Anda di halaman 1dari 12

KEWAJIBAN KARYAWAN DAN PERUSAHAAN

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika bisnis

Disusun oleh :

Muhammad Rafly Abdulgani Al Fatah (1910631020135)


Nayla Tri Audia (1910631020028)
Muhammad Syahid Alfattaah (1910631020245)

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, disebutkan bahwa


pengertian dari perusahaan ialah setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik
orang perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik swasta maupun
milik negara yang mempekerjakan pekerja/buruh dengan membayar upah atau imbalan dalam
bentuk lain. (Kementrian Ketenagakerjaan, 2003)

Etika bisnis dalam perusahaan memiliki peran yang sangat penting, yaitu untuk
membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta
mempunyai kemampuan menciptakan nilai (value-creation) yang tinggi, diperlukan suatu
landasan yang kokoh. 

Tidak bisa dipungkiri, tindakan yang tidak etis yang dilakukan oleh perusahaan akan
memancing tindakan balasan dari konsumen dan masyarakat dan akan sangat kontra
produktif, misalnya melalui gerakan pemboikotan, larangan beredar, larangan beroperasi dan
lain sebagainya. Hal ini akan dapat menurunkan nilai penjualan maupun nilai perusahaan.
Sedangkan perusahaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika bisnis, pada umumnya
termasuk perusahaan yang memiliki peringkat kepuasan bekerja yang tinggi pula, terutama
apabila perusahaan tidak mentolerir tindakan yang tidak etis, misalnya diskriminasi dalam
sistem remunerasi atau jenjang karier.

Perlu dipahami, karyawan yang berkualitas adalah aset yang paling berharga bagi
perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus semaksimal mungkin harus mempertahankan
karyawannya. Untuk memudahkan penerapan etika perusahaan dalam kegiatan sehari-hari
maka nilai-nilai yang terkandung dalam etika bisnis harus dituangkan kedalam manajemen
korporasi yakni dengan cara, misalnya, menuangkan etika bisnis dalam suatu kode etik (code
of conduct), memperkuat sistem pengawasan, atau menyelenggarakan pelatihan untuk
karyawan secara continu. 

2
B. Rumusan masalah
Berdasarkan hal-hal uraian tersebut diatas dan untuk mengarahkan pembahasan maka
rumusan masalah dalam paper ini sebagai berikut
1. Je;askan pengertian kewajiban
2. Sebutkan kewajiban karyawan
3. Jelaskan hak-hak karyawan

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Kewajiban adalah suatu beban atau tanggungan yang bersifat kontraktual. Dengan
kata lain kewajiban adalah suatu yang sepatutnya diberikan. Seorang filsuf berpendapat
bahwa selalu ada hubungan timbal balik antara hak dan kewajiban.

Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, disebutkan bahwa


pengertian dari perusahaan ialah setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik
orang perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik swasta maupun
milik negara yang mempekerjakan pekerja/buruh dengan membayar upah atau imbalan dalam
bentuk lain.

B. Kewajiban Karyawan

1. Kewajiban ketaatan; mematuhi perintah dan petunjuk dari atasannya.


2. Yang kedua adalah Kewajiban konfidensialitas; Konfidensialitas adalah kewajiban
untuk menyimpan informasi bersifat konfidensial.
3. Kewajiban loyalitas; mendukung tujuan-tujuan perusahaan, menghidari perbuatan
yang merugikan perusahaan dan adanya konflik kepentingan dengan perusahaan.

KKN = Tidak LOYAL

1. Kewajiban Karyawan Terhadap Perusahaan


a. Melaporkan Kesalahan Perusahaan
Melaporkan kesalahan perusahaan sering dikenal dengan istilah whistle blowing
(meniup peluit). Sering diartikan membuat keributan untuk menarik perhatian
orang banyak. Dalam etika bisnis, whistle blowing adalah melaporkan kesalahan
yang dilakukan oleh sebuah perusahaan kepada dunia luar, seperti instansi
pemerintah atau pers.
Whistle blowing terbagi menjadi 2 yaitu internal dan eksternal :
 Whistle blowing internal adalah orang didalam perusahaan yang
membeberkan kesalahan perusahaan ke atasan langsung, tidak
melaporkannya keluar perusahaan . Misalnya, seorang karyawan bawahan

4
melaporkan suatu kesalahan langsung kepada direksi, sambil melewati kepala
bagian dan manajer umum.
 Whistle blowing external adalah orang didalam perusahaan yang
membeberkan kesalahan perusahaannya kepada instansi diluar perusahaan,
entah kepada pemerintah atau kepada masyarakat melalui media komunikasi.
Contohnya, karyawan melaporkan bahwa perusahaannya tidak memenuhi
konstribusinya kepada jamsostek atau menggelapkan pajak.

Syarat syarat supaya pelaporan whistle blowing bisa dibenarkan secara moral
yang ditemukan oleh beberapa ahli :
a. Masalah perusahaan harus besar
Jika kesalahan kecil saja, misalnya hanya membayar pajak sedikit kurang dari
kewajiban, hak itu tidak pantas dilaporkan. Menurut Norman Bowie dan
Ronald Duska menyebut tiga kemungkinan.
 Jika menyebabkan kerugian yang tidak perlu untuk pihak ketiga (selain
perusahaan dan sipelapor)
 Kesalahan bisa dianggap besar juga, bila terjadi pelanggaran hak – hak
asasi manusia.
 Bila dilakukan kegiatan yang bertentangan dengan tujuan perusahaan.
b. Pelaporan harus didukung oleh fakta yang jelas dan benar Semua fakta
tentang kesalahan harus jelas dan dimengerti dengan betul oleh si pelapor
c. Pelaporan harus dilakukan semata mata untuk mencegah terjadinya kerugian
bagi pihak ketiga, bukan karena motif lain Whistle blowing dengan motif
kurang murni sering terjadi. Misalnya, karyawan yang sudah memutuskan
kontrak kerjanya dengan perusahaan karena kecewa mengenai pimpinan,
pada saat ia pergi, dia balas dendam ke perusahaan dengan membuka aib
perusahaan seperti tidak membayar pajak. Motifnya jelas tidak baik, yaitu
mendiskreditkan perusahaan.
d. Penyelesaian masalah secara internal harus dilakukan dulu, sebelum
kesalahan perusahaan dibawa keluar Jika karyawan merasa bertanggung
jawab, ia harus berusaha dulu untuk menyelesaikan masalah di dalam
perusahaan sendiri melalui jalur yang tepat.

e. Harus ada kemungkinan real bahwa pelaporan kesalahan akan mencatat


sukses Pelapor harus memastikan bahwa pelaporannya harus sukses. Jika

5
pelapor kesalahan tahu bahwa tidak akan merubah apa apa, lebih baik tidak
usah melapor. Whistle blowing adalah masalah etis dan tidak enak untuk
semua pihak yang tersangkut baik perusahaan maupun si pelapor. Semua
kesulitan ini bisa dihindaridengan mudah jika perusahan memiliki
kesungguhan dalam menegakkan etika bisnis.

2. Kewajiban Karyawan yang Penting


Berikut adalah 3 kewajiban yang menimbulkan masalah khusus,yaitu sebagai berikut :
1. Kewajiban Ketaatan
Karyawan diharuskan taat kepada atasannya diperusahaan, hal itu dikarenakan
ia bekerja di situ. Namun, ada beberapa hal yang tidak semua harus dipatuhi.
Diantaranya adalah :
a. Karyawan tidak perlu dan malah tidak boleh mematuhi perintah yang tidak
bermoral,contohnya yaitu pimpinan menyuruh karyawan melakukan penipuan.
b. Karyawan tidak wajib mematuhi perintah atasannya yang tidak wajar
walaupun, tidak ada masalah dari segi etika, hal yang dimaksud yaitu perintah
yang tidak ada hubungannya dengan kegiatan perusahaan. Salah satu
contohnya yaitu memperbaiki mobil pribadi milik atasan.
c. Karyawan tidak perlu mematuhi perintah yang memang demi kepentingan
perusahaan tapi tidak sesuai dengan penugasan yang sudah disepakati
sebelumnya. Dalam kontrak kerja sudah tertuang mengenai kesepakatan
tentang hal yang dikerjakan oleh karyawan,hal yang menjadi tanggung jawab
oleh karyawan, dan lain sebagainya. Jika seorang atasan menyuruh karyawan
yang sebenarnya bertugas sebagai manajer keuangan untuk melakukan tugas
sebagai sekertaris (misalnya; membuat janji, mengurus perjalanan si bos, dan
lain sebagainya), maka karyawan tersebut berhak untuk tidak melakukannya.
Untuk menghindari terjadinya kesulitan seputar kewajiban ketaatan adalah
membuat job description yang jelas dan cukup lengkap pada saat karyawan
mulai bekerja di perusahaan. Job description harus dibuat dengan cukup luas
sehingga kepentingan perusahaan selalu diberi prioritas.
2. Keawajiban Konfidensialitas
Adalah kewajiban untuk menyimpan informasi yang bersifat konfidensial dan
karena itu rahasia yang telah diperoleh dengan menjalankan suatu profesi. Alasan

6
etika yang mendasari kewajiban ini adalah perusahaan menjadi pemilik informasi
rahasia. Karyawan yang bekerja pada suatu perusahaan wajib menjaga

informasi yang dimiliki mengenai perusahaan. Setelah pindah ke perusahaan lain


karyawan tersebut tidak diperbolehkan membuka data di perusahaan lama,
mencuri ide pikiran, ataupun hal lainnya. Alasan lain yang sebenernya
berhubungan erat dengan alasan pertama tadi adalah membuka rahasia perusahaan
bertentangan dengan etika pasar bebas. Karena dengan membuka rahasia
perusahaan akan sangat mengganggu kompetisi yang fair.

3. Kewajiban Loyalitas

Dengan memulai bekerja disuatu perusahaan, karyawan harus mendukung


tujuan tujuan perusahaan dan ikut merealisasikan tujuan tujuan tersebut. Faktor
utama yang membahayakan terwujudnya loyalitas adalah konflik kepentingan
yang artinya konflik antara kepentingan pribadi dan kepentingan perusahaan.
Contoh konflik antara kepentingan pribadi dan kepentingan perusahaan adalah
sebagai seorang orangtua kita harus memperhatikan anak kita. Pada suatu waktu,
anak kita sedang berulangtahun. Namun dihari yang sama kita ditugaskan untuk
meeting di luar kota. Menurut analisis kelompok kita, sebagai karyawan untuk
memenuhi kewajibannya sebagai karyawan maka karyawan tersebut harus tetap
menghadiri meeting diluar kota daripada menghadiri pesta ulangtahun anaknya.

C. Kewajiban perusahaann terhadap karyawan


1. Perusahaan tidak boleh mempraktekan diskriminasi
Diskriminasi dalam konteks perusahaan Istilah ini berasal dari suatu kata Latin
discernere yang berarti membedakan, memisahkan, memilah. Dalam konteks
perusahaan, dengan diskriminasi dimaksudkan: membedakan antara pelbagai
karyawan karena alasan tidak relevan yang berakar dalam prasangka. Latar
belakang terjadinya diskriminasi adalah pandangan rasisme, sektarianisme, atau
seksisme.
2. Argumentasi etika melawan diskriminasi
a. Utilitarianisme dikemukakan argumen bahwa diskriminasi merugikan
perusahaan itu sendiri. Terutama dalam rangka pasar bebas, menjadi sangat
mendesak bahwa perusahaan memiliki karyawan berkualitas yang menjamin

7
produktivitas terbesar dan mutu produk terbaik. Sumber daya manusia
menjadi kunci dalam kompetisi di pasar bebas.
b. Deontologi menggaris bawahi bahwa diskriminasi melecahkan martabat dari
orang yang didiskriminasi.
c. Teori keadilan. Praktek diskriminasi bertentangan dengan teori ini, khususnya
keadilan distributif. Keadilan distributif menuntut kita memperlakukan semua
orang dengan cara yang sama, selama tidak ada alasan khusus untuk
memperlakukan mereka dengan cara berbeda.
3. Beberapa masalah terkait
Penilaian terhadap diskriminasi bisa berubah karena kondisi historis, sosial
atau budaya dalam masyarakat. Diskriminasi berbeda dengan favoritisme, dalam
konteks perusahaan favoritisme adalah kecenderungan untuk mengistimewakan orang
tertentu (biasanya saudara) dalam menyeleksi karyawan, menyediakan promosi,
bonus, fasilitas khusus, dsb. Favoritisme tidak terjadi karena prasangka buruk,
melainkan justru preferensi.
Untuk menanggulangi akibat diskriminasi dulu, kini lebih banyak dipakai
istilah “affirmative action” artinya aksi afirmatif. Melalui aksi ini orang mencoba
mengatasi atau mengurangi ketertinggalan golongan yang dulunya didiskriminasi.
1. Perusahaan harus menjamin kesehatan dan keselamatan kerja
Keselamatan kerja bisa terwujud bila tempat kerja itu aman, artinya bebas
dari resiko terjadinya kecelakaan yang mengakibatkan si pekerja cedera atau
bahkan mati. Kesehatan kerja dapat direalisasikan karena tempat kerja dalam
kondisi sehat, artinya bebas dari resiko terjadinya gangguan kesehatan atau
penyakit (occupational diseases) sebagai akibat kondisi kurang baik di tempat
kerja.
2. Pertimbangan etika
Yang menjadi dasar etika bagi kewajiban perusahaan untuk melindungi
keselamatan dan kesehatan para pekerja:
a. Setiap pekerja berhak atas kondisi kerja yang aman dan sehat.
b. Berdasarkan dasar pemikiran deontologi Kant : manusia harus diperlakukan
sebagai tujuan pada dirinya dan tidak pernah sebagai sarana belaka.

8
c. Menunjukan dasar itu dengan suatu argumentasi utilitarian, bahwa tempat
kerja yang aman dan sehat paling menguntungkan bagi masyarakat sendiri,
khususnya bagi ekonomi negara.

D. Hak-hak karyawan
Pekerja/buruh yang bekerja pada Pengusaha/perusahaan, pada prinsipnya
berhak atas imbalan dari pekerjaan yang telah dikerjakan. Oleh karena itu,
Pekerja/buruh memiliki hak-hak dasar yang harus dipenuhi oleh setiap pengusaha
agar peristiwa di pada masa perbudakan tidak lagi terulang di zaman sekarang
ini(Thomas, 2013). Hak atas pekerjaan Hak atas pekerjaan merupakan salah satu hak
azasi manusia seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia pasal 27 ayat 2 yang menyatakan bahwa “tiaptiap warga negara berhak atas
pekerjaan atas pekerjaan dan penghidupan yang layak”(Pemerintah Indonesia,
2013).Secara teori, hak-hak dasar dari Pekerja/buruh antara lain:
a. Hak untuk mendapatkan perlindungan;
b. Hak untuk mendapat kesempatan dan perlakuan yang sama;
c. Hak untuk mendapatkan pelatihan kerja;
d. Hak untuk mendapatkan penempatan kerja;
e. Hak untuk mendapatkan keselamatan dan kesehatan kerja;
f. Hak untuk mendapatkan upah;
g. Hak untuk mendapatkan kesejahteraan

Untuk mewujudkan tercapainya pemenuhan atas hak-hak dasar yang dimiliki


oleh Pekerja/Buruh tersebut, maka Negara wajib melakukan perlindungan atas hak-
hak dasar Pekerja/buruh agar Pengusaha yang memperkerjakan Pekerja/buruh dapat
menjalankan kewajibannya dalam memenuhi hak-hak dasar tersebut. Di Indonesia,
wujud perlindungan Negara terhadap hak-hak Pekerja/buruh saat ini, dituangkan di
dalam Undang- Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Undang-
Undang ini menjamin perlindungan tenaga kerja untuk menjamin hak-hak dasar
Pekerja/Buruh dan menjamin kesamaan serta perlakuan yang sama tanpa diskriminasi
atas dasar apapun untuk mewujudkan kesejahteraan Pekerja/Buruh dan keluarganya
dengan tetap memperhatikan perkembangan kemajuan dunia usaha.

a. Hak Perusahaan Terhadap Pekerja Yang Bekerja Melebihi Batas Waktu

9
Hak Perusahaan Terhadap Pekerja Yang Bekerja Melebihi Batas Waktu. Pada dasarnya
setiap hak dan kewajiban telah diatur dalam suatu peraturan, baik itu umum maupun
khusus.Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa penentuan lamanya waktu kerja
seperti dijelaskan dalam Pasal 77 sampai Pasal 85 yaitu sebagai berikut:
Setiap pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja.
Waktu kerja meliputi:
a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6
(enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40
(empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.
Ketentuan waktu kerja sebagaimana dimaksud ini tidak berlaku bagi sektor usaha
atau pekerjaan tertentu. Ketentuan mengenai waktu kerja pada sektor usaha atau
pekerjaan tertentu diatur dengan Keputusan Menteri.
b. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh melebihi waktu kerja sebagai mana
dimaksud dalam Pasal 77 ayat (2) harus memenuhi syarat:
 Ada persetujuan pekerja/buruh yang bersangkutan; dan waktu kerja lembur
hanya dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam dalam 1 (satu) hari dan 14
(empat belas) jam dalam 1 (satu) minggu.
 Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh melebihi waktu kerja
sebagaimana dimaksud di atas wajib membayar upah kerja lembur. Ketentuan
waktu kerja lembur sebagaimana dimaksud diatas tidak berlaku bagi sektor
usaha atau pekerjaan tertentu. Ketentuan mengenai waktu kerja lembur dan
upah kerja lembur sebagaimana dimaksud diatur dengan Keputusan Menteri.
c. Pengusaha wajib memberi waktu istirahat dan cuti kepada pekerja/buruh.Waktu
istirahat dan cuti sebagaimana dimaksud meliputi:
 Istirahat antara jam kerja, sekurang kurangnya setengah jam setelah bekerja
selama 4 (empat) jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut tidak
termasuk jam kerja;
 Istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu)
minggu atau (dua) hari untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu cuti
tahunan, sekurang kurangnya 12 (dua belas) hari kerja setelah pekerja/buruh
yang bersangkutan bekerja selama 12 (dua belas) bulan secara terus menerus;
dan istirahat panjang sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan dan dilaksanakan
pada tahun ketujuh dan kedelapan masing-masing 1 (satu) bulan bagi
pekerja/buruh yang telah bekerja selama 6 (enam) tahun secara terus-menerus
pada perusahaan yang sama dengan ketentuan pekerja/buruh tersebut tidak

10
berhak lagi atas istirahat tahunannya dalam 2 (dua) tahun berjalan dan
selanjutnya berlaku untuk setiap kelipatan masa kerja 6 (enam) tahun.
 Pelaksanaan waktu istirahat tahunan sebagaimana dimaksud diatur dalam
perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama. Hak
istirahat panjang sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf d hanya berlaku
bagi pekerja / buruh yang bekerja pada perusahaan tertentu.
 Perusahaan tertentu sebagaimana dimaksud diatur dengan Keputusan Menteri

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Perusahaan berhak menuntut pekerja untuk melaksanakan pekerjaannya meski
sudah melebihi jam kerja yang telah disepakati bersama dalam perjanjian kerja
bersama ataupun kesepakatan khusus antara mereka, sedangkan yang menjadi
kewajiban pengusaha atau perusahaan yang mempekerjakan pekerja/buruh harus
membayar upah/gaji sebagai waktu lembur, kecuali ditentukan lain dalam
perjanjian-perjanjian kerja bersama antara perusahaan dan pekerja/buruh.
2. Bentuk Perlindungan yang dapat dilakukan pemerintah untuk melindungi pekerja
yang bekerja melebihi batas waktu, adalah dengan melakukan Persiapan,
membentuk peraturan yang berkaitan dengan ketenagakerjaan selanjutnya adalah
Pengawasan yaitu; tindakan pemerintah dalam mengawasi berlakunya peraturan-
peraturan yang diberlakukan untuk memberikan kepastian dan perlindungan
hukum bagi para pekerja/buruh. Penegakan yaitu : suatu tindak lanjut selain
mengawasi adalah menegakkan hukum apabila terjadi pelanggaran hak terhadap
Pekerja /buruh seperti melakukan penyidikan apabila itu ada unsur pidananya,
kemudian penegakan melalui pengadilan oleh hakim dan juga kejaksaan,
sedangkan perlindungan juga dapat dilakukan diluar pengadilan atau upaya
administrasi melalui DISNAKER setelah upaya bipartit. Dapat juga dilakukan
melalu KOMNASHAM. Selanjutnya adalah pelaksanaan keputusan pengadilan
atau lembaga lain diluar pengadilan yang sah dan telah memperoleh kekuatan
hukum yang tetap.
B. Saran
Bagi pemerintah agar lebih serius lagi dalam melakukan perlindungan
terhadap hak pekerja/buruh melalui pengawasan yang lebih baik lagi, penegakan yang

11
lebih tegas lagi, serta lebih serius untuk menjalankan/eksekusi putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekeuatan hukum tetap juga keputusan kesepakatan bersama.
Bagi pengusaha agar lebih jujur dan adil dalam menjalankan usahanya sesuai dengan
ketentun peraturan perundang-undangan yang berlaku Serta bagi kita sebagai
masyarakat dan juga sebagai pekerja untuk lebih teliti dalam memahami semua
ketentuan dalam perjanjian kerja bersama, agar tidak terjadi kesalahan yang dapat
merugikan kita.

DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/391711303/Kewajiban-Karyawan-Dan-Perusahaan

Kementrian Ketenagakerjaan. (2003). Undang-Undang RI No 13 Tahun 2003 tentang


Ketenagakerjaan. 1, 34–35.

Pemerintah Indonesia. (2013). Undang-Undang Republik Indonesia No 13 Tahun 2003


Tentang Ketenagakerjaan. 3, 15–49.
https://www.kemenperin.go.id/kompetensi/UU_13_2003.pdf

Thomas, M. (2013). Lex et Societatis , Vol. I/No.2/Apr-Jun/2013. Lex et Societatis, I(2), 39–
49.

https://ameliaramadhanty.wordpress.com/2017/05/11/kewajiban-karyawan-dan-
perusahaan/#:~:text=Mengacu%20pada%20kewajiban%20karyawan%20untuk,sesuai
%20dengan%20peraturan%20yang%20berlaku.

https://zahiraccounting.com/id/blog/ini-dia-kewajiban-karyawan-dan-perusahaan/

https://www.jojonomic.com/blog/whistle-blowing/

https://www.academia.edu/33422302/Etika_bisnis_dalam_perusahaan_memiliki_peran_yang
_sangat_penting

http://jefripospaleyn13.blogspot.com/2017/07/kewajiban-karyawan-dan-perusahaan.html

12

Anda mungkin juga menyukai