Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KEWAJIBAN KARYAWAN DAN


PERUSAHAAN

Dosen : Titin Maidarti, SE., MM

Disusun oleh :
Shicilia Damayanti 2022511242
Erlina Tri Septiyanti 2022511240
Nadira Attary Syah 2022511261
Fakultas Manajemen
Universitas Ipwija

KATA PENGANTAR

Pada bab ini kita akan mempelajari kewajiban pada dua pihak
yaitu karyawan dan perusahaan. Ada dua tipe
permasalahan,pertama konflik antara kewajiban-kewajiban moral.
Kedua masalah etika yang dinilai secara berbeda oleh berbagai
pihak.
BAB l PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Dalam etika bisnis,tentu penting memahami masalah
kewajiban.
Karyawan maupun perusahaan tidak dapat semata-mata
hanya dapat menuntut hak-haknya saja.namum mereka juga
memiliki kewajiban yang harus dilaksanakannya.
Maka dari itu,dalam makalah ini kelompok 10 kita akan
membahas mengenai kewajiban karyawan dan
perusahaan,serta tanggung jawab yang dimiliki masing-
masing pihak.tanpa adanya pengetahuan yang mendalam
mengenai kewajiban ini,maka dapat menimbulkan kerugian
ataupun masalah bagi pihak pihak tertentu.

B.Rumusan masalah

1.Apa saja kewajiban karyawan terhadap perusahaan?


2.Apa yang dimaksud dengan Wistle Blowing?
3.Apa saja kewajiban perusahaan terhadap karyawan?
4.Kasus apa yang dapat dicontohkan terkait kewajiban karyawan
atau perusahaan.

BAB ll ISI

A.Kewajiban karyawan terhadap perusahaan

Didalam makalah ini akan dibahas kewajiban karyawan terhadap


karyawan perusahaan,sehingga karyawan tidak hanya menuntut hak nya
saja. Namun harus melakukan kewajiban – kewajiban sehingga perusahaan
juga akan memberikan hak kepada karyawan dengan tidak dipersulit
maupun dikurang-kurangi, dengan kata lain hak karyawan akan diberikan
sebagaimana seharusnya.
1.Tiga kewajiban karyawan yang penting
Kewajiban karyawan pada perusahaan ada 3 yang penting
yaitu: a. Kewajiban ketaatan
Kewajiban ketaatan Karyawan memiliki kewajiban dalam
hal ketaatan, sebab karyawan harus taat kepada atasannya di
perusahaan karena karyawan tersebut memiliki ikatan dengan
perusahaan. Bila direktur perusahaan berdiri di depan pintu lalu
memberi perintah kepada orang yang kebetulan lewat, orang
tersebut tidak memiliki kewajiban sama sekali untuk mematuhi
perintah direktur tersebut karena ia tidak memiliki ikatan
apapun terhadap perusahaan itu.

Namun bagi orang yang memiliki ikatan kerja dengan


perusahaan, salah satu implikasi dari statusnya adalah bahwa ia
harus mematuhi perintah dan petunjuk dari atasannya. Namun hal
tersebut tidak berarti bahwa karyawan harus menaati semua
perintah yang diberikan oleh atasannya.
1) Karyawan tidak perlu dan malah tidak boleh mematuhi
perintah yang menyuruh dia melaksanakan sesuatu yang tidak
bermoral.
2) Karyawan tidak wajib juga mematuhi perintah atasannya yang
tidak wajar,walaupun dari segi etika tidak ada keberatan.
3) Karyawan tidak perlu mematuhi perintah yang memang demi
kepentingan perusahaan, tetapi tidak sesuai dengan
penugasan.
b.Kewajiban konfidensial

Kewajiban konfidensial adalah kewajiban untuk menyimpan


informasi yang bersifat konfidensial, dan karena itu rahasia, yang telah
diperoleh dengan menjalankan suatu profesi. Banyak profesi yang
mempunyai suatu kewajiban konfidensial, khususnya profesi yang
bertujuan membantu sesama manusia.

Konfidensial berasal dari kata Latin ‘confidere’ yang berarti


“mempercayai”. Contohnya di dalam profesi kedokteran, kalau orang sakit
berobat ke dokter, terpaksa ia harus menceritakan hal-hal yang tidak enak
rasanya bila diketahui orang lain, seperti sebab penyakitnya, situasi
keluarganya, dan lain-lain.

Dalam konteks perusahaan, konfidensial juga bisa memegang


peranan penting. Karena seseorang bekerja pada suatu perusahaan, bisa
saja ia memiliki akses kepada informasi rahasia. Contohnya adalah profesi
akuntan. Karena pekerjaannya, ia tahu persis bagaimana keadaan finansial
perusahaan, tetapi pengetahuan itu tidak boleh dibawakannya keluar.

Perlu dicatat bahwa konfidensialitas tidak saja berlaku selama


karyawan bekerja di perusahaan, tetapi berlangsung terus setelah Ia pindah
kerja. Jika ia pindah kerja, kewajiban ini malah menjadi lebih aktial,
terutama bila perusahaan baru itu bergerak di bidang yang sama. Adalah
sangat tidak etis jika seseorang pindah kerja sambil membawa rahasia
perusahaan lama ke perusahaan baru supaya mendapat gaji lebih tinggi.

Perlu ditekankan lagi bahwa kewajiban konfidensial ini terbatas


hanya pada informasi perusahaan. Hal-hal lain yang diperoleh atau
diketahui sambil bekerja di perusahaan, pada prinsipnya tidak termasuk
kewajiban konfidensial. Misalnya, kita bisa membedakan informasi rahasia
yang diperoleh seorang karyawan waktu bekerja pada perusagaan dan
keterampilan yang dikembangkan oleh karyawan itu dengan bekerja pada
perusahaan yang sama.

Alasan lainnya adalah bahwa membuka rahasia perusahaan bertentangan


dengan etika pasar bebas. Kewajiban konfidensial terutama penting dalam
sistem ekonomi pasar bebas, di mana kompetisi merupakan suatu unsur
hakiki. Memiliki informasi tertentu dapat mengubah posisi perusahaan satu
dengan perusahaan lain secara drastis, sehingga membuka rahasia
perusahaan akan sangat mengganggu kompetisi yang fair.

c.Kewajiban loyalitas

Kewajiban loyalitas Kewajiban loyalitas juga merupakan


konsekuensi dari status seseorang sebagai karyawan perusahaan. Dengan
mulai bekerja di suatu perusahaan, karyawan harus mendukung
tujuantujuan perusahaan, dan karena itu pula ia harus menghindari segala
sesuatu yang bertentangan dengannya. Dengan kata lain, ia harus
menghindari apa yang bisa merugikan kepentingan perusahaannya.
Karyawan yang melakukan hal itu memenuhi kewajiban loyalitas.

Faktor utama yang bisa membahayakan terwujudnya loyalitas


adalah konflik kepentingan, artinya konflik antara kepentingan pribadi
karyawan dan kepentingan perusahaan.

Dalam konteks loyalitas ini termasuk juga masalah etis seperti


menerima komisi atau hadiah selaku karyawan perusahaan. Sebab, dapat
ditanyakan apakah dengan praktek itu karyawan tidak merugikan
perusahaannya.

Di Indonesia, khususnya di kota-kota besar, kita lihat orang mudah


sekali berpindah kerja. Kebiasaan ini dilatarbelakangi pandangan
liberalistis yang menomorsatukan pentingnya hak. Tidak mustahil, di
tempat lain ada budaya kerja lain di mana berpindah kerja nyaris menjadi
pelanggaran etika.

2. .Melaporkan kesalahan perusahaan

Ada istilah dalam etika bisnis yaitu ‘Whistle Blowing’atau meniup


peluit.Dalam etika ,istilah ini mendapat arti khusus yaitu menarik perhatian
dunia luar dengan melaporkan kesalahan yang dilakukan oleh sebuah
organisasi.Misalnya dalam konteks pemerintahan.

Pelaporan bisa dibenarkan secara moral, bila lima syarat berikut ini
terpenuhi:

a. Kesalahan perusahaan harus besar


Jika kesalahan perusahaan kecil saja, misalnya hanya membayar pajak
sedikit kurang dari kewajibannya, hal itu tidak pantas dilaporkan. Norman
Bowie dan Ronald Duska menyebut tiga kemungkinan:
1. Kesalahan perusahaan adalah besar, jika menyebabkan kerugian
yang tidak perlu untuk pihak ketiga (selain perusahaan dan si pelapor).
2. Kesalahan bisa dianggap besar juga, bila terjadi pelanggaran hak-hak
asasi manusia.
3.Kesalahan dinilai besar, bila dilakuukan kegiatan yang bertentangan
dengan tujuan perusahaan.
b. Pelaporan harus didukung oleh fakta yang jelas dan benar
Semua fakta tentang kesalahan harus jelas dan dimengerti dengan betul
oleh si pelapor. Tidak boleh terjadi, orang yang melaporkan sesuatu yang
secara faktual kurang jelas atau kurang dikuasai betul oleh si pelapor.

c. Pelaporan harus dilakukan semata-mata untuk mencegah terjadinya


kerugian bagi pihak ketiga, bukan karena motif lain.
Kerugian besar kepada pihak ketiga bukan saja harus menjadi kenyataan
(syarat pertama) , melainkan juga motif untuk melaporkan kesalahan. Tidak
etis, bila orang melapor karena motif yang tidak murni, walaupun
kesalahannya memang besar.

d. Penyelesaian masalah secara internal harus dilakukan dulu, sebelum


kesalahan perusahaan dibawa keluar.
Jika karyawan merasa bertanggung jawab, ia harus berusaha dulu untuk
menyelesaikan masalah di dalam perusahaan sendiri melalui jalur yang
tepat. Hal itu juga sesuai dengan kewajibann loyalitasnya. Baru setelah
upaya penyelesaian secara internal itu gagal, ia boleh memikirkan whistle
blowing.

e. Harus ada kemungkinan real bahwa pelaporan kesalahan akan


mencatat sukses.
Jika sebelumnya orang tahu bahwa pelaporan kesalahan tidak akan
mennghasilkan apa-apa, lebih baik orang tidak melapor.
B.Kewajiban perusahaan terhadap karyawan

1. Perusahaan tidak boleh mempraktekan diskriminasi


Dalam konteks Indonesia, diskriminasi terutama timbul berhubungan
dengan status asli atau tidak asli, pribumi atau non-pribumi, dari para
warga negara. Jika ditambah dengan negara lain Diskriminasi dilakukan
karena alasan agama, jenis kelamin, ras, dan warna kulit.

a. Diskriminasi dalam konteks perusahaan


Diskriminasi bisa berlangsung dalam semua sektor masyarakat,
termasuk dunia bisnis. Karena itu diskriminasi menjadi juga suatu topik
bagi etika bisnis. Kita berbicara tentang diskriminasi, bila beberapa
karyawan diperlakukan dengan cara berbeda, karena alasan yang tidak
relevan. Biasanya alasan itu berakar dalam suatu stereotip terhadap ras,
agama, atau jenis kelamin bersangkutan.

b. Argumentasi etika melawan diskriminasi


Apa yang menjadi dasar etika untuk menolak diskriminasi? Berikut
Argumentasinya :
1. Dari pihak utilitarisme dikemukakan argumen bahwa diskriminasi
merugikan perusahaan itu sendiri.
2. Deontologi menggarisbawahi bahwa diskriminasi melecehkan
martabat dari orang yang didiskriminasi.
3. Teori keadilan. Praktek diskriminasi bertentangan dengan keadilan,
khususnya keadilan distributif.

c. Beberapa masalah terkait


Tidak bisa disangkal, penilaian terhadap diskriminasi bisa berubah
karena keadaan historis, sosial atau budaya dalam masyarakat. Mau tidak
mau perlu kita akui bahwa masalah diskriminasi sering ditandai relativitas.

2. Perusahaan harus menjamin kesehatan dan keselamatan kerja

a. Beberapa aspek keselamatan kerja


Keselamatan kerja bisa terwujud bilamana tempat kerja itu aman. Dan
tempat kerja itu aman, kalau bebas dari risiko terjadinya kecelakaan yang
mengakibatkan si pekerja cedera atau bahkan mati. Kesehatan kerja dapat
direalisasikan karena tempat kerja dalam kondisi sehat. Tempat kerja
dianggap sehat bila bebas dari risiko terjadinya gangguan kesehatan atau
penyakit sebagai akibat kondisi kurang baik di tempat kerja.
b. Pertimbangan etika
Yang menjadi dasar etika bagi kewajiban perusahaan untuk
melindungi keselamatan dan kesehatan para pekerja:
• Setiap pekerja berhak atas kondisi kerja yang aman dan sehat.
Kalau belum meyakinkan, kita bisa merujuk lagi kepada hak setiap
manusia untuk tidak dirugikan dan akhirnya hak untuk hidup.
• Dalam deontologi Kant, khususnya dalam pikirannya bahwa
manusia selalu harus diperlakukan sebagai tujuan pada dirinya dan
tidak pernah sebagai sarana belaka.
• Sesuai argumentasi utilitarisme, bisa diperlihatkan bahwa tempat
kerja yang aman dan sehat paling menguntungkan bagi masyarakat
sendiri, khususnya bai ekonomi negara.

c. Dua masalah khusus


Pertama, apakah pekerja boleh menolak perintah atasan untuk
melaksanakan suatu tugas yang dianggap terlalu berbahaya? Disini kita
harus mengacu pada apakah suatu perintah untuk mengerjakan tugas
berbahaya bisa dianggap wajar atau tidak.
Kedua, segi etis dari risiko reproduktif atau risiko untuk keturunan si
pekerja. Kerugian kesehatan akibat kondisi kerja tidak dialami oleh si
pekerja bagi dirinya sendiri, melainkan bagi keturunannya. Seperti pada
industri kimia, para pekerja wanita bisa mengalami keguguran, kelahiran
dini, atau melahirkan bayi cacat.

3. Kewajiban memberi gaji yang adil


6 kriteria yang perlu dipertimbangan agar gaji atau upah itu adil atau
fair :
1. Peraturan hukum: ketentuan hukum tentang upah minimum.
2. Upah yang lazim dalam sektor industri tertentu atau daerah tertentu:
gaji atau upah bisa dinilai adil, jika rata-rata diberikan dalam sektor
industri bersangkutan.
3. Kemampuan perusahaan: perusahaan yang menghasilkan laba besar,
harus memberi gaji lebih besar pula daripada perusahaan yang
mempunyai marjin laba yang kecil saja.
4. Sifat khusus pekerjaan tertentu: beberapa tugas dalam perusahaan
hanya bisa dijalankan oleh orang yang mendapat pendidikan atauu
pelatihan khusus, kadang-kadang malah pendidikan sangat
terspesialisasi. Kelangkaan tenaga mereka boleh diimbangi dengan
tingkat gaji yang lebih tinggi.
5. Perbandingan dengan upah/gaji lain dalam perusahaan: kalau
pekerjaan tidak mempunyai sifat khusus, sseperti menuntut
pengalaman lebih lama atau mengandung risiko tertentu, maka gaji
atau upah harus sama.
6. Perundingan upah/gaji yang fair: di negara-negara berindustri maju,
sejarah telah membuktikan bahwa perundingan langsung antara
perusahaan dan paara karyawan merupakan cara ampuh untuk
mencapai gaji dan upah yang fair.

Ada 3 alasan mengapa perusahaan akan menghentikan karyawan :


1. Alasan internal perusahaan (restrukturasi, otomatisasi, merger dengan
perusahaan lain)
2. Alsan eksternal (konyungtur, resesi ekonomi)
3. Kesalahan karyawan

Menurut Garret dan Klonoski, ada 3 kewajiban majikan dalam


memberhentikan karyawan :
1. Majikan hanya boleh memberhentikan karena alasan yang tepat Kalau
karyawan diberhentikan karena alasan ekonomi.
2. Majikan harus berpegang pada prosedur yang semestinya.
3. Majikan harus membatasi akibat negatif bagi karyawan sampai
seminimal mungkin.
Di banyak negara, kepada karyawan yang diberhentikan karena
kesalahannya pun, menurut peraturan hukum harus diberikan pesangon. hal
itu tidak enak bagi majikan bersangkutan, tetapi tidak dapat dinilai kurang
adil, karena karyawan yang bersalah pun tidak boleh dibiarkan terlantar.
Satu cara yang banyak membantu untuk meringankan efek-efek buruk
dari PHK adalah memberitahukan prospek itu kepada karyawan beberapa
waktu sebelumnya. Sengan demikian diberikan kesempatan kepada
karyawan untuk mencari pekerjaan lain.

DAFTAR PUSAKA

1.Buku K.Bertens Pengantar Etika Bisnis


2.https://spn.or.id/biadapnya-pengusaha-pt-wahana-
tritunggalcemerlang-terhadap- buruh-kelapa- sawit-di-kaltim/

Anda mungkin juga menyukai