Anda di halaman 1dari 12

TUGAS ETIKA BISNIS

Kasus 1 BAB 5
Dugaan Korupsi VLCC
Mantan Komisaris Pertamina yang saat ini menjabat Deputi Menteri Negara BUMN, Roes
Aryawijaya, kembali diperiksa penyidik bagian Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Agung sebagai
saksi dugaan korupsi dalam penjualan kapal tanker raksasa atau very large crude carrier (VLCC)
Pertamina. Seusai pemeriksaan, Roes yang ditanya wartawan soal keputusan penjualan dua kapal
tanker raksasa Pertamina tahun 2004 itu menjawab, “Penjualan tersebut sebenarnya usulan
Direksi Pertamina. Oleh Komisaris dikaji dan dilihat. ‘Kan kalau tidak dijual perusahaannya
bangkrut,” kata Roes. Keputusan menjual VLCC itu melibatkan seluruh direksi dan komisaris
Pertamina. Dalam siaran pers yang dikeluarkan Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung,
disebutkan bahwa direksi Pertamina bersama Komisaris Utama Pertamina, tanpa persetujuan
Menteri Keuangan pada 11 Juni 2004 telah melakukan divestasi dua tanker VLCC milik Pertamina
nomor Hull 1540 dan 1541 kepada Frontline dengan harga US$ 184 juta. Hal tersebut bertentangan
dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 89 Tahun 1991 Pasal 12 Ayat 1 dan 2 karena
persetujuan Menteri Keuangan baru terbit tanggal 7 Juli 2004. Secara terpisah, Jaksa Agung
Hendarman Supandji menyatakan bahwa tersangka kasus dugaan korupsi penjualan VLCC itu
ternyata lebih banyak dari yang semula disebutkan.

Pertanyaan :
a. Menurut Anda, siapakah yang disebut dengan pemegang saham dari PT Pertamina tersebut
?
b. Menurut Anda, apakah tindakan Direksi dan Komisaris Pertamina di atas dapat dibenarkan
bila dilihat dari UU PT ?
c. Menurut Anda siapa yang seharusnya berwenang untuk memutuskan divestasi aset
Pertamina tersebut ?
d. Mengapa kasus seperti penjualan VLCC pada perusahaan Pertamina itu dapat muncul dan
sering menimpa perusahaan BUMN ?
e. Coba pelajari berbagai peraturan pemerintah tentang penjualan aset BUMN dan berikan
pendapat Anda bagaimana seharusnya menurut prinsip-prinsip penerapan GCG !

Jawaban :
a. Menurut kelompok kami pemegang saham dari PT Pertamina adalah Pemerintah Republik
Indonesia, karena Pertamina adalah perusahaan energi nasional yang 100% kepemilikan
sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia, melalui Kementerian Negara Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) selaku Kuasa Pemegang Saham
b. Dapat dibenarkan, karna Pertamina berubah menjadi persero tahun lalu (2003) maka,
juragan migas itu tunduk pada UU Perseroan Terbatas. Sehingga setiap penjualan aset
(bukan saham) cukup dengan persetujuan komisaris lewat Rapat Umum Pemegang Saham.
c. Menurut kelompok kami Direksi lah yang berwenang untuk melakukan divestasi aset
Pertamina tersebut.
d. Karena penjualan Tanker Pertamina secara bisnis menimbulkan kontroversi karena
perbedaan persepsi soal untung rugi dalam pelegoan itu dan BUMN di anggap tak punya
kuasa menjual tankernya
e. Menurut Peraturan Menteri Negara BUMN nomor PER – 02/MBU/2010 bagian kedua
tentang penjualan pasal 5,6 dan7, menyatakan bahwa pemindahtanganan dengan cara
Penjualan dapat dilakukan apabila memenuhi persyaratan, penjualan dilakukan sepanjang
hal tersebut memberikan dampak yang lebih baik bagi BUMN, penjualan dapat dilakukan
dengan cara Penawaran Umum, Penawaran Terbatas, dan Penunjukan Langsung. Sesuai
dengan prinsip GCG, Komisaris serta Direksi harus bersikap profesionalisme untuk
menyelamatkan perusahaan dalam keadaan apapun dan melakukan aktivitas ekonomi
sesuai dengan memperhatikan aspek indepedensi dan profesionalitas agar menghasilkan
dampak positif bagi perusahaan

Kasus 2
Salah satu pihak pemegang saham PT Adam Sky Connection Airlines atau Adam Air, yakni
PT Global Transport Service ( PT GTS ) menyatakan bahwa ada indikasi penyelewengan keuangan
oleh manajemen Adam Air. Hal ini merupakan salah satu penyebab kesulitan keuangan yang
dialami maskapai ini. “Keuangan Adam Air mulai kritis sejak November 2007, tetapi tiap kali saya
mengajak manajemen untuk rapat tidak ditanggapi,” kata mantan Wakil Presiden Direktur
(Wapresdir) Adam Air, Gustiono Kustanto,senin 17/3/08. selain sebagai Wapresdir, Gustiono juga
menjabat sebagai Direktur Keuangan Adam Air dan salah satu Direktur GTS. Karena upaya
pembenahan keuangan tidak ditanggapi, Gustiono pun merekomendasikan GTS untuk menarik
investasi dari Adam Air. Pengacara Otman Paris Hutapea yang mewakili GTS dan PT Bright Star
Perkasa (PT BSP) pun menyangkal pemberitaan bahwa beroperasinya Adam Air disebabkan oleh
penarikan modal. “Tidak ada sedikit pun uang yang ditarik dari Adam Air. Klien kami bahkan belum
pernah menerima dividen,” kata Hotman. Menurut dia, modal yang disetor GTS dan BSP pada 7
Maret 2007 sebesar Rp 157,5 miliar (untuk 50% saham). Perlu diketahui bahwa komposisi saham
Adam Air terdiri atas PT GTS (19%); PT BSP (31%); dan keluarga Presiden Adam Air, Adam
Suherman sebesar 50%. Sedangkan PT GTS dimiliki oleh PT Bhakti Investama Tbk, perusahaan
sekuritas yang telah “go public”. Presiden Direktur Adam Air, Adan Suherman mengatakan, “Siapa
pun dipersilahkan membuktikan bila ada dugaan penyimpangan keuangan. Selama ini manajemen
Adam Air transparan. Buktinya ada wakil GTS yang juga menjabat direktur keuangan.”
Sebagaimana diketahui, perusahaan penerbangan Adam Air telah beberapa kali
menghadapi musibah kecelakaan pesawat. Kini secara tiba-tiba ada berita perselisihan antar
pemegang saham dan manajemen perusahaan sehingga menyebabkan perusahaan terancam
menghentikan operasinya. Apalagi keputusan penghentian operasi penerbangan ini bersamaan
dengan masa liburan panjang sehingga tentu saja merugikan ribuan calon penumpang yang telah
memiliki tiket Adam Air tersebut. Belum lagi sekitar 3000 karyawan Adam Air akhirnya mengalami
kebingungan dan nasibnya menjadi tidak menentu.
Pertanyaan :
a. Coba Anda teliti dan berikan penalaran, apakah struktur manajemen dan mekanisme proses
keputusan yang dilakukan oleh Manajemen Adam Air telah sesuai dengan “tata kelola
perusahaan yang baik (good corporate governance—GCG)”?
b. Coba Anda Identifikasi, siapa saja yang dapat dimasukkan dalam kelompok pemangku
kepentingan (stakeholders), serta apa saja kepentingan untuk Adam Air tersebut?
c. Coba Anda jelaskan, apakah menurut Anda manajemen Adan Air telah memperhatikan
proses keputusan etis dalam penutupan operasinya?

Jawaban :
a. Struktur manajemen PT Adam Air dimana Presdirnya Adam Suherman yang menguasai
50% saham dan Wakil Presdir sekaligus Direktur Keuangan Gustiono Kustanto (juga
mewakili PT Bakti Investama yang menguasai 50% saham) dan Direksi lainnya yang berasal
dari keluarga Adam Suherman, mencerminkan bahwa kondisi manajemen yang demikian
adalh tidak sesuai dengan prinsip GCG yaitu:
 Transparansi: manajemen Adam Air tidak saling terbuka, dalam pengambilan
keputusan dan penyampaian informasi sehingga terjadi ketidak harmonisan antara
Dewan Komisaris
 Akuntabilitas: manajemen Adam Air saling curiga mengenai laporan kuangan dan
pengelolaan keuangan sehingga hal ini sangat berpengaruh terahadap operasional
perusahaan.
 Kemandirian: karena dalam struktur manajemen Adam Air tidak ada pemegang
saham mayoritas dan saham minoritas, sehingga hal ini sulit untuk pengambilan
kebijakan dan juga tidak ada pihak yang independent (Komisaris dan Direktur
Independen)
 Kewajaran: karena manajemen Adam Air hanya mementingkan pemegang saham
tidak mempertimbangkan stakeholder yang lain

b. Stakeholder dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu kelompok primer atau market
stakeholder dan kelompok sekunder atau nonmarket stakeholder. Kelompok primer adalah
mereka yang berinterkasi langsung dengan perusahaan, termasuk didalamnya adalah:
pelanggan, pemasok, pemegang saham, kreditor, serta karyawan perusahaan.
Kelompok sekunder adalah mereka yang secara tidak langsung berinteraksi dan
bertransaksi dengan perusahaan, tetapi mereka mempunyai kepentingan dan kekuatan
yang dapat mempengaruhi kepentingan perusahaan, termasuk didalamnya adalah:
pemerintah, media massa, lembaga swadaya masyarakat dan sebagainya.
Berdasar teori diatas, maka kepentingan dari pihak primer adalah:
 Pelanggan/konsumen sangat berkepentingan dengan keselamatan
penerbangan dan pelayanan yang baik dari maskapai Adam Air, apalagi
berbagai kecelakaan telah menimpa Adam Air
 Pemasok, dalam hal ini adalah: 1) perusahaan leasing pesawat yang
menyewakan pesawatnya kepada Adam Air, mereka tentunnya
berkepentingan terhadap ketepatan pembayaran sewa pesawat, 2) PT
Angkasa Pura juga mengharapkan ketepata waktu atas biaya yang berkaitan
dengan penggunaan bandara, apalgi Adam Air sering mennunggak, 3) PT
Pertamina sebagai pemasok bahan bakar, 4) Produsen sparepart pesawat.
 Pemegang saham, sangat berkepentingan terhadap kinerja perusahaan
sehingga perusahaan selalu dalam keadaan sehat dilihat dari likuiditasnya,
solvabilitasnya, profitabilitasnya dan akhirnya akan dapat berjalan untuk
waktu yang lama
 Karyawan perusahaan, sangat berkepentingan dengan kelangsungan hidup
perusahaan, karena mereka membutuhkan income yang dapat dipakai
sebagai biaya hidup dirinya sendiri dan keluarag, juga membutuhkan
kenyamanan dan kepastian bekerja.

Kepentingan pihak sekunder adalah:


a) Pemerintah, dalam hal ini sebagai pembuat Undang-undang dan Departemen
Perhubungan sebagai atoritas pemerintah dalam menetapkan peraturan atau keputusan
yang berhubungan dengan penerbangan.
b) Media massa, sebagai sumber informasi kepada masyarakat akan semua hal yang harus
diterima oleh masyarakat, baik mengenai kinerja perusahaaan, kejadian-kejadian yang
menimpa perusahaan maupaun hal baik yang diterima perusahaan.
c) Lembaga Swadaya Masyarakat, misal serikat pekerja karyawan PT Adam Air ( bagian dari
Asosiasi Karyawan Penerbangan Indoneisia ) berkepentingan terhadap hak dan kewajiban
karyawan dan masa depannya. ( LSM yang berhubungan dengan penerbangan missal:
Asosiasi Pilot Internasional, Federasi Pilot Indonesia, Indonesia Air Traffic Controllers
Association)
c. Dalam kasus penutupan PT Adam Air, berdasar teori etika:
1) Pihak manajemen sangat egois dan hanya memetingkan kepentingannya sendiri
(pemegang saham) karena tidak memperhatikan nasib para karyawan, hal itu dibuktikan
anatara pihak pemegang sahm keluarga Adam Suherman dengan pihak PT Bhakti
Investama yang saling berseteru terhadap penyelesaian karyawan.
2) Pihak manajemen tidak mengambil suatu keputusan yang menyeluruh, yaitu bagaimana
kepentingan para stakeholder yang yang lain harus diperhatikan
3) Pihak manajemen berkewajiban untuk memenhui hak para karyawan, konsumen , kreditor,
pemegang saham dan pihak lain.
Kasus 1 BAB 6
Pemerintah Mengebaikan Kerusakan Lingkungan ?
Pemerintah dinilai “gelap mata” terhadap dampak kerusakan lingkungan dengan
memberikan izin pembangunan di wilayah hutan Toka Tindung, Kabupaten Bitung, Sulawesi Utara,
p[ada awal maret 2008. Beberapa warga setempat dalam kenferensi pers di Jakarta menyampaikan
hal itu. Selama ini tidak ada perhatian pemerintah terhadap kerugian warga akibat rusaknya
lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan persiapan penambangan. “Seumur-umur, sampai 35
tahun saya tidak pernah mengalami banjir di kampong ini, baru kali ini terjadi banjir setelah hutan
diatas kampong kami dibabat untuk penambangan,” kata David Katang, salah seorang warga desa
Batu Putih Atas. Enam desa di wilayah lingkar rencana tambang PT Maeres Soputan Mining itu
mengalami musibah banjir lumpur untuk pertama kalinya pada 11 Maret 2007. Enam desa itu
adalah Likupang Satu, Likupang Dua, Kampung Ambon, Rinondoran, Pinenek, dan desa Maen.
Perusaan tambang ini sudah membangun tiga buah dam, fasilitas pabrik, perkantoran, dan
dermaga. Di hulu, perusahaan ini memotong dan membelokan arus sungai Budo. Kapasitas
penampungan limbah bijih emas direncanakan sepuluh juta ton, sedangkan usia tambang hanya
enam tahun. Akibat kegiatan ini, terjadi banjir lumpur sehingga nelayan tidak dapat lagi memetik
kepiting di hutan bakau karena ketika hujan ada genangan lumpur.

Pertanyaan :
a. Menurut anda, apakah ada hubungan antara etika dengan lingkungan hidup ?
b. Konsep-konsep etika apa saja yang dapat Anda terapkan untuk kasus lingkungan di atas ?
c. Menurut Anda, benarkah pemerintah tidak perduli terhadap kerusakan lingkungan ?
Berikan fakta-fakta lain yang Anda ketahui untuk mendukung pendapat Anda !
d. Seandainya perusaan tambang PT meares Soputan Mining menggunakan analisis dampak
lingkungan, apa saja yang harus dipertimbangkan dalam hal ini ?
e. Apakah ada hubungan analisis dampak lingkungan di atas dengan analisis stakeholder dan
Corporate Social Responsibility ? Jelaskan
f. Bila ingin mengaitkan suatu proses keputusan atau tindakan dengan prinsip-prinsip etika
bisnis atau kode etik profesi, tunjukan dan jelaskan pinsip-prinsip mana atau unsur kode
etik yang mana yang relevan dengan kasus diatas?
g. Warga setempat menginformasikan keluhannya ini melalui media massa (jumpa pers)
karena merasa perusahaan dan pemerintah tidak lagi perduli terhadap keluhan masyarakat.
Apa nama istilah yang tepat terhadap tindakan warga semacam ini? Jelaskan!
Jawaban :
a. Ada hubungan antara etika dan Lingkungan hidup dikarenakan perilaku manusia
berpengaruh terhadap keberadaan bumi beserta isinya, bukan hanya menentukan
keberadaan umat manusia saja.
b. Konsep etika Lingkungan biosentris, yang memendang perilaku etis bukan hanya dinilai
dari sudut pandang manusia, tetapi juga dari sudut pandang nonmanusia (Flora, Fauna, dan
benda-benda bumi nonorganisme) sebagai satu kesatuan sistem lingkungan (ecosystem)
c. Dalam kasus ini, menurut kelompok kami pemerintah kurang perduli terhadap kerusakan
lingkungan yang terjadi, kesimpulan ini kami dapatkan dengan diterbitkannya keputusan
Menteri Negara ESDM nomor 42.K/30.00/DJB/2008 yang memperpanjang izin konstruksi
MSM. Hal ini member kesan bahwa ESDM tidak ingin kegiatan MSM untuk dihalangi
d. Yang harus dip[erhatikan adalah penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup agar dapat menjaga lingkungan dari oprasi proyek yang dapat
menyebabkan kerusakan lingkungan
e. Landasan pokok CSR dalam isu lingkungan hidup meliputi tidak melakukan pencemaran,
tidak berkontribusi dengan perubahan iklim, tidak berkontribusi dalam limbah,dll
Oleh karena oitu hubungan dengan AMDAL diatas adalah melindungi lingkungan dengan
tidak melakukan pencemaran
f. Prinsip responsibilitas, dimana pengelola wajib memberikan pertanggung jawaban atas
semua tindakan dalam mengelola perusahaan kepada para pemangku kepentingan sebagai
wujud kepercayaan yang diberikan kepadanya.
g. Istilah tersebut dinamakan externalwhistleblowing, adalah tindakan yang dilakukan
seseorang atau beberapa orang untuk membocorkan masalah kepada media atau khalayak
ramai
Kasus 2
Berguru Hidup Pada Gumuk Pasir

Ladang itu awalnya padang pasir kering kerontang. Warnanya hitam mengilat, melepuhkan
kaki di siang hari yang terik. Jaraknya sekitar 50 meter dari laut, di selatan Desa Bugel, Kecamatan
Panjatan, Kulon Progo, Yogyakarta. Suasananya sunyi yang mati. Kehidupan seperti raib.

Di gundukan pasir—istilah setempat gumuk pasir—itulah Sukarman muda yang resah


membuang gundah. Sudah tiga tahun sejak menyelesaikan studinya pada Program D-3 Akademi
Perindustrian Yogyakarta, dia belum juga mendapat pekerjaan. Sudah dicobanya merantau ke
Jakarta, Bandung, hingga Palembang, tetapi hasilnya nol besar.

Suatu pagi pada pertengahan 1985, gerimis menemaninya duduk di atas gumuk pasir. Dalam
suasana hati yang lelah dan hampir patah, pandangannya seperti disedot tiga batang tanaman cabai
merah yang tumbuh di atas seonggok kotoran sapi kering di pasir. Tak luar biasa, sebenarnya.
Tetapi, entah mengapa, pemandangan itu mulai mengusik benaknya.

”Mungkin ada orang yang tidak sengaja membuang cabai di situ,” pikir Sukarman.

Ketika pandangannya mengitari hamparan luas di depannya, Sukarman mulai mengamati


beberapa jenis tanaman yang hidup di antara tumbuhan perdu. Ada semangka, ubi, dan lain-lain.

Ia terkesima. Sunyi tak lagi mati, tetapi menjanjikan kehidupan baru. Pagi itu ia menangkap
pesan: alam bekerja dengan cara ajaib, dalam situasi yang paling mustahil untuk menyodori
kehidupan.

”Kenapa saya tidak mencobanya?” kehendak itu memenuhi batinnya, ”Jika dirawat pasti cabai
itu akan tumbuh subur. Kenapa tidak mencoba menanam cabai di lahan pasir? Andai bisa,
kehidupan pasti berubah.”

Sukarman mulai menanam cabai di atas lahan pasir seluas 200 meter persegi. Tetangganya,
para petani sepuh, mencibir. Bahkan, ayahnya meragukan apa yang dilakukan anak sulungnya yang
masih lontang-lantung pada usia 27 tahun itu. Sukarman dianggap ngaya wara atau mengada-ada.

Namun, Sukarman bersikeras. Usaha menanam cabai di atas pasir hitam itu lantas menjadi
seperti pertaruhan keyakinannya akan perubahan. Upaya itu tak mudah. Tingginya penguapan di
lahan pasir yang panas membuat ia harus terus-terusan menyiram tanaman cabainya. Padahal,
sumber air tawar berada jauh di desa.
Sekali lagi, alam menjawabnya. Namun, hanya mereka yang tahu bagaimana alam bekerja
mampu menangkap jawaban itu. Sukarman mulai menggali. Ia yakin lahan pasir itu pasti mendapat
pasokan air dari resapan Kali Progo dan Kali Bogowonto yang mengapit kawasan itu. Pada
kedalaman kurang dari 3 meter, air tawar yang bersih, keluar, melimpah ruah.

Ia lalu mengalirkan air itu dalam bak-bak yang dibangun sejajar sepanjang tanaman cabainya
dengan pipa bambu. Sistem ini merupakan cikal bakal bagi apa yang kemudian disebut ”sumur
renteng”. Masalah kebutuhan air pun selesai.

Selang tiga bulan, kerja kerasnya menampakkan hasil. Panen pertama menghasilkan 17
kilogram cabai.

Mengubah Hidup

Panen itu tak hanya mengubah hidup Sukarman, tetapi juga hidup belasan ribu petani di
sepanjang pantai Kulon Progo. Petani-petani lain di desanya, yang kebanyakan hanya penggarap,
mulai yakin bahwa pasir itu menyimpan berkah kehidupan.

Mereka mulai berbondong ke gumuk pasir, lahan telantar dengan status kepemilikan yang
terbagi tiga, yakni tanah milik bersertifikat, tanah desa, dan tanah milik dinasti Pakualam
(Pakualam Ground).

”Patok ini dulunya di sana,” ia menunjuk patok batas wilayah Pakualam Ground, yang katanya
bergeser memasuki wilayah garapan warga.

Kini, di atas hamparan pasir yang luas itu—mulai dari Bugel hingga Glagah—aneka jenis
tanaman tumbuh subur. Cabai, semangka, jeruk, sawi, terung, kentang, bahkan padi. Sistem sumur
renteng berkembang dipadukan dengan genset dan selang plastik.

Warga menemukan kehidupannya di sini. Tak ada pengangguran. Nenek tua pun masih bisa
mendapatkan penghidupan dari lahan itu.

”Tanaman kentang seperti ini,” Sukarman menunjuk sepetak lahan yang digarap Mbah Wiji,
perempuan sepuh yang sudah bongkok, ”Tumbuh tanpa perawatan yang berarti, tapi panennya tiap
tiga bulan. Cukup untuk hidup Mbah Wiji.”

Desa yang semula termiskin di Kulon Progo bermetamorfosa menjadi desa penuh harapan. Para
pemuda yang merantau menjadi buruh migran berbondong pulang kampung, menjadi petani.
Mereka menepuk dada dan berkata bangga, ”Saya petani!”
Sekarang tak ada lagi rumah gubuk di sini. Setiap rumah tangga memiliki kendaraan bermotor
yang mempermudah aktivitas pertanian mereka Kegigihan petani Kulon Progo yang mampu
menyulap gumuk pasir menjadi ladang pertanian yang subur itu mendapat apresiasi kalangan
akademisi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta. Pertanian gumuk pasir itu menjadi
seperti laboratorium hidup dari berbagai penelitian mereka.

Wilayah itu merupakan daerah pertanian terpadu. Peternakan menghasilkan terutama pupuk
kandang, yang digunakan pada lebih 90 persen pemupukan.

”Para petani menemukan teknik yang luar biasa. Kami sering mengirim mahasiswa ke sana untuk
belajar dari mereka,” ujar Dr Ir Dja’far Shiddieq MSc, dosen pada Jurusan Ilmu Tanah Fakultas
Pertanian UGM.

Dja’far juga mengundang Sukarman ke kampus untuk mengajari ilmu bertani yang riil pada
mahasiswa. Sukarman pun sesekali ke kampus, mengajar mahasiswa.

Usia Sukarman kini 50 tahun. Ia menggarap lahan seluas 8.000 meter persegi, 3.000 meter persegi
di antaranya untuk pembibitan. ”Waktu tahun 1998, saya panen dari penjualan bibit, sampai bisa
beli mobil,” ia menunjuk mobil Suzuki Carry yang bertengger di samping rumah.

Meski dikenal sebagai petani yang lumayan berhasil—ia juga punya tujuh sapi dan dua sepeda
motor—hidup Sukarman tetap bersahaja. Setiap hari ia ke ladang, mencangkul, menyiangi,
menyirami tanamannya. Namun, yang membuatnya bangga adalah anak sulungnya yang kini kuliah
di salah satu perguruan tinggi negeri di Yogyakarta.

Pertanyaan :

a. Coba anda kaji tindakan Sukarman dan kawan-kawan dilihat dari teori-teori dan konsep-
konsep etika yang anda kenal!
b. Coba dikaji apakah tindakan pemerintah,DPR,dan investor pertambangan sudah tepat
dilihat dari analisis stakeholder dan etika lingkungan hidup!
c. Bagaimana anda melihat sosok Sukarman ditinjau dari teori hakikat manusia utuh
sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya?
d. Bagaimana pandangan Anda dalam menghadapi kasus di atas?

Jawaban :
a. Dilihat dari teori-teori dan konsep-konsep etika , sukarman dan kawan-kawan memiliki sikapUtilitarianisme
dimana member manfaat/ kegunaan bagi banyak orang, kesejahteraan duniawimasyarakat hakikat tidak
utuh( PQ,IQ,EQ) dan sikap deontology dengan tindakan itu sendiri,kewajiban mutlak setiap orang demi
kewajiban itu sendiri dan hakikat tidak utuh (IQ,EQ).Konsep etika kepribadian dan karakter sukarman baik
tidak mudah putus asa dan tetapberjuang untuk melanjutkan hidupnya dengan menemukan pekerjaan
yang tepat denganbertani.kecerdasannya IQ,PQ,EQ,SQ nya sudah berkembang dengan tepat.
b. Menurut kelompok kami tindakan DPR,Pemerintah dan Investor tidak tepat karena telah
bertentangandengan deontologist dan teleologis dimana pemerintah akan menghilangkan sebagian
besarmata pencaharian para petani tersebut dan melanggar etika lingkungan hidup dimanalingkungan akan
rusak bila digunakan untuk pertambangan yang belebihanDari stakeholder mereka hanya mementingkan
keuntungan semata tanpa memikirkan nasippara petani kedepannya
c. Dari teori hakikat manusia yang utuh , sukarman memiliki karakter Takwa( pasrahdiri),Tawaduk(berilmu),
dan sabar.Dan memiliki IQ yang tinggi dalam kesadaran dan keabdian dan SQ pada kreatifitas
d. Pandangan saya yaitu pemerintah seharusnya tidak memaksakan untuk mengubah tempattersebut
menjadi pertambangan hanya karena devisa, mereka juga harus memperhatikan nasippara petani ,bila
mereka digusur mata pencaharian apa yang harus mereka dapatkansetelahnya, perlu dilakukan kajian ulang
atas AMDAL tersebut dan mencari alternative lain bilapara petani tersebut digusur untuk menafkahi
keluarganya

Anda mungkin juga menyukai