Anda di halaman 1dari 11

Modul 5 Etika dan Organisasi Bisnis

(Artarina Samoedra)

Pendahuluan

Model organisasi bisnis yang rasional yang lebih tradisional mendefenisikan organisasi sebagai
suatu struktur hubungan formal (yang didefenisikan secara eksplisit dan digunakan secara
terbuka) yang bertujuan mencapai tujuan teknis atau ekonomi dengan efisiensi maksimal. E. H.
Schein memberikan satu defenisi ringkas tentang organisasi dari prespektif tersebut yaitu
organisasi adalah koordinasi rasional atas aktivitas-aktivitas sejumlah individu untuk mencapai
tujuan atau sasaran eksplisit bersama, melalui pembagian tenaga kerja dan fungsi dan melalui
hirarki otoritas dan tanggung jawab.

Berbagai tingkatan dalam organisasi dan yang mengatur semua individu ke dalam tujuan
organisasi dan hirarki formal adalah kontrak. Hal ini mengasumsikan bahwa pegawai sebagai
agen yang secara bebas dan sadar telah setuju untuk menerima otoritas formal organisasi dan
berusaha mearaih tujuan organisasi, dan sebagai gantinya mereka memperoleh dukungan dalam
bentuk gaji dan kondisi kerja yang baik. Dari perjanjian kontraktual tersebut, pegawai menerima
tanggungjawab moral untuk mematuhi atasan dalam usaha mencapai organisasi, dan selanjutnya
organisasi juga memiliki tanggungjawab moral untuk memberikan dukungan ekonomi pada para
pegawai seperti yang telah dijanjikan. Teori utilitarian memberikan dukungan tambahan pada
pandangan bahwa pegawai memiliki kewajiban untuk berusaha mencapai tujuan perusahaan
secara loyal.

Tanggungjawab etis dasar yang muncul dari aspek-aspek rasional organisasi difokuskan
pada dua kewajiban moral yakni a) kewajiban atasan untuk mematuhi atasan dalam organisasi
dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi, dan b) kewajiban atasan untuk memberikan gaji yang
adil dan kondisi kerja yang baik.
Kewajiban pegawai terhadap perusahaan

Dalam pandangan rasional perusahaan, kewajiban moral utama pegawai adalah untuk bekerja
mencapai tujuan perusahaan dan menghindari kegiatan-kegiatan yang mungkin mengancam
tujuan tersebut. Kewajiban karyawan dan perusahaan dibagi menjadi tiga yaitu:

1. Kewajiban Ketaatan

Dalam kewajiban ketaatan karyawan harus taat kepada atasannya di perusahaan, tetapi
karyawan tidak harus mematuhi semua perintah yang diberikan oleh atasannya. Perintah-
perintah tersebut antara lain seperti etika atasan menyuruh karyawan tersebut untuk melakukan
hal yang tidak bermoral, seperti membunuh musuh atasannya, atau dapat pula berupa korupsi.
Dapat pula dalam bentuk mengerjakan tugas pribadi atasannya, misalnya untuk kepentingan
pribadi atasan bukan untuk kepentingan perusahaan, seperti mencuci mobil dan merenovasi
rumah pribadi milik atasannya. Karyawan juga tidak perlu mematuhi perintah yang memang demi
kepentingan perusahaan, tetapi tidak sesuai dengan penugasan yang disepakati, misalnya
sekretaris diberi tugas untuk bersih-bersih, dan lain sebagainya. Cara untuk menghindari
terjadinya kesulitan seputar kewajiban ketaaatan adalah membuat deskripsi pekerjaan yang jelas
dan cukup lengkap pada saat karyawan mulai bekerja di perusahaan. Namun deskripsi pekerjaan
ini harus dibuat cukup luwes sehingga kepentingan perusahaan selalu bisa di beri prioritas.

2. Kewajiban Konfidensialitas

Kewajiban ini adalah kewajiban untuk menyimpan informasi yang bersifat konfidensial atau
rahasia yang telah diperoleh dengan menjalankan suatu profesi. Kewajiban ini tidak hanya
berlaku selama karyawan bekerja di perusahaan tetapi berlangsung terus setelah ia pindah kerja.
Kewajiban ini menjadi lebih aktual ketika karyawan tersebut pindah kerja di perusahaan baru
yang bergerak di bidang yang sama. Contohnya adalah seorang akuntan, ia tidak boleh
membocorkan kondisi finansial perusahaan lama ke perusahaan baru. Kewajiban konfidensialitas
ini terbatas pada informasi perusahaan. Hal-hal lain yang diperoleh atau diketahui sambil bekerja
di perusahaan pada prinsipnya tidak termasuk kewajiban konfidensialitas. Misalnya keterampilan
yang dikembangkan oleh karyawan itu dengan bekerja pada perusahaan yang sama. Alasan etika
yang mendasari kewajiban ini adalah bahwa perusahaan menjadi pemilik informasi rahasia itu.

3. Kewajiban Loyalitas

Kewajiban loyalitas adalah konsekuensi dari status seseorang sebagai karyawan perusahaan ia
harus mendukung tujuan-tujuan perusahaan dan turut merealisasikan tujuan tersebut. Faktor
utama yang dapat membahayakan terwujudnya loyalitas adalah konfilk kepentingan (conflict of
interest) artinya konflik kepentingan pribadi karyawan dan kepentingan perusahaan. Karyawan
tidak boleh menjalankan kepentingan pribadi yang bersaing dengan kepentingan perusahaan.
Misalnya karyawan memproduksi produk yang sama dengan produk perusahaan dan menjualnya
dengan harga murah.

Konflik kepentingan tidak selalu berkaitan dengan masalah uang. Contohnya, seorang yang
bekerja di suatu perusahan memutuskan untuk membeli peralatan kantor dari perusahaan
tempat dimana anaknya bekerja, walaupun sebenarnya ada penawaran harga yang lebih baik
dari perusahaan lain.

4. Kewajiban Melaporkan kesalahan

Ada dua macam pelaporan kesalahan perusahaan atau whistle blowing, secara internal dan
eksternal. Dalam pelaporan internal, pelaporan kesalahan dilakukan di dalam perusahaan sendiri
dengan melewati atasan langsung. Misalnya seorang karyawan bawahan melaporkan suatu
kesalahan langsung kepada direksi, dengan melewati kepala bagian dan manajer umum. Pada
pelaporan eksternal, karyawan melaporkan kesalahan perusahaan kepada instansi pemerintah
atau kepada masyarakat melalui media komunikasi. Misalnya karyawan melaporkan bahwa
perusahaannya tidak memenuhi kontribusinya kepada Jamsostek atau tidak membayar pajak
melalui media massa atau pihak eksternal lainnya.

Terdapat sebuah pertanyaan etika dalam melakukan pelaporan kesalahan perusahan ini,
apakah whistle blowing ini boleh dilakukan karena pada prinsipnya bertentangan dengan
kewajiban loyalitas karyawan terhadap perusahaannya? Namun setelah didiskusikan lebih
mendalam, jawabnya adalah boleh karena karyawan tidak hanya mempunyai kewajiban loyalitas
kepada perusahaan tetapi ia juga mempunyai kewajiban kepada masyarakat umum apabila
perusahaan tersebut melakukan kesalahan.

Pelaporan bisa dibenarkan secara moral, bila lima syarat berikut terpenuhi:

1. Kesalahan perusahaan harus besar.

Kesalahan ini hanya dapat dilaporkan jika menyebabkan kerugian bagi pihak ketiga, terjadi
pelanggaran hak-hak asasi manusia, dan kegiatan yang dilakukan perusahaan bertentangan
dengan tujuan perusahaan.

2. Pelaporan harus didukung oleh fakta yang jelas dan benar.

3. Pelaporan harus dilakukan semata-mata untuk mencegah terjadinya kerugian bagi pihak
ketiga, bukan karena motif lain. Misalnya karyawan memutuskan berhenti dari suatu pekerjaan
karena kecewa dengan atasannya. Setelah ia pergi dari perusahaan itu, ia membuka praktek
kurang etis dari perusahaan seperti tidak membayar pajak. Motif pelaporan ini adalah untuk
balas dendam.

4. Penyelesaian masalah secara internal harus dilakukan dulu, sebelum kesalahan perusahaan
dibawa ke luar.

Jika karyawan merasa bertanggungjawab, ia harus berusaha dulu untuk menyelesaikan masalah
di dalam perusahaan sendiri melalui jalur yang tepat. Hal ini juga sesuai dengan kewajiban
loyalitasnya. Baru setelah upaya penyelesaian secara internal gagal, ia boleh memikirkan whistle
blowing.

5. Harus ada kemungkinan nyata bahwa pelaporan kesalahan akan mencatat sukses.

Jika sebelumnya orang tahu bahwa pelaporan kesalahan tidak akan menghasilkan apa-apa,
misalnya tidak bisa mencegah terjadinya kerugian untuk pihak ketiga, lebih baik orang tersebut
tidak melapor.
Whistle blowing adalah masalah etis yang tidak enak untuk semua pihak yang bersangkutan.
Untuk perusahaan ataupun pelaku bisnis, whistle blowing akan membawakan banyak kerugian
secara materil maupun moril. Mulai dari turunnya pamor perusahaan terhadap produknya,
hingga menurunnya keuntungan yang didapatkan akibat pelaporan ini. Untuk pelapor, whistle
blowing adalah langkah yang diambil dengan berat hati karena resiko yang akan didapatkannya
cukup besar. Di beberapa negara ada kode etik profesi, misalnya kode etik insinyur yang secara
tidak langsung menganjurkan whistle blowing. Dalam kode etik ini memuat ketentuan bahwa
keamanan dan keselamatan masyarakat harus di tempatkan di atas segalanya. Ada juga negara
yang melindungi para whistle-blowers melalui jalur hukum, seperti Inggris dengan undang-
undang yang disebut The Public Interest Disclosure Act (1998).

Ada sejumlah situasi dimana pegawai gagal melaksanakan kewajiban untuk mencapai
tujuan perusahaan, yaitu sebagai berikut:

1. Konflik Kepentingan

Konflik kepentingan dalam bisnis muncul saat seorang pegawai atau pejabat duatu perusahaan
melaksanakan tugasnya, namun dia memiliki kepentingan-kepentingan pribadi terhadap hasil
dari pelaksanaan tugas tersebut yang (a) mungkin bertentangan dengan kepentingan
perusahaan, dan (b) cukup substansial sehingga kemungkinan mempengaruhi penilaiannya
sehingga tidak seperti yang diharapkan perusahaan. Konflik kepentingan bisa bersifat aktual dan
potensial. Konflik kepentingan aktual terjadi saat seseorang melaksanakan kewajibannya dalam
satu cara yang mengganggu perusahaan dan melakukannya demi kepentingan pribadi. Konflik
kepentingan potensial terjadi saat seseorang, karena didorong kepentingan pribadi, bertindak
dalam suatu cara yang merugikan perusahaan.

2. Pencurian Pegawai dan Komputer

Pegawai perusahaan memiliki perjanjian kontraktual untuk hanya menerima keuntungan


tertentu sebagai ganti hasil kerjanya dan menggunakan sumber daya perusahaan hanya dalam
usaha untuk mencapai tujuan perusahaan. Tindakan pegawai yang mencari tambahan
keuntungan pribadi atau menggunakan sumber daya perusahaan untuk dirinya sendiri
merupakan tindakan pencurian karena keduanya berarti mengambil atau menggunakan properti
milik orang lain (perusahaan) tanpa persetujuan pemilik yang sah.

Tindakan memeriksa, menggunakan atau menyalin informasi atau program komputer


merupakan pencurian. Disebut pencurian karena informasi yang dikumpulkan dalam bank data
komputer oleh suatu perusahaan dan program komputer yang dikembangkan atau dibeli
perusahaan merupakan properti dari perusahaan yang bersangkutan.

3. Insider Trading

Insider trading sebagai tindakan membeli dan menjual saham perusahaan berdasarkan informasi
orang dalam perusahaan. Informasi dari dalam atau dari orang dalam tentang suatu
perusahaan merupakan informasi rahasia yang tidak dimiliki publik di luar perusahaan, namun
memiliki pengaruh material pada harga saham perusahaan. Insider trading adalah ilegal dan tidak
etis karena orang yang melakukannya berarti mencuri informasi dan memperoleh keuntungan
yang tidak adil dari anggota masyarakat lain. Namun demikian, sejumlah pihak menyatakan
bahwa insider trading secara sosial menguntungkan dan menurut prinsip utilitarian, tindakan ini
seharusnya tidak dilarang, malah dianjurkan.

Kewajiban perusahaan terhadap pegawai

Kewajiban moral dasar perusahaan terhadap pegawai, menurut pandangan rasional, adalah
memberikan kompensasi yang secara sukarela dan sadar telah mereka setujui sebagai imbalan
atas jasa mereka. Ada dua masalah yang berkaitan dengan kewajiban ini: kelayakan gaji dan
kondisi kerja pegawai. Gaji dan kondisi kerja merupakan aspek-aspek kompensasi yang diterima
pegawai dari jasa yang mereka berikan, dan keduanya berkaitan dengan masalah apakah
pegawai menyetujui kontrak kerja secara sukarela dan sadar. Jika seorang pegawai "dipaksa"
menerima pekerjaan tanpa upah yang memadai atau kondisi kerja yang layak, maka kontrak kerja
tersebut dianggap tidak adil.
1) Gaji

Setiap perusahaan menghadapi dilema ketika menetapkan gaji pegawai seperti, bagaimana
menyeimbangkan kepentingan perusahaan untuk menekan biaya dengan kepentingan pegawai
untuk memperoleh kehidupan yang layak bagi diri mereka sendiri dan keluarga? Tidak ada rumus
sederhana untuk menentukan "gaji yang layak". Kelayakan gaji sebagian bergantung pada
dukungan yang diberikan masyarakat (jaminan sosial, perawatan kesehatan, kompensasi
pengangguran, pendidikan umum, kesejahteraan, dan sebagainya), kebebasan pasar kerja,
kontribusi pegawai, dan posisi kompetitif perusahaan. Meskipun tidak ada cara untuk
menentukan gaji yang layak dengan pasti, namun kita setidaknya bisa mengidentifikasi sejumlah
faktor yang perlu dipertimbangkan untuk menentukan gaji dan upah, yaitu: a) Gaji dalam industri
dan wilayah tempat seseorang bekerja, b) Kemampuan perusahaan, c) Sifat pekerjaan, d)
Peraturan upah minimum, e) Hubungan dengan gaji lain, dan f) Kelayakan negosiasi gaji.

2) Kondisi Kerja: Kesehatan dan Keamanan

Keselamatan kerja bisa terwujud bilamana tempat kerja itu aman, bebas dari resiko terjadinya
kecelakaan yang mengakibatkan si pekerja cedera atau bahkan mati. Hampir semua negara
modern mempunyai peraturan hukum guna melindungi keselamatan dan kesehatan kaum
pekerja. Dalam hal ini peraturan hokum disemua negara belum tentu sama dan belum tentu
memuaskan. Terlepas dari aturan hukum para ajikan tidak bebas dari kewajiban tetapi terikat
dengan alasan

alasan etika. Keselamatan dan kesehatan pekerja tidak pernah boleh dikorbankan kepada
kepentingan ekonomis. Resiko memang tidak selalu bisa dihindari, tetapi harus dibatasi sampai
seminimal mungkin, walaupun upaya itu bisa mengakibatkan biaya produksi bertambah. Selain
itu si pekerja harus menerima resiko itu dengan bebas, setelah lebih dahulu ia diberikan ekstra
untuk mengimbangi resiko, baik dalam gaji langsung maupun asuransi khusus.

3) Kondisi Kerja: Kepuasan Kerja

Spesialisasi pekerjaan yang berlebihan memang tidak baik karena alasan lain, yaitu bahwa cara
ini memberikan beban yang tidak adil pada pekerja. Juga ada banyak bukti bahwa cara ini tidak
mendukung efisiensi. Pekerjaan yang dispesialisasikan dalam dua dimensi yaitu secara horizontal
dengan membatasi jangkauan tugas dan membatasi repetisi atau pengulangan dalam cakupan
tugasnya. Jangkauan tugas yang terlampau jauh melewati batas kemampuan pegawai dapat
menyebabkan pegawai frustasi. Demikian juga kerja rutin yang berulang dalam jangka waktu
panjang dapat lebih cepat menciptakan kejenuhan. Selain secara horizontal, pekerjaan juga bisa
dispesialisasikan secara vertikal dengan mebatasi rentang pengwasan dan pengambilan
keputusan atas kegiatan-kegiatan dala suatu pekerjaan.

4) Tidak melakukan diskriminasi

Perusahaan dalam operasinya tidak akan terhindar dari tindakan membeda-bedakan pegawai.
Contohnya saja diskiminasi yang terjadi dimana mana seperti AS, Indonesia dan lain lain.
Diskriminasi baru akan terhapus betul bila suatu negara semua warganya mempunyai hak yang
sama dan diperlakukan dengan cara yang sama pula. Diskriminasi timbul biasanya disertai
dengan alasan yang tidak relevan.

---Organisasi politik---

Dalam model organisasi politik, individu dilihat berkumpul membentuk koalisi yang
selanjutnya saling bersaing satu sama lain memperebutkan sumber daya, keuntungan, dan
pengaruh. Dengan demikian, "tujuan" organisasi menjadi tujuan yang dibentuk oleh koalisi yang
paling kuat dan paling dominan. Tujuan tidak ditetapkan oleh otoritas yang "sah", namun
ditetapkan melalui tawar menawar antara berbagai koalisi. Realita dasar organisasi, menurut
model ini, bukanlah otoritas formal atau hubungan kontraktual, namun kekuasaan: kemampuan
individu (atau kelompok individu) untuk mengubah perilaku pihak lain menuju cara yang
diinginkan tanpa harus mengubah perilaku mereka sendiri menuju cara yang tidak diinginkan.

Jika kita memfokuskan pada kekuasaan sebagai dasar realita organisasional, maka permasalahan
etis utama yang akan kita temui saat kita mengamati suatu organisasi adalah masalah yang
berkaitan dengan akuisisi dan pelaksanaan kekuasaan. Masalah etis utama difokuskan bukan
pada kewajiban kontraktual perusahaan dan pegawai, namun pada hambatan-hambatan moral
terhadap penggunaan kekuasaan di dalam organisasi. Etika perilaku organisasional yang dilihat
dari perspektif model politik difokuskan pada pertanyaan: Apa batasan moral, jika ada, pada
pelaksanaan kekuasaan dalam organisasi? Dalam bagian-bagian berikut ini, kita akan membahas
dua aspek dari pertanyaan ini, yaitu: (a) Apa, jika ada, batasan moral pada kekuasaan manajer
yang dapat diterapkan pada pegawai? (b) Apa, jika ada, batasan moral pada kekuasaan pegawai
yang dapat diterapkan pada pegawai lain?

Simpulan

Semua manusia tidak akan bisa lepas dari masalah etika, bila disadari secara jujur. Apalagi sebuah
perusahaan yang tidah berdiri sendiri, yang mempekerjakan banyak tenaga kerja, bila tidak hati
hati dalam mengelola dapat merugikan semua pihak, tidak hanya perusahaan tapi juga
pekerjaan masyarakat. Pada jaman sekarang masalah etika bisnis sangatlah penting untuk
diperhatikan karena menyangkut perilaku jujur dan bermoral karena ada kaitanya dengan
manusia. Dalam setiap langkah bisnis, apabila pekerja dan pengusaha selalu memperhatikan hak
dan kewajiban masing masing yang tidak menyimpang dari kepentingan bersama dalam arti
tidak melanggar etika maka semua akan dapat survive terus. Adapun kewajiban pekerjaan
terhadap perusahaan merupakan hak sedangkan kewajiban perusahaan terhadap karyawan
antara lain tidak diskriminasi, upah adil, menjamin kesehatan dan keselematan, tidak
memberhentikan karyawan dengan semena mena dan lain lain. Kewajiban ini bagi karyawan
merupakan hak karyawan dan hak tersebut bila tidak dipenuhi termasuk perbuatan yang kurang
etis. Sekali lagi bahwa dalam bisnis modern yang penuh persaingan ketat, para pengusaha
menyadari bahwa pengakuan, penghargaa dan jaminan atas hak hak pekerja dalam jangka
panjang akan sangat menentukan sehat tidaknya kinerja suatu perusahaan. Hal ini disebabkan
karena jaminan atas hak hak pekerja pada akhirnya berpengaruh langsung secara positif atas
sikap, komitmen, loyalitas, produktivitas dan kinerja setiap pekerja.
Sumber Pustaka, Materi modul merupakan materi-materi yang diambil dari buku-buku dan
link dibawah ini:

Keraf, A. Sonny. 2006. Etika Bisnis: Tuntutan dan Relevansinya. Yogyakarta: Kanisius.

Bertens, K. 2013. Pengantar Etika Bisnis. Yogyakarta: Kanisius.

Fahmi, Irham. 2014. Etika Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Velasquez, Manuel G. ETIKA BISNIS Konsep dan Kasus, Edisi 5, Penertbit Andi, Yogyakarta

Dewi, Sutrisna. 2011.ETIKA BISNIS Konsep Dasar Implementasi dan Kasus.Denpasar: Udayana
University Press

http://megabudiarti.blogspot.com/2013/02/etika-individu-dan-organisasi.html
Latihan Soal

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan etika dan organisasi binis!


2. Sebutkan dan jelaskan apa saja kewajiban pegawai terhadap perusahaan!
3. Sebutkan dan jelaskan apa saja kewajiban perusahaan terhadap pegawai!

Materi

Materi minggu depan akan membahas mengenai Tanggung jawab sosial perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai