Kelompok 5 :
Kelompok dapat di definisikan sebagai dua orang atau lebih yang berinteraksi untuk
mencapai sasaran perorangan maupun bersama. Cakupan yang lebih luas dari definisi ini termasuk
“kelompok“ yang akrab di antara dua orang tetangga bersebelahan rumah yang tiga kali seminggu
mengikuti kursus olahraga bersama-sama dan sebuah kelompok yang lebih besar dan lebih formal,
seperti perkumpulan pemilik rumah di suatu lingkungan, yang anggotanya sama-sama
berkepentingan dengan sekolah, jalan, pajak, dan tipe-tipe bisnis di lingkungan mereka. Termasuk
pula dalam definisi ini semacam “pengelompokkan satu-sisi” di mana konsumen perorangan
mengamati penampilan atau tindakan orang-orang lain, yang tanpa di sadari bertindak sebagai
model peran yang berkaitan dengan konsumsi.
Dan Kelompok rujukan adalah setiap orang atau kelompok yang dianggap sebagai dasar
perbandingan (atau rujukan) bagi seseorang dalam membentuk nilai-nilai dan sikap umum atau
khusus, atau pedoman khusus bagi perilaku.
1) Informasi dan pengalaman : Orang yang mempunyai pengalaman langsung dengan suatu
produk/jasa, atau dengan mudah memperoleh informasi yang lengkap mengenai hal itu, kecil
kemungkinan dipengaruhi oleh nasihat/teladan orang lain.
2) Kredibilitas, Daya tarik, Kekuatan kelompok rujukan : kelompok rujukan yang dirasakan
kredibe, menarik, atau berkuasa dpat menimbulkan perubahan sikap dan perilaku konsumen.
Sebagai contoh, jika konsumen ingin memperoleh informasi yang tepat mengenai
kinerja/kualitas suatu produk/jasa, mereka mungkin terbujuk oleh orang – orang yang mereka
anggap dapat dipercaya dan berpengetahuan. Jadi konsumen lebih mungkin terbujuk oleh
sumber – sumber yang mempunyai kredibilitas tinggi.
3) Sifat menonjol produk : Produk yang menonjol secara visual adalah produk yang mencolok
dan dipehatikan (barang mewah atau produk baru), produk yang menonjol secara verbal
mungkin sangat menarik.
3. Jenis-jenis Kelompok Referen/Rujukan
Dalam masyarakat yang dinamis, tugas-tugas yang berhubungan dengan keluarga terus
menerus berubah (seperti penerimaan tugas-tugas rumah tangga yang lebih besar oleh pria).
Tetapi, kita dapat mengenali delapan peran berbeda dalam proses pengambilan keputusan
keluarga. Yaitu terdapat:
1) Orang yang mempengaruhi, (para) anggota keluarga yang memberikan informasi pada
(para) anggota lain mengenai suatu produk atau jasa
2) Penjaga pintu, (para) anggota keluarga yang mengontrol arus informasi mengenai produk
atau jasa pada keluarga
3) Pengambil, (para) anggota keluarga dengan wewenang untuk menetukan secara sepihak
atau bersama-sama untuk keputusan untuk berbelanja, membeli, memakai, atau tidak lagi
menggunakan produk atau jasa tertentu
4) Pembeli, (para) anggota keluarga yang sesungguhnya melakukan pembelian produk atau
jasa tertentu
5) Orang yang mempersiapkan, (para) anggota keluarga yang mengubah produk menjadi
suatu bentuk yang layak untuk dikonsumsi oleh para anggota keluarga lainnya
6) Pemakai, (para) anggota keluarga yang menggunakan atau mengkonsumsi produk atau jasa
tertentu
7) Pemeliharan, (para) anggota keluarga yang merawat atau memperbaiki produk sehingga ia
memberikan kepuasan yang berkesinabung
8) Pengatur, (para) anggota keluarga yang mulai atau melakukan proses pembuangan atau
menghentikan pemakaian produk atau jasa tertentu
Tinjauan terhadap semua peran ini memberikan pandangan lebih lanjut bagaimana para anggota
keluarga berinteraksi dalam berbagai peran mereka yang berhubungan dengan konsumsi. Jumlah
dan identitas para anggota keluarga yang mengisi semua peran ini berbeda dari satu keluarga
dengan keluarga lainnya dan dari satu produk dengan produk lainnya.
Merupakan kemajuan tahap-tahap yang dilalui beberapa keluarga, yang dimulai dengan tahap-
tahap yaitu
Tahap I: Masa Lajang – orang muda lajang yang tinggal terpisah dari orang tua
Tahap II: Orang yang sedang berbulan madu – pasangan muda menikah
Tahap III: Orang tua – Sepasang suami istri dengan setidaknya-tidaknya satu anak yang
tinggal di rumah
Tahap IV: Pasca-orang tua – Sepasang suami istri yang lebih tua tanpa anak yang tinggal
di rumah
Pada SKK tradisonal tidak lagi dapat mewakili sepenuhnya kemajuan tahapan-tahapan
perubahan tantanan keluarga dan gaya hidup dewasa ini. Maka para peneliti membuat sebuah
modifikasi yaitu SKK Nontradisional. Pada tahapan Non Tradisonal ini terdapat penggolongan
yang luas dan berasal dari berbagai kekuatan sosiodemografis yang dinamis serta berlangsung
sekitar 25 tahun yang lalu. Walaupun model yang dimodifikasi ini agak realitis tetapi hanya
mengakui keluarga yang memasuki pernikahan, dengan mengabaikan rumah tangga dengga rumah
orang tua tunggal seperti ibu yang tidak menikah dan kehidupan yang terbentuk karena seorang
atau beberapa orang lajang mengadopsi anak. Pada table dibawah akan mejelaskan tahapan-
tahapan SKK ini.
6. Sosialisasi Konsumen bagi Anggota Keluarga
Aspek sosialisasi kanak-kanak yang terutama relavan dengan studi peilaku konsumen
adalahsosialisasi konsumen yang didefinisikan sebagai proses yang memungkinkan anak-anak
berfungsi sebagai konsumen. Kebanyakan anak-anak pra-remaja memperoleh norma-norma
perilaku konsumen mereka melalui pengamatan terhadap orang tua mereka dan saudara kandung
mereka yang lebih tua, yang berfungsi sebagai model peran dan sumber petunjuk untuk
mempelajari konsumsi pokok. Sebaliknya anak-anak remaja dan belasan tahun mungkin melihat
teman-teman mereka untuk model perilaku konsumen. Pengalaman berbelanja bersama (ketika ibu
dan anak berbelanja berbelanja bersama) juga memberikan kesempatan pada anak-anak untuk
memperoleh ketrampilan berbelanja di toko.
Proses sosialisasi tidak hanya sebatas pada anak-anak, sebaliknya proses ini merupakan
proses yang terus menerus. Sekarang ini orang menerima bahwa sosialisasi dimulai pada masa
kanak-kanak yang dini dan terus berlangsung sepanjang kehidupan manusia. Sebagai contoh,
ketika suatu baru pasangan menikah mendirikan rumah tangga terpisah, penyesuaian diri mereka
terhadap kehidupan dan konsumsi bersama merupakan bagian dari proses yang berkesinabung.
Tampaknya kesetiaan pada produk yang dipilih atau pilihan terhadap merk lazim sekali
dipindahkan dari satu generasi ke generasi lainnya – pemindahan merk antar generasi – yang
bahkan mungkin terjadi pada tiga atau empat generasi dalam keluarga yang sama. Misalnya,
pilihan merk tertentu untuk berbagai produk seperti selai kacang, maynais, kecap, kopi dan
kebutuhan rumah tangga lainnya merupakan yang sering diteruskan dari satu generasi ke generasi
lainnya.
Sumber Referensi
Schiffman, L.G and L.L. Kunuk. 2007. Consumer Behaviour. Seventh Edition, New Jersey:
Prantice Hall International.