Disusun oleh :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Etika bisnis dalam perusahaan memiliki peran yang sangat penting, yaitu untuk
membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta
mempunyai kemampuan menciptakan nilai (value-creation) yang tinggi, diperlukan suatu
landasan yang kokoh.
Tidak bisa dipungkiri, tindakan yang tidak etis yang dilakukan oleh perusahaan akan
memancing tindakan balasan dari konsumen dan masyarakat dan akan sangat kontra
produktif, misalnya melalui gerakan pemboikotan, larangan beredar, larangan beroperasi dan
lain sebagainya. Hal ini akan dapat menurunkan nilai penjualan maupun nilai perusahaan.
Sedangkan perusahaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika bisnis, pada umumnya
termasuk perusahaan yang memiliki peringkat kepuasan bekerja yang tinggi pula, terutama
apabila perusahaan tidak mentolerir tindakan yang tidak etis, misalnya diskriminasi dalam
sistem remunerasi atau jenjang karier.
Perlu dipahami, karyawan yang berkualitas adalah aset yang paling berharga bagi
perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus semaksimal mungkin harus mempertahankan
karyawannya. Untuk memudahkan penerapan etika perusahaan dalam kegiatan sehari-hari
maka nilai-nilai yang terkandung dalam etika bisnis harus dituangkan kedalam manajemen
korporasi yakni dengan cara, misalnya, menuangkan etika bisnis dalam suatu kode etik (code
of conduct), memperkuat sistem pengawasan, atau menyelenggarakan pelatihan untuk
karyawan secara continu.
2
B. Rumusan masalah
Berdasarkan hal-hal uraian tersebut diatas dan untuk mengarahkan pembahasan maka
rumusan masalah dalam paper ini sebagai berikut
1. Je;askan pengertian kewajiban
2. Sebutkan kewajiban karyawan
3. Jelaskan hak-hak karyawan
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Kewajiban adalah suatu beban atau tanggungan yang bersifat kontraktual. Dengan
kata lain kewajiban adalah suatu yang sepatutnya diberikan. Seorang filsuf berpendapat
bahwa selalu ada hubungan timbal balik antara hak dan kewajiban.
B. Kewajiban Karyawan
4
melaporkan suatu kesalahan langsung kepada direksi, sambil melewati kepala
bagian dan manajer umum.
Whistle blowing external adalah orang didalam perusahaan yang
membeberkan kesalahan perusahaannya kepada instansi diluar perusahaan,
entah kepada pemerintah atau kepada masyarakat melalui media komunikasi.
Contohnya, karyawan melaporkan bahwa perusahaannya tidak memenuhi
konstribusinya kepada jamsostek atau menggelapkan pajak.
Syarat syarat supaya pelaporan whistle blowing bisa dibenarkan secara moral
yang ditemukan oleh beberapa ahli :
a. Masalah perusahaan harus besar
Jika kesalahan kecil saja, misalnya hanya membayar pajak sedikit kurang dari
kewajiban, hak itu tidak pantas dilaporkan. Menurut Norman Bowie dan
Ronald Duska menyebut tiga kemungkinan.
Jika menyebabkan kerugian yang tidak perlu untuk pihak ketiga (selain
perusahaan dan sipelapor)
Kesalahan bisa dianggap besar juga, bila terjadi pelanggaran hak – hak
asasi manusia.
Bila dilakukan kegiatan yang bertentangan dengan tujuan perusahaan.
b. Pelaporan harus didukung oleh fakta yang jelas dan benar Semua fakta
tentang kesalahan harus jelas dan dimengerti dengan betul oleh si pelapor
c. Pelaporan harus dilakukan semata mata untuk mencegah terjadinya kerugian
bagi pihak ketiga, bukan karena motif lain Whistle blowing dengan motif
kurang murni sering terjadi. Misalnya, karyawan yang sudah memutuskan
kontrak kerjanya dengan perusahaan karena kecewa mengenai pimpinan,
pada saat ia pergi, dia balas dendam ke perusahaan dengan membuka aib
perusahaan seperti tidak membayar pajak. Motifnya jelas tidak baik, yaitu
mendiskreditkan perusahaan.
d. Penyelesaian masalah secara internal harus dilakukan dulu, sebelum
kesalahan perusahaan dibawa keluar Jika karyawan merasa bertanggung
jawab, ia harus berusaha dulu untuk menyelesaikan masalah di dalam
perusahaan sendiri melalui jalur yang tepat.
5
pelapor kesalahan tahu bahwa tidak akan merubah apa apa, lebih baik tidak
usah melapor. Whistle blowing adalah masalah etis dan tidak enak untuk
semua pihak yang tersangkut baik perusahaan maupun si pelapor. Semua
kesulitan ini bisa dihindaridengan mudah jika perusahan memiliki
kesungguhan dalam menegakkan etika bisnis.
6
etika yang mendasari kewajiban ini adalah perusahaan menjadi pemilik informasi
rahasia. Karyawan yang bekerja pada suatu perusahaan wajib menjaga
3. Kewajiban Loyalitas
7
produktivitas terbesar dan mutu produk terbaik. Sumber daya manusia
menjadi kunci dalam kompetisi di pasar bebas.
b. Deontologi menggaris bawahi bahwa diskriminasi melecahkan martabat dari
orang yang didiskriminasi.
c. Teori keadilan. Praktek diskriminasi bertentangan dengan teori ini, khususnya
keadilan distributif. Keadilan distributif menuntut kita memperlakukan semua
orang dengan cara yang sama, selama tidak ada alasan khusus untuk
memperlakukan mereka dengan cara berbeda.
3. Beberapa masalah terkait
Penilaian terhadap diskriminasi bisa berubah karena kondisi historis, sosial
atau budaya dalam masyarakat. Diskriminasi berbeda dengan favoritisme, dalam
konteks perusahaan favoritisme adalah kecenderungan untuk mengistimewakan orang
tertentu (biasanya saudara) dalam menyeleksi karyawan, menyediakan promosi,
bonus, fasilitas khusus, dsb. Favoritisme tidak terjadi karena prasangka buruk,
melainkan justru preferensi.
Untuk menanggulangi akibat diskriminasi dulu, kini lebih banyak dipakai
istilah “affirmative action” artinya aksi afirmatif. Melalui aksi ini orang mencoba
mengatasi atau mengurangi ketertinggalan golongan yang dulunya didiskriminasi.
1. Perusahaan harus menjamin kesehatan dan keselamatan kerja
Keselamatan kerja bisa terwujud bila tempat kerja itu aman, artinya bebas
dari resiko terjadinya kecelakaan yang mengakibatkan si pekerja cedera atau
bahkan mati. Kesehatan kerja dapat direalisasikan karena tempat kerja dalam
kondisi sehat, artinya bebas dari resiko terjadinya gangguan kesehatan atau
penyakit (occupational diseases) sebagai akibat kondisi kurang baik di tempat
kerja.
2. Pertimbangan etika
Yang menjadi dasar etika bagi kewajiban perusahaan untuk melindungi
keselamatan dan kesehatan para pekerja:
a. Setiap pekerja berhak atas kondisi kerja yang aman dan sehat.
b. Berdasarkan dasar pemikiran deontologi Kant : manusia harus diperlakukan
sebagai tujuan pada dirinya dan tidak pernah sebagai sarana belaka.
8
c. Menunjukan dasar itu dengan suatu argumentasi utilitarian, bahwa tempat
kerja yang aman dan sehat paling menguntungkan bagi masyarakat sendiri,
khususnya bagi ekonomi negara.
D. Hak-hak karyawan
Pekerja/buruh yang bekerja pada Pengusaha/perusahaan, pada prinsipnya
berhak atas imbalan dari pekerjaan yang telah dikerjakan. Oleh karena itu,
Pekerja/buruh memiliki hak-hak dasar yang harus dipenuhi oleh setiap pengusaha
agar peristiwa di pada masa perbudakan tidak lagi terulang di zaman sekarang
ini(Thomas, 2013). Hak atas pekerjaan Hak atas pekerjaan merupakan salah satu hak
azasi manusia seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia pasal 27 ayat 2 yang menyatakan bahwa “tiaptiap warga negara berhak atas
pekerjaan atas pekerjaan dan penghidupan yang layak”(Pemerintah Indonesia,
2013).Secara teori, hak-hak dasar dari Pekerja/buruh antara lain:
a. Hak untuk mendapatkan perlindungan;
b. Hak untuk mendapat kesempatan dan perlakuan yang sama;
c. Hak untuk mendapatkan pelatihan kerja;
d. Hak untuk mendapatkan penempatan kerja;
e. Hak untuk mendapatkan keselamatan dan kesehatan kerja;
f. Hak untuk mendapatkan upah;
g. Hak untuk mendapatkan kesejahteraan
9
Hak Perusahaan Terhadap Pekerja Yang Bekerja Melebihi Batas Waktu. Pada dasarnya
setiap hak dan kewajiban telah diatur dalam suatu peraturan, baik itu umum maupun
khusus.Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa penentuan lamanya waktu kerja
seperti dijelaskan dalam Pasal 77 sampai Pasal 85 yaitu sebagai berikut:
Setiap pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja.
Waktu kerja meliputi:
a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6
(enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40
(empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.
Ketentuan waktu kerja sebagaimana dimaksud ini tidak berlaku bagi sektor usaha
atau pekerjaan tertentu. Ketentuan mengenai waktu kerja pada sektor usaha atau
pekerjaan tertentu diatur dengan Keputusan Menteri.
b. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh melebihi waktu kerja sebagai mana
dimaksud dalam Pasal 77 ayat (2) harus memenuhi syarat:
Ada persetujuan pekerja/buruh yang bersangkutan; dan waktu kerja lembur
hanya dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam dalam 1 (satu) hari dan 14
(empat belas) jam dalam 1 (satu) minggu.
Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh melebihi waktu kerja
sebagaimana dimaksud di atas wajib membayar upah kerja lembur. Ketentuan
waktu kerja lembur sebagaimana dimaksud diatas tidak berlaku bagi sektor
usaha atau pekerjaan tertentu. Ketentuan mengenai waktu kerja lembur dan
upah kerja lembur sebagaimana dimaksud diatur dengan Keputusan Menteri.
c. Pengusaha wajib memberi waktu istirahat dan cuti kepada pekerja/buruh.Waktu
istirahat dan cuti sebagaimana dimaksud meliputi:
Istirahat antara jam kerja, sekurang kurangnya setengah jam setelah bekerja
selama 4 (empat) jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut tidak
termasuk jam kerja;
Istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu)
minggu atau (dua) hari untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu cuti
tahunan, sekurang kurangnya 12 (dua belas) hari kerja setelah pekerja/buruh
yang bersangkutan bekerja selama 12 (dua belas) bulan secara terus menerus;
dan istirahat panjang sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan dan dilaksanakan
pada tahun ketujuh dan kedelapan masing-masing 1 (satu) bulan bagi
pekerja/buruh yang telah bekerja selama 6 (enam) tahun secara terus-menerus
pada perusahaan yang sama dengan ketentuan pekerja/buruh tersebut tidak
10
berhak lagi atas istirahat tahunannya dalam 2 (dua) tahun berjalan dan
selanjutnya berlaku untuk setiap kelipatan masa kerja 6 (enam) tahun.
Pelaksanaan waktu istirahat tahunan sebagaimana dimaksud diatur dalam
perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama. Hak
istirahat panjang sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf d hanya berlaku
bagi pekerja / buruh yang bekerja pada perusahaan tertentu.
Perusahaan tertentu sebagaimana dimaksud diatur dengan Keputusan Menteri
A. Kesimpulan
1. Perusahaan berhak menuntut pekerja untuk melaksanakan pekerjaannya meski
sudah melebihi jam kerja yang telah disepakati bersama dalam perjanjian kerja
bersama ataupun kesepakatan khusus antara mereka, sedangkan yang menjadi
kewajiban pengusaha atau perusahaan yang mempekerjakan pekerja/buruh harus
membayar upah/gaji sebagai waktu lembur, kecuali ditentukan lain dalam
perjanjian-perjanjian kerja bersama antara perusahaan dan pekerja/buruh.
2. Bentuk Perlindungan yang dapat dilakukan pemerintah untuk melindungi pekerja
yang bekerja melebihi batas waktu, adalah dengan melakukan Persiapan,
membentuk peraturan yang berkaitan dengan ketenagakerjaan selanjutnya adalah
Pengawasan yaitu; tindakan pemerintah dalam mengawasi berlakunya peraturan-
peraturan yang diberlakukan untuk memberikan kepastian dan perlindungan
hukum bagi para pekerja/buruh. Penegakan yaitu : suatu tindak lanjut selain
mengawasi adalah menegakkan hukum apabila terjadi pelanggaran hak terhadap
Pekerja /buruh seperti melakukan penyidikan apabila itu ada unsur pidananya,
kemudian penegakan melalui pengadilan oleh hakim dan juga kejaksaan,
sedangkan perlindungan juga dapat dilakukan diluar pengadilan atau upaya
administrasi melalui DISNAKER setelah upaya bipartit. Dapat juga dilakukan
melalu KOMNASHAM. Selanjutnya adalah pelaksanaan keputusan pengadilan
atau lembaga lain diluar pengadilan yang sah dan telah memperoleh kekuatan
hukum yang tetap.
B. Saran
Bagi pemerintah agar lebih serius lagi dalam melakukan perlindungan
terhadap hak pekerja/buruh melalui pengawasan yang lebih baik lagi, penegakan yang
11
lebih tegas lagi, serta lebih serius untuk menjalankan/eksekusi putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekeuatan hukum tetap juga keputusan kesepakatan bersama.
Bagi pengusaha agar lebih jujur dan adil dalam menjalankan usahanya sesuai dengan
ketentun peraturan perundang-undangan yang berlaku Serta bagi kita sebagai
masyarakat dan juga sebagai pekerja untuk lebih teliti dalam memahami semua
ketentuan dalam perjanjian kerja bersama, agar tidak terjadi kesalahan yang dapat
merugikan kita.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/document/391711303/Kewajiban-Karyawan-Dan-Perusahaan
Thomas, M. (2013). Lex et Societatis , Vol. I/No.2/Apr-Jun/2013. Lex et Societatis, I(2), 39–
49.
https://ameliaramadhanty.wordpress.com/2017/05/11/kewajiban-karyawan-dan-
perusahaan/#:~:text=Mengacu%20pada%20kewajiban%20karyawan%20untuk,sesuai
%20dengan%20peraturan%20yang%20berlaku.
https://zahiraccounting.com/id/blog/ini-dia-kewajiban-karyawan-dan-perusahaan/
https://www.jojonomic.com/blog/whistle-blowing/
https://www.academia.edu/33422302/Etika_bisnis_dalam_perusahaan_memiliki_peran_yang
_sangat_penting
http://jefripospaleyn13.blogspot.com/2017/07/kewajiban-karyawan-dan-perusahaan.html
12