Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PENERAPAN ISO 22000 PADA PT.SARIWANGI A.E.A INTERNASIONAL

Disusun Oleh :
1. Delbra Aliffauziah (1533010003)
2. Irhamna Dyah Anindhita (1533010014)
3. Natasha Alifiana R. (1533010015)
4. Kunco Ciptadi Herlambang (1533010018)
5. Agung Prasetyo (1533010044)
6. Dindi Mega Prasta (1533010050)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
JAWA TIMUR
2017
BAB I
PENDAHULUAN

Masalah keamanan pangan sangat penting bagi industri pangan. Tuntutan


persyaratan keamanan pangan terus berkembang sesuai permintaan konsumen yang juga kian
meningkat. Pelaku bisnis dalam industri pangan mulai menyadari bahwa produk yang aman
hanya dapat diperoleh jika bahan baku yang digunakan bermutu, penanganan dan proses
pengolahan sesuai, serta transportasi maupun distribusi yang memadai. Dengan demikian,
pengendalian keamanan konvensional yang hanya mengandalkan pengawasan produk akhir
tidak lagi memenuhi kebutuhan keamanan yang ada. Sistem keamanan pangan modern
menuntut industri untuk merencanakan sistem pengawasan mutu sejak tahap penerimaan
bahan baku hingga produk pangan didistribusikan ke konsumen.

Produk pangan yang dipasarkan harus terjamin mutunya dan aman untuk
dikonsumsi. Jaminan mutu dan keamanan pangan merupakan usaha nyata, sungguh-sungguh,
dan terus-menerus dilakukan oleh perusahaan dalam meningkatan mutu produk untuk
memberikan kepuasan dan mendapatkan kepercayaan konsumen.

The International Organization for Standardization atau ISO adalah organisasi


yang mengembangkan standar internasional yang dapat digunakan di seluruh dunia dengan
salah satu tujuannya membantu negara berkembang mempelajari dan mengembangkan
berbagai teknologi yang sudah diterapkan oleh negara maju, sehingga industri dapat bersaing
dalam perdagangan global. Pada tahun 2005 The International Organization for
Standardization (ISO) telah menerbitkan standar pangan terbaru, yaitu ISO 22000. Standar
ISO dapat diterapkan secara sukarela oleh setiap organisasi yang terkaitan
dengan pangan di seluruh dunia. ISO 22000 adalah panduan bagi industri atau organisasi
untuk mengelola sebuah sistem manajemen keamanan pangan yang pro aktif dan fleksibel.
Pada tahun 2010 ISO telah menerbitkan kembali persyaratan keamanan pangan ISO 22000 :
2010, atau dikenal dengan Food Safety System Certification (FSSC) 22000.

Menurut Koto (2012), ISO FSSC 22000 adalah SMKP (Sistem Manajemen
Keamanan Pangan) yang merupakan gabungan prinsip-prinsip sistem analisis bahaya dan
pengendalian titik kritis serta langkah-langkah penerapan yang dikembangkan oleh Codec
Alimentarius Commision. Konsep SMKP adalah menjamin keamanan pangan sepanjang
rantai pangan, dengan menjamin bahwa pangan yang akan diproses hingga dikirim kepada
konsumen akhir adalah pangan yang bebas dari cemaran mikrobiologi, cemaran kimia, dan
cemaran fisik. Cemaran mikrobiologi yang dimaksudkan adalah seperti cemaran angka
lempeng total, bakteri coliform, kapang, APM E. Coli dan lainnya sesuai dengan persyaratan
yang ditetapkan pada standar dari tiap jenis bahan pangan. Sedangkan cemaran kimia yang
dimaksudkan adalah seperti cemaran logam, cemaran residu pestisida dan lainya sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan pada standar dari tiap jenis bahan pangan. Untuk
cemaran fisik, dapat berupa benda, serangga atau apapun yang berpotensi mengkontaminasi
atau mencemarkan bahan pangan seperti tali, kayu, serangga, sejenis logam dan lainnya.

Untuk dapat menjamin keamanan pangannya dan dapat bertahan pada


persaingan yang semakin ketat diindustri pangan khususnya teh serta menghasilkan produk
dengan kulitas yang baik untuk dapat memuaskan kebutuhan konsumen, maka PT. Sariwangi
A.E.A divisi Internasional menerapkan Food Safety Management System (FSMS) atau biasa
dikenal dengan istilah SMKP berdasarkan standar internasional FSSC 22000.Perusahaan ini
baru menerapkan3 standar ini sejak November 2011 dan mendapatkan sertifikat resmi pada
Maret 2012. PT. Sariwangi A.E.A divisi internasional memproduksi dan mendistribusikan
produk teh dalam bentuk Bulk ke beberapa customer untuk diekspor ke beberapa negara,
dengan menerapkan FSMS perusahaan berusaha untuk menghasilkan produk teh yang
memiliki kualitas baik dan aman dikonsumsi.
BAB 2.
ISI
PENGERTIAN ISO 22000

The Internasional Organization for Standardization (ISO) adalah badan standar


dunia yang dibentuk untuk mendukung pengembangan standardisasi dan kegiatan terkait
lainnya dengan harapan untuk membantu perdagangan internasional. ISO menghasilkan
kesepakatan-kesepakatan internasional yang kemudian dipublikasikan sebagai standar
internasional, sehingga industri dapat bersaing dalam perdagangan global. Pada tahun
2005 ISO telah menerbitkan standar pangan terbaru, yaitu ISO 22000. ISO 22000 adalah
panduan bagi industri untuk mengelola sebuah sistem manajemen keamanan pangan.
Pada tahun 2010 ISO telah menerbitkan kembali persyaratan keamanan pangan ISO 22000 :
2010, atau dikenal dengan Food Safety System Certification (FSSC) 22000.

Menurut Koto (2012), ISO FSSC 22000 adalah SMKP (Sistem Manajemen
Keamanan Pangan) yang merupakan gabungan prinsip-prinsip sistem analisis bahaya
dan pengendalian titik kritis serta langkah-langkah penerapan yang dikembangkan oleh
Codec Alimentarius Commision. Konsep SMKP adalah menjamin keamanan pangan
sepanjang rantai pangan, dengan menjamin bahwa pangan yang akan diproses hingga
dikirim kepada konsumen akhir adalah pangan yang bebas dari cemaran mikrobiologi,
cemaran kimia, dan cemaran fisik. Cemaran mikrobiologi yang dimaksudkan adalah
seperti cemaran angka lempeng total, bakteri coliform, kapang, APM E. Coli dan
lainnya sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan pada standar dari tiap jenis bahan
pangan. Sedangkan cemaran kimia yang dimaksudkan adalah seperti cemaran logam,
cemaran residu pestisida dan lainya sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan pada standar
dari tiap jenis bahan pangan. Untuk cemaran fisik, dapat berupa benda, serangga atau apapun
yang berpotensi mengkontaminasi atau mencemarkan bahan pangan seperti tali, kayu,
serangga, sejenis logam dan lainnya.

MATRIKS SWOT

Matriks ini digunakan untuk merumuskan strategi penerapan FSSC 22000.


Sebelum membuat suatu matriks SWOT, terlebih dahulu mengidentifikasi faktor internal
dan eksternal perusahaan. Identifikasi faktor internal bertujuan untuk mendata kekuatan
dan kelemahan, sementara identifikasi faktor eksternal digunakan untuk mendata peluang
dan ancaman yang dihadapi perusahaan. Untuk memperoleh strategi yang tepat dan
menjelaskan alternatif strategi yang dapat dilakukan maka dilakukan pembuatan matriks
SWOT. Menurut David (2009), delapan langkah dalam penyusunan matriks SWOT adalah :
1. Tuliskan peluang eksternal perusahaan yang mentukan
2. Tuliskan ancaman perusahaan yang menentukan
3. Tuliskan kekuatan internal perusahaan yang menentukan
4. Tuliskan kelemahan internal perusahaan yang menentukan
5. Mencocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan mencatat resultan
strategi SO
6. Mencocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan mencatat resultan
strategi WO
7. Mencocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat resultan
strategi ST
8. Mencocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat resultan
strategi WT.
Analitycal Hierarki Process (AHP)

Melakukan penyebaran kuesioner kepada responden pilihan berjumlah empat orang yaitu,
management representative yang berperan juga sebagai ketua tim keamanan pangan,
manager warehouse, general manager dan manager CHR. Data dari pengisian
kuesioner tersebut berupa matriks pendapat individu yang kemudian diolah dengan
menggunakan alat analisis AHP. AHP merupakan sistem pengambilan keputusan yang
menggunakan beberapa variabel dengan proses analisis bertingkat, dan dalam
pengolahan datanya dapat menggunakan bantuan software AHP yaitu Expert Cohice, (Nasibu
2009). Dalam penelitian ini, setelah mendapatkan data dari responden, data diolah dengan
metode AHP menggunakan software Expert Cohice untuk pengolahan data secara
horizontal dan dengan menggunakan Microsoft Excel untuk pengolahan data secara
vertikal. Menurut Marimin dan Maghfiroh (2011), Expert Choice merupakan salah satu
software AHP yang memiliki kelebihan antara lain memiliki tampilan antar muka yang
lebih menarik, mampu untuk mengintegrasikan pendapatan pakar, dan tidak membatasi
level dari struktur hierarki. Menurut Marimin (2008), ide dasar prinsip kerja AHP adalah :
1. Penyusunan Hierarki
Persoalan yang akan diselesaikan, diuraikan menjadi unsur-unsurnya, yaitu
kriteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi struktur hierarki.
2. Penilaian Kriteria dan Alternatif
Kriteria dan alternatif dinilai melalui analisis perbandingan berpasangan.

Menurut Saaty (1991), untuk berbagai persoalan skala 1 sampai dengan 9


adalah skala terbaik dan mengekspresikan pendapat. Ketentuan nilai dan Ketentuan
nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty dapat dilihat pada
Tabel 1. Skala Perbandingan Saaty

3. Penentuan Prioritas
Nilai-nilai perbandingan relatif diolah untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh
alternatif, kemudian dibandingkan untuk menghasilkan bobot dan proiritas. Bobot
atau prioritas dihitung dengan memanipulasi matriks atau penyelesaian persamaan
matematik.
4. Konsistensi Logis
Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten
sesuai dengan suatu kriteria yang logis. Yang diukur dalam AHP adalah rasio
konsistensi dengan melihat index konsistensi. Konsistensi yang diharapkan
adalah yang mendekati sempurna agar menghasilkan keputusan yang mendekati
valid. Walaupun sulit untuk mencapai yang sempurna, rasio konsistensi
diharapkan kurang dari atau sama dengan 10 %.

Kebijakan Mutu dan Keamanan Pangan Perusahaan

PT Sariwangi A.E.A divisi Internasional merupakan salah satu divisi di PT. Sariwangi
A.E.A & Group yang bergerak dibidang industri manufaktur teh dalam bentuk bulk, dan
hasil produksinya diekspor ke berbagai negara. Dalam menjalankan bisnisnya PT.
Sariwangi A.E.A divisi internasional telah menerapkan SMKP, guna menghasilkan
produk yang berkualitas dan aman dikonsumsi serta memenuhi kepuasan pelanggan.
Dalam pelaksanaan sistem tersebut perusahaan ini telah di dasari dengan suatu
komitmen manajemen yang dituangkan dalam kebijakan mutu dan keamanan pangan,
dimana kebijakan tersebut menjadi bukti komitmen manajemen dalam pengembangan
dan penerapan SMKP untuk meningkatkan efektivitas secara berkesinambungan. Berikut
adalah kebijakan mutu dan keamanan pangan PT sariwangi A.E.A. PT. Sariwangi A.E.A
berkomitmen akan meningkatkan kepuasan pelanggan dengan cara :

- Meningkatkan mutu produk.

- Meningkatkan mutu proses produksi.

- Meningkatkan quality control.

- Melakukan pengiriman yang tepat waktu.

- Menekan keluhan pelanggan.

- Meningkatkan kebersihan diri pribadi, tempat kerja, pabrik dan lingkungan

Semua hal diatas ini dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan. Untuk
mencapai komitmen tersebut, selain didukung oleh karyawan yang berkualitas dan
berdedikasi tinggi, PT. Sariwangi A.E.A juga akan :

- Meningkatkan disiplin kerja karyawan.

- Meningkatkan keahlian karyawan melalui pelatihan.

- Meningkatkan manajemen mutu.

- Meningkatkan keselamatan kerja.

- Meningkatkan kesejahteraan karyawan.

- Tidak mempekerjakan anak-anak (dibawah 18 tahun) dan tidak melakukan


kerja secara paksa.

- Tidak melakukan diskriminasi terhadap ras, suku, agama, kasta, jenis kelamin,

ketidakmampuan/cacat, anggota suatu organisasi atau politik dalam hal

penerimaan karyawan dan promosi jabatan serta pelatihan.

- Tidak melakukan hukuman secara fisik dan penghinaan secara langsung.

- Memberikan upah yang sesuai dengan kebutuhan hidup karyawan sesuai

dengan peraturan yang berlaku.

- Memberikan kesempatan yang sama untuk dipromosikan dan menduduki

jabatan yang lebih tinggi kepada setiap karyawan.

- Memberikan kesempatan kepada karyawan untuk berorganisasi dan kebebasan

mengeluarkan pendapat.

- Mengikuti etika bisnis yang baik dan anti Korupsi Kolusi Nepotisme (KKN)

- Menjamin produk yang dihasilkan aman untuk di konsumsi.

Manajemen dan karyawan PT. Sariwangi A.E.A akan mematuhi segala peraturan
perusahaan, regulasi atau peraturan perundang-undangan yang berlaku dan semua
ketentuan yang ditetapkan didalam standar sertifikat yang telah diraih. Semua peraturan
perusahaan, regulasi dan atau peraturan perundang-undangan serta standar sertifikat
yang berhubungan dengan produk, prosedur dan kegiatan perusahaan akan
didokumentasikan, disimpan dan disosialisasikan kepada seluruh manajemen, karyawan
dan pihak-pihak yang berkepentingan. Dengan demikian PT. Sariwangi A.E.A menjadi
perusahaan yang terus berkembang secara inovatif dan terpercaya yang memiliki sistem
kebijakan mutu dan keamanan pangan yang baik.
Penerapan ISO FSSC 22000 di PT Sariwangi A.E.A divisi Internasional

PT. Sariwangi A.E.A divisi internasional mulai melaksanakan penerapan ISO


FSSC 22000 sejak November 2011, dan mendapatkan sertifikat pada Maret 2012, akan
tetapi perusahaan masih belum sepenuhnya efektif dalam melaksanakan penerapannya.
Hal ini dilihat berdasarkan penilaian unsur kunci umum SMKP di perusahaan, dimana
unsur kunci menjamin kemanan pangan sepanjang rantai pangan, hingga konsumen
akhir (Junais et al 2011). Penerapan SMKP yang tidak sepenuhnya efektif, tidak dapat
mejamin bahwa produk yang dihasilkan berkualitas dan aman dikonsumsi.

Hasil penilaian penerapan ISO FSSC 22000 di PT. Sariwangi A.E.A divisi
internasional berdasarkan unsur unsur kunci SMKP menunjukkan bahwa PT
Sariwangi divisi internasional hampir memenuhi sebagian besar unsur- unsure SMKP.
Ada beberapa unsur kunci yang belum terpenuhi atau sebagian terpenuhi oleh perusahaan.
Unsur kunci SMKP yang dimaksud pada sebagian dipenuhi adalah PT. Sariwangi
A.E.A divisi internasional telah memiliki dokumen, prosedur, ataupun catatan lainnya
terkait dengan apa yang termasuk di dalam unsur kunci SMKP, namun unsur kunci
tersebut belum diterapkan dengan baik diperusahaan. Sedangkan yang dimaksud dengan
unsur kunci yang tidak dipenuhi adalah tidak ada bukti dokumen, prosedur ataupun
catatan lainnya yang menunjukkan bahwa perusahaan telah memiliki dan menerapkan
unsur kunci SMKP.

Unsur kunci yang belum terpenuhi di PT. Sariwangi A.E.A divisi internasional
adalah pada kriteria manajemen sistem yaitu terkait denagan evaluasi sistem, dimana
perusahaan belum melakukan evaluasi sistem secara keseluruhan dan tidak ada bukti
catatan atau rekaman dari evaluasi sistem yang menunjukkan bahwa perusahaan telah
melakukan evaluasi SMKP. Sedangkan unsur kunci yang sebagian dipenuhi di PT.
Sariwangi A.E.A divisi internasional adalah sebagai berikut :

1. Personil dan pelatihan, dimana masih kurangnya pemahaman dan kesadaran


karyawan dalam pelaksanaan SMKP, yaitu belum dapat melaksanakan pemenuhan
persyaratan ISO FSSC 22000 secara konsisten.

2. Persyaratan pelanggan dan pemasok, dimana peusahaan telah melakukan persyaratan


pelanggan dan pemasok bahan baku maupun bahan kemasan tetapi tidak dilakukan
secara konsisten, dan perusahaan juga tidak memiliki bukti catatan atau rekaman dari
persyaratan pemasok jasa.

3. Tindakan koreksi terhadap penyimpangan, dimana perusahaan telah melakukan


tindakan koreksi terhadap penyimpangan yang ada, namun tindakan koreksi tersebut
belum meliputi analisis penyebabnya.

4. Catatan dan dokumentasi, dimana perusahaan telah melakukan sistem pengendalian


dokumen, tetapi tidak berjalan dengan konsisten.

Meskipun hasil penilaian penerapan ISO FSSC 22000 berdasarkan unsur unsur
kunci SMKP masih ada yang belum terpenuhi atau masih sebagian terpenuhi, namun
hasil uji teh berdasarkan syarat mutu teh terutama yang terkait dengan keamanan pangan,
hasil ujinya masih sesuai dengan ketentuan atau persyaratan yang ditetapkan oleh
Badan Standariasi Nasional tentang teh hitam dalam kemasan. Pengujian teh yang
berkaitan dengan unsur keamanan pangan ini, dilakukan setiap satu tahun sekali untuk
memvalidasi bahan baku dan produk jadi. Pengujian bahan baku dilakukan sebagai validasi
bahwa bahan baku yang dikirim aman sesuai dengan syarat mutu ataupun standar keamanan
pangan yang berlaku, sedangkan pengujian produk jadi dilakukan sebagai validasi atas
sistem sanitasi yang telah dilakukan terkait dengan potensi kontaminasi dari manusia,
gedung, mesin, peralatan dan hama. Hasil uji produk berdasarkan syarat mutu teh
yang terkait dengan keamanan pangan produk di PT. Sariwangi A.E.A divisi
internasional dapat dilihat pada Tabel 2.
Berdasarkan data hasil uji validasi teh yang berkaitan dengan unsur keamanan
pangan pada Tabel 7 yang telah dilakukan di PT. Sariwangi A.E.A divisi internasional,
dapat dilihat bahwa hasil uji cemaran logam maupun cemaran mikrobiologi pada bahan
baku maupun produk jadi teh yang diuji pada setiap akhir tahun yaitu tahun 2011
2013 masih sesuai dengan peryaratan yang ditetapkan dalam Standar Nasional
Indonesia 3836 : 2013 mengenai teh kering dalam kemasan. Untuk pengujian bahan
baku impor maupun bahan baku lokal pada tahun 2013, hasil ujinya masih dalam
proses, karena pemberian sampel uji bahan baku kepada pihak laboratorium baru
dilakukan di akhir bulan Februari 2014.
2.5 Identifikasi masalah dan kendala dalam penerapan ISO FSSC 22000
Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa masih ditemukan ketidaksesuaian dalam
implementasi FSSC 22000. Beberapa masalah yang teridentifikasi adalah :

1. Persyaratan Dokumentasi
Prosedur-prosedur SMKP sudah didokumentasikan dengan baik. Hal ini
terlihat bahwa prosedur-prosedur yang menyangkut SMKP telah lengkap,
namun berdasarkan catatan tanda terima dokumen perusahaan, ditemukan
bahwa pengendalian distribusi yang dilakukan tidak konsisten, dokumen atau
prosedur baru atau yang sudah direvisi, tidak terdistribusi dengan baik sesuai
dengan daftar distribusi pemegang dokumen dan masih belum ada catatan
yang mengatur terkait masa simpan dokumen.
2. Sumber Daya Manusia
Tersedianya sumber daya manusia diperusahaan yang telah diberi pelatihan
dasar berupa pelatihan personal hygiene, Keamanan pangan, K3, Halal, dan
SJH, namun masih lambatnya realisasi pelaksanaan dari program pelatihan
yang direncanakan dan masih kurangnya kesadaran karyawan dalam
pelaksanaan SMKP, diantaranya ditemukan satu orang karyawan yang tidak
menggunakan masker, masih ditemukan adanya material yang disimpan
menempel atau jaraknya kurang dari 30 cm dari dinding, dan ditemukan
catatan terkait pelaksanaan sanitasi kebersihan gedung dan area sekitarnya
tidak dikonisten dilakukan, akan tetapi kondisi gedung yang diperiksa sudah
cukup bersih.
3. Verifikasi SMKP
Verifikasi sistem HACCP telah dilakukan untuk menjamin tindakan
pengendalian dilakukan secara efektif, salah satunya adalah melalui
pelaksanaan audit internal. Audit internal dilakukan secara rutin sesuai
pengaturan yang terencana. Audit Internal bertujuan meninjau keefektifan
penerapan SMKP pada lini produksi dan sekitarnya serta menjadi acuan dari
verifikasi sebagai tindakan pengendalian, akan tetapi belum ada keterangan
penyebab masalah atas ketidaksesuaian yang ditemukan.
4. Manajemen Sistem
Pengembangan atau system perbaikan pada PT Sariwangi divisi internasional
bertujuan untuk meningkatkan efektifitas, mengembangkan kinerja perusahaan,
memperoleh perbaikan maupun pembaharuan informasi SMKP. Perusahaan
telah melakukan suatu system perbaikan berupa hasil tinjauan sebelumnya
yaitu dari hasil audit internal ataupun eksternal, hasil analisis dari verifikasi
berdasarkan kecocokan, kecukupan, dan keefektifitas SMKP yang tercakup
pada rencana HACCP. Akan tetapi perusahaan belum melakukan evaluasi
SMKP secara keseluruhan, tidak ada bukti catatan atau rekaman bahwa
perusahaan telah melakukan evaluasi tersebut. Selain itu, jika dilihat dari
perbaikan infrastruktur, masih ditemukan beberapa infrastruktur yang rusak
atau belum diperbaiki seperti dinding yang retak, kunci atau gagang pintu
toilet dan lokasi titik umpan tikus.
5. Manajemen Pembelian Material / Jasa
Manajemen pembelian material / jasa di PT Sariwangi divisi internasional
telah dituangkan dalam SOP pembelian. Kualifikasi dan evaluasi sudah
dijalankan untuk supplier bahan baku, namun masih ditemukan bahwa tidak
semua pemasok ada kualifikasinya, dan evaluasi untuk supplier jasa / service
belum dilaksanakan secara konsisten.

Berdasarkah hasil identifikasi masalah yang didapat secara keseluruhan


melalui audit internal FSSC 22200, penyebab permasalahan dalam
implementasi FSSC 22000 disusun menjadi diagram kategori permasalahan
atau fish bone diagram pada Gambar 2, untuk mengetahui akar masalah
ataupun sebab dan akibat dari permasalahan yang terjadi dengan permasalahan
penerapan ISO FSSC 22000 sebagai sumbu utamanya.

Penyebab permasalahan dalam implementasi FSSC 22000 yang disusun


menjadi diagram kategori permasalahan atau fish bone kemudian diolah kembali
menggunakan analisis perbandingan berpasangan untuk mendapatkan
permasalahan terpenting dari beberapa masalah yang teridentifikasi yaitu dengan
menggunakan matriks pendapat berdasarkan 4 orang ahli, dapat dilihat pada
Lampiran 1. Berikut adalah hasil penilaian permasalahan yang teridentifikasi
dalam penerapan ISO FSSC 22000 berdasarkan metode perbandingan
berpasangan.

1. Sumber Daya Manusia


Nilai bobot terbesar adalah 0.581 pada permasalahan kurangnya
sosialisasi ISO FSSC 22000, kemudian dengan nilai bobot 0.238 pada
kurangnya pengawasan supervisi terhadap kedisiplinan karyawan
dalam melaksanakan penerapan ISO FSSC 22000, dan nilai bobot
terendah sebesar 0.181 pada kurangnya kegiatan bersama.
2. Manajemen Sistem
Nilai bobot terbesar adalah 0.505 pada permasalahan lambatnya
realisasi perbaikan infrastruktur dan peralatan kerja dari pihak
manajemen, kemudian dengan nilai bobot 0.288 pada kurangnya
evaluasi terhadap SMKP, dan nilai bobot terendah sebesar 0.206 pada
tidak adanya akar penyebab dari setiap ketidaksesuaian.
3. Dokumen
Nilai bobot terbesar adalah 0.557 pada permasalahan tidak konsisten
dalam pendokumentasian, kemudian dengan nilai bobot 0.311 pada
prosedur tidak direview, dan nilai bobot terendah sebesar 0.132 pada
pendokumentasian yang tidak lengkap.
4. Manajemen Pembelian
Permasalahan pada manajemen pembelian adalah kualifikasi dan
evaluasi untuk supplier bahan baku tidak dilaksanakan secara
konsisten. Sedangkan untuk supplier jasa belum dilaksanakan
kualifikasi maupun evaluasi untuk setiap supplier jasa. Permasalahan ini
tidak nilai dengan menggunakan metode perbandingan berpasangan,
karena hanya ada satu masalah dalam manajemen pembelian.

Berdasarkan data diatas terdapat empat permasalahan dengan nilai bobot


tertinggi dari masing-masing kriteria permasalahan, yang akan dimasukkan untuk
pengolahan lebih lanjut dengan menggunakan metode AHP yaitu (1) pada kriteria
sumber daya manusia dengan permasalahan kurangnya sosialisasi ISO FSSC
22000, (2) pada kriteria manajemen sistem dengan permasalahan lambatnya
realisasi perbaikan infrastruktur dan peralatan kerja dari pihak manajemen,
(3) pada kriteria dokumen dengan permasalahan tidak konisten dalam
pendokumentasian, dan (4) pada kriteria pembelian yaitu pada permasalahan
kualifikasi dan evaluasi dari supplier bahan baku atau kemasan dan jasa
yang tidak dilaksanakan secara konsisten.

Tujuan yang ingin dicapai perusahaan dalam penerapan ISO FSSC 22000
1. Peningkatan sosialisasi ISO FSSC 22000
2. Peningkatan Komitmen Manajemen dalam Penerapan ISO FSSC 22000
3. Perbaikan Administrasi dan Dokumentasi
4. Peningkatan Kualitas Jaminan Mutu Bahan Baku dan Kemasan

Identifikasi faktor- faktor internal


1. Adanya perencanaan sistem manajemen mutu melalui sasaran mutu untuk
perbaikan berkelanjutan
2. Sumber daya manusia yang cukup berpengalaman
3. Adanya program pelatihan seperti keamanan pangan, alat pelindung diri,
personal hygiene, K3 dan lainnya.
4. Prosedur yang lengkap terdiri dari SOP dan SSOP
5. Bangunan dan tata letak yang mendukung pelaksanaan ISO FSSC 22000
6. Memiliki Laboratorium internal yang terakreditasi Komite Akreditasi
Nasional (KAN) terkait pengujian keamanan pangan produk

Faktor kelemahan yang teridentifikasi antara lain :


1. Sebagian karyawan lama masih berpendidikan rendah
2. Lambatnya realisasi program pelatihan
3. Konsistensi karyawan dalam penerapan FSSC 22000 yang belum optimal
4. Kurangnya minat karyawan untuk memahami prosedur
5. Lambatnya realisasi dari pihak manajemen terkait perbaikan infarstruktur dan
6. Kurangnya komunikasi yang baik antar bagian

Identifikasi faktor- faktor eksternal

1. Pasar yang luas


2. Ketersediaan tenaga kerja
3. Peningkatan citra perusahaan di mata konsumen
4. Adanya persyaratan pelanggan terkait mutu dan keamanan pangan
5. Adanya peraturan / undang-undang terkait pangan
Faktor ancaman yang teridentifikasi antara lain :

1. Pasar Bebas, persaingan negara lain. .


2. Ketetapan UMK pemerintah
3. Persaingan perusahaan sejenis.
4. Penolakan dari konsumen karena alasan mutu dan keamanan pangan
sehingga dicabutnya sertifikat
5. Minimnya supplier yang bersertifikasi
Matriks SWOT merupakan langkah untuk menginteraksikan faktor dari
internal dengan eksternal yang nantinya akan menghasilkan alternatif-alternatif
strategi untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh PT. Sariwangi AEA
divisi Internasional dalam penerapan SMKP yaitu ISO FSSC 22000. Hasil dari
analisis matriks SWOT dapat dilihat pada Tabel 9, matriks ini disusun dengan
menggunakan data yang diperoleh dari identifikasi factor internal dan eksternal.

Identifikasi aktor yang terkait dalam penerapan ISO FSSC 22000

Aktor memiliki peran penting dalam penerapan ISO FSSC 22000, yaitu
sebagai pihak-pihak yang berkaitan dan bertanggung jawab sesuai dengan
kepentingannya masing masing dalam menjalankan SMKP. PT. Sariwangi AEA
menyadari bahwa keterlibatan seluruh aktor merupakan hal penting dalam pelaksanaan
SMKP yang efektif. Berikut adalah aktor yang terkait dalam pengambilan keputusan
dalam penerapan ISO FSSC 22000 di PT. Sariwangi AEA divisi Internasional beserta
kepentingannya yaitu

1. Direktur Utama
2. Business Unit Director
3. General Manager
4. General Manager
5. Manager Produks
6. Management Representativ
7. Manager Warehouse

Selain tujuh aktor diatas, perusahaan juga memiliki aktor lainnya yang juga
menujang dalam pelaksanaan ISO FSSC 22000, antara lain :
1. Supervisor Quality Control
2. Supervisor Produksi
3. Supervisor Warehouse
4. Operator
5. Pelaksana
Matriks hubungan keterkaitan antara aktor, masalah dan strategi

Matriks keterkaitan ini, bertujuan untuk menghubungkan keterkaitannantara aktor, masalah


dan strategi. Ada empat masalah yang dimasukkan kedalam matriks ini yaitu masalah yang
didapat dari hasil audit internal kemudian diolah kembali datanya dan dipilih yang paling
terkait dalam penerapan ISO FSSC 22000, serta ada Sembilan strategi yaitu strategi yang di
dapat dari matriks SWOT. Matriks hubungan keterkaitan antara aktor, masalah dan strategi
dapat dilihat pada Tabel .

Berdasarkan data matriks hubungan keterkaitan pada Tabel 11, dapat dilihat aktor mana yang
paling memiliki keterkaitan dengan masalah dan strategi dalam 29 penerapan ISO FSSC
22000. Berikut adalah hasil perhitungan jumlah aktor yang paling memiliki keterkaitan, dapat
dilihat pada Tabel

Dari data hasil perhitungan jumlah aktor yang memiliki keterkaitan dengan
permasalahan dan strategi pada Tabel 10, dapat dilihat aktor dengan tiga peringkat
nilai teratas yang paling memiliki keterkaitan dengan masalah dan strategi dalam
penerapan ISO FSSC 22000 adalah MR dengan jumlah 10, kemudian GM dengan
jumlah 9 dan yang ketiga adalah MW serta MC dengan jumlah 7. Aktor-aktor
tersebut merupakan aktor yang akan dimasukkan dalam struktur hierarki untuk
pengolahan data lebih lanjut menggunakan metode AHP.

Penetapan prioritas pemecahan masalah dengan metode AHP

Menurut Saaty dalam Marimin (2008), AHP adalah metode yang digunakan untuk
memecahkan suatu persoalan dalam suatu kerangka berpikir yang terorganisir dalam hierarki,
sehingga memungkinkan dapat diekspresikan untuk mengambil keputusan yang efektif atas
persoalan tersebut. Model struktur hierarki yang digunakan dalam penelitian ini terdiri lima
tingkat, dapat dilihat pada Gambar 3. Tingkat pertama adalah strategi penerapan ISO FSSC
22000, tingkat kedua adalah kriteria masalah yang dihadapi perusahaan dalam penerapan,
tingkat ketiga adalah aktor yang berperan penting dalam penerapan, tingkat keempat adalah
tujuan yang ingin dicapai, dan tingkat kelima adalah alternatif strategi.
Hasil pengolahan data horizontal faktor, aktor, dan alternatif strategi

Menurut Saaty dalam Marimin (2008), Pengolahan data secara horizontal dimaksudkan untuk
menyusun prioritas elemen keputusan setiap tingkat hierarki keputusan. Pengolahan
horizontal pada penelitian ini dibagi menjadi lima bagian yaitu :

1. Pengolahan Horizontal Level Dua (Faktor/kriteria masalah)

Hasil pengolahan vertikal pada level dua menunjukkan bahwa kriteriaNmasalah


dalam penerapan ISO FSSC 22000 dimulai dari prioritas utama adalah lambatnya realisasi
dari pihak manajemen terkait perbaikan infrastruktur dan peralatan kerja dengan bobot nilai
0.339. Hal ini dilihat dari masih adanya infrastruktur ataupun peralatan kerja yang rusak.
Perusahaan 34 belum bisa sepenuhnya melakukan perbaikan atau melakukan pemelihaaran
terhadap infrastruktur dan peralatan kerja yang terutama terkait dengan pemenuhan
persyaratan standar ISO FSSC 22000. Hal ini menunjukkan bahwa pihak manajemen
berperan penting dalam mendukung pelaksanaan ISO FSSC 22000 yaitu dalam melaksanakan
komitmen atau tanggung jawab manajemen dan mendukung segala sesuatu yang berkaitan
dalam hal pemenuhan kesesuaian dengan persyaratan standar ISO FSSC 22000. Prioritas
kedua adalah kurangnya sosialisasi ISO FSSC 22000 dengan obot nilai 0.308. Kurangnya
sosialisasi menjadi prioritas permasalahan kedua yang dihadapi oleh PT. Sariwangi A.E.A
divisi Internasional, yaitu dilihat dari karyawan yang belum sepenuhnya dapat memahami apa
saja yang dipersyaratakan dalam ISO FSSC 22000 dan karyawan belum sepenuhnya
menyadari akan pentingnya sertifikasi ini. PT. Sariwangi A.E.A divisi Internasional telah
memiliki program pelatihan untuk karyawannya, namun program pelatihan tersebut belum
terelaisasi sepenuhnya sesuai dengan apa yang sudah diprogramkan. Hal ini pula, yang
menyebabkan karyawan masih perlu diberikan sosialisasi terkait penerapan ISO FSSC 22000.
Selanjutnya yang menjadi prioritas ketiga adalah kualifikasi dan evaluasi supplier tidak
dilaksanakan secara konsisten dengan nilai bobot 0.191, dan prioritas terakhir adalah tidak
konsisten dalam pendokumentasian dengan nilai bobot 0.163.
2. Pengolahan Vertikal Level Tiga (Aktor)
Hasil pengolahan vertikal pada level tiga mengenai aktor yang berperan penting dalam
penerapan ISO FSSC 22000, dapat dilihat pada Tabel

Hasil pengolahan vertikal level tiga menunjukkan bahwa aktor yang memiliki
keterkaitan dalam penerapan ISO FSSC 22000 dimulai dari prioritas utama adalah MR
dengan nilai bobot 0.266, dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa MR merupakan aktor
yang memilki pengaruh besar dalam berjalannya SMKP ISO FSSC 22000 di PT. Sariwangi
A.E.A divisi Internasional. MR merupakan wakil dari manajemen yang ditunjuk langsung
oleh direktur utama dimana salah satu kepentingan utamanya dalam SMKP ISO FSSC 2200
adalah meninjau semua fungsi untuk memeriksa pelaksanaan SMKP yang efektif.
Pada prioritas kedua, aktor yang berperan penting dalam penerapan ISO FSSC 22000
adalah MW dengan nilai bobot 0.250. Peranan penting MW dalam penerapan ISO ini adalah
dalam hal mengawasi segala kegiatan di area bahan baku, bahan kemasan dan produk jadi,
dimana MW harus dapat memastikan bahwa bahan baku yang akan diproses dan bahan
kemasan yang akan digunakan adalah bahan dengan kulitas mutu yang baik, sesuai dengan
standar spesifikasi dan persyaratan yang ditetapkan serta aman dikonsumsi. Selain itu, MW
juga harus mengawasi dan memastikan bahwa produk jadi yang dihasilkan dan yang akan
dikirim ke konsumen adalah produk yang benar-benar sudah melewati dan lulus tahap quality
control dan terjamin kualitas serta kemanan pangannya.
Pada prioritas ketiga, aktor yang berperan penting adalah GM dengan nilai bobot
0.247, dimana GM merupakan salah satu bagian dari pihak manajemen yang juga berperan
dalam pelaksanaan komitmen manajemen yang telah dituangkan dalam kebijakan mutu dan
keamanan pangan, serta mendukung segala sesuatu yang berkaitan dalam hal pemenuhan
kesesuaian dengan persyaratan standar ISO FSSC 22000. Prioritas terakhir adalah MC
dengan nilai bobot 0.227. Peranan MC dalam penerapan ISO FSSC 22000 adalah untuk dapat
menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas yang dapat dengan tanggap dalam
menunjang pelaksanaan ISO ini, yaitu dengan membuat program pelatihan dan
merealisasikan program pelatihan tersebut agar dapat memberikan pemahaman kepada
karyawan tentang persyaratan pada ISO ini dan memberikan kesadaran kepada karyawan
untuk berparstisipasi dalam pelaksanaan penerapan ISO ini secara konsisten serta menyadari
pentingnya sertifikasi ini bagi perusahaan.
3. Pengolahan Vertikal Level Empat (Tujuan)
Hasil pengolahan vertikal pada level empat mengenai tujuan yang ingin dicapai perusahan
dalam penerapan ISO FSSC 22000, dapat dilihat pada Tabel

Hasil pengolahan vertikal level empat menunjukkan bahwa tujuan yang ingin dicapai
perusahaan dalam penerapan ISO FSSC 22000 dimulai dari prioritas utama adalah
peningkatan sosialisasi ISO FSSC 22000 dengan nilai bobot 0.284, prioritas kedua adalah
peningkatan kualitas jaminan mutu bahan baku dan kemasan dengan nilai bobot 0.277.
Selanjutnya prioritas ketiga adalah peningkatan komitmen manajemen dengan nilai bobot
0.275, dan prioritas terakhir adalah perbaikan administrasi dan dokumentasi dengan nilai
bobot 0.164. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang menjadi prioritas tujuan utama
dan kedua adalah peningkatan sosialisasi ISO FSSC 22000 dalam pelaksanaan ISO FSSC
22000 yang efektif dan peningkatan kualitas jaminan mutu bahan baku dan kemasan. Pada
prioritas utama, hal ini dilihat dari masih kurangnya partisipasi dari seluruh karyawan yang
ada di PT. Sariwangi A.E.A baik karyawan pada tingkatan fungsional hingga tingkatan
manajemen dalam penerapan ISO FSSC 22000, yang dikarenakan kurangnya pemahaman
terkait ISO ini dan kurangnya kesadaran seluruh karyawan akan pentingnya sertifikasi ini.
Untuk itu, peningkatan sosialisasi ISO FSSC 22000 dapat meningkatkan pemahaman dan
kesadaran seluruh karyawan untuk berpasrtisipasi dalam pelaksanaan ISO FSSC 22000 yang
efektif. Pada prioritas tujuan kedua adalah peningkatan kualitas jaminan mutu bahan baku
dan kemasan, hal ini dapat dilihat dari salah satu permasalahan yang dihadapi oleh PT.
Sariwangi A.E.A divisi internasional yaitu pelaksanaan kualifikasi dan evaluasi supplier yang
belum dijalankan secara konsisten. Selain itu, untuk supplier yang berasal dari luar negeri
sangat sulit sekali bagi PT. Sariwangi A.E.A divisi internasional untuk melakukan kunjungan
memverifikasi apakah area serta proses produksi dari teh yang dikirim sesuai dengan yang
dicantumkan pada kualifikasi supplier. Untuk itu, pihak trader sebaiknya melakukan
percobaan-percobaan untuk membuat hasil blend teh dengan mengutamakan dari supplier
lokal. Karena untuk dapat menjamin produk yang dihasilkan adalah produk yang bermutu dan
aman dikonsumsi, harus dipenuhi dari bahan baku dan kemasan yang bemutu dan aman juga.
Untuk itu, perusahaan harus dapat meningkatkan jaminan mutu dan bahan baku dengan
melakukan manajemen pembelian yang baik untuk dapat memilih supplier secara selektif
sesuai dengan kriteria persyaratan keamanan pangan.
4. Pengolahan Vertikal Level Lima (Alternatif Startegi)
Hasil pengolahan vertikal pada level lima mengenai alternatif strategi yang dapat digunakan
perusahaan untuk memecahkan permasalahan dalam penerapan ISO FSSC 22000, dapat
dilihat pada Tabel .

Hasil pengolahan vertikal level lima menunjukkan bahwa alternative strategi yang
dapat perusahaan dalam penerapan ISO FSSC 22000 dimulai dari prioritas utama adalah
meningkatkan partisipasi pihak manajemen untuk mengacu pada komitmen manajemen yang
telah dituangkan dalam kebijakan mutu dan keamanan pangan (WT-2) dengan nilai bobot
0.152. Hal ini dapat dilihat dari permasalahan utama yang dihadapi oleh PT. Sariwangi A.E.A
adalah masih lambatnya realisasi dari pihak manajemen terkait perbaikan infrastruktur dan
peralatan kerja. Untuk itu, peningkatan partisipasi pihak manajemen diharapkan dapat
mendukung segala bentuk kegiatan terkait dengan ISO FSSC 22000 untuk dapat memenuhi
persyaratan pada ISO tersebut dan menjalankan SMKP ISO FSSC 22000 secara efektif.
Peningkatan partisipasi pihak manajemen dalam menghadapi permasalah utama pada
perusahaan, dapat dilakukan pihak manajemen dengan mengantisipasi hal tersebut yaitu
dengan melakukan perencanaan dana atau budget terlebih dahulu untuk perbaikan
infrastruktur dan peralatan maupun pengembangan serta segala sesuatunya dalam hal yang
mendukung proses pelaksanaan ISO FSSC 22000 yang efektif. Alternatif startegi prioritas
kedua adalah meningkatkan kualitas mutu bahan baku maupun kemasan dengan acuan
standar spesifikasi yang telah ditetapkan dalam prosedur (WT-1) dengan nilai bobot 0.125.
Jaminan kualitas mutu sangat penting dalam mendukung pelaksanaan ISO FSSC 22000 yaitu
sebagai dasar dalam menghasilkan produk yang berkualitas dan aman dikonsumsi. Untuk
dapat menjamin kualitas mutu bahan baku dan kemasan yang dibeli oleh PT. Sariwangi
A.E.A divisi Internasional, perusahaan harus lebih selektif dalam melakukan pemilihan
supplier dengan melakukan system manajemen pembelian yang baik. Perusahaan harus dapat
melaksanakan kualifikasi dan evaluasi supplier secara konsisten sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan oleh prosedur. Perusahaan juga harus memilih supplier yang memiliki
Certificate of Analysis (COA) dari setiap bahan yang dikirim ke perusahaan, dan juga
memiliki sertifikat yang menunjukan bahwa bahan yang dikirim adalah bahan dengan mutu
yang baik dan aman. Selanjutnya yang menjadi prioritas ketiga adalah meningkatkan kualitas
produk dengan menghasilkan produk yang aman dikonsumsi dengan pelaksanaan segala
macam kegiatan terkait ISO FSSC 22000 secara konsisten dan penuh dengan kesadaran (SO-
3) dengan nilai bobot 0.114. Peningkatkan kualitas produk sangat membantu perusahaan
untuk dapat bertahan dalam persaiangan industri yang semakin ketat dan mengikuti tuntutan
persyaratan kemanan pangan yang terus berkembang. Hal ini hanya dapat didukung apabila
pelaksanaan kegiatan terkair ISO FSSC 22000 dilaksanakan secara konsisten dan penuh
kesadaran oleh setiap karyawan. Prioritas keempat adalah meningkatkan kualitas SDM
dengan meningkatkan keefektifan pelatihan sesuai dengan program yang telah direncanakan
(WO-2) dengan nilai bobot 0.112. SDM memiliki peranan penting dalam pelaksanaan ISO
FSSC 22000. SDM yang berkualitas dapat dihasilkan apabila SDM tersebut diberi pelatihan
ataupun sosialisasi secara efektif untuk dapat meningkatkan pemahamannya dan
mengimplementasikan apa yang telah didapat dari pelatihan dengan baik. Kemudian pada
prioritas kelima dan keenam dengan nilai bobot 0.111 adalah meningkatkan partisipasi
karyawan dalam menerapkan SMKP ISO FSSC 22000 (SO-2), dan team buliding untuk
membangun kebersamaan dalam pelaksanaan prosedur maupun peratutan yang berlaku
terkait dengan keamanan pangan (WO-1). Prioritas selanjutnya adalah meningkatkan SMKP
yang sudah berjalan dengan melakukan verifikasi SMKP secara keseluruhan (S0-1) dengan
nilai bobot 0.095. Prioritas ke delapan adalah Meningkatkan volume/selang waktu pengujian
melebihi standar yang ditentukan pada ummnya sebagai jaminan mutu produk yang aman
dikonsumsi (ST-1) dengan nilai bobot 0.093. Prioritas terakhir adalah efisiensi tenaga kerja
dengan memanfaatkan SDM yang ada (ST-2) dengan nilai bobot 0.08.

Anda mungkin juga menyukai