BAB 7
A. Etika Kerja
Etika kerja adalah sistem nilai atau norma yang digunakan oleh seluruh karyawan
perusahaan, termasuk pimpinannya dalam pelaksanaan kerja sehari-hari.
Perusahaan dengan etika kerja yang baik akan memiliki dan mengamalkan nilai-
nilai, yakni : kejujuran, keterbukaan, loyalitas kepada perusahaan, konsisten pada
keputusan, dedikasi kepada stakeholder, kerja sama yang baik, disiplin, dan
bertanggung jawab
Di sini juga perlu ditekankan, kita tidak bisa mempelajari semua kewajiban perusahaan.
Kita harus membatasi diri pada beberapa kewajiban penting yang minta perhatian khusus.
Berturut-turut akan dibicarakan tentang kewajiban perusahaan antara lain :
Keselamatan kerja bisa terwujud bilamana tempat kerja itu aman. Dan tempat kerja adalah
aman, kalau bebas dari resiko terjadinya kecelakaan yang meng-akibatkan si pekerja cedera
bahkan mati. Kesehatan kerja dapat direalisasikan karena tempat kerja dalam kondisi sehat.
Tempat kerja bisa dianggap sehat, kalau bebas dari risiko terjadinya gangguan kesehatan atau
penyakit sebagi akibat kondisi kurang baik di tempat kerja.
Ada aneka macam kecelakaan kerja. Yang minta banyak korban adalah kecelakaan industri di
pabrik-pabrik atau tempat industri lain: tangki meledak, pekerja kena mesin, perusakan mata
bagi montir las, dll. Sering terjadi kecelakaan yang sebetulnya tidak perlu terjadi, jika
peraturan keselamatan di terapkan dengan konsekuen. Sedangkan occupational diseases atau
penyakit akibat pekerjaan baru tampak sesudah si karyawan bekerja cukup lama. Selalu
sudah diketahui bahwa beberapa macam pekerjaan mempunyai faktor risiko khusus untuk
kesehatan si karyawan. Karena penyakit yang disebabkan pekerjaan berkembang perlahan-
lahan dan baru menyatakan diri sesudah periode cukup lama, di sini tanggung jawab
perusahaan tidak selalu jelas. Ini perbedaan besar dengan kecelakaan di tempat kerja yang
langsung memperlihatkan efeknya dan karena itu hubungan dengan pekerjaan tidak bisa
diragukan.
Pertama, akan dibicarakan pertanyaan apakah pekerja berhak menolak tugas-tugas yang
berbahaya. Jadi, di sini dimaksudkan pekerja yang sudah bekerja untuk suatu perusahaan,
bukan calon pekerja yang baru mempertimbangkan mau masuk kerja. Dalam menjawab
pertanyaan ini kita harus mengacu ke kewajiban karyawan untuk menaati semua perintah
yang wajar dari atasannya. Dan kedua, akan dipelajari segi etis dari ” risiko reproduktif” atau
risiko untuk keturunan si pekerja. Masalah kedua menarik, karena kerugian kesehatan akibat
kondisi kerja tidak dialami oleh si pekerja bagi dirinya sendiri, melainkan bagi keturunannya.
Dengan kata lain, pekerjaan bisa membawa ’risiko reproduktif”, atau dalam arti bahwa
pekerja menjadi infertil, atau dalam arti bahwa pekerja wanita melahirkan bayi yang
mempunyai kelainan akibat kondisi kerja ibunya. Hal itu terjadi dalam beberapa industri
kimia. Pekerja wanita yang terus nenerus berkontak dengan bahan kimia yang berbahaya,
bisa mengalami keguguran, kelahiran dini, atau melahirkan bayi cacat.
a. Peraturan hukum;
Salah satu pertimbangan pertama untuk menentukan gaji/upah yang adil adalah
kesesuaiannya dengan hukum yang berlaku. Disini yang paling penting adalah ketentuan
kuhum tentang upah minimum.
b. Uupah yang lazim dalam sektor industri tertentu atau daerah tertentu;
Dalam semua sektor industri, gaji atau upah tidak sama. Karena itu rupanya suatu kriteria
yang baik adalah; gaji atau upah bisa dinilai adil, jika rata-rata diberikan dalam sektor
industri bersangkutan. Tetapi kriteria ini mengandaikan bahwa keadaan disektor itu cukup
mantap.
c. Kemampuan perusahaan;
Perusahaan yang kuat menghasilkan laba besar, harus memberi gaji lebih besar pula dari
pada perusahaan yang mempunyai marjin laba yang lebih kecil. Pemberian bonus ekstra juga
pada akhir tahun, sesuai dengan besarnya laba, merupakan kebijakan yang sangat baik. Di
sini berlaku pandangan sosialistis tentang hak karyawan mengambil bagian dalam laba.
Beberapa tugas dalam perusahaan hanya bisa dijalankan oleh orang yang mendapat
pendidikan atau pelatihan khusus, kadang-kadang malah pendidikan sangat terspesialisasi.
Hal yang sama dapat dikatakan juga tentang pekerjaan yang menuntut pengalaman lebih
besar atau pekerjaan yang mengandung resiko tertentu untuk kesehatan atau keselamatan si
pekerja. Dalam kasus itu keadilan tidak dilanggar, jika orang bersangkutan dibayar upah atau
gaji lebih tinggi daripada orang lain yang tidak mengalami kondisi tersebut.
Kalau pekerja tidak mempunyai sifat khusus, seperti menuntut pengalaman lebih lama atau
mengandung risiko tertentu, maka gaji atau upah harus sama. Perusahaan yang mempunyai
sistem penggajian yang fair, akan membayar gaji atau upah yang kira-kira sama untuk
pekerjaan yang sejenis.
Mungkin di Indonesia kriteria ini masih terasa asing, karena posisi organisasi pekerja dan
karyawan masih terlalu lemah. Tetapi di Negara-negara industri maju, sejarah telah
membuktikan bahwa perundingan langsung antara perusahaan dan para karyawan merupakan
cara yang ampuh untuk mencapai upah dan gaji yang fair. Cara ini memberi jaminan lebih
besar untuk mewujudkan keadilan dari pada gaji atau upah yang ditentukan sepihak.
Kedua yang ada segi etisnya adalah praktek pembayaran khusus atau kenaikan gaji yang
dirahasiakan terhadap teman-teman sekerja. Yang dimaksudkan di sini memang dekat dengan
sistem pemberian bonus dan insentif, tapi bedanya adalah bahwa pembayaran ini berlangsung
dalam suasana rahasia, sehingga hanya yang bersangkutan yang diberi tahu. Dari segi etika,
rupanya hal tersebut tidak fair, kalau orang tidak diberitahukan dengan jelas tentang
kemungkinan dan kriteria untuk mendapat kenaikan gaji atau bonus. Supaya sungguh-
sungguh fair, sistemnya harus terbuka.
1) Tuduhan terhadap karyawan harus dirumuskan dengan jelas dan didukung oleh
pembuktian yang meyakinkan.
2) Karyawan harus diberi kesempatan untuk bertatap muka dengan orang yang
menuduhnya, untuk membantah tuduhan dan memperlihatkan bahwa pembuktiannya
tidak tahan uji, kalau ia memang tidak bersalah.
3) Harus tersedia kemungkinan untuk naik banding dalam salah satu bentuk, sehingga
keputusan terakhir diambil oleh orang atau instansi yang tidak secara langsung
berhubungan dengan karyawan bersangkutan.
c) Majikan harus membatasi akibat negatif bagi karyawan sampai seminimal mungkin.
Karyawan yang bersalah tidak boleh dibiarkan terlantar. Di negara kesejahteraan (welfare
state) orang seperti itu pun memiliki hak atas tunjangan penganggur.
Tetapi kewajiban untuk meminimalisasikan akibat PHK, berlaku dengan lebih mendesak lagi
bagi karyawan yang diberhentikan karena alasan ekonomis. Satu cara yang banyak membantu
untuk meringankan efek-efek buruk dari PHK adalah memberitahukan prospek itu kepada
karyawan beberapa waktu sebelumnya. Dengan demikian diberikan kesempatan kepada
karyawan untuk mencari pekerjaan lain.
1. Kewajiban ketaatan
Sebagai karyawan ia harus mematuhi perintah dan petunjuk dari atasannya. Akan tetapi,
karyawan boleh tidak menaati perintah atasan jika,
a. Pertama, karyawan tidak perlu dan malah tidak boleh mematuhi perintah yang menyuruh
dia melakukan sesuatu yang tidak bermoral.
b. Kedua, karyawan tidak wajib mematuhi perintah atasannya yang tidak wajar, walaupun
dari segi etika tidak ada keberatan. Yang dimaksudkan dengan perintah yang tidak wajar
adalah perintah yang diberikan tidak demi kepentingan perusahaan.
c. Ketiga, karyawan juga tidak perlu mematuhi perintah yang memang demi kepentingan
perusahaan, tetapi tidak sesuai dengan penugasan yang disepakati, ketika ia menjadi
karyawan di perusahaan itu.
2. Kewajiban konfidensialitas
Kewajiban konfidensialitas adalah kewajiban untuk menyimpan informasi yang bersifat
sangat rahasia. Kewajiban konfidensialitas tidak saja berlaku selama karyawan bekerja di
perusahaan, tetapi berlangsung terus setelah ia pindah kerja.
3. Kewajiban loyalitas
Kewajiban loyalitas pun merupakan konsekuensi dari status seseorang sebagai karyawan
perusahaan. Karyawan harus mendukung tujuan-tujuan perusahaan, ia harus menghindari apa
yang bisa merugikan kepentingan perusahaan. Faktor utama yang bisa membahayakan
terwujudnya loyalitas adalah konflik kepentingan pribadi dengan kepentingan perusahaan.
Dalam pengertian etika: Whistle Blowing berarti menarik perhatian dunia luar dengan
melaporkan kesalahan yang dilakukan oleh sebuah organisasi./perusahaanWhistle Blowing
dalam rangka bisnis diartikan “Melaporkan kesalahan yang dilakukan sebuah perusahaan
kepada dunia luar, seperti instansi pemerintah / pers”. Whistle Blowing Merupakan tindakan
yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang karyawan untuk membocorkan
kekurangan yang dilakukan oleh perusahaan atau atasannya kepada pihak lain.Whistle
blowing berkaitan dengan kecurangan yang merugikan perusahaan sendiri maupun pihak
lain.Whistle blowing dibedakan menjadi 2 yaitu whistle blowing internal dan whistle blowing
eksternal.
Apabila karyawan mengetahui bahwa perusahaan melakukan hal hal yangt tidak etis,
bolehkah dia melaporkannya terhadap pihak-pihak di luar perusahaan? Karena hal itu akan
sangat bertentangan dengan tiga kewajiban karyawan yang telah dijelaskan di sub bab
sebelumnya. Namun hal itu sah-sah saja dilakukan selama karyawan tersebut mengikuti
persyaratan seperti berikut :
Langkah terakhir dari proses manajemen sumber daya manusia adalah pemanfaatan tenaga
kerja.Langkah ini pada dasarnya merupakan upaya untuk memelihara tenaga kerja agar
senantiasa sejalan dengan perencanaan strategis perusahaan.Produktivitas, efektivitsas, dan
efisiensi merupakan kata kunci yang senantiasa diharapkan dapat diperlihatkan oleh tenaga
kerja.Perusahaan biasanya melakukan beberapa program untuk tetap memastikan tenaga
kerjanya senantiasa sesuai dengan perencanaan strategis perusahaan, diantaranya :
1. Promosi
Adalah proses pemindahan tenaga kerja ke posisi yang lebih tinggi secara struktural dalam
organisasi perusahaan, biasanya kita sebut dengan istilah “naik pangkat” atau “naik jabatan”.
2. Demosi
Atau penurunan tenaga kerja kepada bagian kerja yang lebih rendah yang biasanya
disebabkan karena adanya penurunan kualitas tenaga kerja dalam pekerjaaannya.
3. Transfer
Merupakan upaya untuk memindahkan tenaga kerja ke bagian yang lain, yang diharapkan
tenaga kerja tersebut bisa lebih produktif setelah mengalami transfer.
4. Separasi
Merupakan upaya perusahaan untuk melakukan pemindahan lingkungan kerja tertentu dari
tenaga kerja ke lingkungan yang lain, biasanya dilakukan sekiranya terdapat konflik atau
masalah yang timbul dari tenaga kerja, dilakukan untuk meminimalkan atau menghilangkan
konflik tersebut sehingga tidak mengganggu jalanya operasionalisasi perusahaan.
G. Rangkuman
1. Etika kerja adalah sistem nilai atau norma yang digunakan oleh seluruh karyawan
perusahaan, termasuk pimpinannya dalam pelaksanaan kerja sehari-hari
3. Hak – Hak Karyawan terhadap Perusahaanterdiri dari a. Hak atas pekerjaan. b. Hak atas
upah yang adil; c. Hak untuk berserikat dan berkumpul d.. Hak atas perlindungan
keamanan dankesehatan. e.Hak untuk diproses hukum secara sah f.Hak untuk
diperlakukan secara sama g Hak atas rahasia pribadi. h..Hak atas kebebasan suara hati.
4. Tiga kewajiban karyawan dalam perusahaan yang penting yaitu kewajiban ketaatan,
konfidensialitas, dan loyalitas.
5. Whistle Blowing Merupakan tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa
orang karyawan untuk membocorkan kekurangan yang dilakukan oleh perusahaan atau
atasannya kepada pihak lain.Whistle blowing dibedakan menjadi 2 yaitu whistle blowing
internal dan whistle blowing eksternal.
6. Perusahaan biasanya melakukan beberapa program untuk tetap memastikan tenaga
kerjanya senantiasa sesuai dengan perencanaan strategis perusahaan, diantaranya
a.Promosi b.Demosi c.Transfer d.Separasi
H . Soal Diskusi
1. Jelaskan dengan Etika kerja
2. Jelaskan dengan Kewajiban Perusahaan Terhadap Karyawan. Perusahaan tidak boleh
mempraktekkan diskriminasi
3. Jelaskan dengan Hak – Hak Karyawan terhadap Perusahaan. Hak atas upah yang adil dan;
Hak atas perlindungan keamanan dankesehatan.
4. Jelaskan dengan Tiga kewajiban karyawan dalam perusahaan
5. Jelaskan pengerian Whistle blowing serta bedakan whistle blowing internal dan whistle
blowing eksternal.
6. Jelaskan .Promosi .Demosi .TransferSeparasi yang beretika
Daftar Pustaka
Burhanuddin salam, (1997) etika sosial asas moral dalam kehidupan manusia
(jakarta:PT. Rineka Cipta )
Keraf, A. Sonny. (2006.) Etika Bisnis: Tuntutan dan Relevansinya. Yogyakarta: Kanisius
Munir Fuady ,(2005). Pengantar Bisnis Hukum (Menata Bisnis Modern di Era Global)