Anda di halaman 1dari 12

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii

BAB I KAJIAN TEORI......................................................................................................... 1


1.1 Epistemologi ............................................................................................................ 1
1.2 Abstraksi .................................................................................................................. 2
1.3 Konsep ..................................................................................................................... 2
1.4 Variabel ................................................................................................................... 3
1.5 Definisi .................................................................................................................... 5
1.6 Persamaan dan Perbedaan Abstraksi, Konsep, Variabel, dan Definisi ................... 6

BAB II IMPLEMENTASI .................................................................................................... 8


2.1 Penerapan Abstraksi Epistemologi .......................................................................... 8
2.2 Penerapan Konsep Epistemologi ............................................................................. 8
2.3 Penerapan Variabel Epistemologi ........................................................................... 9
2.4 Penerapan Definisi Epistemologi ............................................................................ 9

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................... 10


3.1 Kesimpulan.............................................................................................................. 10
3.2 Saran ........................................................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 11

i
BAB I

KAJIAN TEORI

1.1. Epistemologi

Epistemologi berasal dari kata Yunani, yaitu episteme yang artinya pengetahuan dan

logos yang artinya kata, pembicaraan, atau ilmu yang merupakan cabang filsafat yang berkaitan

dengan asal, sifat, dan jenis pengetahuan (Daito, 2011). Menurut Sudarminta (2002),

epistemologi adalah cabang ilmu filsafat yang secara khusus menggeluti pertanyaan-pertanyaan

yang bersifat menyeluruh dan mendasar tentang pengetahuan. Epistemologi adalah bagian

filsafat yang meneliti asal-usul, asumsi dasar, sifat-sifat, dan bagaimana memperoleh

pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat (Sumarto, 2017).

Sebagai cabang ilmu filsafat, epistemologi bermaksud mengkaji dan mencoba

menemukan ciri-ciri umum dan hakiki dari pengetahuan manusia. Bagaimana pengetahuan itu

pada dasarnya diperoleh dan diuji kebenarannya? Manakah ruang lingkup atau batas-batas

kemampuan manusia untuk mengetahui? Epistemologi bermaksud secara kritis mengkaji

pengandaian-pengandaian dan syarat-syarat logis yang mendasari dimungkinkannya

pengetahuan serta mencoba memberi pertanggungjawaban rasional terhadap klaim kebenaran

dan objektivitasnya (Hadi dan Gallagher, 1994).

Epistemologi membahas bagaimana cara kita mendapatkan pengetahuan tentang objek

tertentu dan mempelajari tentang pengetahuan (Sumarto, 2017), sehingga dapat disimpulkan

bahwa epistemologi adalah salah satu cabang filsafat yang mempelajari, membahas atau

mengkaji pengetahuan serta memperoleh dan mencoba mempertanggungjawabkan pengetahuan

tersebut.

1
1.2 Abstraksi

Menurut Collison (1968), abstrak adalah suatu penyajian ringkas dalam bahasa si

pengarang mengenai semua isi atau butir-butir yang bersifat pokok/utama dari dokumen aslinya.

Abstraksi menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), yaitu abstraksi/ab·strak·si/ adalah

proses atau perbuatan memisahkan. penyusunan abstrak, dan metode untuk mendapatkan

kepastian hukum atau pengertian melalui penyaringan terhadap gejala atau peristiwa (KBBI,

2019). Abstraksi menggunakan akar kata abstrak yang artinya adalah tidak berwujud, tidak

berbentuk atau sesuatu yang universal, kemudian ditambah “si” yang berarti metode untuk

mendapatkan kepastian hukum.

Dalam filsafat Aristotelian dan Skolastik abstraksi merupakan proses yang

memungkinkan ide-ide universal dijadikan milik pikiran. Pikiran menerima sebuah data inderawi

atau fantasma dan menarik keluar bentuknya (forma) yang dengan demikian menyediakan

sesuatu yang universal bagi penggunaan intelektual.

1.3 Konsep

Konsep adalah hasil konseptualisasi, dan konseptualisasi timbul dari persepsi inderawi

yang berada dalam fikiran (mind) atau disebut knowing (mengetahui) proses yang mencerminkan

phenomena jagat raya, yang bersifat subjek dan predikat (Daito, 2011). Konsep merupakan label

atau penamaan yang dapat membantu seseorang membuat arti dari informasi dalam pengertian

yang lebih luas serta memungkinkan dilakukan penyederhanaan atas fakta-fakta sehingga proses

berfikir dan pemecahan masalah lebih mudah (Suharsaputra, 2009).

2
Menurut Bruner, Goodnow, dan Austin (1956) menyatakan bahwa dalam ilmu-ilmu

sosial dikenal tiga jenis konsep, yaitu:

1. Konsep konjungtif, yaitu konsep yang paling rendah yang menggambarkan benda atau sifat

yang menjadi anggota konsep dengan tingkat persamaan yang tinggi dengan jumlah atribut

yang banyak.

2. Konsep disjungtif, yaitu konsep yang memiliki anggota dengan atribut yang memiliki nilai

beragam, konsep jenis ini memiliki kedudukan lebih tinggi.

3. Konsep relasional, yaitu konsep yang menunjukkan kebersamaan antara anggotanya dalam

suatu atribut berdasarkan kriteria yang abstrak dan selalu dalam hubungan dengan kriteria

tertentu. Konsep ini terbentuk karena adanya relasi/hubungan yang diciptakan dalam

pengertian yang dikandungnya.

Menurut Suwarno dalam Suharsaputra (2009:46-47) membagi konsep untuk kepentingan

suatu penelitian ke dalam tiga tingkatan, yaitu:

1. Konsep teori, yang mempunyai tingkat abstraksi yang tinggi dan merupakan pengertian

esensil dari suatu fenomena.

2. Konsep empiris, yaitu gambaran konsep yang sudah dapat di observasi.

3. Konsep analitis, yaitu konsep yang menunjukkan apa dan bagaimana konsep empiris terebut

dapat diketahui untuk keperluan analisa.

1.4 Variabel

Secara teoritis, variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang atau obyek yang

mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek lain

(Hatch dan Farhady, 1981). Variabel merupakan keragaman konsep yang akan dipelajari.

Keragaman ini bisa bertingkat, berbeda, perbandingan atau pun hubungan sebab akibat. Semakin

3
bervariasi konsep yang dipelajari maka akan semakin mendalam pengetahuan yang diperoleh.

Menurut Nazir (1999:149) variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai.

Dengan demikian, variabel merupakan objek yang berbentuk apa saja yang ditentukan oleh

peneliti dengan tujuan untuk memperoleh informasi agar bisa ditarik suatu kesimpulan.

Dalam epistemologi, ilmu pengetahuan dapat diperoleh salah satunya melalui metode

ilmiah. Variabel merupakan salah satu prosedur pengembangan ilmu dalam metode ilmiah atau

metode penelitian. Peneliti mengoperasikan konsep (construct) atau variabel-variabel yang

diperoleh dari teori dan menggunakan instrumen untuk mengukur variabel-variabel dalam teori.

Variabel merupakan objek penelitian ilmiah yang menghasilkan data kosong maupun isi secara

benar dengan adanya penelitian berupa nama dan nilai. Adapun hasil dari ilmu pengetahuan

tentang variabel yaitu pembuktian kesimpulan secara logika yang diterapkan bersamaan bukti-

bukti otentik.

Menurut Sugiyono (2009) terdapat 5 macam variabel di dalam penelitian, yaitu:

1. Variabel independen (variabel bebas), yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).

2. Variabel dependen (variabel terikat), yaitu variabel yang dipengaruhi atau akibat karena

adanya independen (bebas).

3. Variabel moderator, yaitu variabel yang mempengaruhi (memperkuat/memperlemah)

hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

4. Variabel intervening (antara), yaitu variabel yang menghubungkan antara variabel independen

dengan variabel dependen menjadi hubungan tidak langsung dan tidak dapat diamati atau

diukur.

4
5. Variabel kontrol, yaitu variabel yang dikendalikan secara konstan sehingga hubungan variabel

independen pada variabel dependen tidak berpengaruh pada faktor luar.

1.5 Definisi

Poespoprodjo (1999:129) mengemukakan bahwa definisi berasal dari kata latin

“definere” yang berarti menandai batas-batas sesuatu, menentukan batas, memberi ketentuan

atau batasan arti. Menurut Poespropodjo (2006:67) definisi adalah perumusan yang singkat,

padat, jelas dan tepat, yang mampu menerangkan apa sebenarnya pengertian dari suatu hal itu

sehingga dapat dimengerti dan dibedakan dengan jelas dari semua hal yang lainnya. Menurut

Mundiri (1994), definisi adalah menganalisis jenis dan sifat pembeda yang dikandungnya.

Menurut Surajiyo (2010:108), definisi terdiri dari dua bagian, yakni bagian awal yang

disebut definendum berisi istilah yang harus dijelaskan dan bagian pembatas atau difiniens yang

berisi uraian mengenai arti dari bagian pangkal, misalnya manusia adalah makhluk berakal maka

manusia adalah definendum dan makhluk berakal adalah difiniens. Menurut Mudyahardjo (2001)

definisi dapat dibedakan dalam dua macam, yaitu:

1. Definisi konotatif, yaitu definisi yang menyatakan secara jelas/eksplisit tentang isi yang

terkandung dalam istilah/konsep yang didefinisikan.

2. Definisi denotatif, yaitu definisi yang menyatakan secara tersurat luas pengertian dari

istilah/konsep yang didefinisikan.

Sedangkan menurut Bakry (1984) terdapat lima macam definisi, yaitu:

1. Obstensive definition, yaitu definisi yang menerangkan sesuatu secara demonstratif.

2. Biverbal definition, yaitu definisi yang menjelaskan sesuatu dengan memberikan sinonimnya.

3. Extensive definition, yaitu definisi yang menerangkan sesuatu dengan memberikan contoh-

contohnya.

5
4. Analytic definition, yaitu definisi yang menerangkan sesuatu dengan menguraikan bagian-

bagiannya.

5. Descriptive definition, yaitu definisi yang menerangkan sesuatu dengan melukiskan sifat-sifat

yang mencolok.

1.6 Persamaan dan Perbedaan Abstraksi, Konsep, Variabel, dan Definisi

Konsep merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan objek secara abstrak.

Konsep merupakan abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan hal-hal khusus

(Kerlinger, 1986:28). Jadi, konsep merupakan sejumlah ciri atau standar dari suatu objek. Maka

dari itu konsep tidak dapat langsung diamati atau diukur. Konsep hanya dapat diamati atau

diukur melalui konstruk atau yang lebih dikenal dengan nama variabel. Jadi, variabel adalah

simbol atau lambang yang menunjukkan nilai atau bilangan dari konsep. Variabel sebenarnya

merupakan konsep dalam bentuk konkret atau konsep operasional. Suatu variabel merupakan

konsep tingkat rendah yang acuan-acuannya secara relatif mudah di identifikasikan dan di

observasi serta mudah di klasifikasi, diurut dan diukur (Mayer, 1984:215). Jadi, variabel adalah

bagian empiris dari sebuah konsep atau konstruk. Konsep juga merupakan istilah atau definisi

yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak suatu kejadian. Definisi juga memilki arti

sebagai rumusan tentang ruang lingkup dan ciri-ciri suatu konsep yang menjadi pokok

pembicaraan atau studi.

Jadi, kesimpulannya adalah konsep merupakan landasan penting dalam suatu penelitian

karena hal yang paling mendasar dalam mendukung berjalannya suatu penelitian adalah konsep

yang dimiliki oleh peneliti. Jika peneliti tidak memiliki konsep, maka penelitian tidak dapat

dilakukan. Setelah menetapkan konsep apa yang dibutuhkan, maka abstraksi, variabel, dan

definisi suatu penelitian bisa disesuaikan dengan konsep yang telah diterapkan.

6
Contoh dalam kehidupan sehari-hari, misalnya kesehatan seseorang adalah suatu konsep.

Istilah ini memiliki definisi sejumlah observasi tentang hal-hal atau gejala-gejala yang

mencerminkan kerangka keragaman kondisi kesehatan seseorang. Untuk mengetahui seseorang

itu sehat atau tidak sehat maka pengukuran konsep tersebut harus melalui variabel-variabel,

seperti mengecek kadar kolestrol, kadar gula/diabetes, tekanan darah, denyut nadi, HB darah

dalam tubuh, dan sebagainya.

7
BAB II

IMPLEMENTASI

2.1 Penerapan Abstraksi Epistemologi

Abstraksi merupakan penjelasan ringkas tentang isi dari suatu karya tulis atau penelitian

untuk menjelaskan secara singkat tentang isi dari karya tulis tersebut. Abstraksi menyajikan

suatu penelitian secara ringkas, akurat, dan jelas untuk mewakili isi atau inti suatu penelitian.

Contoh penerapan abstraksi epistemologi dalam ilmu manajemen adalah ketika peneliti

membuat suatu karya ilmiah, misalnya tesis, maka peneliti harus berfikir bagaimana proses

pengerjaan tesis yang baik agar bisa mencapai tujuan yang di inginkan, salah satunya adalah

tesisnya berguna untuk menambah wawasan para pembaca. Caranya adalah peneliti harus

mencari informasi-informasi kebenaran dari banyak sumber terkait tesis yang akan dibuat untuk

memudahkan peneliti mendapatkan pengetahuan dalam menyusun tesis. Setelah mendapatkan

ilmu pengetahuan dan mempelajari pengetahuan tersebut, maka peneliti baru bisa mengambil

poin-poin penting yang dirangkum secara singkat yang dibahas pada bagian awal

abstract/abstrak suatu tesis untuk mengetahui fakta-fakta di dalam tesis tersebut agar

memudahkan pembaca memahami isi tesis. Biasanya isi abstrak suatu tesis mencakup konsep,

variabel, definisi, dan sebagainya.

2.2 Penerapan Konsep Epistemologi

Konsep merupakan sesuatu yang dapat dipahami. Contoh penerapan konsep epistemologi

dalam ilmu manajemen adalah ketika peneliti membuat suatu karya ilmiah, salah satunya yaitu

membuat model berbasis pengetahuan yang akan digunakan, seperti model kerangka pemikiran

di dalam tesis. Pada kerangka pemikiran yang merupakan model konseptual memperlihatkan

8
gambaran bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor lain yang menjelaskan secara

garis besar alur logika berjalannya sebuah penelitian.

2.3 Penerapan Variabel Epistemologi

Contoh penerapan variabel epistemologi dalam ilmu manajemen yaitu dalam suatu

penelitian biasanya terdiri dari variabel-variabel penelitian yang terdiri dari beberapa dimensi,

indikator, dan sebagainya sebagai ukuran untuk dipelajari oleh peneliti. Misalnya pada suatu

penelitian terdapat 2 variabel, yaitu variabel independen (X) dan variabel dependen (Y).

2.4 Penerapan Definisi Epistemologi

Definisi merupakan kalimat yang mengungkapkan makna. Contoh penerapan definisi


epistemologi dalam ilmu manajemen yaitu misalnya sedang membuat penelitian tentang filsafat
ilmu lalu harus menjelaskan di dalam penelitian tersebut apa yang dimaksud dengan filsafat, apa
yang dimaksud dengan ilmu, dan mengkaji lebih dalam dan detail lagi mengenai filsafat ilmu.

9
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Filsafat ilmu terdiri dari 3 komponen, salah satunya adalah epistemologi. Epistemologi

memiliki arti sebagai ruang lingkup hakikat ilmu pengetahuan yang dilihat dari bagaimana cara

mendapatkan pengetahuan tersebut lalu mempelajari tentang teori pengetahuan yang telah

didapatkan, serta dapat mempertanggungjawabkan pernyataan mengenai pengetahuan tersebut.

Epistemologi memiliki cara-cara untuk bisa dijelaskan, salah satunya pada bagian abstraksi yang

mencakup tentang konsep, variabel, dan definisi. Dalam pembahasan atau penerapan ilmu

pengetahuan dalam dunia nyata biasanya dilakukan pada karya-karya ilmiah untuk bisa

dijelaskan secara terstruktur sebagai suatu kaidah ilmiah agar dapat berguna dan menambah

wawasan bagi para pembaca.

3.2 Saran

Penulis menyarankan agar dapat menerapkan kaidah-kaidah epistemologi dalam

pengembangan ilmu pengetahuan sebagai suatu cara agar mudah dimengerti sehinggga ketika

menjelaskan suatu ilmu pengetahuan maka akan akan terbiasa menggunakan konsep

epistemologi ini. Dan juga memperbanyak pandangan-pandangan yang berbeda antara satu

pengetahuan dengan pengetahuan yang lain untuk menambah ilmu pengetahuan bagi diri sendiri

maupun orang lain yang akan membuat munculnya sudut pandang baru dalam bidang keilmuan,

khususnya epistemologi.

10
DAFTAR PUSTAKA

Bakry, H. 1984. Di Sekitar Filsafat Skolastik Islam. Jakarta: Tinta Mas.


Bruner, J., Goodnow, J.J. & Austin, G.A. 1956. A study of thinking, New York: Science
Editions.
Collison R. 1968. Swelling and Gelation of Starch. Di dalam Radley JA (ed). Starch and Its
Derivative. London: Academic Press Publ.
Daito, Apollo. 2011. Pencarian Ilmu melalui Pendekatan Ontologi, Epistemologi, Aksiologi.
Mitra Wacana Media, Jakarta
Gallagher, Kenneth T., 1994. Epistemologi Filsafat Pengetahuan (terj-P. Hardono Hadi),
Kanisius, Yogyakarta.
Hatch, E. , & Farhady, H. 1981. Research Design & Statistics for Applied Linguistics. Tehran:
Rahnama Publications.
Kerlinger Fred N. 1986. Asas-Asas Penelitian Behavioral Edisi Ketiga, terjemahan Drs. Landung
R. Simatupang, Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Mayer, W. J. 1984. Concept of mathematical modeling. Singapore: Mc Graw-hill book company.
Mudyahardjo, Redja. (2001). Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal tentang Dasar-dasar
Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Mundiri. 1994. Logika. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Nazir. 1999. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.
W. Poespoprodjo. 1999. Filsafat Moral. Bandung: Pustaka Grafika.
W. Poespoprodjo. 2006. Logika Ilmu Menalar. Bandung: Pustaka Grafika.
Sudarminta, J. 2002. Epistemologi Dasar: Pengantar Filsafat Pengetahuan. Yogyakarta :
Kanisius.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung : Alfabeta.
Suharsaputra. 2009. Filsafat Ilmu. Kuningan: Rumah Buka Press.
Sumarto. 2017. Filsafat Ilmu. Jambi: Pustaka Ma’arif Press.
Surajiyo. 2010. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: PT Bumi Aksara.

11

Anda mungkin juga menyukai