Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

FILOSOFI ETIKA
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Bisnis dan Profesi

Disusun oleh kelompok 4 :

Alls Kevin Bujung C30118365


Delvina Maryanti Bupu C30118423
Husnulfianti Unus C30118201
Kevin C30118115
Natalia Kristi Kumano C30118380
Rina Hapsari Tampasigi C30118373
Shopyan C30118274
Sigit Hardono C30118422
Wijaya Pratama C30118409

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TADULAKO
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya kami masih diberi kesempatan dan pengetahuan untuk
menyelesaikan tugas makalah ini. Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas
mata kuliah etika bisnis dan profesi.

Makalah ini membahas tentang filosofi etika, mulai dari menyangkut hak asasi
manusia hingga mengenai etika keutamaan.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan,
oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi. Dan
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, amin.

Palu, 13 Februari 2020

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................. i


Daftar Isi .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1


1.2. Rumusan Masalah ................................................................. ............. 1
1.3. Tujuan .................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3

2.1. Hak Asasi Manusia ........................................................................... 3


2.2. Utilitarianisme...................................................................................... 6
2.3. Deontologi .............. ............................................................................ 7
2.4. Hak dan Keadilan ...... ........................................................................ 7
2.5. Virtuisme.............................................................................................. 8

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 9

3.1. Kesimpulan ......................................................................................... 9

Daftar Pustaka .................................................................................................. 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Roda zaman selalu bergulir. Jumlah manusia bertambah. Demikian juga


dengan peradabannya. Kaidah atau norma yag tercantum dalam agama, sering
tidak dapat memberikan jawaban yang jelas tentang pedoman baik atas realitas
kehidupan yang berkembang. Oleh karena itu interpretasi atas kaidah-kaidah
agama ke masalah-masalah kini dilanjutkan oleh para biksu, rahib dan ulama.
Mereka menciptakan filsafat tentang etika. Sementara itu para ahli juga
menciptakan aturan-aturan tentang keadilan, kepastian dan kemanfaatan.
Dasarnya tetap sama yaitu kebaikan bagi masyarakat. Jika suatu kebaikan etis
telah diangkat ke dalam ranah hukum, penilaian selanjutnya dapat berupa
kesimpulan tentang benar-salah.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belalakang di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan


dalam makalah ini adalah :

1 Apa itu hak asasi manusia?


2 Apa itu ultilitarianisme?
3 Apa itu deontologi?
4 Apa itu hak dan keadilan?
5 Apa itu virtuisme?

1
1.3 Tujuan

Tujuan dari penuisan makalah ini adalah membantu untuk mengetahui


lebih dalam lagi tentang fiosofi dari etika dan dapat memahami apa yang
menjadi rumusan masalah dari makalah ini. Selain agar menambah
wawasan, terlebih semoga bisa diimplementasikan dalam kehidupan
mengenai bagaimana seharusnya kita beretika.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Hak Asasi Manusia

Sumber dari etika adalah pengakuan tentang adanya hak asasi manusia.
Sehingga mengapa pembahasan mengenai filsafat etika ini tidak dapat
dilepaskan dari pemahaman mengenai hak asasi manusia. Hak asasi manusia
adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya wajib
dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan
setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Di Indonesia pengertian hak asasi manusia secara tersirat sebenarnya sudah
diakui dalam KUHAP. Menurut ketentuan pasal 117 ayat 1, “keterangan
tersangka dan atau saksi kepada penyidik diberikan tanpa tekanan dari siapapun
dan atau dalam bentuk apapun.” Artinya dengan adanya pasal tersebut,
pemeriksaan oleh penyidik untuk kepentingan harus sesuai dan menghormati
HAM. Hak asasi manusia adalah hak-hak yang dinikmati oleh manusia (orang-
orang), bukan karena mereka adalah anggota dari spesies manusia, melainkan
karena anggota fungsional spesies itu adalah orang. Dengan kata lain hak asasi
melekat pada orang bukan pada kelompok yang disebut dengan spesies
manusia.

Secara garis besar, hak-hak asasi manusia dapat digolongkan menjadi enam
macam sebagai berikut.

1. Hak Asasi Pribadi (Personal Rights)

Hak asasi yang berhubungan dengan kehidupan pribadi manusia. Contoh


hak-hak asasi pribadi ini sebagai berikut:

3
 Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian, dan berpindah-pindah
tempat.
 Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat.
 Hak kebebasan memilih dan aktif dalam organisasi atau
perkumpulan.
 Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, menjalankan agama dan
kepercayaan yang diyakini masing-masing.

2. Hak Asasi Politik (Political Rights)

Hak asasi yang berhubungan dengan kehidupan politik. Contoh hak-hak


asasi politik ini sebagai berikut:

 Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan.


 Hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan.
 Hak membuat dan mendirikan partai politik serta organisasi politik
lainnya.
 Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi.

3. Hak Asasi Hukum (Legal Equality Rights)

Hak kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan, yaitu hak yang
berkaitan dengan kehidupan hukum dan pemerintahan. Contoh hak-hak asasi
hukum sebagai berikut:

 Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan


pemerintahan.
 Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil (PNS)
 Hak mendapat layanan dan perlindungan hukum.

4. Hak Asasi Ekonomi (Property Rights)

Hak yang berhubungan dengan kegiatan ekonomi. Contoh hak-hak asasi


ekonomi sebagai berikut:

4
 Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli.
 Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak.
 Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa dan utang piutang.
 Hak kebebasan untuk memiliki sesuatu.
 Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak.

5. Hak Asasi Peradilan (Procedural Rights)

Hak untuk diperlakukan sama dalam tata cara pengadilan. Contoh hak-hak
asasi peradilan sebagai berikut.

 Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan.


 Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan,
penahanan, dan penyelidikan di muka hukum.

6. Hak Asasi Sosial Budaya (Social Culture Rights)

Hak yang berhubungan dengan kehidupan bermasyarakat. Contoh hak-hak


asasi sosial budaya ini sebagai berikut.

 Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan.


 Hak mendapatkan pengajaran.
 Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan
minat.

5
2.2 Utilitarianisme

Teori utilitarianisme sering disebut juga dengan teori teleologi. Teori


utilitarianisme ini mengandalkan konsep bahwa perbuatan dikendalikan
oleh tujuan. Dalam hal ini, tujuan hidup. Teori ini mendasarkan pada
pemikiran bahwa tujuan hidup adalah kebahagiaan. Kebahagiaan diukur
dengan bertambahnya kesenangan dan berkurangnya penderitaan.
Menurut Mill (dalam Brooks & Dunn, 2012: 139), Utilitarianisme menekankan
kesenangan dan penderitaan dari sudut pandang masyarakat. Jadi, kebahagiaan
masyarakatlah yang dipentingkan bukan individu. Pengambilan keputusan etis
seharusnya tidak hanya memperhatikan dampak kesenangan atau
penderitaan terhadap diri sendiri saja. Kepentingan orang lain yang akan terkena
dampak oleh keputusan tersebut juga harus diperhitungkan.
Teori utilitarianisme juga disebut sebagai teori konsekuensi. Teori konsekuensi
merupakan utilitarianisme tindakan yang merupakan lawan dari utilitarianisme
aturan. Bagian penting dari utilitarianisme yang layak dicatat adalah cara untuk
mencapai tujuan. Dalam kaitan ini, teori utilitarianisme tidak menganjurkannya
diterapkan konsep Machiavelli (1469-1527) bahwa tujuan menghalalkan cara.
Hal itu disebabkan karena dalam etika antara tujuan dan cara tidak selalu
ekuivalen. Tujuan dapat etis, tapi caranya mungkin tidak, atau sebaliknya.
Selain itu, untuk mencapai tujuan, cara yang dapat ditempuh bervariasi. Tidak
hanya satu cara. Dengan bervariasi cara, orang dapat memilih cara yang paling
etis untuk mencapai tujuan. Bagian terpenting dari etika adalah mendorong
perhatian etis dan hal ini hanya dapat dilakukan jika caranya juga etis.
Akhirnya, etika harus menjauhi egoisme. Tujuan mencapai kebahagiaan adalah
kebahagiaan untuk banyak orang, bukan hanya diri sendiri.

6
2.3 Deontologi

Deontologi berasal dari kata Yunani “deon” yang berarti tugas atau kewajiban.
Bagi Immanuel Kant (1724-1804), tugas merupakan satu-satunya standar moral
bagi seseorang untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Tugas
harus dilakukan karena kewajiban. Teori deontologi mengukur baik-buruk
berdasarkan ada tidaknya prinsip-prinsip universal yag mengharuskan adanya
tugas dan kewajiban tersebut. Teori deontologisme mencakup kewajiban untuk
memenuhi hak-hak moral seseorang selain hak-hak legalnya. Hak-hak legal
tercantum dalam aturan-aturan hukum atau kontrak yang disepakati. Namun,
hak dan kewajiban tersebut tetap harus dihormati dan dipatuhi. Moral hazard,
pada dasarnya, merupakan upaya ketidakpatuhan seseorang terhadap hak dan
kewajiban moral ini. Misalnya, seorang karyawan yang secara kontraktual telah
memperoleh imbalan dan manfaat yang memadai dari perusahaan, tetapi dia
tidak rajin bekerja sehingga produktivitasnya rendah merupakan pengingkaran
terhadap kewajiban moralnya sebagai karyawan.

2.4 Hak dan Keadilan


Teori tentang hak dan keadilan mendasarkan baik-buruknya tindakan pada ada
atau tidaknya hak serta cara penentuannya yang harus berkeadilan. Tidak semua
orang dapat memperoleh manfaat dari sumber daya tersebut, bahkan banyak
kejadian dimana manfaat yang diterima oleh seseorang hanya dapat diperoleh
dengan beban atau pengorbanan orang lain. Oleh karena itu perlu ada
mekanisme dalam mengalokasikan manfaat dan beban dalam masyarakat. Dari
pandangan tersebut, kemudian muncul konsep keadilan. Ada dua aspek dalam
keadilan, yaitu keadilan prosedural dan keadilan distributif. Keadilan prosedural
terutama berkaitan dengan masalah adiministrasi yang dicerminkan dalam
7
sistem hukum yang adil. Dua hal pokok tercantum dalam sistem hukum dengan
prosedur yang adil, yaitu fair dan transparant. Fair menghendaki bahwa setiap
orang harus diperlakukan sama di muka hukum dan bahwa aturan ditegakkan
tanpa memihak. Keadilan distributif, sesuai argumen Aristoteles (384-322 SM),
berarti hal yang sama harus diperlakukan dengan cara yang sama, yang tidak
sama harus dilakukan dengan cara yang tidak sama, proporsional dengan
perbedaan yang relevan. Hal penting yang perlu dicatat dari argumen tersebut
adalah kata “perbedaan” dan “proporsional”. Kata-kata ini mengandung arti
bahwa keadilan distributif tidak harus dilakukan dengan cara sama rata, sama
rasa.

2.5 Virtuisme

Etika keutamaan (virtue ethics) bermula dari Aristoteles (384-322 SM).


Aristoteles mengeksplorasi sifat (nature) dari kehidupan baik. Kehidupan baik
diartikan sebagai kebahagiaan, tetapi bukan yang bersifat hedonistic. Etika
keutamaan lebih menekankan pada karakter moral daripada konsekuensi
tindakan seperti dalam paham utilitarianisme atau motivasi seperti dalam paham
deontologisme. Keutamaan didefinisikan dalam Bertens (2013 :71) sebagai
disposisi watak yang telah diperoleh seseorang dan memungkinkannya untuk
bertingkah laku baik secara moral. Etika keutamaan mencoba untuk
mendeskripsikan sifat (karakter) yang harus dimiliki untuk membentuk
kehidupan manusia yang baik dan utuh. Karakter moral yang menunjukkan
keutamaan dapat bermacam-macam. Bijaksana, adil, rendah hati, suka bekerja
keras, hati-hati, bertanggung jawab, dan iktikad baik adalah contoh-contoh
tentang keutamaan. Demikian juga dengan kepercayaan, kejujuran, keuletan,
dan keterbukaan. Pendeknya, virtuisme ini berisi nilai-nilai keutamaan yang
menunjukkan integritas seseorang. Virtuisme mencerminkan jati diri seseorang.

8
BAB 3
PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Sumber etika adalah pengakuan atas hak-hak asasi manusia. Namun,


kebebasan individu dalam menikmati keinginan pribadi yang dianggap sebagai
hak juga harus didasarkan pada asas menghormati hak dan kewajiban orang
lain. Pelaksanaan hak asasi manusia juga harus berdasarkan pada konsep
keadilan.
Utilitarianisme adalah filsafat etika yang mendasarkan pada tujuan yang ingin
dicapai dalam melakukan suatu perbuatan dan cara untuk mencapainya.
Deontologisme melihat perbuatan baik dan benar dari sudut cara atau
pendekatan dalam menjalankan aturan universal yang diyakini sebagai
kebenaran. i
Hak dan keadilan melihat etika dari sudut pembagian sumber daya yang
terbatas dengan mengacu pada tujuan keadilan dan kewajaran bagi seluruh
masyarakat.
Virtuisme menjabarkan etika dalam bentuk karakter (watak), hubungan,
perilaku, nilai-nilai, dan keyakinan yang melekat pada diri manusia yang
berintegritas.

9
DAFTAR PUSTAKA

https://ernikw.wordpress.com/macam-macam-hak-asasi-manusia/

10

Anda mungkin juga menyukai