. Iklan
itu tidak hanya mampu mempengaruhi persepsi sesaat konsumen mengenai keuntungan dari
suatu produk, namun dapat juga memepengaruhi persepsi generasi mendatang mengenai
keuntungan yang akan didapat dari suatu kategori produk tertentu.
Tradisi adalah aktivitas yang bersifat simbolis yang merupakan serangkaian langkah-
langkah (berbagai perilaku) yang muncul dalam rangkaian yang pasti dan terjadi berulang-ulang.
Tradisi yang disampaikan selama kehidupan manusia, dari lahir hingga mati. Hal yang penting
dari tradisi ini untuk para pemasar adalah fakta bahwa tradisi cenderung masih berpengaruh
terhadap masyarakat yang menganutnya. Misalnya yaitu natal, yang selalu berhubungan dengan
pohon cemara. Dan untuk tradisi-tradisi misalnya pernikahan, akan membutuhkan perhiasan-
perhiasan sebagai perlengkapan acara tersebut
5. Analisis Konsumen secara Lintas Budaya
Untuk menentukan bagaimana memasuki pasar di luar negeri, pelaku pasar perlu
mengadakan suatu bentuk analisis konsumen secara lintas budaya (cross cultural consumer
analysis). Analisis konsumen secara lintas budaya ini adalah usaha untuk menentukan derajat
persamaan dan perbedaan antara dua atau lebih negara. Analisis tersebut dapat menyediakan
pemahaman terhadap karakteristik psikologis, sosial, dan budaya konsumen yang menjadi target
bagi pelaku pasar, sehingga mereka dapat mendesain strategi pemasaran yang efektif.
Strategi Multinasional
Dalam strategi ini, perusahaan secara ekstensif melakukan kostumisasi terhadap
produk dan strategi pemasarannya kearah kondisi nasional yang berbeda dimana value creation
juga diciptakan pada kegiatan produksi, pemasaran, R&D (penelitian & pengembangan) di setiap
negara yang di jadikan pasar global.
1) Strategi Global
Strategi global memusatkan pada peningkatan laba, dimana lebih mengarahkan pada
standardisasi kualitas produk secara global, dan tidak melakukan penyesuaian produk
terhadap kondisi lokal, karena menggunakan strategi low cost sehingga mendapatkan laba
yang maksimal.
2) Strategi Lokal
Strategi ini mencoba mencapai semua strategi yang ada untuk mendapatkan solusi untuk
semua masalah. Dimana perusahaan melakukan pengurang biaya atas kondisi lokal dan
juga transfer kompetensi inti serta tekanan lokal. Jadi strategi ini berusaha untuk
mengurangi tekanan pengurangan biaya dan tekanan local responsiveness yang tinggi
secara bersama dan juga melakukan diferensiasi.
Masing-masing strategi mempunyai kelebihan dan kekurangan.Untuk itu, kita sebagai
perusahaan harus bisa memilih strategi yang tepat untuk berbagai kondisi dengan pertimbangan
tekanan pengurangan biaya dan tekanan local responsiveness yang dihadapi.
Daftar Pustaka:

1) Sumarwan, Ujang. 2004. Perilaku Konsumen. Bogor: Ghalia Indinesia


2) Schiffman, L.G and L.L. Kunuk. 2007. Consumer Behaviour. Seventh Edition, New Jersey:
Prantice Hall International.
3) Suprapti, Ni Wayan Sri. 2010. Perilaku Konsumen Pemahaman Dasar dan Apilikasinya
dalam Strategi Pemasaran. Denpasar: Udayana University Press.

Anda mungkin juga menyukai