Oleh:
Selama ini sektor publik tidak luput dari tudingan sebagai sarang korupsi,
kolusi, nepotisme, inefisiensi dan sumber pemborosan negara. Keluhan "birokrat
tidak mampu berbisnis" ditujukan untuk mengkritik buruknya kinerja perusahaan-
perusahaan sektor publik. Pemerintah sebagai salah satu organisasi sektor publik pun
tidak luput dari tudingan ini. Organisasi sektor publik pemerintah merupakan
lembaga yang menjalankan roda pemerintahan yang sumber legitimasinya berasal
dari masyarakat. Masyarakat menuntut akan transparansi dan akuntabilitas dalam
pengelolaan dana masyarakat oleh pemerintah. Masyarakat ingin mengetahui apakah
berbagai program telah tercapai dan apakah tercapainya program tersebut telah
dilakukan dengan prinsip ekonomi (kehematan), dengan cara efisien, dan dengan
hasil yang efektif atau yang lebih dikenal dengan istilah spend well, spend less,
spend wisely. Keinginan dan tuntutan masyarakat tersebut belum sepenuhnya dapat
dipenuhi apabila hanya mengandalkan hasil audit laporan keuangan yang memuat
opini tentang neraca, perbandingan anggaran dan realisasi, arus kas, dan catatan atas
laporan keuangan. Masyarakat ingin mengetahui apakah penyelenggaraan kegiatan
oleh pemerintah dengan menggunakan dana publik dapat memberikan nilai lebih
bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Untuk menepis tudingan masyarakat
tersebut pemerintah seharusnya mencari jalan dalam menunjukkan pengelolaan
1
keuangan Negara yang ekonomi, efektif dan efisien. Salah satu caranya adalah
dengan mengadakan perluasan tujuan dan jenis audit dari audit keuangan menuju
audit kinerja (performance audit).
Audit kinerja (performance audit) terhadap sektor publik dapat membantu
masyarakat dalam mengetahui kinerja yang lebih lengkap dari organisasi masyarakat
(public). Audit Kinerja dapat dilakukan baik pada sektor swasta maupun sektor
publik dan badan pemerintah, karena dari semua tujuan kepentingan masyarakat
merupakan prioritas utama. Audit kinerja bertujuan untuk mengevaluasi kinerja dan
mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan rekomendasi guna perbaikan atau
tindakan lebih lanjut. Selama ini, hasil dari audit kinerja cenderung diasumsikan
sebagai informasi yang ditujukan kepada konsumsi pihak internal perusahaan, karena
menelaah secara sistematik kegiatan organisasi dalam hubungannya dengan tujuan
tertentu. Padahal laporan audit kinerja ini juga bisa digunakan oleh pihak eksternal
untuk pengambilan keputusan.
Hal terpenting utama yang harus dilakukan sebelum pelaksanaan audit kinerja
adalah melakukan perencanaan audit kinerja . Ada delapan tahapan yang harus
dilalui dalam perencanaan audit kinerja yaitu : 1.) Survei pendahuluan, 2.)
Pemahaman Entitas, 3.) Identifikasi area kunci,4.) Penetapan Tujuan dan Lingkup,
5.) Penetapan kinerja, 6.) Identifikasi Bukti, 7.) Laporan Survei pendahuluan, dan 8).
Program Audit.
BAB II
2
PEMBAHASAN
Secara umum, audit kinerja lahir sebagai wujud ketidakpuasan atas hasil audit
keuangan, yang hanya memberikan opini atau menilai kewajaran laporan keuangan.
Padahal masyarakat ingin tahu apakah uang negara (hasil pungutan pajak mereka) di
kelola dengan baik dan benar. Apakah uang negara itu digunakan untuk memperoleh
sumber daya secara ekonomis, digunakan secara efektif (spending well) danefektif
(spending wisely).
3
melaksanakan audit kinerja. Audit kinerja dapat dilakukan oleh internal auditor
dan ekternal auditor, dan keduanya harus saling berkoordinasi agar tidak saling
berbenturan.
4
juga mulai diperkenalkan pada tahun 1976, yaitu dengan dimulainya management audit
course di Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) atas kerja sama dengan US-GAO.
5
B. Pengertian Audit Kinerja
Secara etimologi, istilah audit kinerja terdiri atas dua kata, yaitu audit dan
kinerja. Definisi audit menurut Arens adalah kegiatan pengumpulan dan evaluasi
terhadap bukti-bukti yang dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen
untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara kondisi yang ditemukan
dan kriteria yang ditetapkan. Sedangkan menurut Stephen P. Robbins, kinerja
merupakan hasil evaluasi terhadap pekerjaan yang telah dilakukan dibandingkan
dengan kriteria yang telah ditetapkan bersama. Di lain pihak, Ayuha menjelaskan :
Perfomance is the way of job or task is done by an individual, a group of
organization. (Kinerja adalah cara perseorangan atau kelompok dari suatu
organisasi menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas). Dari kedua definisi tersebut
terlihat bahwa istilah kinerja mengarah pada dua hal, yaitu proses dan hasil yang
dicapai. Selanjutnya, Pasal 4 ayat (3) UU No 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, mendefinisikan audit kinerja
sebagai audit atas pengelolaan keuangan negara yang terdiri atas audit aspek
ekonomi dan efisiensi serta audit aspek efektivitas. Berdasarkan berbagai definisi di
atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dasar dari audit kinerja adalah menilai kinerja
suatu organisasi, program, atau kegiatan yang meliputi audit atas aspek ekonomi,
efisiensi, dan efektivitas. Audit kinerja (performance audit) merupakan perluasan
dari audit laporan keuangan, dalam hal prosedur dan tujuan.
6
digunakan untuk menilai aspek ekonomi dan efisiensi dari pengelolaan organisasi.
Istilah yang lain adalah audit program atau audit efektivitas. Jenis audit ini ditujukan
untuk menilai manfaat atau pencapaian suatu program. Gabungan dari audit manajemen/
operasional dan audit program merupakan audit kinerja. Dengan kata lain, audit kinerja
merupakan bagian dari audit manajemen/ operasional dan audit program.
7
2. Proses audit kinerja dapat dihentikan apabila pengujian terinci dinilai tidak akan
memberikan nilai tambah yang signifikan bagi perbaikan manajemen atau
kondisi internal lembaga audit dinilai tidak mampu untuk melaksanakan
pengujian terinci.
3. Profesor Soemardjo Tjitrosidojo (1980) memberikan karakteristik audit kinerja
sebagai berikut.
a. Pemeriksaan operasional, dengan menggunakan perbandingan dengan cara
pemeriksaan oleh dokter, haruslah merupakan pemeriksaan semacam
medical check up (penelitian kesehatan) dan bukan merupakan
pemeriksaan semacam otopsi post mortem(pemeriksaan mayat); jadi,
pemeriksaan seharusnya dimaksudkan agar si pasien memperoleh petunjuk
agar ia selanjutnya dapat hidup lebih sehat dan bukan sebagai pemeriksaan
untuk menganalisis sebab-sebab kematian mayat.
b. Pemeriksa haruslah wajar (fair), objektif dan realistis; mengingat bahwa ia
harus dapat menjangkau hari depan organisasi yang diperiksanya, ia harus
dapat berpikir secara dinamis, konstruktif, dan kreatif; :mengingat bahwa
dalam tugasnya, ia harus berhadapan dengan banyak orang yang sifat serta
tingkah lakunya beraneka ragam, ia harus dapat bertindak secara diplomatis;
seterusnya ia haruslah sensitif dalam menghadapi masalah-masalah yang
pelik dalam tugasnya, dan ia harus pula tangguh untuk tetap bertekad untuk
meneruskan suatu penyelidikan sampai akhirnya berhasil.
c. Pemeriksa (atau setidak-tidaknya tim pemeriksa secara kolektif) harus
mempunyai pengetahuan keterampilan dari berbagai macam bidang, seperti
ekonomi, hukum, moneter, statistik, komputer, keinsinyuran, dan sebagainya.
d. Agar pemeriksaan dapat berhasil dengan baik, pemeriksa harus dapat berpikir
dengan menggunakan sudut pandangan pejabat pimpinan organisasi yang
diperiksanya, dan sudah barang tentu, ia harus mendapat dukungan dari
pimpinan tertinggi; pemeriksa harus benar-benar mengetahui persoalan yang
dihadapinya, ia harus dapat mengantisipasi masalah serta cara
penyelesaiannya, dan memberikan gambaran tentang perbaikan-perbaikan
yang dapat diterapkan dalam organisasi yang diperiksanya.
8
e. Pemeriksaan operasional harus dapat berfungsi sebagai suatu early warning
system (sistem peringatan dini) agar pimpinan secara tepat pada waktunya,
setidak-tidaknya sebelum terlambat, dapat mengadakan tindakan-tindakan
korektif yang mengarah kepada perbaikan organisasinya.
Karakteristik diatas sangat relevan dengan konsep audit kinerja sebagai audit
for management bukan audit to management. Dalam audit for management, auditor
harus memberikan rekomendasi perbaikan bagi manajemen sebagai upaya
peningkatan akuntabilitas dan kinerja entitas yang diaudit.
9
menjadi kunci untuk mencapai perubahan dan perbaikan tersebut. Oleh karena
itu, penyusunan rekomendasi yang baik perlu diperhatikan.
10
b. Staf harus disupervisi dengan baik.
c. Bukti yang cukup, kompeten, dan relevan harus diperoleh untuk menjadi
dasar yang memadai bagi temuan dan rekomendasi pemeriksa.
d. Pemeriksa harus mempersiapkan dan memelihara dokumen pemeriksaan
dalam bentuk kertas kerja pemeriksaan. Dokumen pemeriksaan yang
berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan pemeriksaan
harus berisi informasi yang cukup untuk memungkinkan pemeriksa yang
berpengalaman, tetapi tidak mempunyai hubungan dengan pemeriksaan
tersebut, dapat memastikan bahwa dokumen pemeriksaan tersebut dapat
menjadi bukti yang mendukung temuan, simpulan, dan rekomendasi
pemeriksa.
3. Standar Pelaporan Audit Kinerja
a. Pemeriksa harus membuat laporan hasil pemeriksaan untuk
mengkomunikasikan setiap hasil pemeriksaan.
b. Laporan hasil pemeriksaan harus mencakup : (a) penyataan bahwa
pemeriksaan dilakukan sesuai dengan standar pemeriksaan; (b) tujuan,
lingkup, dan metodologi pemeriksaan; (c) hasil pemeriksaan berupa temuan
audit, simpulan, dan rekomendasi; (d) tanggapan pejabat yang bertanggung
jawab atas hasil pemeriksaan; (e) pelaporan informasi rahasia apabila ada.
c. Laporan hasil pemeriksaan harus tepat waktu, lengkap, akurat, objektif,
meyakinkan, serta jelas dan seringkas mungkin.
d. Laporan hasil pemeriksaan diserahkan kepada lembaga perwakilan, entitas
yang diaudit, pihak yang mempunyai kewenangan untuk mengatur entitas
yang diaudit, pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan tindak lanjut
hasil pemeriksaan, dan kepada pihak lain yang diberi wewenang untuk
menerima laporan hasil pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
11
III.3 KOMPETENSI AUDITOR DAN MANAJEMEN AUDIT KINERJA
A. Kompetensi Auditor Kinerja
Kompetensi auditor adalah kualifikasi yang dibutuhkan oleh auditor untuk
melaksanakan audit kinerja dengan benar. Kompetensi yang dibutuhkan oleh seorang
auditor kinerja berbeda dengan auditor keuangan. Terdapat tiga macam kompetensi
auditor kinerja, yaitu mutu personal, pengetahuan umum, dan keahlian khusus.
Untuk memperoleh kompetensi tersebut dibutuhkan pendidikan dan pelatihan bagi
auditor kinerja, yang dikenal dengan pendidikan profesional berkelanjutan
(continuing professional education).
Mutu Personal
Dalam menjalankan tugasnya, seorang auditor harus memiliki mutu personal
yang baik seperti :
1. Rasa ingin tahu (inquisitive);
2. Berpikiran luas (broad-minded);
3. Mampu menangani ketidakpastian;
4. Mampu menerima bahwa tidak ada solusi yang mudah;
5. Menyadari bahwa beberapa temuan dapat bersifat subjektif;
6. Mampu bekerja sama dengan tim
Disamping itu, auditor juga harus memiliki integritas yang tinggi serta dituntut
untuk memiliki kemampuan komunikasi yang baik, karena dalam audit kinerja
banyak dilakukan wawancara dan permintaan keterangan dari auditee untuk
memperoleh data. Buttery, Hurford, dan Simpson (1993) menyebutkan beberapa
mutu personal lainnya yang harus dimiliki oleh seorang auditor, seperti
kepandaian (intelegensi), kemampuan komunikasi, perilaku yang baik, komitmen
yang tinggi, serta kemajuan imajinasi yang baik untuk menciptakan sikap yang
kreatif dan penuh inovasi.
Pengetahuan Umum
Seorang auditor harus memiliki pengetahuan umum untuk memahami entitas
yang diaudit dan membantu pelaksanaan audit. Pengetahuan dasar ini meliputi
kemampuan untuk melakuakan review analitis (analytical review), pengetahuan
teori organisasi untuk memahami suatu organisasi, pengetahuan auditing, dan
pengetahuan tentang sektor publik. Pengetahuan akuntasi mungkin akan
membantu dalam mengolah angka dan data, namun karena audit kinerja tidak
12
memfokuskan pada laporan keuangan maka pengetahuan akuntansi bukanlah
syarat utama dalam melakukan audit kinerja.
Keahlian Khusus
Keahlian khusus yang harus dimiliki oleh auditor kinerja antara lain keahlian
untuk melakukan wawancara, kemampuan membaca cepat, statistik,
keterampilan menggunakan komputer (minimal mampu mengoperasikan word
processing dan spread sheet), serta kemampuan untuk menulis dan
mempresentasikan laporan dengan baik.
Pelatihan
Supaya auditor memiliki mutu personal, pengetahuan umum dan keahlian khusus
yang memadai maka diperlukan pelatihan bagi auditor kinerja. Pelatihan juga
sangat diperlukan mengingat dalam standar umum dinyatakan bahwa auditor
secara kolektif harus memiliki kecakapan profesional yang memadai untuk
melaksanakan tugas pemeriksaan.
13
c) Memberikan sarana untuk berkomunikasi dengan entitas-entitas yang akan
diaudit dan badan legislatif mengenai strategi audit.
d) Menghasikan suatu program kerja yang dapat dicapai dengan suatu sumber
daya yang tersedia.
e) Memahami dan memperhitungkan risiko entitas dalam pemilihan audit.
f) Menyediakan dasar bagi akuntabilitas lembaga audit.
Prosedur perencanaan strategis audit kerja tidak banyak berbeda dengan
penyusunan perencanaan strategis secara umum yang dijelaskan sebagai berikut :
a) Menetapkan tema- tema audit.
b) Menganalisis entitas yang akan diaudit dan lingkungannya.
c) Menentukan topik audit potensial.
Melalui perencanaan strategis, dapat ditetapkan tujuan sementara dan lingkup
audit, kriteria audit sementara untuk menilai kinerja suatu entitas, manfaat-
manfaat potensial dari pelaksanaan audit; serta perkiraan sementara kebutuhan-
kebutuhan sumber daya. Penyusunan tujuan dan strategi tersebut merupakan
tanggung jawab manajemen lembaga audit.
Perencanaan Operasional
Perencanaan operasional dalam konteks audit kinerja akan didasarkan pada
perencanaan strategis, yang akan menggambarkan berbagai tahapan dalam
seluruh audit kinerja yang akan dilaksanakan. Perencanaan operasional
merupakan patokan objek audit yang harus dilaksanakan pada tahun mendatang.
Langkah selanjutnya adalah menjabarkan rencana tersebut dalam bentuk entitas
yang akan diaudit (objek audit), perkiraan jangka waktu, jumlah personel, dan
biaya audit.
2. Pengorganisasian Audit Kinerja
Di lembaga audit pemerintah dikenal dua jenis pengorganisasian audit kinerja
sebagai berikut :
Fungsi audit kinerja diletakan pada masing- masing unit pelaksanaan audit yang
ada. Contoh lembaga audit yang menggunakan pendekatan ini dalam
pengorganisasian audit kinerja adalah Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia (BPK-RI) dan United State Government Accountability Office
(U.S.GAO).
14
Fungsi audit kinerja berdiri sendiri, yaitu dilaksanakan oleh suatu unit yang
khusus menangani audit kinerja. Contoh lembaga audit yang menggunakan
pengorganisasian ini adalah Australian National Audit Office (ANAO).
3. Pelaksanaan
Pelaksanaan audit kinerja yang dilakukan oleh tim audit adalah meliputi
perencanaan, pelaksanaan, dan tindak lanjut audit kinerja.
4. Pengendalian
Untuk menjamin mutu pelaksanaan audit, maka perlu ditetapkan penjaminan
mutu, pengendalian mutu, dan monitor atas program audit.
a) Penjaminan Mutu
Penjaminan mutu (quality assurance) meliputi kebijakan, sistem, dan prosedur
yang disusun oleh lembaga audit untuk memelihara standar yang tinggi dari
kegiatan audit. Sistem quality assurance menyediakan:
Indikator bagi perekrutan dan promosi auditor;
Panduan mengenai aspek teknis dan administrasi dalam pengendalian mutu audit;
Dasar untuk melakukan komunikasi mengenai kebijakan, prosedur dan hasil,
pengendalaian mutu terhadap staf terkait;
Pengawasan dan review yang memadai atas sistem quality assurance.
b) Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu (quality control) mengacu pada persyaratan yang harus
dipatuhi dalam manajemen audit individual. Tujuan dari quality control mengacu
pada:
Kompetensi dan independensi;
Supervisi dan pemberian tugas kepada personel untuk melaksanakan audit;
Panduan dan bimbingan;
Evaluasi atas klien;
Pembagian tanggung jawab administrasi dan teknis.
15
c) Monitor atas Program Audit
Lembaga audit perlu mengembangkan indikator kinerja yang tepat untuk
mengukur keberhasilan program audit kinerja (seperti biaya, jangka waktu,
tonggak pencapaian/ milestone dan hasil) serta memonitor pelaksanaan audit..
B. Pelaksanaan
Pelaksanaan audit kinerja juga dikenal sebagai pengujian terinci. Tahap
pengujian terinci merupakan kelanjutan dari survey pendahuluan. Tujuan utama
pengujian terinci adalah :
1. Menilai apakah kinerja entitas yang di audit sesuai dengan kriteria;
2. Menyimpulkan apakah tujuan - tujuan audit tercapai;
3. Mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan untuk memperbaiki kinerja
entitas yang di audit, yang akan dituangkan dalam rekomemdasi kepada auditee.
Pada tahap pengujian terinci auditor akan, (1) mengumpulkan dan menguji bukti
audit yang kompeten dan relevan; (2) menyusun kertas kerja (3) menyusun dan
mengkomunikasikan temuan audit; serta (4) menyusun dan mendistribusikan laporan
hasil audit.
C. Tindak lanjut
16
Audit kinerja dilaksanakan untuk mengadakan perbaikan terhadap kinerja
entitas yang diaudit melalui pemberian rekomendasi. Auditor bertanggung jawab
memantau sejauh mana rekomendasi dilaksanakan oleh auditee. Tujuan utama tindak
lanjut audit adalah untuk meyakinkan auditor bahwa auditee telah memperbaiki
kelemahan yang telah diidentifikasi. Kegiatan tindak lanjut dapat dibagi menjadi tiga
tahapan, yaitu pemutakhiran (update) informasi, tindak lanjut di kantor, dan tindak
lanjut di lapangan. Hal ini diringkas pada Figur di bawah ini :
Tindak lanjut
Ada dua pertanyaan penting yang harus dijawab oleh auditor sebelum
melaksanakan audit, yakni :
17
Jawaban kedua pertanyaan ini penting untuk membuat peta jalan (road map) yang
dapat menuntun tim dalam memasuki tahap audit selanjutnya.
Pemahaman yang objektif dan komprehensif atas entitas yang akan di audit
sangat penting untuk mempertajam tujuan audit, mengidentifikasi isu-isu kritis, dan
menghindari dihasilkannya temuan yang misleading sehingga audit dapat
dilaksanakan lebih ekonomis, efisien, dan efektif. Pemahaman tersebut juga
membantu mencegah dihasilkannya temuan yang menyesatkan ( misleading)
Entry Meeting
Auditor harus melakukan diskusi dengan manajemen entitas yang diaudit guna
membangun kesamaan persepsi.
18
Segala informasi terkait yang dapat memberikan gambaran umum secara
utuh mengenai entitas. Dalam pemeriksaan kinerja, auditor harus
memberikan perhatian yang lebih besar pada peraturan perundang-undangan
yang berlaku sebagai landasan kegiatan operasi organisasi publik.
Hasil audit yang lalu dan hasil reviu dapat menjadi sumber informasi yang
sangat berguna. Informasi ini juga menghindarkan auditor dari pekerjaan
yang tidak diperlukan pada saat pengujian terinci sehingga dapat lebih fokus
pada permasalahan yang belum dapat diatasi auditor sebelumnya.
Salah satu cara yang dilakukan auditor untuk memahami entitas adalah
dengan memahami SPI. Pengendalian internal yang dimaksud oleh SPKN
mengacu pada konsep COSO. Tujuan pengendalian internal meliputi :
19
(c) control activities
(e) monitoring
20
Prosedur dan Teknik Pengumpulan Informasi
4. Control system model (unsur dasar kegiatan dan kaitan dengan SPI)
Tidak ada cara terbaik atau terburuk. Cara terbaik adalah memilih metode yang
paling sesuai dengan kondisi dan situasi di lapangan.
21
1. Tujuan Entitas
2. Hubungan Akuntabilitas
3. Sumber Daya
Sumber daya material, sumber daya keuangan, dan sumber daya manusia.
4. Proses Manajemen
5. Tujuan Kinerja
7. Lingkungan Eksternal
Tahap identifikasi area kunci merupakan tahap yang paling kritis dan
menentukan dalam pelaksanaan audit kinerja. Pemilihan area kunci harus dilakukan
mengingat luasnya bidang, program, dan kegiatan pada entitas yang diaudit sehingga
tidak mungkin melakukan audit di seluruh area entitas.
22
Area kunci merupakan area atau kegiatan yang dilaksanakan oleh auditee, yang
sangat menentukan tingkat keberhasilan atau kegagalan kinerja auditee yang
bersangkutan.
Penggunaan sumber daya audit secara lebih efisien dan efektif karena dapat fokus
pada area audit yang memiliki nilai tambah maksimum.
(ii) Signifikansi
23
Bergantung pada apakah suatu kegiatan dalam suatu area audit secara
komparatif memiliki pengaruh yang besar terhadap kegiatan lainnya dalam
objek audit secara keseluruhan.
Nilai tambah yang diharapkan dari audit tersebut yakni suatu perubahan dan
perbaikan yang dapat meningkatkan 3E.
(iv) Auditabilitas
24
area kunci, namun auditor merasa perlu untuk menentukan apakah audit akan
dilakukan terhadap 3E (ekonomi, efisiensi, dan efektivitas), 2E, atau hanya 1E.
4. Menjadi ukuran atas mutu audit kinerja yang harus ditunjukkan pada akhir
audit.
Proses penetapan tujuan audit kinerja berbeda dengan audit keuanga. Tujuan
audit keuangan adalah menguji asersi manajemen dengan periode penyajian
laporan keuangan. Dengan demikian, dalam perencanaan audit keuangan auditor
tidak perlu menentukan tujuan audit.
Pada audit kinerja, penerapan tujuan audit diawali dengan menetapkan tentative
audit objective(TAO) berdasarkan informasi umum yang diperoleh pada saat
pemahaman entitas. Apabila auditor telah mengidentifikasi aspek manajemen
atau bidang pada auditee yang mempunya kelemahan dan perlu dilakukan
pengujian lebih lanjut, maka TAO disempurnakan menjadi FAO (firm audit
objective). Dengan adanya FAO maka pengumpulan bukti dpat dilaksanakan
dengan lebih murah, mudah, dan terarah.
TAO dapat berupa evaluasi kinerja manajemen dengan aspek 3E secara umum
atau luas. Sedangkan dalam FAO, auditor dapat memilih salah satu dari 3 aspek
25
tersebut untuk dilakukan pengujian terinci. National Audit Office of United
Kingdom (BPK Inggris) memberikan uraian mengenai kelebihan dan kekurangan
setiap jenis tujuan audit kinerja seperti tampak dalam gambar berikut :
Tujuan audit harus menjelaskan secara ringkas alasan, manfaat, dan dampak yang
akan ditimbulkan oleh pelaksanaan audit. Beberapa contoh alasan dilakukannya
audit adalah sebagai berikut :
26
1. Ada ketidakhematan atau ketidakefisienan atas penggunaan sumber daya
yang tersedia.
3. Adanya alternatif lain yang lebih baik dalam pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan.
3. Waktu yang diperlukan dalam audit dan besarnya sampel yang akan diambil.
27
3. Menggunakan pertimbangan profesional (untuk audit yang lebih khusus,
berkaitan dengan perancangan prosedur audit dalam rangka mencapai tujuan
audit)
a. Kriteria Audit
Standar, ukuran, harapan, dan praktik terbaik yang seharusnya dilakukan atau
dihasilkan oleh entitas yang diaudit.
Penilaian proses dan hasil hanya dapat dilakukan dengan baik apabila sudah
tersedia standar proses kerja, termasuk standar input dan output. Cara
membedakan kedua pendekatan tersebut adalah sebagai berikut :
Jawaban pertanyaan ini mengarah pada penggunaan sumber daya dan proses
kerja auditee.
28
(ii) Apakah auditee telah mencapai hasil yang benar?
Meskipun dalam setiap tujuan audit dapat digunakan dua jenis kriteria (proses
dan hasil), namun dalam praktiknya penerapan kriteria proses dan kriteria
hasil dalam audit dilakukan sessuai kebutuhan, yakni dapat digunakan salah
satu dan dapat pula secara bersamaan.
c. Penerapan Kriteria
Penetapan kriteria proses dan kriteria hasil dikaitkan dengan tujuan audit sebagai
berikut :
Kriteria proses berkaitan dengan cara kerja dan sumber daya yang seharusnya
digunakan dalam proses pekerjaan. Kriteria hasi berkitan dengan tercapainya
3E sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Kriteria proses berkaitan dengan stadar, cara kerja, dan pengguanaan sumber
daya untuk menghasilkan informasi yang benar dalam rangka pengambilan
keputusan. Kriteria hasil diwujudkan dalam bentuk informasi yang benar dan
dapat dipercaya sebagai bahan pengambilan keputusan.
d. Pengukuran 3E
29
e. Karakteristik Kriteria Audit
Kriteria yang tepat adalah kriteria yang sesuai dengan karakteristik khusus darii
entitas yang diaudit. Auditor harus meyakini bahwa kriteria yang digunakan
sesuai untuk menilai dan mengevaluasi kegiatan yang dilakukan.
1. Dapat dipercaya
2. Objektif
3. Berguna
4. Dapat dimengerti
5. Dapat diperbandingkan
30
6. Kelengkapan
7. Dapat diterima
pelaksanaan audit.
1. Bukti fisik (inspeksi langsung atau observasi-memo, foto, contoh fisik, dll)
31
4. Bukti analitis (analisis ratio, tren, oika dara, benchmarking, dll).
3. Sumber-sumber lain
Pada tahap survei pendahuluan, bukti yang diutamakan adalah bukti yang
relevan. Pada tahap ini, syarat kecukupan dan kompetensi bukti tidak terlalu
dipentingkan. Sedangkan pada tahap pengujian terinci, bukti yang dikumpulkan
harus cukup, kompeten, dan relevan.
1. Kecukupan (kuantitas)
Suatu bukti diakatakan cukup bila jumlah bukti yang diperoleh untuk
meyakinkan validitas dan keandalan temuan audit.
3. Relevan (jelas)
Hubungan yang logis dan masuk akal dengan tujuan dan kriteria audit.
2. Bukti-bukti audit yang bersifar oral dan tisak didukung oleh dokumentasi atau
pengamatan .
32
3. Bukti-bukti audit yang sudah tidak mutakhir dan tidak menggambarkan
perubahan-perubahan yang ada
7. Bukti-bukti audit yang tidak lengkap, yaitu bukti-bukti audit yang tidak
menggambarkan sebab akibat
33
2. Menyampaikan alasan dan simpulan apaabila pengujian terinci tidak
direkomendasikan.
3. Risiko audit
Hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan laporan survei pendahuluan yaitu :
1. Memberikan perhatian yang lebih besar pada bagain penilaianSPI, area kunci,
dan penetapan tujuan audit
34
4.7 PENYUSUNAN PROGRAM PENGUJIAN TERINCI
1. Menetapkan hubungan yang jelas antara tujuan audit, metodologi audit, dan
kemungkinan-kemungkinan pekerjaan lapangan yang harus dikerjakan.
35
3. Prosedur audit adalah langkah pengujian, instruksi, dan rincian yang
termasuk dalam program audit untuk dilaksanakan secara sistematis dan
masuk akal.
36
37
BAB III
PENUTUP
Dari pembahasan audit kinerja pemerintah daerah di atas dapat ditarik sebuah
kesimpulan antara lain :
1. Audit kinerja adalah audit yang bertujuan untuk menilai kinerja suatu organisasi,
program, atau kegiatan yang meliputi audit atas aspek ekonomi, efisiensi, dan
efektivitas.
2. Manfaat utama audit kinerja adalah untuk meningkatkan kinerja dan akuntabilitas
publik.
3. Standar-standar yang menjadi pedoman dalam audit kinerja menurut SPKN
adalah standar umum, standar pelaksanaan dan standar pelaporan.
4. Kompetensi auditor adalah kualifikasi yang dibutuhkan oleh auditor untuk
melaksanakan audit kinerja dengan benar. Terdapat tiga macam kompetensi
auditor kinerja, yaitu mutu personal, pengetahuan umum, dan keahlian khusus.
5. Manajemen audit kinerja meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
dan pengendalian audit kinerja pada tingkat lembaga audit.
6. Dalam Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN), siklus audit kinerja
mencakup tiga tahap yaitu : (1) tahap perencanaan; (2) tahap pelaksanaan; (3)
tahap pelaporan.
7. Survey pendahuluan terdiri dari tujuh langkah utama yaitu : (1) Pemahaman
entitas, (2) Identifikasi area kunci, (3) Penetapan tujuan dan lingkup, (4)
Penetapan kriteria, (5) Identifikasi bukti, (6) Laporan survey pendahuluan, dan
(7) Program audit.
38
DAFTAR PUSTAKA
Rai, I Gusti Agung. Audit Kinerja pada Sektor Publik. 2010. Jakarta : Salemba
Empat
39
40