Anda di halaman 1dari 32

AUDIT PRODUKSI DAN OPERASIONAL

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Audit Manajemen dan Kinerja

Disusun Oleh:

1. Nadia Shafira Wijaya (12030116120054)


2. Mariani (12030116120081)
3. Gresita Fikania Limbong (12030116130121)
4. Rakintan Wahyurini (12030116140131)

Kelas F
Kelompok 5
Dosen Pengampu: Drs. Sudarno, M.Si., Akt., Ph.D.

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS


UNIIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa kami dapat
menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Audit Produksi dan Operasional”
dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Makalah ini telah kami susun dengan baik sehingga menjadi satu makalah.
Terlepas dari semua upaya kami tersebut, kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu, kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini ke depannya.
Kami berharap makalah ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan
tentang audit manajemen dalam sebuah perusahaan. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi setiap pembacanya. Terima kasih.

Semarang, 28 Maret 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................................. 1

Daftar Isi ...........................................................................................................................2

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................ 3

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA .............................................................................................6

BAB 3 PEMBAHASAN ................................................................................................21

BAB 4 PENUTUP ..........................................................................................................32

Daftar Pustaka .................................................................................................................33

2
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Adanya tekanan yang sangat kuat terhadap bisnis manufaktur saat ini,menuntut
perusahaan untuk lebih cerdas dalam menjalankan operasinya. Perubahan
permintaan pasar menuntut perusahaan untuk beroperasi lebih efisien, fleksibel,
dan menempatkan produk tepat waktu di pasar tanpa mengabaikan standar
kualitas sesuai dengan spesifikasi pelanggan. Pemahaman terhadap kondisi ini
dan komitmen untuk memuaskan pelanggan, mendorong perusahaan merancang
proses produksi sedemikian rupa sehingga produk yang dihasilkan mampu
memenuhi persyaratan pelanggan dalam kualitas, kuantitas, dan waktu yang
tepat.
Industri sebagai suatu sistem, mengintegrasikan empat hal penting
dalamkeunggulan bersaing perusahaan yang meliputi: riset pasar, desain produk,
proses produksi, dan pemasaran produk, seperti yang disajikan pada Roda
Deming pada Gambar 1.2 di halaman berikut. Perbaikan kinerja bisnis modern
mencakup keseluruhan sistem industri mulai dari pemesanan material sampai
dengan distribusi produk kepada konsumen, pelayanan purnajual, dan desain
ulang produk.
Fungsi produksi dan operasi yang mentransformasikan input menjadi output
bertanggung jawab untuk mneghasilkan produk dalam kualitas dan kuantitas
yang telah ditentukan, tepat waktu, secara efektif, dan efisien. Dalam
aktivitasnya di mulai dari perencenaaan sampai dengan pengendalian dan
evaluasi, fungsi ini harus secara optimal menghubungkan kebutuhan pelanggan
dengan kemampuan internal yang dimiliki perusahaan. Kebijakan produksi dan
operasi, kapasitas produksi (sumber daya dan fasilitas), jadwal produksi, inovasi,
dan peningkatan berkelanjutan harus dikonsentrasikan untuk memenuhi
kepuasan pelanggan, agar perusahaan memiliki keunggulan dalam intensitas
persaingan yang sangat ketat ini.
Waktu adalah salah satu komponen dalam keunggulan bersaing. Ketepatan
waktu dalam menyediakan produk di pasar adalah kebutuhan utama strategi
bersaing perusahaan. Terlambat menyediakan produk di pasar sama artinya
dengan tidak menyediakan sama sekali karena perusahaan telah kehilangan

3
kesempatan dari pelanggan memilih produk sejenis yang banyak tersedia di
pasar. Perusahaan tidak cukup hanya mengandalkan loyalitas pelanggan yang
setia menunggu sampai dengan produk yang dihasilkan perusahaan tersedia di
pasar. Tetapi, yang lebih penting menyediakan produk tepat waktu di pasar
adalah penghargaan kepada pelanggan atas loyalitasnya menggunakan produk
perusahaan dalam memenuhi kebutuhannya.

Kemampuan menghasilkan produk dalam waktu, kuantitas, dan kualitas yang


tepat belumlah cukup untuk mendukung keunggulan bersaing perusahaan.
Produk harus dihasilkan melalui proses yang efisien dimana optimalisasi
penggunaan sumber daya menjadi pedoman dalam setiap proses transformasi.
Menghasilkan produk dengan biaya produksi yang rendah tanpa mengorbankan
atribut kepuasan pelanggan, berarti perusahaan telah bergerak menuju
keunggulan bersaingnya.
Masalah umum sebuah perusahaan dalam pengelolaan proses produksinya
adalah rendahnya tingkat pengawasan fungsi produksi dan rendahnya
pengawasan atas standar dan target yang ditetapkan, sehingga proses produksi
tidak berjalan dengan maksimal dan target awal yang ditetapkan perusahaan
tidak dapat tercapai dengan baik. Pada makalah ini, pemeriksaan manajemen
difokuskan pada fungsi produksi di PT. Jayabrix Indonesia, yang kegiatannya
adalah memproduksi batu bata ringan (ACC Block) dan Papan Semen (Mega
Board).
Pemeriksaan yang berkesinambungan perlu dilakukan guna mengetahui
efisiensi dan efektifitas proses produksi. Tujuan audit fungsi produksi dan
operasi adalah untuk mengevaluasi kinerja, mengidentifikasi kesempatan

4
untuk peningkatan, dan membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan
lebih lanjut. Sehingga membantu manajer agar tanggung jawab masing-
masing bagian dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan latar belakang tersebut maka rumusan masalah yang
tepat untuk PT. Jayabrix Indonesia yaitu lebih mengarah pada pengelolaan
proses produksi
1. Bagaimana sosialiasi rencana induk produksi kepada karyawan?
2. Bagaimana pencapaian target produksi di PT. Jayabrix Indonesia?
3. Apa rekomendasi yang akan diberikan agar proses produksi pada PT.
Jayabrix Indonesia dapat berjalan dengan lebih baik?

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

5
A. Pengertian Audit Produksi dan Operasi
Audit produksi dan operasi melakukan penilaian secara komprehensif terhadap
keseluruhan fungsi produksi dan operasi untuk menentukan apakah fungsi ini telah
berjalan dengan memuaskan (ekonomis, efektif dan efisien).
Alasan yang mendasari perlu dilakukannya audit antara lain :
1. Proses produksi dan operasi harus berjalan sesuai dengan prosedur yang
telah ditetapkan.
2. Kekurangan/kelemahan yang terjadi harus ditemukan sehingga segera
dapat diperbaiki.
3. Konsistensi berjalannya proses harus diungkapkan.
4. Pendekatan proaktif harus menjadi dasar dalam peningkatan proses.
5. Berjalannya tindakan korektif harus mendapat dorongan dan dukungan
dari berbagai pihak yang terkait.

B. Prinsip-Prinsip Umum
Beberapa prinsip umum yang memberikan panduan terhadap pelaksanaan audit ini,
dapat dijadikan pedoman oleh auditor dalam menjalankan tugas profesionalnya.
Prinsip-prinsip tersebut antara lain:
1. Tujuan utama audit adalah untuk menentukan apakah proses produksi dan
operasi yang berjalan saat ini sudah sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan untuk memastikan bahwa produk yang dihasilkan konsisten
dengan standar kualitas yang telah ditetapkan serta mengidentifikasi
bagian yang memerlukan perbaikan.
2. Auditor harus secara objektif dan sistematis mengumpulkan dan
menganalisis data yang cukup dan relevan sebagai dasar penilaian
terhadap ketaatan perusahaan dalam menerapkan kriteria yang telah
ditetapkan.
3. Auditor harus mengklasifikasi ketidaksesuaian yang terjadi antara
aktivitas produksi dan operasi dengan kebutuhan kriteria (standar) yang
telah ditetapkan dan membuat rekomendasi untu peningkatan. Di samping
itu, auditor harus mendiskusikan beberapa langkah perbaikan sebagai
solusi atas kekurangan yang masih terjadi dan merupakan tanggung jawab
perusahaan untuk menentukan langkah yang paling tepat untuk
memperbaiki ketidaksesuaian tersebut.

C. Tujuan Audit
Tujuan yang ingin dicapai melalui pelaksanaan audit ini adalah untuk mengetahui:

6
1. Apakah produk yang dihasilkan telah mencerminkan kebutuhan
pelanggan (pasar).
2. Apakah strategi serta rencana produksi dan operasi sudah cermat
menghubungkan antara kebutuhan untuk memuaskan pelanggan dengan
ketersediaan sumber daya serta fasilitas yang dimiliki perusahaan.
3. Apakah strategi, rencana produksi dan operasi telah mempertimbangkan
kelemahan-kelemahan internal, ancaman lingkungan eksternal serta
peluang yang dimiliki perusahaan.
4. Apakah proses transformmasi telah berjalan secara efektif dan efisien.
5. Apakah penempatan fasilitas produksi dan operasi telah mendukung
berjalannya proses secara ekonomis, efektif dan efisien.
6. Apakah pemeliharaan dan perbaikan fasilitas produksi dan operasi telah
berjalan sesuai jadwal yang telah ditetapkan dalam mendukung
dihasilkannya produk yang sesuai dengan kuantitas, kualitas, dan waktu
yang telah ditetapkan.
7. Apakah setiap bagian yang terlibat dalam proses produksi dan operasi
telah melaksanakan aktivitas dengan ketentuan serta aturan yang telah
ditetapkan persahaan.

D. Manfaat Audit
Audit fungsi produksi dan operasi dapat membantu manajemen dalam menilai
bagaimana fungsi ini berjalan dalam mendukung pencapaian tujuan perusahaan
secara keseluruhan. Secara rinci audit ini dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Dapat memberikan gambaran kepada pihak yang berkepentingan tentang
ketaatan dan kemampuan fungsi dan produksi dan operasi dalam
menerapkan kebijakan serta strategi yang telah ditetapkan.
2. Dapat memberikan informasi tentang usaha-usaha perbaikan proses
produksi dan operasi yang telah dilakukan perusahaan serta hambatan-
hambatan yang dihadapi.
3. Dapat menentukan area permasalahan yang masih dihadapi dalam
mencapai tujuan produksi dan operasi serta tujuan perusahaan secara
keseluruhan.
4. Dapat menilai kekuatan dan kelemahan strategi produksi dan operasi serta
kebutuhan perbaikannya dalam meningkatkan kontribusi fungsi ini
terhadap penncapaian tujuan perusahaan.

7
E. Tahap – Tahap Audit
Tahap-tahap audit produksi dan operasi meliputi:
1. Audit pendahuluan
Audit pendahuluan diawali dengan perkenalan antara pihak auditor
dengan organisasi auditee. Untuk mengonfirmasi scope audit,
mendiskusikan rencana audit dan penggalian informasi umum tentang
organisasi auditee, objek yang akan diaudit, mengenal lebih lanjut kondisi
perusahaan dan prosedur yang diterapkan pada proses produksi dan
operasi. Setelah melakukan tahapan audit ini, auditor dapat
memperkirakan (menduga) kelemahan-kelemahan yang mungkin terjadi
pada fungsi produksi dan operasi perusahaan auditee.
2. Review dan pengujian terhadap pengendalian manajemen
Pada tahap ini auditor melakukan review dan pengujian terhadap
beberapa perubahan yang terjadi pada struktur perusahaan, sistem
manajemen kualitas, perusahaan, sejak hasil audit terakhir. Berdasarkan
data yang diperoleh pada audit pendahuluan, auditor melakukan penilaian
terhadap tujuan utama produksi dan operasi serta variable-variabel yang
mempengaruhinya.
Auditor juga mengidentifikasikan dan mengklasifikasikan penyimpangan
dan gangguan-gangguan yang mungkin terjadi yang mengakibatkan
terhambatnya pencapaian tujuan produksi. Review terhadap hasil audit
terdahulu juga dilakukan untuk menentukan berbagai tindakan korektif
yang harus diambil.
3. Audit lanjutan.
Pada tahap ini auditor melakukan audit yang lebih dalam dan
pengembangan temuan terhadap fasilitas, prosedur, catatan-catatan
(dokumen) yang berkaitan dengan produksi dan operasi. Konfirmasi
kepada pihak perusahaan selama audit dilakukan untuk mendapatkan
penjelasan dari pejabat yang berwenang tentang adanya hal-hal yang
merupakan kelemahan yang ditemukan auditor.
Untuk mendapatkan informasi yang lengkap, relevan dan dapat dipercaya,
auditor menggunakan daftar pertanyaan (audit checklist) yang ditujukan

8
kepada berbagai pihak yang berwenang dan berkompeten berkaitan
dengan masalah yang diaudit.
4. Pelaporan
Hasil dari keseluruhan tahapan audit sebelumnya yang telah diringkaskan
dalam kertas kerja audit (KKA), merupakan dasar dalam membuat
kesimpulan audit dan rumusan rekomendasi yang akan diberikan auditor
sebagai alternatif solusi atas kekurangan-kekurangan yang masih
ditemukan. Laporan audit disajikan dengan format sebagai berikut:
I. Informasi latar belakang
Menyajikan gambaran umum fungsi produksi dan operasi dari
perusahaan yang diaudit, tujuan dan strategi pencapaiannya serta
ketersediaan sumber daya yang mendukung keberhasilan
implementasi strategi tersebut.
II. Kesimpulan Audit dan Ringkasan Temuan Audit
Menyajikan kesimpulan atas hasil audit yang telah dilakukan
auditor dan ringkasan audit sebagai pendukung kesimpulan yang
dibuat.
III. Rumusan Rekomendasi
Menyajikan rekomendasi yang diajukan auditor sebagai
alternatif solusi atas kekurangan-kekurangan yang masih terjadi.
Rekomendasi harus didukung hasil analisis dan menjelaskan
manfaat yang diperoleh jika rekomendasi ini diterapkan serta
dampak negatif yang mungkin terjadi di masa depan jika
rekomendasi ini tidak diterapkan.
IV. Ruang Lingkup Audit
Ruang lingkup audit menjelaskan tentang cakupan (luas) audit
yang dilakukan, sesuai dengan penugasan yang diterima
(disepakati) dengan pemberi tugas audit.

5. Tindak lanjut.
Tindak lanjut (perbaikan) yang dilakukan merupakan bentuk komitmen
manajemen untuk menjadikan organisasinya menjadi lebih baik dari yang
sebelumnya. Dalam rangka perbaikan ini auditor mendampingi manajemen
dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan program-program
perbaikan yang dilakukan agar dapat mencapai tujuannya secara efeektif dan
efisien.

9
F. Ruang Lingkup Audit
Ruang lingkup audit produksi dan operasi meliputi keseluruhan dari program/
aktivitas yang dikelola pada fungsi ini, yang merupakan bagian dari wewenang dan
tanggung jawab untuk mendukung pencapaian tujuan perusahaan. Secara
keseluruhan ruang lingkup audit produksi dan operasi meliputi:
1. Rencana produksi dan operasi
Rencana ini mengubungkan kebutuhan pasar atas produk yang
dipersayaratkan, aktivitas pengembangan dan rekayasa, kapasitas
produksi, rencana persediaan, keuangan, ketersediaan SDM, bahan baku,
dan tingkat imbal hasil investasi yang dipersyaratkan investor. Kondisi
internal mencerminkan kekuatan dan kelemahan yang terjadi pada
perusahaan, yang akan memengaruhi strategi dalam mengelola peluang-
peluang dan pencapaian tujuan perusahaan. Rencana induk harus
mencerminkan optimalisasi penggunaan sumber daya perusahaan dan
mencegah semaksimal mungkin terjadinya kapasitas menganggur. Oleh
karena itu, penyusunan rencana induk harus didasarkan pada ketersediaan
kapasitas dan rencana penggunaanya, peluang dan ancaman yang dihadapi
dan usaha-usaha untuk melakukan perbaikan berkelanjutan untuk
meningkatkan efektifitas dan efisiensi. Suatu rencana induk memuat
tentang:
1. Jadwal induk produksi
2. Penilaian atas penggunaan kapasitas produksi
3. Tingkat persediaan
4. Perencanaan keseimbangan lintas produksi

Kriteria dan Pengukuran Variabel Rencana Induk Produksi dan Operasi


No. Variabel Kriteria Pengukuran
1. Jadwal induk - Tepat kuantitas -Rasio hasil produksi dengan
- Tepat kualitas
produksi kebutuhan
- Tepat waktu
-Standar kualitas
-Jadwal pelepasan barang ke pasar
2. Optimalisasi - Kapasitas penuh -Rasio rencana produksi dengan
- Memaksimalkan
penggunaan kapasitas produksi
utilisasi
sumber daya -Rasio penggunaan kapasitas dengan
kapasitas rendah

10
3. Tingkat Persediaan Persediaan minimum Rasio jumlah persediaan akhir
(zero) dengan hasil produksi
4. Keseimbangan -Tidak ada kemacetan -Rencana operasi dan pemeliharaan
lintas produksi proses produksi mesin produksi
-Keseimbangan beban - Rasio operator dengan mesin
operator dengan mesin produksi
produksi

2. Produktivitas dan peningkatan nilai tambah


Transformasi yang mengubah input menjadi output selalu diikuti
dengan peningkatan nilai tambah. Nilai tambah meliputi seluruh usaha
dalam meningkatkan manfaat yang diperoleh baik oleh perusahaan
maupun pelanggan. Faktor terpenting dalam usaha peningkatan nilai
tambah adalah adanya komitmen untuk beroperasi secara efisien pada
semua tingkatan dalam perusahaan. Komitmen ini akan menyatukan usaha
dari berbagai komponen dalam perusahaan untuk hanya melibatkan
aktivitas bernilai tambah dalam operasinya. Pada kondisi ini, seluruh
sumber daya (kapasitas) yang digunakan, memberikan nilai tambah
kepada perusahaan dan pelanggan, yang berarti operasional perusahaan
telah secara maksimal mampu menekan berbagai pemborosan yang
terjadi.
Lean production, suatu metode produksi ramping, yang dikembangkan
oleh produsen yang menggunakan focus berulang dalam rancangan
prosesnya mampu secara signifikan member keuntungan bagi perusahaan
yang menerapkannya. Metode produksi ini menekankan kesempurnaan
proses yang berjalan dengan mengeliminasi celah-celah kesalahan yang
masih terbuka.
Keuntungan lean production, didukung oleh kebijakan dan praktik
produksi yang secara maksimal mengoptimalkan penggunaan sumber
daya perusahaan untuk meningkatkan keunggulan bersaingnya, kebijakan
dan praktik tersebut meliputi:
1. Penghapusan persediaan (zero inventory)
2. Tingkat cacat nol (zero defect)
3. Meminimalkan kebutuhan tempat (areal)
4. Kemitraan dengan pemasok
5. Tanggung jawab pemasok
6. Meminimalkan aktivitas yang tidak menambah nilai

11
7. Pengembangan angkatan kerja
8. Menciptakan tantangan dalam bekerja

G. Pengendalian Produksi dan Operasi

Pengendalian produksi dan operasi menyangkut pengamatan atas hubungan


antara proses yang berjalan dengan standar (kriteria) operasi yang telah ditetapkan.
Pengamatan ini bertujuan untuk memandu proses agar tidak keluar dari standar
operasi pencapaian tujuan perusahaan, agar keseimbangan antara sumber-sumber
daya yang tersedia dengan permintaan total dapat dipertahankan. Tujuan utama
dari pengendalian produksi dan operasi meliputi:

1. Maksimumkan tingkat pelayanan


Beberapa elemen yang harus mendapat perhatian khusus adalah:
kualitas produk, ketersediaan produk (jika diinginkan), harga yang kompetitif,
penyediaan untuk stock pengaman dan penyerahan yang tepat waktu.

2. Minimumkan investasi pada persediaan


Pengendalian harus mampu memandu seluruh aktivitas (utama dan
pendukung) manufaktur ke dalam suatu proses yang terintegrasi, sehingga
proses berjalan sesuai dengan rencana dan jadwal yang telah ditentukan.
Aktivitas pemesanan dan penerimaan bahan harus terintegrasi dengan jadwal
produksi demikian juga jadwal produksi harus terintegrasi dengan rencana
(jadwal) penyerahan kepada pelanggan. Semua hubungan ini harus berjalan
seperti halnya hubungan pelanggan pemasok, dimana setiap pemasok harus
memuaskan pelanggannya. Pengendalian yang baik akan mencapai arus
produksi yang mulus (smooth production flow) dengan persediaan yang
minimumkan dan waktu tunggu yang pendek.

3. Efisiensi produksi dan operasi


Efisiensi produksi dan operasi adalah sesuatu yang mutlak dan harus
menjadi budaya kerja pada setiap bagian yang terlibat dalam proses produksi
dan operasi. Pengendalian harus semaksimal mungkin mampu menekan
pemborosan (aktivitas tidak bernilai tambah) yang terjadi. Perhatian khusus

12
harus diberikan terhadap supervise pabrik dan tenaga kerja tidak langsung,
dukungan dan keterlibatan pekerjaan, kesiapan mesin dan peralatan, fasilitas
pendukung yang efektif dan berbagai hal lain yang berpengaruh baik
langsung maupun tidak langsung.
Pengendalian produksi dan operasi meliputi pengendalian terhadap
keseluruhan komponen dan tahapan dalam proses produksi mulai dari
penanganan bahan baku sampai dengan penanganan penyerahan produk jadi
ke gudang. Secara rinci pengendalian tersebut meliputi hal-hal berikut,

1. Pengendalian bahan baku


Pengendalian bahan baku bertujuan untuk memastikan bahan telah sesuai
dengan kebutuhan standar kualitas produk. Pengendalian bahan baku
mencakup keseluruhan aktivitas yang berhubungan dengan bahan baku mulai
dari pembelian, jadwal penerimaan, penanganan pada saat diterima,
penyimpanan sampai dengan bahan baku tersebut digunakan (diolah) dalam
proses produksi.
Pembelian bahan baku menyangkut pemeliharaan pemasok dan pemesanan
bahan tersebut kepada pemasok terpilih. Untuk mendapatkan keyakinan
bahwa pemasok mampu memasok bahan baku sesuai kebutuhan, pemasok
yang terpilih harus melalui proses verifikasi. Inspeksi secara periodik
terhadap sistem kepastian kualitas pemasok harus dilakukan berdasarkan
prosedur tertulis yang dimiliki perusahaan.
Material requirement program (MRP) menjabarkan jadwal produksi ke dalam
jadwal penerimaan bahan baku dan mengintegrasikan jadwal tersebut,
sehingga kebutuhan bahan baku selalu terpenuhi pada saat proses produksi
berjalan dan perusahaan tidak menanggung beban investasi yang besar dalam
bentuk persediaan.
Inspeksi penanganan bahan baku harus melalui audit fisik barang yang
diterima, untuk menentukan kesesuaian bahan dengan spesifikasi yang telah
ditentukan. Perusahaan harus memiliki teknik sampling tertulis untuk
pengambilan sampel yang konsisten pada setiap pengujian. Penanganan bahan
harus memisahkan bahan yang tidak sesuai dengan spesifikasi untuk
menghindari penggunaannya dalam proses produksi. Setelah bahan
dinyatakan memenuhi spesifikasi, penanganan berikutnya berkaitan dengan

13
penyimpanan yang memadai sehingga barang tidak mudah rusak atau
terkontaminasi bahan-bahan lain. Kebijakan mendapatkan garansi dari
pemasok sampai bahan diolah dalam proses produksi, dapat menghindari
kerugian yang terjadi sebagai akibat kerusakan bahan sebelum masuk proses
produksi.
Aktivitas penanganan bahan merupakan salah satu bentuk pencegahan
terjadinya kegagalan produk memenuhi spesifikasinya. Aktivitas ini akan
berkurang dengan adanya kemitraan dengan pemasok untuk memberikan
bahan baku sesuai spesifikasi pelanggan, dalam bentuk kontrak jangka
panjang.

2. Pengendalian Peralatan dan Fasilitas Produksi


Pengendalian peralatan dan fasilitas produksi bertujuan untuk
memastikan semua peralatan dan fasilitas produksi ada dalam keadaan siap
untuk melaksanakan proses produksi sesuai dengan ketentuan
penggunaannya. Desain dan penempatan peratan yang tepat menjadi faktor
utama berjalannya proses produksi secara efektif dan efisien, dan mampu
menghasilkan produk tepat sesuai dengan yang telah dijadwalkan.
Perusahaan harus memiliki suatu prosedur tertulis yang menjadi pedoman
penggunaan, pemeliharaan dan perbaikan peralatan dan fasilitas produksi
lainnya. Prosedur tersebut secara jelas memuat tentang pedoman setup mesin,
pembersihan setelah digunakan dan perbaikan-perbaikan signifikan yang
diperlukan untuk mendukung kelancaran proses produksi.
Penempatan fasilitas dan peralatan harus sesuai dengan karakteristik dan
metode produksi yang diterapkan, sehingga arus material dalam proses
produksi dapat berjalan secara efektif dan efisien. Di samping itu pengelolaan
faslilitas dan peralatan produksi harus didukung oleh pedoman penggunaan
dan pemeliharaan.pedoman ini berfungsi untuk melindungi operator dari
kecelakaan akibat tidak bisa mengoperasikan peralatan dan melindungi
peralatan dari kerusakan karena jadwal pemeliharaan dari perbaikan yang
tidak tepat waktu.

3. Pengendalian Transformasi
Pengendalian transformasi memegang peranan penting untuk
memastikan proses pengolahan ini bejalan sesuai dengan kebutuhan proses
yang efektif dan efisien. Pada pengendalian ini tugas seorang (tim) pengendali

14
kualitas (quality control) sangat penting untuk memastikan proses yang
berjalan menghasilkan produk yang tepat (kuantitas, kualitas, dan waktu)
dengan pengorbanan yang minimum. Untuk mencapai tujuan tersebut,
pengendalian ini mencakup pengesahan proses produksi dan pengendalian
perubahan atas permintaan, inspeksi sampel dalam proses dan pengendalian
laboratorium dari pemprosesan ulang.
Setiap proses produksi harus mendapatkan pengesahan dari bagian yang
berwenang. Perusahaan harus memiliki prosedur produksi secara tertulis,
yang memberikan pedoman tentang hal-hal yang harus dipenuhi sebelum
proses produksi dimulai.prosedur ini mencakup tentang kesiapan fasilitas
produksi sebelum dioperasikan, pejabat yang berwenang memberikan
perstujuan dan pengesahan atas proses yang dijalankan serta ketentuan-
ketentuan lain yang mengatur jalannya proses produksi termasuk penanganan
jika terjadi kemacetan proses (bottleneck).
Untuk memastikan bahwa produk yang dihasilkan telah mampu memenuhi
spesifikasinya, berbagai pengujian dalam proses produksi dilakukan.
Perusahaan harus memiliki prosedur tertulis untuk memonitor apakah proses
telah berjalan sesuai dengan ketentuan, sehingga mampu manghasilakan
output sesuai dengan yang direncanakan. Prosedur ini mencakup tentang
teknik penentuan sampel, memonitor output dan pengesahan produk jadi
untuk dimasukkan ke dalam gudang atau langsung diserahkan kepada
pelanggan. Penerapan prosedur ini bertujuan untuk mencegah terjadinya
kegagalan produk baik kegagalan internal maupun kegagalan eksternal.
Pengerjaan ulang karena kesalahan proses harus menadapatkan pengendalian
yang memadai. Perusahaan harus menekankan secara maksimal terjadinya
pengerjaan ulang terhadap produk yang gagal memenuhi spesifikasinya
karena merupakan salah satu sumber pemborosan dan berakibat pada tidak
efisiennya proses yang berjalan. Kalaupun tidak bisa dihindari terjadinya,
harus ada prosedur tertulis yang mengesahkan adanya pengerjaan ulang
(rework) terhadap produk gagal. Prosedur ini mencakup tentang kriteria
produk gagal yang dapat dioalah kembali serta siapa yang memiliki
wewenang untuk memutuskan produk gagal diolah kembali atau tidak.

15
4. Pengendalian kualitas
Dihasilkannya produk yang memenuhi spesifikasi pelanggan sesungguhnya
adalah tanggung jawab bersama setiap komponen yang terlibat di dalam
perusahaan. Setiap bagian (fungsi) yang terlibat mulai dari persiapan sampai
dengan proses operasional perusahaan memiliki tanggung jawab secara
proporsional terhadap kualitas produk dan kemampuannya dalam memenuhi
harapan pelanggan. Hal ini masuk akal karena keseluruhan fungsi dan
tingkatan manajemen ikut berperan (terlibat) dalam proses tersebut baik
langsung maupun tidak langsung. Hal ini merupakan bentuk implementasi
fokus pelanggan yang menjadi pola pikir dalam pengelolaan perusahaan, di
mana seluruh komponen di dalam perusahaan berkomitmen untuk memuaskna
pelanggan melalui produk yang ditawarkan.

Setiap bagian (fungsi) bekerja sama dengan bagian (fungsi) membentuk suatu
rantai nilai, di mana antara fungsi-fungsi yang terlibat dalam keberhasilan
perusahaan, terjadi hubungan pemasok-pelanggan. Optimalisasi pengelolaan
rantai nilai internal (internal value chain) akan mengintegrasikan seluruh
sumber daya yang terlibat dalam proses operasi untuk saling mendukung
pencapaian tujuan perusahaan.

Sistem biaya kualitas dapat memberikan informasi kepada perusahaan tentang


berbagai aktivitas yang terlibat dalam menghasilkan produk sesuai dengan
standar kualitas yang telah ditetapkan perusahaan. Aktivitas tersebut
dikelompokan menjadi empat, meliputi:
1. Aktivitas pencegahan (prevention activity), merupakan berbagai
aktivitas yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kualitas buruk pada
produk yang dihasilkan dan menurunkan terjadinya kegagalan produk.
2. Aktivitas penilaian (appraisal activity), merupakan aktivitas untuk
menentukan apakah produk telah sesuai dengan persyaratan pelanggan.
Aktivitas ini memilki sifat yang sama dengan aktivitas pencegahan di
mana peningkatan aktivitas ini dapat menurunkan terjadinya produk
gagal.

16
3. Aktivitas kegagalan internal (internal fairule), merupakan aktivitas
yang dilakukan sebagai akibat dari terjadinya kegagalan produk dalam
memenuhi spesifikasinya, di mana hal ini telah terdeteksi sebelum
produk diserahkan kepada pemesan.
4. Aktivitas kegagalan eksternal (external fairule), merupakan aktivitas
yang dilakukan sebagai akibat dari terjadinya kegagalan produk dalam
memenuhi spesifikasinya, di mana hal ini beru terdeteksi setela produk
diserahkan kepada pemesan.

Tabel 2 menyajikan pengelompokan biaya kualitas sesuai dengan aktivitas yang


menyebabkan terjadinya biaya.

Tabel 2
Komponen dari Empat Kategori Biaya Kualitas

Biaya Pencegahan Biaya Penilaian


Inspeksi penerimaan Rekayasa/teknik kualitas
Inspeksi barang dalam proses Perencanaan kualitas
Inspeksi laboratorium Perencanaan dan pengembangan alat uji
Pengesahan labboratorium eksternal kualitas
Penyetelan pengujian Verifikasi dan pemeriksaan desain
Pemeliharaan alat uji Pelatihan peningkatan kualitas
Audit kualitas Pengumpulan data kualitas, analisis dan
Pemeliharaan peralatan produksi pelaporan
Kendali proses statistik
Aktivitas kontrol proses lainnya untuk
mencegah produk cacat
Akuntansi biaya untuk variansi produk
Biaya Kegagalan Internal Biaya Kegagalan Eksternal
Bahan sisa Garansi produk
Pengejaan ulang Perbaikan produk rusak
Inspeksi kembali hasil pengerjaan ulang Layanan pelanggan
Penurunan kualitas produk yang cacat Barang diretur
Kerugian akibat bahan sisa dari vendor Penyelidikukan barang cacat
Mesin berhenti sejenak karena produk Penarikan kembali produk yang telah beredar

17
cacat di pasar
Analisis kegagalan Tuntutan hukum
Pendapatan yang hilang karena beralihnya
pelanggan

Laporan biaya kualitas dapat memberikan informasi tentang bagaimana


perusahaan mengelola aktivitas-aktivitas kualitasnya. Oleh karena itu, laporan ini
harus secara akurat menyajikan informasi tentang komposisi biaya kualitas.

5. Pengendalian Barang Jadi


Merupakan pengendalian yang dilakukan terhadap pengelolaan barang
setelah selesai diproduksi. Pengendalian ini bertujuan untuk memastikan
bahwa penanganan barang setelah produksi berjalan sesuai dengan prosedur,
sehingga tidak terjadi kerusakan barang dalam proses, penyimpanan, atau
pendistribusiannya. Pengendalian ini melalui tahapan :

a) Verifikasi penanganan, penyimpanan dan inspeksi


Ditujukan untuk memastikan bahwa barang jadi yang diterima dari
proses produksi telah ditangani dengan baik termasuk
penyimpanannya. Berkaitan dengan hal ini perusahaan harus
memiliki suatu prosedur tertulis menyangkut bagaimana dan siapa
yang memeriksa kemasan dari produk yang dihasilkan, penentuan
bahwa setiap produk harus mencantumkan tanggal kedaluwarsanya,
adanya pemisahan produk antara yang telah diaudit dan belum
diaudit oleh bagian pengendalian kualitas dam ketentuan suhu
penyimpanan yang tepat sesuai dengan karakteristik produk.

b) Inspeksi, pengujian dan distribusi


Pengendalian ini menyangkut pengujian tentang kesesuaian produk
dengan spesifikasinya, pengelolaan persediaan untuk mendapatkan
kepastian bahwa produk yang diproduksi pertama didistribusikan
terlebih dahulu, prosedur penanganan terhadap produk yang
dikembalikan. Berkaitan dengan hal ini, perusahaan harus memiliki
prosedur tertulis tentang metode pengambilan sampel dan pengujian,
ketentuan pemasangan label kedaluwarsa, pengelolaan persediaan,
dan penanganan produk yang dikembalikan pelanggan.

18
19
BAB III

PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Perusahaan

PT. Jayabrix Indonesia adalah perusahaan asal Singapura yang berdiri di Indonesia
sejak 2011. Produk PT. Jayabrix Indonesia, diantaranya:

1. Bata ringan (AAC Blocks)


2. Papan fiber semen (Megaboard)
3. Semen instan sebagai perekat (Mortar)

B. Visi Perusahaan

PT. Jayabrix Indonesia memiliki komitmen yang kuat dalam menyediakan bahan
konstruksi rumah bagi seluruh dunia, terutama Indonesia, dengan bahan yang ramah
lingkungan.

C.Misi Perusahaan

1. Menjunjung tinggi kepuasan pelanggan dengan terus melakukan inovasi dan


pengembangan dalam jenis-jenis produk dan kualitas.

2. Selalu mengingat untuk memberikan manfaat jangka pendek dan jangka panjang
kepada pengguna.

3. Produk-produk PT. Jayabrix Indonesia siap untuk melayani proyek baik dari
perumahaan sampai bangunan tinggi, dari fasilitas umum sampai bangunan industri.

D. Audit Produksi

Secara umum fungsi produksi terkait dengan pertanggung jawaban dalam


pengolahan dan pentransformasian masukan (input) menjadi keluaran (output)
berupa barang dan jasa yang akan dapat memberikan hasil pendapatan bagi
perusahaan. Empat fungsi terpenting dalam fungsi produksi dan operasi adalah:
proses pengolahan, jasa-jasa penunjang, perencanaan, dan pengendalian atau
pengawasan.
Audit operasional atas fungsi produksi dan operasi, dengan melakukan penilaian
secara komprehensif keseluruhan fungsi produksi dan operasi untuk menentukan

20
apakah fungsi ini telah berjalan dengan memuaskan (ekonomis, efektif, dan
efisien). Audit ini dilakukan tidak hanya terbatas pada unit produksi tetapi juga
berlaku untuk keseluruhan proses produksi dan operasi. Audit ini juga berperan
melengkapi fungsi pengendalian kualitas. Ruang lingkup audit operasional
fungsi produksi dan operasi yaitu menilai tentang rencana produksi dan operasi,
produktivitas dan nilai tambah, pengendalian peralatan dan fasilitas produksi,
pendendalian kualitas serta pengeendalian barang jadi.

E. Tahapan Audit Produksi

1. Audit pendahuluan
Pelaksanaan audit pendahuluan yang telah dilakukan untuk memperoleh
informasi mengenai fungsi produksi pada PT. Jayabrix Indonesia adalah
sebagai berikut: mendapatkan informasi umum mengenai perusahaan seperti
profil perusahaan, tujuan umum perusahaan, dan menjelaskan secara garis
besar penelitian yang akan dilaksanakan.

2. Review dan pengujian pengendalian manajemen


a) Penilaian rencana induk produksi
Departemen produksi telah melaksanakan proses produksi dan rencana
induk produksi telah sesuai dengan standar yang telah ditentukan
peusahaan dan menyusun rancangan anggaran produksi serta perencanaan
untuk mencapai tujuan dan target produksi dengan menyusun skedul
produksi maupun bahan baku. Departemen produksi juga telah menyusun
laporan produksi harian. Kelemahan yang didapatkan, rencana induk
produksi dalam mensosialisasikan prosedur pengendalian persediaan
masih kurang efektif sebab masih terdapat karyawan yang belum
memahami sepenuhnya tentang prosedur tersebut. Dalam pencapaian
target produksi belum maksimal itu disebabkan karena dalam proses
produksi kadang terjadi permasalahan dan mesin yang digunakan
mengalami trouble.
b) Penilaian produktivitas dan nilai tambah
Perusahaan telah memiliki standar produktivitas yang dijadikan sebagai
pedoman oleh karyawan bagian produksi dan perusahaan juga telah
memberikan tanggung jawab kepada karyawan dalam merencanakan,
melaksanakan, dan mengendalikan aktivitasnya masing-masing.
Kelemahan yang didapat adalah masih sering terjadi pengerjaan ulang,

21
pemborosan bahan dan kegagalan produk dalam memenuhi spesifikasi
standar produk yang harus dicapai.
c) Peralatan dan fasilitas produksi
Semua peralatan yang digunakan dalam proses produksi telah sesuai
dengan ukuran dan desain yang telah ditentukan serta lokasi penempatan
peralatan sangat efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan proses.
Terdapat prosedur tertulis dalam penggunaan peralatan proses produksi
tetapi belum teradapat instruksi tertulis pemeliharaan dan perawatan
produksi.
d) Pengendalian kualitas
Perusahaan telah memiliki pedoman pengendalian kualitas secara tertulis
tetapi masih terdapat beberapa karyawan produksi yang masih belum
mengetahui atau mendapatkan salinan kebijakan pengendalian kualitas.
Perusahaan juga memberikan pelatihan dalam rangka peningkatan kualitas
karyawan tetapi diakui oleh karyawan masih jarang dilakukan.
e) Pengendalian barang jadi
Pengendalian barang jadi maksudnya produk akhir dari papan semen yang
akan dijual ke customer akan dipisahkan dengan produk yang belum
selesai. Produk yang cacat akan diproses lagi/dipotong kembali sehingga
tidak ada yang terbuang. Produk yang cacat tersebut akan diolah kembali
menjadi papan semen dengan jenis yang berbeda (jenis reject). Kelemahan
yang ada yaitu tidak produk yang pertama diproduksi untuk dikirim
terlebih dahulu ke customer.

Kekuatan-kekuatan dalam pengendalian manajemennya adalah sebagai


berikut:
1. Perusahaan memiliki struktur organisasi yang cukup jelas yang
mengukur tentang wewenang, tugas dan tangung jawab masing-masing
bagian.
2. Perusahaan telah memiliki standar operasional produksi yang baik, hal
tersebut dapat memudahkan bagian pengawasan memantau jalannya
proses produksinya.
3. Perusahaan memiliki pabrik dan gudang yang baik dan rapi. Mesin-
mesin yang digunakan dalam proses produksi disusun berdasarkan
process lay-out dimana penyusunan dilakukan dengan mengelompokkan
mesin-mesin yang memiliki fungsi sama pada satu tempat. Peyimpanan
persediaan juga pada tempat yang memadai.

22
4. Pengecekan terhadap kualitas bahan baku yang akan digunakan sebelum
melakukan proses produksi dilakukan oleh quality control untuk
menjamin bahan baku sesuai dengan kriteria kualitas yang telah
ditetapkan.

3. Audit terinci
Berdasarkan hasil dari evaluasi atas fungsi produksi pada PT. Jayabrix
Indonesia, berikut disusun tujuan dan prosedur audit yang dapat digunakan
untuk melaksanakan tahap audit terinci.
 Pemeriksaan atas perencanaan produksi
Tujuan audit terhadap perencanaan produksi adalah untuk menilai apakah
perencanaan produksi yang ditetapkan oleh perusahaan telah efektif, efisien
dan ekonomis serta mengevaluasi pencapaian tersebut.
Prosedur audit terhadap perencanaan produksi adalah sebagai berikut:
a. Memperoleh informasi mengenai apakah perusahaan memiliki
perencanaan produksi tiap tahunnya.
b. Memperoleh informasi mengenai standar yang telah ditetapkan
perusahaan dalam merencanakan produksi tahunan.
c. Mengevaluasi apakah rencana produksi telah didukung dengan
tersedianya bahan baku untuk proses produksi.
d. Membuat simpulan audit.

 Pemeriksaan atas pelaksanaan produksi


Tujuan audit terhadap pelaksanaan produksi adalah untuk menilai proses
produksi pada perusahaan telah berjalan sesuai dengan perencanaan produksi
sehingga dapat tercapai efektivitas dan efisiensi dalam produksi.
Prosedur audit terhadap pelaksanaan produksi adalah sebagai berikut:
a. Memahami prosedur dan cara kerja produksi perusahaan.
b. Mengevaluasi apakah proses produksi yang dilaksanakan sesuai dengan
standar produksi perusahaan.
c. Mengevaluasi apakah perusahaan telah mampu mengendalikan proses
produksi yang dijalankan perusahaan.
d. Membuat simpulan audit.

4. Pelaporan audit
Laporan hasil audit operasional adalah sebagai berikut:
1) Perencanaan target produksi masih kurang efektif
Kondisi: Berdasarkan hasil evaluasi kuesioner yang dilakukan, diketahui
bahwa PT. Jayabrix Indonesia dalam merencanakan produksinya masin

23
kurang efektif. Hal ini diakui oleh beberapa karyawan bagian produksi itu
sendiri. Para karyawan mengatakan masih kurang efektif dikarenakan
sering terjadinya kemacetan (trouble) dalam penggunaan mesin produksi
pada waktu proses produksi. Ketika terjadi listrik padam mesin otomatis
akan berhenti karena mengikuti aliran listrik yang ada sehingga menunggu
bagian listrik menghidupkan mesin janset.
Kriteria: Seharusnya perusahaan mencermati permasalahan yang ada
dalam proses produksi seperti terjadi kemacetan yang dapat menggangu
kelancaran produksivitas.
Akibatnya: Produk yang dihasilkan tidak efektif dalam memenuhi target
yang direncankan sebelumnya.
Rekomendasi: Sebaiknya perusahaan melakukan perencanaan terlebih
dahulu, sebelum memulai beraktivitas melakukan operasi produksi,
dilakukan toolbox meeting supaya manajer mengetahui kendala-kendala
yang sebelumnya terjadi dan melakukan evaluasi agar bisa menemukan
solusi dari kendala yang terjadi sebelumnya. Selain itu setiap departemen
dan operator yang berhubungan dengan produksi bisa menyiapkan yang
dibutuhkan dengan baik dan bisa tanggap dalam mengatasi masalah yang
nantinya bisa terjadi sewaktu-waktu. Sehingga jalannya proses produksi
bisa efektif dan mampu memenuhi target yang direncanakan.

2) Sering terjadi pengerjaan ulang, pemborosan bahan baku dan kegagalan


produk dalam memenuhi spesifikasi standar produk yang harus dicapai.
Kondisi: Setiap produk yang akan diproduksi memiliki standar spesifikasi
produk masing-masing yang harus dicapai atau telah dinyatakan lulus uji
akhir sehingga produk tersebut siap dijual ke pasaran. Ternyata ada
beberapa produk yang gagal atau tidak memenuhi standar kualitas produk
sehingga harus dilakukan pengerjaan ulang yang mengakibatkan adanya
pemborosan bahan baku dan waktu.
Kriteria: Seharusnya tidak ada terjadinya kegagalan produk dalam
memenuhi standar spesifikasi sehingga tidak terjadi pengerjaan ulang
yang mengakibatkan pemborosan bahan baku dan waktu.
Sebab: Terjadinya kegagalan produk yang dihasilkan karena tidak sesuai
dengan spesifikasi produk sehingga dilakukan pengerjaan ulang terhadap
produk gagal tersebut. Seringkali produk yang dihasilkan tidak sesuai

24
dengan ukuran atau terjadi goresan pada papan semen yang
mengakibatkan papan semen rusak (pecah).
Akibat: Pada saat akan dilakukan pemeriksaan sebelum produk
dipasarkan ditemukan adanya beberapa produk yang tidak sesuai atau
tidak memenuhi standar kualitas produk. Hal ini mengakibatkan produk
papan semen tersebut tidak dapat dijual kepasaran sehingga adanya
pengerjaan ulang terhadap produk tersebut. Pengerjaan ulang terhadap
produk gagal inilah yang berdampak adanya pemborosan bahan baku dan
waktu.
Rekomendasi: Sebaiknya peralatan yang ada harus dimaksimalkan
penggunaannya atau ada beberapa peralatan yang harus diperbaiki yang
seringkali membuat kemacetan. Dengan memiliki peralatan yang bekerja
secara efisien dan efektif akan menghasilkan produk papan semen dengan
kualitas yang terbaik. Dengan demikian, diharapkan mengurangi
kemungkinan adanya kegagalan produk yang berujung pada pengerjaan
ulang produk.

3) Tidak adanya instruksi tertulis mengenai pemeliharaan dan perawatan


peralatan produksi.
Kondisi: Perusahaan tidak memiliki instruksi tertulis atau prosedur tertulis
dalam pemeliharaan dan jadwal perawatan setiap peralatan. Sehingga
karyawan tidak mengetahui secara pasti untuk merawat atau
membersihkan setiap peralatan produksi (intensitas perawatan dan
pemeliharaan peralatan).
Kriteria: Seharusnya di setiap peralatan memiliki prosedur tertulis
pemeliharaan dan perawatan sehingga karyawan mengetahui kapan waktu
dan bagaimana cara merawat dan memelihara peralatan yang ada sehingga
dapat menjaga umur ekonomis peralatan yang ada.
Sebab: Tidak adanya prosedur tertulis yang dibuat atau ditetapkan oleh
perusahaan. Hal ini dikarenakan mungkin pimpinan beranggapan bahwa
pemeliharaan dan perawatan peralatan produksi dapat diberitahukan
secara lisan dari manajer produksi ke karyawan produksi.Sehingga tidak
diperlukan prosedur secara tertulis karena pemberitahuan secara lisan
dirasa cukup memadai.
Akibat: Dengan tidak adanya prosedur tertulis maka karyawan seakan
tidak peduli untuk merawat dan memelihara peralatan produksi yang

25
digunakan. Walaupun dengan adanya pemberitahuan secara lisan dapat
terjadinya kemungkinan penyimpangan atau kesalahan dalam
pemeliharaan dan perawatan peralatan produksi yang dapat merusak
peralatan yang ada.
Rekomendasi: Sebaiknya ditetapkan dan dibagikan prosedur tertulis
kepada setiap karyawan yang terkait langsung dengan proses produksi
sehingga peralatan dapat digunakan secara efektif dan efisien. Dapat juga
ditempelkan dibagian sisi setiap peralatan sehingga karyawan dapat
membacanya dengan seksama.

4) Salinan kebijakan kualitas tidak diberikan kepada semua karyawan


produksi yang terkait.
Kondisi: Perusahaan memiliki salinan kebijakan kualitas tetapi salinan
tersebut hanya diberikan satu pada setiap departemen yang mengakibatkan
adanya asimetri informasi. Karyawan yang terkait langsung dengan proses
produksi tidak mengetahui secara pasti mengenai kualitas setiap produk
yang ingin dicapai oleh perusahaan.
Kriteria: Perusahaan harus memberikan informasi yang sama mengenai
standar kualitas setiap produk kepada setiap karyawan produksi yang
terkait langsung dengan proses produksi. Dengan begitu, karyawan
mampu mengawasi jalannya proses produksi agar mengurangi adanya
kemungkinan kegagalan produk.
Sebab: Tidak adanya pembagian salinan kebijakankualitas yang diberikan
kepada setiap karyawan produksi yang terkait langsung dalam proses
produksi. Hal ini dikarenakan setiap departemen terutama departemen
produksi hanya memiliki satu salinan kebijakan kualitas.
Akibat: Dengan tidak adanya salinan kebijakan kualitas yang dipegang
oleh setiap karyawan yang berhubungan langsung dengan produksi
mengakibatkan kemungkinan adanya kegagalan produk. Hal ini
dikarenakan karyawan yang tidak mengetahui mengenai masalah kualitas
sehingga kurangnya pengawasan terhadap produk.
Rekomendasi: Sebaiknya setiap karyawan yang berkaitan langsung
dengan proses produksi diberikan salinan kebijakan kualitas sehingga ada
pengawasan atau pengendalian yang mampu dilakukan selama proses
produksi. Dengan adanya salinan yang dipegang oleh karyawan produksi
memungkinkan tidak terjadinya kegagalan produk.

26
5) Tidak adanya prosedur tertulis pengelolaan stok untuk memastikan barang
produksi pertama dijual terlebih dahulu.
Kondisi: Perusahaan tidak membuatkan prosedur tertulis pengelolaan stok
barang yang akan dijual, biasanya barang yang akan dijual diambil dari
barang yang ditumpuk paling atas karena memudahkan pekerjaan.
Kriteria: Seharusnya dibuatkan prosedur tertulis tentang pengelolaan stok
agar tidak terjadi penumpukan barang terlalu banyak dan memastikan
produk yang pertama kali dibuat untuk diperjualkan.
Sebab: Tidak adanya prosedur mengenai pengelolaan stok. Pimpinan
beranggapan yang memudahkan pekerjaan karyawan barang yang diambil
untuk dijual, dengan memudahkan pekerjaan karyawan waktu yang
dibutuhkan akan efisien.
Akibat: Dengan tidak adanya prosedur tertulis tentang pengelolaan stok
yang akan dijual, barang produk bisa rusak karena karyawan ingin
pekerjaannya cepat selesai dalam memindahkan produk papan semen ke
truk pengangut untuk dijual. Produk pertama yang diproduksi sering
diletakkan dibagian bawah dan ditumpuki produk yang diproduksi
selanjutnya. Dengan penumpukan sesering produk yang pertama
diletakkan paling bawah akan mengalami kerusakan.
Rekomendasi: Seharusnya dibuatkan dan ditetapkannya pengelolaan stok
atas barang yang akan dijual. Mendahulukan produk atau barang yang
pertama diproduksi terlebih dahulu dan meletakkan produk awal diproses
di atas produk yang baru diproduksi.

5. Tindak lanjut
Penyelesaian merupakan tahapan terakhir dalam audit. Tahap ini berisi
penyelesaian keseluruhan audit yang telah dilakukan agar didapatkan hasil
yang sesuai dengan yang diharapkan.

F. Temuan Auditor
Temuan Audit yang telah dilakukan namun dapat dioptimalisasikan aktivitasnya,
bagi terciptanya proses produksi pada PT. Jayabrix Indonesia dengan lebih baik.
1. Departemen produksi telah melaksanakan proses produksi dan rencana induk
produksi, menyusun rancangan anggaran produksi, menyusun skedul produksi
maupun bahan baku, serta melaksanakan perencanaan untuk mencapai tujuan
dan target produksi sesuai dengan standar yang telah ditentukan peusahaan.
2. Departemen produksi telah menyusun laporan produksi harian.

27
3. Perusahaan telah memiliki standar produktivitas yang dijadikan sebagai
pedoman oleh karyawan bagian produksi.
4. Perusahaan telah memberikan tanggung jawab kepada karyawan dalam
merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan aktivitasnya masing-masing.
5. Semua peralatan yang digunakan dalam proses produksi telah sesuai dengan
ukuran dan desain yang telah ditentukan serta lokasi penempatan peralatan
sangat efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan proses.
6. Perusahaan telah memiliki pedoman pengendalian kualitas secara tertulis.
7. Perusahaan juga memberikan pelatihan dalam rangka peningkatan kualitas
karyawan.
8. Pengendalian barang jadi maksudnya produk akhir dari papan semen yang
akan dijual ke customer akan dipisahkan dengan produk yang belum selesai.
Produk yang cacat akan diproses lagi/dipotong kembali sehingga tidak ada yang
terbuang.
9. Pengecekan terhadap kualitas bahan baku yang akan digunakan sebelum
melakukan proses produksi dilakukan oleh quality control untuk menjamin
bahan baku sesuai dengan kriteria kualitas yang telah ditetapkan.

G. Rekomendasi

Perusahaan sebaiknya melakukan perencanaan terlebih dahulu, sebelum memulai


aktivitas proses produksinya, dilakukan toolbox meeting supaya semua karyawan
mengetahui kendala-kendala yang sebelumnya terjadi, mengevaluasi dan
mengantisipasinya agar tidak mengalami kendala lagi. Bagian teknisi selalu
mengontrol jalannya mesin produksi selama kegiatan produksi berlangsung.
Selain itu setiap departemen dan operator yang berhubungan dengan produksi
bisa menyiapkan yang dibutuhkan dengan baik dan bisa tanggap dalam mengatasi
masalah yang nantinya bisa terjadi sewaktu-waktu. Sehingga jalannya proses
produksi bisa efektif dan mampu memenuhi target yang direncanakan.Sebaiknya
peralatan yang ada harus dimaksimalkan penggunaannya atau ada beberapa
peralatan yang harus diperbaiki yang seringkali membuat kemacetan. Dengan
memiliki peralatan yang bekerja secara efisien dan efektif akan menghasilkan
produk papan semen dengan kualitas yang terbaik. Dengan demikian, diharapkan
mengurangi kemungkinan adanya kegagalan produk yang berujung pada
pengerjaan ulang produk. Sebaiknya ditetapkan dan dibagikan prosedur tertulis
kepada setiap karyawan yang terkait langsung dengan proses produksi sehingga

28
peralatan dapat digunakan secara efektif dan efisien. Dapat juga ditempelkan
dibagian sisi setiap peralatan sehingga karyawan dapat membacanya dengan
seksama. Sebaiknya setiap karyawan yang berkaitan langsung dengan proses
produksi diberikan salinan kebijakan kualitas sehingga ada pengawasan atau
pengendalian yang mampu dilakukan selama proses produksi. Dengan adanya
salinan yang dipegang oleh karyawan produksi memungkinkan tidak terjadinya
kegagalan produk.

Seharusnya dibuatkan dan ditetapkannya pengelolaan stok atas barang yang akan
dijual. Mendahulukan produk atau barang yang pertama diproduksi terlebih
dahulu dan meletakkan produk awal diproses di atas produk yang baru
diproduksi. Perusahaan sebaiknya cepat megambil keputusan untuk mendukung
dan menindak lanjuti rekomendasi yang dikemukakan oleh auditor agar
permasalahan-permasalahan yang terjadi bisa diantisipasi dan membantu fungsi
produksi kedepannya lebih efektif dalam melaksanakan aktivitasnya.

29
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan
Penilaian secara komprehensif terhadap keseluruhan fungsi produksi dan operasi
untuk menentukan apakah fungsi ini telah berjalan dengan memuaskan (ekonomis,
efektif, dan efisien). Audit ini tidak terbatas hanya pada unit produksi tetapi juga
berlaku untuk keseluruhan proses produksi dan operasi. Adapun manfaat audit
produksi dan operasi adalah sebagai berikut:

1. Dapat memberikan gambaran kepada pihak yang berkepentingan tentang ketaatan


dan kemampuan fungsi produksi dan operasi dalam menerapkan kebijakan serta
strategi yang telah ditetapkan.

2. Dapat memberikan informasi tentang usaha-usaha perbaikan proses produksi dan


operasi yang telah dilakukan perusahaan serta hambatan-hambatan yang dihadapi.

3. Dapat menentukan area permasalahan yang masih dihadapi dalam mencapai tujuan
produksi dan operasi serta tujuan perusahan secara keseluruhan.

4. Dapat menilai keuatan dan kelemahan strategi produksi danoperasi serta kebutuhan
perabaikannya dalam meningkatkan kontribusi fungsi ini terhadappencapaian tujuan
perusahaan.

30
Daftar Pustaka

 Agoes, Sukrisno. 2012. Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh

Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat.

 Agoes, Sukrisno. 2013. Bunga Rampai Auditing. Jakarta: Salemba Empat.

 Anthony dan Govindrajan. 2005. Management Control System. Jakarta: Salemba

Empat.

 Arens, A.A, R. J Elder dan M.S Beasly. 2008. Auditing and Assurance Services

an Integrited Approach, 9 th Edition. New Jersey: Person Education, Inc.

 Bayangkara, IBK. 2014. Audit Manajemen: Prosedur dan Implementasi. Jakarta:

Salemba Empat.

 Boython W.C., Johnson R.N., & Kell W.G. 2006. Modern Auditin jilid 1 dan 2

(Edisi 7). Dialihbahasakan oleh Ichsan, S.B., Herman, B. Jakarta: Erlangga.

 Elder, Randal J., dkk. 2011. Jasa Audit dan Assurance (Pendekatan

Terpadu – Adaptasi Indonesia). Jakarta: Salemba Empat. 498 hlm.

 Priantara, Ak Diaz. 2013. Fraud Auditing & Investigation. Jakarta: Mitra

Wacana Media. 432 hlm.

 Priantara, Ak Diaz. 2014. Laboratorium Auditing Pelatihan Perencanaan

Sampai Penyelesaian Audit. Jakarta: In media. 725 hlm.

 Sekaran, U. dan Bougie. 2009. Research Methods for Business: A Skill Building

Approach. John Wiley and Sons, Limited. Academic Internet Publishers

Incorporated.

 Taman, Abdullah dkk. 2011. Buku Pedoman Audit Operasional. Kantor Audit

Internal: Universitas Negeri Yogyakarta.

 Tunggal, Amien Widjaja. 2003. Management Audit Suatu Pengantar Edisi

Revisi. Jakarta: Harvarindo.

31

Anda mungkin juga menyukai