Anda di halaman 1dari 2

KASUS HAK & KEWAJIBAN ORGANISASI TERHADAP INDIVIDU

Kewajiban Perusahaan Terhadap Pegawai


Kewajiban moral dasar perusahaan terhadap pegawai, menurut pandangan rasional, adalah
memberikan kompensasi yang secara sukarela dan sadar telah mereka setujui sebagai imbalan
atas jasa mereka. Ada dua masalah yang berkaitan dengan kewajiban ini: kelayakan gaji dan
kondisi kerja pegawai. Gaji dan kondisi kerja merupakan aspek-aspek kompensasi yang
diterima pegawai dari jasa yang mereka berikan, dan keduanya berkaitan dengan masalah
apakah pegawai menyetujui kontrak kerja secara sukarela dan sadar. Jika seorang pegawai
"dipaksa" menerima pekerjaan tanpa upah yang memadai atau kondisi kerja yang layak, maka
kontrak kerja tersebut dianggap tidak adil.
1) Gaji
Setiap perusahaan menghadapi dilema ketika menetapkan gaji pegawai seperti,
bagaimana menyeimbangkan kepentingan perusahaan untuk menekan biaya dengan
kepentingan pegawai untuk memperoleh kehidupan yang layak bagi diri mereka sendiri
dan keluarga? Tidak ada rumus sederhana untuk menentukan "gaji yang layak". Kelayakan
gaji sebagian bergantung pada dukungan yang diberikan masyarakat (jaminan sosial,
perawatan kesehatan, kompensasi pengangguran, pendidikan umum, kesejahteraan, dan
sebagainya), kebebasan pasar kerja, kontribusi pegawai, dan posisi kompetitif perusahaan.
Meskipun tidak ada cara untuk menentukan gaji yang layak dengan pasti, namun kita
setidaknya bisa mengidentifikasi sejumlah faktor yang perlu dipertimbangkan untuk
menentukan gaji dan upah, yaitu: a) Gaji dalam industri dan wilayah tempat seseorang
bekerja, b) Kemampuan perusahaan, c) Sifat pekerjaan, d) Peraturan upah minimum, e)
Hubungan dengan gaji lain, dan f) Kelayakan negosiasi gaji.

2) Kondisi Kerja: Kesehatan dan Keamanan


Keselamatan kerja bisa terwujud bilamana tempat kerja itu aman, bebas dari resiko
terjadinya kecelakaan yang mengakibatkan si pekerja cedera atau bahkan mati. Hampir
semua negara modern mempunyai peraturan hukum guna melindungi keselamatan dan
kesehatan kaum pekerja. Dalam hal ini peraturan hokum disemua negara belum tentu sama
dan belum tentu memuaskan. Terlepas dari aturan hukum para ajikan tidak bebas dari
kewajiban tetapi terikat dengan alasan-alasan etika. Keselamatan dan kesehatan pekerja
tidak pernah boleh dikorbankan kepada kepentingan ekonomis. Resiko memang tidak
selalu bisa dihindari, tetapi harus dibatasi sampai seminimal mungkin, walaupun upaya itu
bisa mengakibatkan biaya produksi bertambah. Selain itu si pekerja harus menerima resiko
itu dengan bebas, setelah lebih dahulu ia diberikan ekstra untuk mengimbangi resiko, baik
dalam gaji langsung maupun asuransi khusus.

3) Kondisi Kerja: Kepuasan Kerja


Spesialisasi pekerjaan yang berlebihan memang tidak baik karena alasan lain, yaitu
bahwa cara ini memberikan beban yang tidak adil pada pekerja. Juga ada banyak bukti
bahwa cara ini tidak mendukung efisiensi. Pekerjaan yang dispesialisasikan dalam dua
dimensi yaitu secara horizontal dengan membatasi jangkauan tugas dan membatasi repetisi
atau pengulangan dalam cakupan tugasnya. Jangkauan tugas yang terlampau jauh melewati
batas kemampuan pegawai dapat menyebabkan pegawai frustasi. Demikian juga kerja rutin
yang berulang dalam jangka waktu panjang dapat lebih cepat menciptakan kejenuhan.
Selain secara horizontal, pekerjaan juga bisa dispesialisasikan secara vertikal dengan
mebatasi rentang pengwasan dan pengambilan keputusan atas kegiatan-kegiatan dala suatu
pekerjaan.

4) Tidak melakukan diskriminasi


Perusahaan dalam operasinya tidak akan terhindar dari tindakan membeda-bedakan
pegawai. Contohnya saja diskiminasi yang terjadi dimana – mana seperti AS, Indonesia
dan lain – lain. Diskriminasi baru akan terhapus betul bila suatu negara semua warganya
mempunyai hak yang sama dan diperlakukan dengan cara yang sama pula. Diskriminasi
timbul biasanya disertai dengan alasan yang tidak relevan.

Anda mungkin juga menyukai