Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Adanya tekanan yang sangat kuat terhadap bisnis manufaktur saat ini, menuntut
perusahaan untuk lebih cerdas dalam menjalankan operasinya. Perubahan
permintaan pasar menuntut perusahaan untuk beroperasi lebih efisien, fleksibel,
dan menempatkan produk tepat waktu di pasar tanpa mengabaikan standar
kualitas sesuai dengan spesifikasi pelanggan. Pemahaman terhadap kondisi ini
dan

komitmen

untuk

memuaskan

pelanggan,

mendorong

perusahaan

merancang proses produksi dan operasinya sedemikian rupa sehingga produk


yang dihasilkan mampu memenuhi persyaratan pelanggan dalam kualitas,
kuantitas, dan waktu yang tepat.
Industri sebagai suatu sistem, mengintegrasikan empat hal penting dalam
keunggulan bersaing perusahaan yang meliputi: riset pasar, desain produk,
proses produksi, dan pemasaran produk. Perbaikan kinerja bisnis modern
mencakup keseluruhan sistem industri mulai dari pemesanan material sampai
dengan distribusi produk kepada konsumen, pelayanan purnajual, dan desain
ulang produk.
Berdasarkan hasil riset pasar, diperoleh informasi tentang keinginan
konsumen terhadap suatu produk. Dari informasi ini kemudian perusahaan
merancang desain produk yang sesuai dengan keinginan pasar. setiap desain
produk menetapkan model dan spesifikasi yang harus diikuti oleh bagian
produksi sehingga produk yang dihasilkan dapat memenuhi spesifikasi
pelanggan. Di samping itu proses produksi harus berjalan secara efektif dan
efisien untuk menghasilkan produk berkualitas dengan biaya serendah mungkin.
Untuk memastikan bahwa proses produksi dan operasi telah berjalan
sesuai dengan kebijakan dan strategi yang telah ditetapkan, membantu
mengidentifikasi

kelemahan-kelemahan

yang

masih

terjadi

yang

dapat

menghambat tercapainya tujuan fungsi ini dan mencari solusi perbaikannya,


perusahaan melakukan audit atas fungsi produksi dan operasi baik yang
dilakukan secara adhoc maupun secara periodik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian audit produksi dan operasi?
2. Uraikan prinsip-prinsip umum audit produksi dan operasi!
3. Apa tujuan audit produksi dan operasi?
4. Uraikan manfaat audit produksi dan operasi!
5. Uraikan tahap-tahap audit produksi dan operasi!
6. Uraikan ruang lingkup audit produksi dan operasi!
7. Jelaskan pengendalian produksi dan operasi!

C. Manfaat Penulisan
1. Agar dapat mengerti pengertian audit produksi dan operasi
2. Mengetahui prinsip-prinsip umum audit produksi dan operasi
3. Memahami tujuan audit produksi dan operasi
4. Dapat menguraikan manfaat audit produksi dan operasi
5. Memahami tahap-tahap audit produksi dan operasi
6. Mengetahui ruang lingkup audit produksi dan operasi
7. Dapat menjelaskan pengendalian produksi dan operasi

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Audit Produksi dan Operasi
Audit produksi dan operasi melakukan penilaian secara komprehensif
terhadap keseluruhan fungsi audit produksi dan operasi untuk menentukan
apakah fungsi ini telah berjalan dengan memuaskan (ekonomis, efektif dan
efisien). Audit ini dilakukan tidak hanya terbatas pada unit produksi tetapi juga
berlaku untuk keseluruhan proses produksi dan operasi. Audit ini juga
berperan melengkapi fungsi pengendalian kualitas.
Beberapa alasan yang mendasari perlu dilakukannya audit ini antara lain :
1. Proses produksi dan operasi harus berjalan sesuai dengan prosedur yang
telah ditetapkan.
2. Kekurangan/kelemahan yang terjadi harus ditemukan sehingga segera
dapat diperbaiki.
3. Konsistensi berjalannya proses harus diungkapkan.
4. Pendekatan proaktif harus menjadi dasar dalam peningkatan proses.
Berjalannya tindakan korektif harus mendapat dorongan dan dukungan
dari berbagai pihak yang terkait.
B. Prinsip-Prinsip umum
1. Tujuan utama audit adalah untuk menentukan apakah proses produksi
dan operasi yang berjalan saat ini sudah sesuai dengan kriteria yang
telah ditetapkan untuk memastikan bahwa produk yang dihasilkan
konsisten

dengan

standar

kualitas

yang

telah

ditetapkan

serta

mengidentifikasi wilayah (bagian) yang masih memerlukan perbaikan.


2. Auditor harus secara objektif dan sistematis mengumpulkan dan
menganalisis data yang cukup dan relevan sebagai dasar penilaian
terhadap ketaatan perusahaan dalam menerapkan kriteria yang telah
ditetapkan.
3. Auditor harus mengklarifikasi ketidaksesuaian yang terjadi antara aktivitas
produksi dan operasi denan kebutuhan kriteria (standar) yang telah
ditetapkan dan membuat rekomendasi untuk peningkatan.
C. Tujuan Audit

1. Apakah

produk

yang

dihasilkan

telah

mencerminkan

kebutuhan

pelanggan (pasar).
2. Apakah strategi serta rencana produksi dan operasi sudah sevara cermat
menghubungkan santara kebutuhan untuk memuaskan pelanggan
dengan

ketersediaan

sumber

daya

serta

fasilitas

yang

dimiliki

perusahaan.
3. Apakah strategi, rencana produksi dan operasi telah mempertimbangkan
kelemahan-kelemahan internal, ancaman lingkungan eksternal serta
peluang yang dimiliki perusahaan.
4. Apakah proses transformasi telah berjalan secara efektif dan efisien.
5. Apakah penempatan fasilias produksi dan operasi telah mendukung
berjalannya proses secara ekonomis, efektif, dan efisien.
6. Apakah pemeliharaan dan perbaikan fasilitas priduksi dan operasi telah
berjalan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dalam mendukung
dihasilkannya produk yang sesuai dengan kualitas, kuantitas dan waktu
yang telah ditetapkan.
7. Apakah setiap bagian yang terlibat dalam proses produksi dan operasi
telah melaksanakan aktivitasnya sesuai dengan ketentuan serta aturan
yang telah ditetapkan perusahaan.
D. Manfaat Audit
1. Dapat memberikan gambaran kepada pihak yang berkepentingan tentang
ketaatan

dan

kemampuan

fungsi

produksi

dan

operasi

dalam

menerapkan kebijakan serta strategi yang telah ditetapkan.


2. Dapat memberikan informasi tentang usaha-usaha perbaikan proses
produksi dan operasi yang telah dilakukan perusahaan serta hambatahambatan yang dihadapi.
3. Dapat menentukan area permasalahan yang masih dihadapi dalam
mencapai tujuan produksi dan operasi serta tujuan perusahaan secara
keseluruhan.
4. Dapat menilai kekuatan dan kelemahan strategi produksi dan operasi
serta kebutuhan perbaikannya dalam meningkatkan kontribusi fungsi ini
terhadap pencapaian tujuan perusahaan.
E. Tahap-tahap Audit
1. Audit pendahuluan
Audit pendahuluan diawali dengan perkenalan antara pihak
auditor dengan organisasi auditee. Pertemuan ini bertujuan untuk

mengonfirmasi scope audit, mendiskusikan rencara audit dan penggalian


informasi umum tentang organisasi auditee, objek yang diaudit, mengenal
lebih lanjut kondisi perusahaan dan prosedur yang diterapkan pada prises
produksi dan operasi.
Pada tahap ini auditor melakukan overview terhadap perusahaan
secara umum, produk yang dihasilkan, proses produksi dan operasi yang
dihasilkan, melakukan peninjauan terhadap produksi, layout pabrik,
sistem computer yang digunakan dalam upaya menunjang keberhasilan
fungsi ini dalam mencapai tujuan. Setelah melakukan tahap ini auditor
dapat memperkirakan kelemahan-kelemahan yang mungkin terjadi pada
fungsi produksi dan operasi perusahaan auditee.
2. Review dan pengujian terhadap pengendalian manajemen.
Auditor melakukan review dan pengujian terhadap bebrapa
perubahan yang tejadi pada struktir perusahaan, sistem manajemen
kulatias, fasilitas yang digunakan dan/atau personalia kunci dalam
perusahaan, sejak hasil audit terakhir. Pada tahap ini auditor juga
mengindentifikasi dan mengklasifikasikan penyimpangan dan gangguangangguan yang mungkin terjadi yang mengakibatkan terhambatnya
pencapaian tujuan audit produksi dan operasi.
Berdasar review dan pengujian yang dilakukan pada tahap ini
auditor mendapatkan keyakinan tentang dapat diperolehnya data yang
cukup dan kompeten serta tidak terhambatnya akses untuk melakukan
pengamatan yang lebih dalam terhadap tujuan audit sementara yang
telah ditetapkan pada tahapan audit sebelumnya.
3. Audita lanjutan (terinci).
Auditor melakukan audit yang lebih dalam dan pengembangan
temuan terhadap fasilitas, prosedur, catatan-catatan yang berkaitan
dengan produksi dan operasi. Konfirmasi kepada pihak perusahaan
selama audit dilakukan untuk mendapatkan penjelasan dari pejabat yang
berwenang tentang adanya hal-hal yang merupakan kelemahan yang
ditemukan auditor.
Untuk mendapatkan informasi yang lengkap, relevan dan dapata
dipercaya, auditor menggunakan daftar pertanyaan yang ditujukan
kepada berbagai pihak yang berweang dan berkompeten berkaitan
dengan masalah yang diaudit.
4. Pelaporan.

Laporan audit disajikan dengan format :


I.

Informasi latar belakang


Menyajikan gambaran umum fungsi produksi dan operasi dari
perusahaan yang diaudit, tujuan dan strategi pencapaiannya serta
ketersediaan sumber daya yang mendukung keberhasilan implementasi

II.

strategi tersebut.
Kesimpulan Audit dan Ringkasan Temuan Audit
Menyajikan kesimpulan atas hasil audit yang telah dilakukan auditor dan

III.

ringkasan temuan audit sebagai pendukung kesimpulan yang dibuat.


Rumusan Rekomendasi
Menyajikan rekomendasi yang diajukan auditor sebagai alternative

IV.

solusi atas kekurangan yang masih terjadi.


Ruang Lingkup Audit
Ruang lingkup audit menjelaskan tetang cakupan (luas) audit yang
dilakukan sesuai dengan penugasan yang diterima dengan pemberi
tugas audit

5. Tindak lanjut
Rekomendasi

yang

disajikan

auditor

dalam

laporannya

merupakan alternatife perbaikan yang ditawarkan untuk meningkatkan


berbagai kelemahan yang masih terjadi pada perusahaan. Tindak lajut
yang

dilakukan

merupakan

bentuk

komitmen

manajemen

untuk

menjadikan organisasinya menjadi lebih baik dari yang sebelumnya.


F. Ruang Lingkup Audit
1. Rencana Produksi dan Operasi
Rencana ini menghubungkan kebutuhan pasar atas produk yanga
dipersyaratkan, aktivitas pengembangan dan rekayasa, kapasitas produksi,
rencana persediaan, keuangan, ketersidaan SDM, bahan baku, dan tingkat imbal
hasil investasi yang dipersyaratkan investor.
Penyusunan rencana induk harus didasarkan pada ketersediaan
kapasitas dan rencana penggunaannya, peluang dan ancaman yang dihadapi
dan

usaha-usaha

untuk

melaukan

perbaikan

dan

berkelanjutan

untuk

meningkatkan efektivitas dan efisiensi. Suatu rencana induk memuat tentang :


1) Jadwal induk produksi
2) Penilaian atas penggunaan kapasitas produksi
3) Tingkat persediaan

4) Perencanaan keseimbangan lintas produksi


Menjadikan

rencana

produksi

utama

sebagai

pedoman

operasi

dalam

menunjang startegi pencapaian tujuan perusahaan, beberapa pertanyaan


mendasar yang harus dijawab oleh manajer operasi dalam merumuskan rencana
produksi tersebut. Pertanyaan-pertanyaan tesebut meliputi :
1. Apakah persediaan

akan digunakan

untuk menyerap

perubahan

permintaan selama periode permintaan.


2. Apakah perubahan-perubahan yang terjadi dalam volume produksi dan
operasi akan diakomodasi dengan cara mengubah jumlah tenaga kerja.
3. Apakah perusahaan akan menggunakan tenaga paruh waktu, atau waktu
lembur jika terjadi lonjakan permintaan yang melebihi kemampuan
kapasitas

yang

tersedia

untuk

mengerjakannya

dan

bagaimana

perusahaan mengelola kapasitas menganggur jika terjaadi penurunan


permintaan.
4. Apakah perusahaan

akan

menggunakan

subkontaktor

dalam

mengantisipasi permintaan yang berfluktuasi, sehingga kestabilan tingkat


SDM dapat dipertahankan.
5. Apakah perusahaan memutuskan untuk mengubah harga atau faktorfaktor yang lain, untuk memengaruhi permintaan.
2.

Jadwal Induk Produksi

Jadwal produksi utama membuat spekulasi tentang apa yang akan dibuat dan
kapan akan dibuat, sesuai dengan rencana produksi. Rencana ini mencakup
input yang akan diproses seperti permintaan konsumen, kemampuan teknis,
ketersediaan SDM, fluktuasi persediaan, kinerja pemasok, dan berbagai
pertimbangan lainnya. Jadwal produksi ini mendeskripsikan berapa jumlah
produksi yang harus dilakukan untuk setiap kelompok barang. Kapan produk
tersebut harus sudah siap untuk diserahkan kepada konsumen, sumber daya
apa saja yang harus tersedia untuk menghasilkan produk sesuai dengan rencana
operasi perusahaan dalam memenuhi spesifikasi pelanggan.
Jadwal produksi yang akurat dapat memininumkan biaya persediaan dan
penyetelan (set up) mesin karena jadwal ini telah menghubungkan antara
kebutuhan konsumen dengan jadwal pengiriman, penerimaan bahan baku dan
pengelolaan kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan. Disamping itu, jadwal
produksi yang akurat juga dapat meminimumkan kerja lembur (over time), waktu

sumber daya yang menganggur (idle time resources) dan penentuan tingkat
persediaan yang optimal.
3.

Penilaian atas Penggunaan Kapasitas Produksi

Perusahaan harus memiliki kebijakan dan strategi yang tepat berkaitan dengan
besaran kapasitas yang harus dimiliki. Perusahaan juga harus memiliki dasar
dan metode yang tepat dalam meramalkan kebutuhan kapasitasnya dimasa
depan. Pengelolaan kelebihan dan penentuan sumber lain jika terjadi
kekurangan dalam memenuhi kebutuhan operasi harus dituangkan dalam suatu
pedoman tertulis sehingga pengambilan keputusan berkaitan dengan kapasitas
tidak bias dengan tujuan produksi dan operasi yang telah ditetapkan.
Pertimbangan kapasitas ini harus mendasari terjadinya praktik optimalisasi
terhadap penggunaan kapasitas produksi.
Jika berdasarkan rencana penjualan ternyata rencana produksi lebih daripada
kemampuan

kapasitas

yang

dimiliki,

memungkinkan

perusahaan

untuk

menerima pesanan produksi dengan harga dibawah tingkat laba normal untuk
memaksimalkan penggunaan kapasitas. Karena pada kondisi ini biaya tetap
untuk kapasitas yang menganggur yang menjadi dasar perhitungan harga pokok
produk

ada

dalam

posisi

nihil

(Nol).

Rencana

induk

produksi

harus

meminimalkan terjadinya kapasitas menggangur, untuk menjadikan operasi


berjalan secara efektif dan efisien.
4.

Tingkat Persediaan

Secara umum persediaan pada industri manufaktur terdiri atas persediaan bahan
baku, barang dalam proses, barang jadi, dan persediaan perlengkapan
(supplies). Kebijakan tentang perseddiaan bahan baku harus memerhatikan
hubungan permintaan atas persediaan tetsebut, apakah termasuk dalam
kelompok permintaan independen atau permintaan dependen. Hal ini penting
sekali karena akan berpengaruh kepada metode permintaan atas persediaan
tersebut dalam mendukung efektivitas dan efisiensi, proses produksi dan
operasi.
5.

Perencanaan Keseimbangan Lintas Produksi

Keseimbangan lintas produksi atau disebut juga keseimbangan ini produksi


(production line balancing) bertuan untuk memperoleh suatu arus produksi yang
8

lancer guna memperoleh optimalisasi pengguna fasilitas, tenaga kerja, dan


peralatan yang tinggi melalui penyeimbangan waktu kerja antarstasiun kerja
(work

station).

Elemen-elemen

tugas

dalam

suatu

aktivitas

produksi

dikelompokkan sedemikian rupa diantara stasiun kerja, sehingga diperoleh


keseimbangan dalam penggunaan sumber daya produksi. Dengan demikian,
tujuan produksi tercapai dengan ekonomis, efektif, dan efisien.
Pengelompokan penugasan dalam mencapai keseimbangan lintas produksi
dapat dilakukan dengan metode coba-coba (trial and error). Metode ini lebih
sederhana sehingga mudah untuk diterapkan untuk kasus-kasus dengan jumlah
elemen tugas yang tidak banyak. Metode pengelompokan penugasan yang lain
adalah metode heuristik, yang memberikan hasil lebih akurat pada kasus jumlah
elemen penugasan yang sangat banyak. Metode ini mengelompokan penugasan
dalam mencapai keseimbangan lintas produksi yang optimal dengan prosedur
sebagai berikut:
a. Menetapkan tugas yang dapat dipilih sebagai tugas awal (tidak ada
tugas lain yang mendahuluinya atau tugas yang mendahuluinya sudah
selesai dikerjakan).
b. Menetapkan tugas yang cocok dengan waktu yang tersedia.
c. Menetapkan penugasan pada suatu stasiun kerja sampai maksimal.
d. Melanjutkan kestasiun kerja berikutnya dengan mengulangi prosedur
diatas sampai semua penugasan selesai.
Tabel 1
Kriteria dan Pengukuran Variabel Rencana Induk Produksi dan Opersai
No

Variabel

Kriteria

Pengukuran

1.

Jumlah Produksi Induk

Tepat kuantitas

Rasio hasil produksi dengan

Tepat mutu (kuantitas)


Tepat waktu

kebutuhan
Standar kualitas
Jadwal pelepasan barang
kepasar

2.

Optimalisasi Penggunaan
Sumber Daya

Kapasitas penuh
Maksimum utilisasi

Rasio rencana produksi


dengan kapasitas tersedia

Rasio pengguna kapasitas


dengan kapasitas tersedia
3.

Tingkat Persediaan

Persediaan

minimum Rasio

(zero)
4.

Keseimbangan lintas
produksi

Tidak ada kemacetan


proses produksi
Keseimbangan beban
operator dengan mesin
produksi

jumlah

akhir dengan hasil produksi


Rencana operasi dan
pemeliharaan mesin
produksi
Raiso operator dengan mesin
produksi

G. Produktivitas dan Peningkatan Nilai Tambah


Keunggulan laen production, didukung oleh kebijakan dan praktik peroduksi yang
secara maksimal mengoptimalkan pengguna sember daya perusahaan untuk
meningkatkan keunggulan bersaingnya, kebijakan dan praktik tersebut meliputi :
1.

Penghapusan persediaan

Produsen dengan laen production memfokuskan produksi dan operasinya pada


penurunan (penghapusan) persediaan. Metode ini menggunakan Just In Time
dalam menurunkan persediaan dan pemborosan yang disebabkan oleh
persediaan tersebut. Mereka menurunkan waktu pemborosan dan biaya, dalam
meningkatkan efisiensi proses operasinya.
2.

Zeno Defect

Metode produksi ini membangun suatu sistem produksi dan operasi yang dapat
membantu karyawan memproduksi unit yang sempurna untuk setiap kalinya.
Persiapan proses produksi dilakukan dengan lebih matang untuk mencegah
terjadinya kegagalan dalam menghasilkan produk sesuai dengan standar
kualitas yang telah ditetapkan.
3.

persediaan

Meminimalkan kebutuhan tempat (Areal)

10

Upaya meminimalkan jarak tempuh unit produk dapat mengurangi kebutuhan


tempat (areal) dalam proses produksi. Penataan fasilitas poduksi yang
terintegrasi dengan gudang penyimpanaan bahan baku dan produk jadi, dapat
menghemat kebutuhan tempat tanpa mengganggu jalannya proses produksi
4.

Kemitraan dengan Pemasok

Melibatkan pemasok kedalam rencana keberhasilan perusahaan merupakan


model yang banyak dikembangkan dalam praktik produksi modern saat ini.
Dengan membangun hubungan yang erat (kemitraan) dengan pemasok dan
menjelaskan rencana dan standar kebutuhan bahan kapadanya, pemasok
menjadi memahami dengan baik kebutuhan perusahaan. Dan bertanggung
jawab untuk memenuhi kebutuhan perusahaan terhadap pasokan bahan baku
baik dalam kualitas, kuantitas, dan waktu pasokan tersebut dibutuhkan harus
sudah tersedia diperusahaan.
5.

Meminimalkan Aktivitas yang tidak Menambah Nilai

Melalui suatu analisis aktivitas dan komitmen untuk melakukan perbaikan secara
terus-menerus, perusahaan yang menerapkan metode ini, meminimalkan
aktivitas-aktivitas yang tidak berguna (tidak menambah nilai) baik bagi pelanggan
maupun bagi perubahan.
6.

Pengembangan Angkatan kerja

Dengan secara terus-menerus memperbaiki desain pekerjaan, pelatihan,


partisipasi, komitmen karyawan dan pemberdayaan kelompok-kelompok kerja,
metode ini secara konsisten mengembangkan angkatan kerja.
7.

Menciptakan Tantangan dalam Bekerja

Mengidentifikasi tujuh sumber pemborosan yang mengakibatkan operasi


perusahaan tidak efisien, meliputi:
a.
b.
c.
d.
e.

Produksi yang lebih besar dari kebutuhan (penumpukan persediaa)


Waktu tunggu dan/atau waktu menganggur
Penanganan material yang terlalu sering
Persediaa (bahan baku dan/atau barang jadi)
Pergerakan peralatan dan operatornya yang tidak menambah nilai

bagi produk.
f. Proses produksi yang tidak penting (tidak dibutuhkan)
g. Pengolahan kembali produk cacat
11

G. Pengendalian Produksi dan Operasi


1.

Maksimumkan Tingkat Pelayanan

Pengendalian harus menjamin bahwa pelayanan telah diberikan secara tepat.


Beberapa elemen yang harus mendapat perhatian khusus adalah: kualitas
produk, ketersediaan produk (jika diinginkan), harga yang kompetitif, penyediaan
untuk stock pengaman dan penyerahan yang tepat waktu. Proses harus
memahami bahwa pelanggan yang harus dilayani dengan tepat bukan saja
pelanggan eksternal tetapi yang telah kalah pentingnya adalah pelanggan
internal.
2.

Minimumkan Investasi pada Persediaan

Pengendalian harus mampu memandu seluruh aktivitas (utama dan pendukung)


manufaktur ke dalam suatu proses yang terintegrasi, sehingga proses berjalan
sesuai dengan rencana dan jadwal yang telah ditentukan. Aktivitas pemesanan
dan penerimaan bahan harus terintegrasi dengan jadwal produksi demikian juga
jadwal produksi harus terintegrasi dengan rencana (jadwal) penyerahan kepada
pelanggan. Semua hubungan ini harus berjalan seperti halnya hubungan
pelanggan pemasok, dimana setiap pemasok harus memuaskan pelanggannya.
Pengendalian yang baik akan mencapai arus produksi yang mulus (smooth
production flow) dengan persediaan yang minimumkan dan waktu tunggu yang
pendek.
3.

Efisiensi produksi dan Operasi

Untuk memperoleh harga yang kompetitif, pengendalian harus meminimumkan


biaya-biaya yang terjadi dalam produksi dan operasi. Efisiensi produksi dan
operasi adalah sesuatu yang mutlak dan harus menjadi budaya kerja pada setiap
bagian yang terlibat dalam proses produksi dan operasi. Dalam hal ini
pengendalian harus semaksimal mungkin mampu menekan pemborosan
(aktivitas tidak bernilai tambah) yang terjadi. Perhatian khusus harus diberikan
terhadap supervise pabrik dan tenaga kerja tidak langsung, dukungan dan
keterlibatan pekerjaan, kesiapan mesin dan peralatan, fasilitas pendukung yang
efektif dan berbagai hal lain yang berpengaruh baik langsung maupun tidak
langsung.
12

Pengendalian produksi dan operasi meliputi pengendalian terhadap keseluruhan


komponen dan tahapan dalam proses produksi mulai dari penanganan bahan
baku sampai dengan penanganan penyerahan produk jadi ke gudang. Secara
rinci pengendalian tersebut meliputi hal-hal berikut:
a. Pengendalian Bahan Baku
Pengendalian bahan baku bertujuan untuk memastikan bahwa bahan
baku yang diolah dalam proses produksi telah sesuai dengan kebutuhan
standar kualitas produk yang dihasilkan perusahaan. Pengendalian bahan
baku mencakup keseluruhan aktivitas yang berhubungan dengan bahan
baku mulai dari pembelian, jadwal penerimaan, penanganan pada saat
diterima, penyimpanan sampai dengan bahan baku tersebut digunakan
(diolah) dalam proses produksi.
b. Pengendalian Peralatan dan Fasilitas Produksi
Pengendalian peralatan dan fasilitas produksi bertujuan untuk mematikan
bahwa semua peralatan dan fasilitas produksi ada dalam keadaan siap
untuk

melaksanakan

proses

produksi

sesuai

dengan

ketentuan

penggunaannya.desain dan penempatan peratan yang tepat menjadi


faktor utama berjalannya proses produksi secara efektif dan efisien
mampu

menghasilkan

produk

tepat

sesuai

dengan

yang

telah

dijadwalkan.
c. Pengendalian Transformasi
Fungsi transformasi mengolah input menjadi output sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan. Pengendalian transformasi memegang
peranan penting untuk memastikan bahwa proses pengolahanini bejalan
sesuai dengan kebutuhan proses yang efektif dan efisien. Pada
pengendalian ini tugas seorang (tim) pengendali kualitas (quality control)
sangat

penting

untuk

memastikan bahwa

proses yang

berjalan

menghasilkan produk yang tepat (kuantitas, kualitas, dan waktu) dengan


pengorbanan

yang

pengendalian

ini

minimum.
mencakup

Untuk

mencapai

pengesahan

proses

tujuan

tersebut,

produksi

dan

pengendalian perubahan atas permintaan, inspeksi sampel dalam proses


dan pengendalian laboratorium dari pemprosesan ulang.
d. Pengendalian kualitas
Pengendalian kualitas tidak cukup dipahami sebagai pengendalian proses
produksi, yang hanya membebankan tanggung jawab kualitas produk
kepada unit kendali kualitas. Sistem biaya kualitas dapat memberikan
informasi kepada perusahaan tentang berbagai aktivitas yang terlibat

13

dalam menghasilkan produk sesuai dengan standar kualitas yang telah


ditetapkan perusahaan.
e. Pengendalian Barang Jadi
Merupakan pengendalian yang dilakukan terhadap pengelolaan barang
setelah selesai diproduksi. Pengendalian ini bertujuan untuk memastikan
bahwa penanganan barang setelah produksi berjalan sesuai dengan
prosedur, sehingga tidak terjadi kerusakan barang dalam proses,
penyimpanan, atau pendistribusiannya. Untuk memastikan bahwa barang
dalam kondisi yang sesuai dengan persyaratan pelanggan pada saat
diserahkan, pengendalian ini melakukannya melalui tahapan : (1)
verifikasi penanganan, penyimpanan dan inspeksi, (2) pengujian dan
distribusi.

14

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Audit produksi dan operasi melakukan penilaian secara komprehensif
terhadap keseluruhan fungsi audit produksi dan operasi untuk menentukan
apakah fungsi ini telah berjalan dengan memuaskan (ekonomis, efektif dan
efisien). Audit ini dilakukan tidak hanya terbatas pada unit produksi tetapi juga
berlaku untuk keseluruhan proses produksi dan operasi. Audit ini juga
berperan melengkapi fungsi pengendalian kualitas.
B. Saran
Diharapkan kepada personil perusahaan tidak hanya auditor untuk dapat
memahami dengan baik audit produksi dan operasi agar dapat menjamin
kualitas produk.

15

DAFTAR PUSTAKA
IBK. Bayangkara, 2011. Audit Manajemen: Prosedur dan Impelementasi.
Cetakan keenam, Jakarta : Salemba Empat.

16

Anda mungkin juga menyukai