Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH

AUDIT KINERJA PEMERINTAH DAERAH

Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Audit Keuangan Negara


Dosen Pengampu : Dr. H. Ahmad Rifai

Oleh:

Ade Lynda Maulintika Idris (I2F015090)


Fendhica Nickolan (I2F015106)
Siti Maratus Saadah (I2F015122)

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MATARAM
2017
BAB I
PENDAHULUAN
Kinerja berasal dari kata dasar kerja, yang menurut KBBI : kegiatan
melakukan sesuatu; yang dilakukan (diperbuat). Sedang Audit Kinerja menurut BPK
RI adalah suatu proses sistematis dalam mendapatkan dan mengevaluasi bukti secara
objektif atas kinerja suatu organisasi, program, fungsi atau kegiatan. Evaluasi
dilakukan berdasarkan aspek ekonomi dan efisiensi operasi, efektivitas dalam
mencapai hasil yang diinginkan, serta kepatuhan terhadap peraturan, hukum, dan
kebijakan terkait.

Adapun tujuan evaluasi itu sendiri adalah untuk mengetahui tingkat


keterkaitan antara kinerja dan kriteria yang ditetapkan serta mengkomunikasikan
hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Kalau fungsi audit kinerja adalah
memberikan review independen dari pihak ketiga atas kinerja manajemen dan
menilai apakah kinerja organisasi dapat memenuhi harapan.

Selama ini sektor publik tidak luput dari tudingan sebagai sarang korupsi,
kolusi, nepotisme, inefisiensi dan sumber pemborosan negara. Keluhan "birokrat
tidak mampu berbisnis" ditujukan untuk mengkritik buruknya kinerja perusahaan-
perusahaan sektor publik. Pemerintah sebagai salah satu organisasi sektor publik pun
tidak luput dari tudingan ini. Organisasi sektor publik pemerintah merupakan
lembaga yang menjalankan roda pemerintahan yang sumber legitimasinya berasal
dari masyarakat. Masyarakat menuntut akan transparansi dan akuntabilitas dalam
pengelolaan dana masyarakat oleh pemerintah. Masyarakat ingin mengetahui apakah
berbagai program telah tercapai dan apakah tercapainya program tersebut telah
dilakukan dengan prinsip ekonomi (kehematan), dengan cara efisien, dan dengan
hasil yang efektif atau yang lebih dikenal dengan istilah spend well, spend less,
spend wisely. Keinginan dan tuntutan masyarakat tersebut belum sepenuhnya dapat
dipenuhi apabila hanya mengandalkan hasil audit laporan keuangan yang memuat
opini tentang neraca, perbandingan anggaran dan realisasi, arus kas, dan catatan atas
laporan keuangan. Masyarakat ingin mengetahui apakah penyelenggaraan kegiatan
oleh pemerintah dengan menggunakan dana publik dapat memberikan nilai lebih
bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Untuk menepis tudingan masyarakat
tersebut pemerintah seharusnya mencari jalan dalam menunjukkan pengelolaan

1
keuangan Negara yang ekonomi, efektif dan efisien. Salah satu caranya adalah
dengan mengadakan perluasan tujuan dan jenis audit dari audit keuangan menuju
audit kinerja (performance audit).
Audit kinerja (performance audit) terhadap sektor publik dapat membantu
masyarakat dalam mengetahui kinerja yang lebih lengkap dari organisasi masyarakat
(public). Audit Kinerja dapat dilakukan baik pada sektor swasta maupun sektor
publik dan badan pemerintah, karena dari semua tujuan kepentingan masyarakat
merupakan prioritas utama. Audit kinerja bertujuan untuk mengevaluasi kinerja dan
mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan rekomendasi guna perbaikan atau
tindakan lebih lanjut. Selama ini, hasil dari audit kinerja cenderung diasumsikan
sebagai informasi yang ditujukan kepada konsumsi pihak internal perusahaan, karena
menelaah secara sistematik kegiatan organisasi dalam hubungannya dengan tujuan
tertentu. Padahal laporan audit kinerja ini juga bisa digunakan oleh pihak eksternal
untuk pengambilan keputusan.
Hal terpenting utama yang harus dilakukan sebelum pelaksanaan audit kinerja
adalah melakukan perencanaan audit kinerja . Ada delapan tahapan yang harus
dilalui dalam perencanaan audit kinerja yaitu : 1.) Survei pendahuluan, 2.)
Pemahaman Entitas, 3.) Identifikasi area kunci,4.) Penetapan Tujuan dan Lingkup,
5.) Penetapan kinerja, 6.) Identifikasi Bukti, 7.) Laporan Survei pendahuluan, dan 8).
Program Audit.

BAB II

2
PEMBAHASAN

I. SEJARAH AUDIT KINERJA

Secara umum, audit kinerja lahir sebagai wujud ketidakpuasan atas hasil audit
keuangan, yang hanya memberikan opini atau menilai kewajaran laporan keuangan.
Padahal masyarakat ingin tahu apakah uang negara (hasil pungutan pajak mereka) di
kelola dengan baik dan benar. Apakah uang negara itu digunakan untuk memperoleh
sumber daya secara ekonomis, digunakan secara efektif (spending well) danefektif
(spending wisely).

Audit kinerja sendiri sebenarnya merupakan metamorfosis dari audit intern


(internal audit) yang berkembang menjadi audit operasional (operational audit), dan
selanjutnya menjadi audit manajemen (management audit). Audit manajemen
berfokus pada penilaian aspek ekonomi dan efisiensi. Audit manajemen kemudian
dilengkapi dengan audit program (program audit) yang bertujuan untuk menilai
efektivitas. Penggabungan antara audit manajemen dan audit program inilah yang
disebut sebagai audit kinerja (performance audit).

Di sisi lain audit kinerja merupakan pengembangan dari principal-agent


theory. Masyarakat sebagai principle yang mempercayakan uangnya untuk dikelola
secara baik oleh pemerintah sebagai agent. Pendapat lain juga menyebutkan kalau
audit kinerja merupakan pengganti mekanisme pasar.

II. DASAR PERATURAN

Dasar peraturan dalam audit kinerja meliputi:

1. UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab


Keuangan Negara : Memberikan kewenangan kepada BPK (sebagai intenal
auditor) untuk melakukan audit kinerja

2. PP No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah :


Memberikan kewenangan pada Aparat Pengawas Intern Pemerintah untuk

3
melaksanakan audit kinerja. Audit kinerja dapat dilakukan oleh internal auditor
dan ekternal auditor, dan keduanya harus saling berkoordinasi agar tidak saling
berbenturan.

III. KONSEP AUDIT KINERJA SEKTOR PUBLIK


III.1 KONSEP AUDIT KINERJA
A. Perkembangan Audit Kinerja
Leo Herbert dalam bukunya Auditing the Perfomance of Management membuat
gambaran yang cukup komprehensif tentang perkembangan audit dan pengetahuan yang
diperlukan dalam bidang audit. Sebelum mencapai bentuknya, audit kinerja mengalami
evolusi yang cukup lama, dimulai dari financial statement auditing pada tahum 1930,
dilanjutkan dengan management auditing pada tahun 1950 dan program auditing pada
tahun 1970. Dalam kurun waktu yang sama, yaitu pada tahun 1971, Elmer B. Staat dari
United State Comptroller General Accounting Office,untuk pertama kalinya
memperkenalkan istilah Performance Audit pada kongres INTOSAI (International
Organization of Supreme Audit Intitution), di Montreal, Kanada. Semenjak itu, audit
kinerja (performance audit) yang merupakan perluasan dari lingkup audit keuangan,
mulai dilaksanakan dalam audit sektor publik oleh Supreme Audit Institution (Lembaga
Audit Tertinggi) di seluruh dunia. Pelaksanaan audit kinerja di seluruh dunia, termasuk
di Indonesia terus mengalami pasang surut. Sebagai gambaran, pada Netherland Court
of Audit (BPK Belanda), perkembangan audit kinerja dimulai dengan mandat untuk
melaksanakan audit kinerja pada tahun 1976. Pada awalnya, audit kinerja berfokus pada
efisiensi. Kemudian, mereka mulai menyusun dan terus menyempurnakan manual audit
kinerja yang ada. Pada perkembangan selanjutnya, mereka mengintegrasikan teknologi
informasi dan komunikasi ke dalam audit kinerja (antara lain untuk mengumpulkan dan
menganalisis data), serta menggunakan pendekatan strategis dalam menentukan tema
audit. Pada BPK Belanda, audit kinerja yang berfokus pada mutu dan akuntabilitas
kebijakan pemerintah merupakan perluasan dari audit keuangan yang berfokus pada
penganggaran. Di Australian National Audit Office (BPK Australia), audit kinerja
dimulai pada akhir tahun 1970-an. Audit kinerja diperkenalkan di Australia seiring
dengan meningkatnya ketertarikan pemerintah, parlemen, dan masyarakat terhadap
efektivitas program dan efisiensi administrasi pemerintah. Di Indonesia, audit kinerja

4
juga mulai diperkenalkan pada tahun 1976, yaitu dengan dimulainya management audit
course di Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) atas kerja sama dengan US-GAO.

5
B. Pengertian Audit Kinerja
Secara etimologi, istilah audit kinerja terdiri atas dua kata, yaitu audit dan
kinerja. Definisi audit menurut Arens adalah kegiatan pengumpulan dan evaluasi
terhadap bukti-bukti yang dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen
untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara kondisi yang ditemukan
dan kriteria yang ditetapkan. Sedangkan menurut Stephen P. Robbins, kinerja
merupakan hasil evaluasi terhadap pekerjaan yang telah dilakukan dibandingkan
dengan kriteria yang telah ditetapkan bersama. Di lain pihak, Ayuha menjelaskan :
Perfomance is the way of job or task is done by an individual, a group of
organization. (Kinerja adalah cara perseorangan atau kelompok dari suatu
organisasi menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas). Dari kedua definisi tersebut
terlihat bahwa istilah kinerja mengarah pada dua hal, yaitu proses dan hasil yang
dicapai. Selanjutnya, Pasal 4 ayat (3) UU No 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, mendefinisikan audit kinerja
sebagai audit atas pengelolaan keuangan negara yang terdiri atas audit aspek
ekonomi dan efisiensi serta audit aspek efektivitas. Berdasarkan berbagai definisi di
atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dasar dari audit kinerja adalah menilai kinerja
suatu organisasi, program, atau kegiatan yang meliputi audit atas aspek ekonomi,
efisiensi, dan efektivitas. Audit kinerja (performance audit) merupakan perluasan
dari audit laporan keuangan, dalam hal prosedur dan tujuan.

C. Istilah dalam Audit Kinerja


Banyak nama atau istilah yang dipakai untuk menunjuk pada hal yang sama.
Perlu diklarifikasi beberapa istilah umum yang digunakan dalam audit kinerja,
diantaranya performance audit dan Value For Money (VFM) audit. VFM audit
mengacu pada penilaian apakah manfaat yang dihasilkan oleh suatu program lebih
besar dari biaya yang dikeluarkan (spending well) atau masih mungkinkah
melakukan pengeluaran/belanja dengan lebih baik/bijak (spending wisely). Istilah
VFM audit banyak digunakan di Kanada dan beberapa Negara Anggota
Persemakmuran. Secara internasional, istilah performance audit sudah merupakan
istilah baku di kalangan anggota INTOSAI. Istilah yang juga sering dijumpai adalah
audit manajemen, audit operasional, atau audit ekonomi dan efisiensi. Istilah ini

6
digunakan untuk menilai aspek ekonomi dan efisiensi dari pengelolaan organisasi.
Istilah yang lain adalah audit program atau audit efektivitas. Jenis audit ini ditujukan
untuk menilai manfaat atau pencapaian suatu program. Gabungan dari audit manajemen/
operasional dan audit program merupakan audit kinerja. Dengan kata lain, audit kinerja
merupakan bagian dari audit manajemen/ operasional dan audit program.

D. Perbedaan antara Audit Kinerja dan Audit Keuangan


Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai audit kinerja,
berikut diuraikan perbedaan antara audit kinerja dan audit keuangan :
1. Lingkup audit keuangan meliputi seluruh laporan keuangan, sedangkan audit
kinerja lebih spesifik dan fleksibel dalam pemilihan subjek, objek, dan
metodologi audit.
2. Audit keuangan merupakan audit reguler, sedangkan audit kinerja bukan
merupakan audit reguler karena tidak harus dilaksanakan setiap tahun atau secara
berkala.
3. Opini/ pendapat yang diberikan dalam audit keuangan bersifat baku, yaitu
unqualified, qualified, adverse, atau disclaimer, sedangkan audit kinerja bukan
merupakan audit dengan jenis opini yang sudah ditentukan (formalized opinion ).
4. Audit kinerja dilaksanakan dengan dasar pengetahuan yang bersifat multidisiplin
dan lebih banyak menekankan pada kemampuan analisis daripada hanya sebatas
pengetahuan akuntansi.
5. Audit kinerja bukanlah bentuk audit berdasarkan checklist. Kompleksitas dan
keragaman pertanyaan dalam audit kinerja mensyaratkan agar auditor dibekali
dengan kemampuan berkomunikasi yang baik.

E. Karakteristik Audit Kinerja


Karakteristik audit kinerja adalah sesuatu yang hanya dimiliki oleh audit
kinerja, yang membedakan audit kinerja dengan jenis audit lainnya. Berikut ini
adalah beberapa karakteristik dari audit kinerja.
1. Audit kinerja berusaha mencari jawaban atas dua pertanyaan dasar berikut.
a. Apakah sesuatu yang benar telah dilakukan (doing the right things )?
b. Apakah sesuatu telah dilakukan dengan cara yang benar (doing the things
right)?

7
2. Proses audit kinerja dapat dihentikan apabila pengujian terinci dinilai tidak akan
memberikan nilai tambah yang signifikan bagi perbaikan manajemen atau
kondisi internal lembaga audit dinilai tidak mampu untuk melaksanakan
pengujian terinci.
3. Profesor Soemardjo Tjitrosidojo (1980) memberikan karakteristik audit kinerja
sebagai berikut.
a. Pemeriksaan operasional, dengan menggunakan perbandingan dengan cara
pemeriksaan oleh dokter, haruslah merupakan pemeriksaan semacam
medical check up (penelitian kesehatan) dan bukan merupakan
pemeriksaan semacam otopsi post mortem(pemeriksaan mayat); jadi,
pemeriksaan seharusnya dimaksudkan agar si pasien memperoleh petunjuk
agar ia selanjutnya dapat hidup lebih sehat dan bukan sebagai pemeriksaan
untuk menganalisis sebab-sebab kematian mayat.
b. Pemeriksa haruslah wajar (fair), objektif dan realistis; mengingat bahwa ia
harus dapat menjangkau hari depan organisasi yang diperiksanya, ia harus
dapat berpikir secara dinamis, konstruktif, dan kreatif; :mengingat bahwa
dalam tugasnya, ia harus berhadapan dengan banyak orang yang sifat serta
tingkah lakunya beraneka ragam, ia harus dapat bertindak secara diplomatis;
seterusnya ia haruslah sensitif dalam menghadapi masalah-masalah yang
pelik dalam tugasnya, dan ia harus pula tangguh untuk tetap bertekad untuk
meneruskan suatu penyelidikan sampai akhirnya berhasil.
c. Pemeriksa (atau setidak-tidaknya tim pemeriksa secara kolektif) harus
mempunyai pengetahuan keterampilan dari berbagai macam bidang, seperti
ekonomi, hukum, moneter, statistik, komputer, keinsinyuran, dan sebagainya.
d. Agar pemeriksaan dapat berhasil dengan baik, pemeriksa harus dapat berpikir
dengan menggunakan sudut pandangan pejabat pimpinan organisasi yang
diperiksanya, dan sudah barang tentu, ia harus mendapat dukungan dari
pimpinan tertinggi; pemeriksa harus benar-benar mengetahui persoalan yang
dihadapinya, ia harus dapat mengantisipasi masalah serta cara
penyelesaiannya, dan memberikan gambaran tentang perbaikan-perbaikan
yang dapat diterapkan dalam organisasi yang diperiksanya.

8
e. Pemeriksaan operasional harus dapat berfungsi sebagai suatu early warning
system (sistem peringatan dini) agar pimpinan secara tepat pada waktunya,
setidak-tidaknya sebelum terlambat, dapat mengadakan tindakan-tindakan
korektif yang mengarah kepada perbaikan organisasinya.
Karakteristik diatas sangat relevan dengan konsep audit kinerja sebagai audit
for management bukan audit to management. Dalam audit for management, auditor
harus memberikan rekomendasi perbaikan bagi manajemen sebagai upaya
peningkatan akuntabilitas dan kinerja entitas yang diaudit.

F. Manfaat Audit Kinerja


Manfaat utama audit kinerja adalah untuk meningkatkan kinerja dan
akuntabilitas publik.
Peningkatan Kinerja
Audit kinerja dapat meningkatkan kinerja suatu entitas yang diaudit dengan cara
sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi permasalahan dan alternatif penyelesaiannya.
2. Mengidentifikasi sebab-sebab aktual (tidak hanya gejala atau perkiraan-
perkiraan) dari suatu permasalahan yang dapat diatasi oleh kebijakan
manajemen atau tindakan lainnya.
3. Mengidentifikasi peluang atau kemungkinan untuk mengatasi keborosan atau
ketidakefisienan.
4. Mengidentifikasi kriteria untuk menilai pencapaian tujuan organisasi.
5. Melakukan evaluasi atas sistem pengendalian internal.
6. Menyediakan jalur komunikasi antara tataran operasional dan manajemen.
7. Melaporkan ketidakberesan.
Peningkatan Akuntabilitas Publik
Pada sektor publik, audit kinerja dilakukan untuk meningkatkan akuntabilitas
berupa perbaikan pertanggungjawaban manajemen kepada lembaga perwakilan;
pengembangan bentuk-bentuk laporan akuntabilitas; perbaikan indikator kinerja;
perbaikan perbandingan kinerja antara organisasi sejenis yang diperiksa; serta
penyajian informasi yang jelas dan informatif. Perubahan dan perbaikan dapat
terjadi karena temuan atau rekomendasi audit. Umumnya, rekomendasi dapat

9
menjadi kunci untuk mencapai perubahan dan perbaikan tersebut. Oleh karena
itu, penyusunan rekomendasi yang baik perlu diperhatikan.

III.2 STANDAR AUDIT KINERJA SEKTOR PUBLIK


Dalam melaksanakan suatu audit, diperlukan standar yang akan digunakan
untuk menilai mutu pekerjaan audit yang dilakukan. Standar tersebut memuat
persyaratan minimum yang harus dipenuhi oleh seorang auditor dalam melaksanakan
tugasnya. Di Indonesia standar audit pada sektor publik adalah Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara (SPKN) yang dikeluarkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK). Standar-standar yang menjadi pedoman dalam audit kinerja menurut SPKN
adalah sebagai berikut:
1. Standar Umum
Standar umum terdiri dari empat pernyataan yang bertujuan untuk menjamin
kredibilitas hasil audit :
a. Pemeriksa secara kolektif harus memiliki kecakapan profesional yang
memadai untuk melaksanakan tugas pemeriksaannya.
b. Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi
pemeriksa dan pemeriksa, harus bebas dalam sikap mental dan penampilan
dari gangguan pribadi, ekstern, organisasi yang dapat mempengaruhi
independensinya.
c. Dalam pelaksanaan pemeriksaan serta penyusunan laporan hasil pemeriksaan,
pemeriksa wajib menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan
saksama.
d. Setiap organisasi pemeriksa yang melaksanakan pemeriksaan berdasarkan
Standar Pemeriksaan harus memiliki sistem pengendalian mutu yang
memadai dan sistem pengendalian mutu tersebut harus di review oleh pihak
lain yang kompeten (pengendalian mutu eksternal).

2. Standar Pelaksanaan Audit Kinerja


Standar Pelaksanaan Audit Kinerja terdiri dari empat pernyataan yang menjadi
acuan dalam perencanaan dan pengawasan pekerjaaan di lapangan :
a. Pekerjaan harus direncanakan secara memadai.

10
b. Staf harus disupervisi dengan baik.
c. Bukti yang cukup, kompeten, dan relevan harus diperoleh untuk menjadi
dasar yang memadai bagi temuan dan rekomendasi pemeriksa.
d. Pemeriksa harus mempersiapkan dan memelihara dokumen pemeriksaan
dalam bentuk kertas kerja pemeriksaan. Dokumen pemeriksaan yang
berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan pemeriksaan
harus berisi informasi yang cukup untuk memungkinkan pemeriksa yang
berpengalaman, tetapi tidak mempunyai hubungan dengan pemeriksaan
tersebut, dapat memastikan bahwa dokumen pemeriksaan tersebut dapat
menjadi bukti yang mendukung temuan, simpulan, dan rekomendasi
pemeriksa.
3. Standar Pelaporan Audit Kinerja
a. Pemeriksa harus membuat laporan hasil pemeriksaan untuk
mengkomunikasikan setiap hasil pemeriksaan.
b. Laporan hasil pemeriksaan harus mencakup : (a) penyataan bahwa
pemeriksaan dilakukan sesuai dengan standar pemeriksaan; (b) tujuan,
lingkup, dan metodologi pemeriksaan; (c) hasil pemeriksaan berupa temuan
audit, simpulan, dan rekomendasi; (d) tanggapan pejabat yang bertanggung
jawab atas hasil pemeriksaan; (e) pelaporan informasi rahasia apabila ada.
c. Laporan hasil pemeriksaan harus tepat waktu, lengkap, akurat, objektif,
meyakinkan, serta jelas dan seringkas mungkin.
d. Laporan hasil pemeriksaan diserahkan kepada lembaga perwakilan, entitas
yang diaudit, pihak yang mempunyai kewenangan untuk mengatur entitas
yang diaudit, pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan tindak lanjut
hasil pemeriksaan, dan kepada pihak lain yang diberi wewenang untuk
menerima laporan hasil pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

11
III.3 KOMPETENSI AUDITOR DAN MANAJEMEN AUDIT KINERJA
A. Kompetensi Auditor Kinerja
Kompetensi auditor adalah kualifikasi yang dibutuhkan oleh auditor untuk
melaksanakan audit kinerja dengan benar. Kompetensi yang dibutuhkan oleh seorang
auditor kinerja berbeda dengan auditor keuangan. Terdapat tiga macam kompetensi
auditor kinerja, yaitu mutu personal, pengetahuan umum, dan keahlian khusus.
Untuk memperoleh kompetensi tersebut dibutuhkan pendidikan dan pelatihan bagi
auditor kinerja, yang dikenal dengan pendidikan profesional berkelanjutan
(continuing professional education).
Mutu Personal
Dalam menjalankan tugasnya, seorang auditor harus memiliki mutu personal
yang baik seperti :
1. Rasa ingin tahu (inquisitive);
2. Berpikiran luas (broad-minded);
3. Mampu menangani ketidakpastian;
4. Mampu menerima bahwa tidak ada solusi yang mudah;
5. Menyadari bahwa beberapa temuan dapat bersifat subjektif;
6. Mampu bekerja sama dengan tim
Disamping itu, auditor juga harus memiliki integritas yang tinggi serta dituntut
untuk memiliki kemampuan komunikasi yang baik, karena dalam audit kinerja
banyak dilakukan wawancara dan permintaan keterangan dari auditee untuk
memperoleh data. Buttery, Hurford, dan Simpson (1993) menyebutkan beberapa
mutu personal lainnya yang harus dimiliki oleh seorang auditor, seperti
kepandaian (intelegensi), kemampuan komunikasi, perilaku yang baik, komitmen
yang tinggi, serta kemajuan imajinasi yang baik untuk menciptakan sikap yang
kreatif dan penuh inovasi.
Pengetahuan Umum
Seorang auditor harus memiliki pengetahuan umum untuk memahami entitas
yang diaudit dan membantu pelaksanaan audit. Pengetahuan dasar ini meliputi
kemampuan untuk melakuakan review analitis (analytical review), pengetahuan
teori organisasi untuk memahami suatu organisasi, pengetahuan auditing, dan
pengetahuan tentang sektor publik. Pengetahuan akuntasi mungkin akan
membantu dalam mengolah angka dan data, namun karena audit kinerja tidak

12
memfokuskan pada laporan keuangan maka pengetahuan akuntansi bukanlah
syarat utama dalam melakukan audit kinerja.
Keahlian Khusus
Keahlian khusus yang harus dimiliki oleh auditor kinerja antara lain keahlian
untuk melakukan wawancara, kemampuan membaca cepat, statistik,
keterampilan menggunakan komputer (minimal mampu mengoperasikan word
processing dan spread sheet), serta kemampuan untuk menulis dan
mempresentasikan laporan dengan baik.
Pelatihan
Supaya auditor memiliki mutu personal, pengetahuan umum dan keahlian khusus
yang memadai maka diperlukan pelatihan bagi auditor kinerja. Pelatihan juga
sangat diperlukan mengingat dalam standar umum dinyatakan bahwa auditor
secara kolektif harus memiliki kecakapan profesional yang memadai untuk
melaksanakan tugas pemeriksaan.

B. Manajemen Audit Kinerja


1. Perencanaan
Perencanaan yang dimaksud dalam hal ini adalah perencanaan pada tingkat
lembaga audit terdiri dari :
Perencanaan strategis
Pada audit keuangan, objek yang diaudit adalah kewajaran penyajian laporan
keuangan, dimana audit dilaksanakan secara rutin setiap satu tahun. Tidak
demikian halnya pada audit kinerja. Pada audit kinerja, organisasi memiliki
kebebasan dalam memilih objek audit dan pendekatan yang digunakan. Oleh
karena itu, organisasi audit harus melakukan perencanaan strategis untuk
menetapkan dan memilih prioritas objek dan topik audit kinerja. Tujuan dari
perencanaan strategis suatu audit adalah sebagai berikut :
a) Menyediakan arahan strategis bagi manajemen lembaga audit mengenai
cakupan audit di masa mendatang.
b) Mengidentifikasi dan memilih audit yang berpotensi meningkatkan
administrasi dan akuntabilitas sektor publik.

13
c) Memberikan sarana untuk berkomunikasi dengan entitas-entitas yang akan
diaudit dan badan legislatif mengenai strategi audit.
d) Menghasikan suatu program kerja yang dapat dicapai dengan suatu sumber
daya yang tersedia.
e) Memahami dan memperhitungkan risiko entitas dalam pemilihan audit.
f) Menyediakan dasar bagi akuntabilitas lembaga audit.
Prosedur perencanaan strategis audit kerja tidak banyak berbeda dengan
penyusunan perencanaan strategis secara umum yang dijelaskan sebagai berikut :
a) Menetapkan tema- tema audit.
b) Menganalisis entitas yang akan diaudit dan lingkungannya.
c) Menentukan topik audit potensial.
Melalui perencanaan strategis, dapat ditetapkan tujuan sementara dan lingkup
audit, kriteria audit sementara untuk menilai kinerja suatu entitas, manfaat-
manfaat potensial dari pelaksanaan audit; serta perkiraan sementara kebutuhan-
kebutuhan sumber daya. Penyusunan tujuan dan strategi tersebut merupakan
tanggung jawab manajemen lembaga audit.
Perencanaan Operasional
Perencanaan operasional dalam konteks audit kinerja akan didasarkan pada
perencanaan strategis, yang akan menggambarkan berbagai tahapan dalam
seluruh audit kinerja yang akan dilaksanakan. Perencanaan operasional
merupakan patokan objek audit yang harus dilaksanakan pada tahun mendatang.
Langkah selanjutnya adalah menjabarkan rencana tersebut dalam bentuk entitas
yang akan diaudit (objek audit), perkiraan jangka waktu, jumlah personel, dan
biaya audit.
2. Pengorganisasian Audit Kinerja
Di lembaga audit pemerintah dikenal dua jenis pengorganisasian audit kinerja
sebagai berikut :
Fungsi audit kinerja diletakan pada masing- masing unit pelaksanaan audit yang
ada. Contoh lembaga audit yang menggunakan pendekatan ini dalam
pengorganisasian audit kinerja adalah Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia (BPK-RI) dan United State Government Accountability Office
(U.S.GAO).

14
Fungsi audit kinerja berdiri sendiri, yaitu dilaksanakan oleh suatu unit yang
khusus menangani audit kinerja. Contoh lembaga audit yang menggunakan
pengorganisasian ini adalah Australian National Audit Office (ANAO).
3. Pelaksanaan
Pelaksanaan audit kinerja yang dilakukan oleh tim audit adalah meliputi
perencanaan, pelaksanaan, dan tindak lanjut audit kinerja.
4. Pengendalian
Untuk menjamin mutu pelaksanaan audit, maka perlu ditetapkan penjaminan
mutu, pengendalian mutu, dan monitor atas program audit.
a) Penjaminan Mutu
Penjaminan mutu (quality assurance) meliputi kebijakan, sistem, dan prosedur
yang disusun oleh lembaga audit untuk memelihara standar yang tinggi dari
kegiatan audit. Sistem quality assurance menyediakan:
Indikator bagi perekrutan dan promosi auditor;
Panduan mengenai aspek teknis dan administrasi dalam pengendalian mutu audit;
Dasar untuk melakukan komunikasi mengenai kebijakan, prosedur dan hasil,
pengendalaian mutu terhadap staf terkait;
Pengawasan dan review yang memadai atas sistem quality assurance.
b) Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu (quality control) mengacu pada persyaratan yang harus
dipatuhi dalam manajemen audit individual. Tujuan dari quality control mengacu
pada:
Kompetensi dan independensi;
Supervisi dan pemberian tugas kepada personel untuk melaksanakan audit;
Panduan dan bimbingan;
Evaluasi atas klien;
Pembagian tanggung jawab administrasi dan teknis.

15
c) Monitor atas Program Audit
Lembaga audit perlu mengembangkan indikator kinerja yang tepat untuk
mengukur keberhasilan program audit kinerja (seperti biaya, jangka waktu,
tonggak pencapaian/ milestone dan hasil) serta memonitor pelaksanaan audit..

III.4 SIKLUS AUDIT KINERJA


Dalam Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) dapat dilihat bahwa
siklus audit kinerja mencakup tiga tahap, yaitu (1) tahap perencanaan; (2) tahap
pelaksanaan; (3) tahap pelaporan.

A. Perencanaan tingkat tim : Survey Pendahuluan


Tujuan utama survei pendahuluan adalah untuk memperoleh informasi yang
bersifat umum mengenai semua bidang dan aspek dari entitas yang diaudit serta
kegiatan dan kebijakan entitas, dalam waktu yang relatif singkat. Hasil survei
pendahuluan berguna untuk memberikan pertimbangan mengenai perlu atau tidaknya
audit dilanjutkan ketahap pengujian terinci. Kegiatan survey pendahuluan meliputi :
(1) memahami entitas yang diaudit; (2) mengidentifikasi area kunci; (3) menetapkan
tujuan dan lingkup audit (4) menetapkan kriteria audit; (5) mengidentifikasi jenis dan
sumber bukti; (6) menyusun laporan survey pendahuluan; dan (7) mempersiapkan
program pengujian terinci.

B. Pelaksanaan
Pelaksanaan audit kinerja juga dikenal sebagai pengujian terinci. Tahap
pengujian terinci merupakan kelanjutan dari survey pendahuluan. Tujuan utama
pengujian terinci adalah :
1. Menilai apakah kinerja entitas yang di audit sesuai dengan kriteria;
2. Menyimpulkan apakah tujuan - tujuan audit tercapai;
3. Mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan untuk memperbaiki kinerja
entitas yang di audit, yang akan dituangkan dalam rekomemdasi kepada auditee.
Pada tahap pengujian terinci auditor akan, (1) mengumpulkan dan menguji bukti
audit yang kompeten dan relevan; (2) menyusun kertas kerja (3) menyusun dan
mengkomunikasikan temuan audit; serta (4) menyusun dan mendistribusikan laporan
hasil audit.
C. Tindak lanjut

16
Audit kinerja dilaksanakan untuk mengadakan perbaikan terhadap kinerja
entitas yang diaudit melalui pemberian rekomendasi. Auditor bertanggung jawab
memantau sejauh mana rekomendasi dilaksanakan oleh auditee. Tujuan utama tindak
lanjut audit adalah untuk meyakinkan auditor bahwa auditee telah memperbaiki
kelemahan yang telah diidentifikasi. Kegiatan tindak lanjut dapat dibagi menjadi tiga
tahapan, yaitu pemutakhiran (update) informasi, tindak lanjut di kantor, dan tindak
lanjut di lapangan. Hal ini diringkas pada Figur di bawah ini :

Tindak lanjut

Input Laporan hasil audit


Aktivitas Memonitor tindak lanjut hasil audit
Output Laporan memonitor tindak lanjut

IV. PERENCANAAN AUDIT KINERJA : SURVEI PENDAHULUAN

Ada dua pertanyaan penting yang harus dijawab oleh auditor sebelum
melaksanakan audit, yakni :

1. Apa kegiatan utama dari entitas yang diaudit?

2. Bagaimana cara memperoleh informasi tersebut secara lengkap dalam waktu


yang singkat?

17
Jawaban kedua pertanyaan ini penting untuk membuat peta jalan (road map) yang
dapat menuntun tim dalam memasuki tahap audit selanjutnya.

IV.1 PEMAHAMAN ENTITAS

Pemahaman yang objektif dan komprehensif atas entitas yang akan di audit
sangat penting untuk mempertajam tujuan audit, mengidentifikasi isu-isu kritis, dan
menghindari dihasilkannya temuan yang misleading sehingga audit dapat
dilaksanakan lebih ekonomis, efisien, dan efektif. Pemahaman tersebut juga
membantu mencegah dihasilkannya temuan yang menyesatkan ( misleading)

Entry Meeting

Auditor harus melakukan diskusi dengan manajemen entitas yang diaudit guna
membangun kesamaan persepsi.

Informasi yang Diperlukan

(i) Gambaran umum entitas

18
Segala informasi terkait yang dapat memberikan gambaran umum secara
utuh mengenai entitas. Dalam pemeriksaan kinerja, auditor harus
memberikan perhatian yang lebih besar pada peraturan perundang-undangan
yang berlaku sebagai landasan kegiatan operasi organisasi publik.

(ii) Pemahaman atas input, proses, dan output

Auditor memahami proses pelayanan yang diberikan oleh entitas, sumber


daya yang digunakan (input), dan produksi (proses) untuk menghasilkan
barang atau jasa (output). Pemahaman akan sasaran pokok ini akan
memudahkan auditor untuk mengidentifikasi permasalahan dan akibat yang
akan timbul.

(iii) Informasi lain

Hasil audit yang lalu dan hasil reviu dapat menjadi sumber informasi yang
sangat berguna. Informasi ini juga menghindarkan auditor dari pekerjaan
yang tidak diperlukan pada saat pengujian terinci sehingga dapat lebih fokus
pada permasalahan yang belum dapat diatasi auditor sebelumnya.

Salah satu cara yang dilakukan auditor untuk memahami entitas adalah
dengan memahami SPI. Pengendalian internal yang dimaksud oleh SPKN
mengacu pada konsep COSO. Tujuan pengendalian internal meliputi :

(a) efektivitas dan efisiensi operasi

(b) kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundangan

(c) keandalan laporan keuangan

Adapun komponen SPI adalah :

(a) control environment

(b) risk assessment

19
(c) control activities

(d) information and communication

(e) monitoring

20
Prosedur dan Teknik Pengumpulan Informasi

Berkaitan dengan teknik audit (to observ, to calculate, vouching, etc)

Cara Penyajian Informasi

Setelah informasi diringkas, dipadukan, dan didiskusikan dengan pejabat yang


tepat maka hasil pengumpulan informasi disajikan dalam beberapa bentuk.
Beberapa jenis model penyajian antara lain :

1. Financial accounting model (neraca dan income statement)

2. Organization chart model (susunan organisasi)

3. Flowchart model (hubungan manusia dan pekerjaan dalam matriks)

4. Control system model (unsur dasar kegiatan dan kaitan dengan SPI)

5. Input-process-output model (urutan proses dan perbandingannya dengan standar)

Panduan dalam Memilih Cara Menguraikan Informasi

Tidak ada cara terbaik atau terburuk. Cara terbaik adalah memilih metode yang
paling sesuai dengan kondisi dan situasi di lapangan.

1. Uraian tertulis lebih tepat untuk menyampaikan analitis.

2. Fotokopi untuk informasi yang tidak memerlukan banyak penjelasan.

3. Rekaman menghindari kealpaan dan waktu yang ada singkat.

4. Potret untuk menggambarkan tata urutan dan disajikan langsung dalam


laporan audit.

Laporan atas Pemahaman Entitas dan Lingkungannya

21
1. Tujuan Entitas

Secara umum dan komprehensif, baik dalam bentuk finansial maupun


nonfinansial. Auditor harus mewaspadai adanya tujuan entitas yang saling
bertentangan sehingga mempengaruhi kemampuan entitas dalam mencapai
tujuannya.

2. Hubungan Akuntabilitas

Baik secara internal maupun eksternal.

3. Sumber Daya

Sumber daya material, sumber daya keuangan, dan sumber daya manusia.

4. Proses Manajemen

5. Tujuan Kinerja

6. Program dan Operasi

7. Lingkungan Eksternal

IV.2 IDENTIFIKASI AREA KUNCI

Tahap identifikasi area kunci merupakan tahap yang paling kritis dan
menentukan dalam pelaksanaan audit kinerja. Pemilihan area kunci harus dilakukan
mengingat luasnya bidang, program, dan kegiatan pada entitas yang diaudit sehingga
tidak mungkin melakukan audit di seluruh area entitas.

a. Pengertian Area Kunci

22
Area kunci merupakan area atau kegiatan yang dilaksanakan oleh auditee, yang
sangat menentukan tingkat keberhasilan atau kegagalan kinerja auditee yang
bersangkutan.

b. Manfaat Identifikasi Area Kunci

Penggunaan sumber daya audit secara lebih efisien dan efektif karena dapat fokus
pada area audit yang memiliki nilai tambah maksimum.

c. Pendekatan untuk Identifikasi Area Kunci

Penentuan area kunci dapat dilakukan berdasarkan selection factors, yakni :

(i) Risk-based audit approach

Suatu pendekatan dengan menggunakan analisis risiko untuk menentukan area


penting yang seharusnya menjadi fokus audit. Dalam audit kinerja, risiko lebih
ditekankan pada risiko yang ditanggung manajemen terkait dengan aspek
ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. SPI yang lemah atas suatu
program/kegiatan menunjukkan adanya risiko yang tinggi.

Beberapa hal yang dapat digunakan untuk menilai kemungkinan terjadinya


risiko manajemen adalah :

1. Pengeluaran signifikan di bawah atau di atas anggaran

2. Tidak tercapainya tujuan yang telah ditetapkan

3. Tingginya mutasi pegawai

4. Ekspansi program secara mendadak

5. Hubungan tanggung jawab yang tumpang tindih, dll.

(ii) Signifikansi

23
Bergantung pada apakah suatu kegiatan dalam suatu area audit secara
komparatif memiliki pengaruh yang besar terhadap kegiatan lainnya dalam
objek audit secara keseluruhan.

(iii) Dampak audit

Nilai tambah yang diharapkan dari audit tersebut yakni suatu perubahan dan
perbaikan yang dapat meningkatkan 3E.

(iv) Auditabilitas

Kemampuan audit untuk melaksanakan audit sesuai dengan standar profesi.

Dalam memutuskan hal tersbeut, auditor dapat mempertimbangkan hal-hal


sebagai berikut :

1. Sifat kegiatan yang tidak memungkinkan untuk diaudit,

2. Auditor tidak memiliki keahlian yang disyaratkan,

3. Area sedang dalam perubahan yang mendasar,

4. Kriteria yang sesuai tidak tersedia untuk menilai kinerja,

5. Lokasi pekerjaan lapangan tidak dapat dijangkau (bencana alam).

IV.3 PENETAPAN TUJUAN DAN LINGKUP AUDIT

Tujuan audit berkaitan dengan alasan dilaksanakannya suatu audit.


Sedangkan lingkup audit memberikan batasan bidang atau kegiatan yang akan
diaudit, periode waktu yang diaudit, lokasi yang akan dikunjungi, jenis kajian yang
akan dilakukan untuk mendukung simpulan, dan jenis investigasi yag akan dilakukan
(jika dibutuhkan). Meskipun sasaran audit telah ditentukan pada tahap penetapan

24
area kunci, namun auditor merasa perlu untuk menentukan apakah audit akan
dilakukan terhadap 3E (ekonomi, efisiensi, dan efektivitas), 2E, atau hanya 1E.

a. Manfaat Tujuan Audit

1. Membantu memfokuskan kegiatan pengumpulan bukti audit,

2. Mencapai hasil audit yang diinginkan,

3. Menghasilkan mutu audit yang konsisten,

4. Menjadi ukuran atas mutu audit kinerja yang harus ditunjukkan pada akhir
audit.

b. Proses Penetapan Tujuan Audit

Proses penetapan tujuan audit kinerja berbeda dengan audit keuanga. Tujuan
audit keuangan adalah menguji asersi manajemen dengan periode penyajian
laporan keuangan. Dengan demikian, dalam perencanaan audit keuangan auditor
tidak perlu menentukan tujuan audit.

Pada audit kinerja, penerapan tujuan audit diawali dengan menetapkan tentative
audit objective(TAO) berdasarkan informasi umum yang diperoleh pada saat
pemahaman entitas. Apabila auditor telah mengidentifikasi aspek manajemen
atau bidang pada auditee yang mempunya kelemahan dan perlu dilakukan
pengujian lebih lanjut, maka TAO disempurnakan menjadi FAO (firm audit
objective). Dengan adanya FAO maka pengumpulan bukti dpat dilaksanakan
dengan lebih murah, mudah, dan terarah.

c. Keseimbangan 3E dalam Audit

TAO dapat berupa evaluasi kinerja manajemen dengan aspek 3E secara umum
atau luas. Sedangkan dalam FAO, auditor dapat memilih salah satu dari 3 aspek

25
tersebut untuk dilakukan pengujian terinci. National Audit Office of United
Kingdom (BPK Inggris) memberikan uraian mengenai kelebihan dan kekurangan
setiap jenis tujuan audit kinerja seperti tampak dalam gambar berikut :

d. Contoh Tujuan Audit

Tujuan audit harus menjelaskan secara ringkas alasan, manfaat, dan dampak yang
akan ditimbulkan oleh pelaksanaan audit. Beberapa contoh alasan dilakukannya
audit adalah sebagai berikut :

26
1. Ada ketidakhematan atau ketidakefisienan atas penggunaan sumber daya
yang tersedia.

2. Tujuan yang sudah ditetapkan tidak tercapai

3. Adanya alternatif lain yang lebih baik dalam pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan.

4. Adanya penggunaan sumber daya secara tidak saha.

5. Adanya penyimpangan dari peraturan perundang-undangan.

6. Sistem akuntansi dan laporan keuangan yang kurang baik.

e. Pernyataan Lingkup Audit

Audit limitation sangat penting dilakukan untuk menghindari terjadinya


kesalahpahaman atau harapan yang berlebihan dai para pengguna laporan
terhadap hasil audit. Pada umumnya lingkup audit kinerja memuat pernyataan
sebagai berikut :

1. Luasnya tujuan audit yang akan dilakukan

2. Permasalahan yang akan diperiksa (3E, 2E, atau 1E)

3. Waktu yang diperlukan dalam audit dan besarnya sampel yang akan diambil.

f. Hal-hal yang Diperhatikan dalam Penentuan Lingkup Audit

1. Memanfaatkan informasi dari tahap audit sebelumnya

2. Menyesuaikan lingkup audit (perubahan harus dibicarakan dengan


manajemen terkait informasi awal yang kurang akurat atau kurang lengkap)

27
3. Menggunakan pertimbangan profesional (untuk audit yang lebih khusus,
berkaitan dengan perancangan prosedur audit dalam rangka mencapai tujuan
audit)

4. Mempertimbangkan karakteristik objek audit sebagai penentu periode waktu


audit.

4.4 PENETAPAN KRITERIA AUDIT

Keunikan dan tantangan terberat dalam audit kinerja adalah menetapkan


kriteria audit. Dalam audit laporan keuangan, kriteria audit sudah dibakukan dalam
SAP. Sedangkan dalam audit kinerja, kriteria untuk setiap tujuan audit adalah
spesifik. Ketika auditee telah memiliki kriteria maka harus diuji, sedangkan dalam
hal auditee belum memiliki kriteria auditor harus membangun kriteria tersebut.
Kelemahan dalam penetapan kriteria akan sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan
audit dan pemberian rekomendasi kepada auditee.

a. Kriteria Audit

Standar, ukuran, harapan, dan praktik terbaik yang seharusnya dilakukan atau
dihasilkan oleh entitas yang diaudit.

b. Kriteria Proses VS Kriteria Hasil

Penilaian proses dan hasil hanya dapat dilakukan dengan baik apabila sudah
tersedia standar proses kerja, termasuk standar input dan output. Cara
membedakan kedua pendekatan tersebut adalah sebagai berikut :

(i) Apakah auditee telah bekerja dengan cara yang benar?

Jawaban pertanyaan ini mengarah pada penggunaan sumber daya dan proses
kerja auditee.

28
(ii) Apakah auditee telah mencapai hasil yang benar?

Jawaban pertanyaan ini mengarah pada hasil kerja auditee.

Meskipun dalam setiap tujuan audit dapat digunakan dua jenis kriteria (proses
dan hasil), namun dalam praktiknya penerapan kriteria proses dan kriteria
hasil dalam audit dilakukan sessuai kebutuhan, yakni dapat digunakan salah
satu dan dapat pula secara bersamaan.

c. Penerapan Kriteria

Penetapan kriteria proses dan kriteria hasil dikaitkan dengan tujuan audit sebagai
berikut :

(i) Pada audit kinerja

Kriteria proses berkaitan dengan cara kerja dan sumber daya yang seharusnya
digunakan dalam proses pekerjaan. Kriteria hasi berkitan dengan tercapainya
3E sesuai dengan standar yang ditetapkan.

(ii) Pada audit keuangan

Kriteria proses berkaitan dengan stadar, cara kerja, dan pengguanaan sumber
daya untuk menghasilkan informasi yang benar dalam rangka pengambilan
keputusan. Kriteria hasil diwujudkan dalam bentuk informasi yang benar dan
dapat dipercaya sebagai bahan pengambilan keputusan.

(iii) Pada audit kepatuhan

Kriteria proses berkaitan dengan penggunaan cara-cara dan penggunaan


sumber daya yang dapat menjamin terpenuhinya ketaatan atas kriteria hasil.

d. Pengukuran 3E

29
e. Karakteristik Kriteria Audit

Kriteria yang tepat adalah kriteria yang sesuai dengan karakteristik khusus darii
entitas yang diaudit. Auditor harus meyakini bahwa kriteria yang digunakan
sesuai untuk menilai dan mengevaluasi kegiatan yang dilakukan.

1. Dapat dipercaya

2. Objektif

3. Berguna

4. Dapat dimengerti

5. Dapat diperbandingkan

30
6. Kelengkapan

7. Dapat diterima

4.5 IDENTIFIKASI BUKTI AUDIT

Bukti audit adalah informasi yang dikumpulkan dan digunakan untuk


mendukung temuan audit. Pengidentifikasian meliputi jenis bukti yang akan
digunakan, sumber bukti baik yang ada di lingkungan internal maupun eksternal
organisasi auditee, dan menentukan metodologi pengumpulan bukti yang akan
digunakan. Pemilihan metodologi pengumpulan data yang paling efisien dan efektif
juga harus direncanakan secara cermat karena hal ini akan memengaruhi efisiensi
dan efektivitas kegiatan audit.

a. Manfaat Identifikasi Bukti Audit

1. Mutu simpulan dan rekomendasi audit sangat bergantung pada bukti-bukti


audit.

2. Bukti-bukti audit mempunyai peran yang sangat penting terhadap keberhasilan

pelaksanaan audit.

b. Jenis Bukti Audit

Auditor harus mempertimbangkan tingkat keandalan dan relevansi jenis bukti


yang akan dikumpulkan sesuai dengan tujuan dan lingkup audit.

1. Bukti fisik (inspeksi langsung atau observasi-memo, foto, contoh fisik, dll)

2. Bukti dokumenter (surat, kontrak, catatan akuntansi, faktur, dll)

3. Bukti kesaksian (testimonial wawancara, kuesioner, konfirmasi, dll)

31
4. Bukti analitis (analisis ratio, tren, oika dara, benchmarking, dll).

c. Sumber Bukti Audit

1. Internal entitas yang diperiksa

2. Eksternal entitas yang diaudit

3. Sumber-sumber lain

d. Kecukupan, Kompetensi, dan Relevansi Bukti Audit

Pada tahap survei pendahuluan, bukti yang diutamakan adalah bukti yang
relevan. Pada tahap ini, syarat kecukupan dan kompetensi bukti tidak terlalu
dipentingkan. Sedangkan pada tahap pengujian terinci, bukti yang dikumpulkan
harus cukup, kompeten, dan relevan.

1. Kecukupan (kuantitas)

Suatu bukti diakatakan cukup bila jumlah bukti yang diperoleh untuk
meyakinkan validitas dan keandalan temuan audit.

2. Kompetensi (konsisten dengan fakta, sah atau valid)

3. Relevan (jelas)

Hubungan yang logis dan masuk akal dengan tujuan dan kriteria audit.

e. Permasalahan bukti-bukti audit

1. Bukti-bukti audit berasal dari satu sumber

2. Bukti-bukti audit yang bersifar oral dan tisak didukung oleh dokumentasi atau
pengamatan .

32
3. Bukti-bukti audit yang sudah tidak mutakhir dan tidak menggambarkan
perubahan-perubahan yang ada

4. Bukti-bukti audit yang diperoleh dengan mahal dibandingkan dengan


manfaatnya

5. Sumber bukti-bukti audit tersebut mempunyai kepentingan pribadi

6. Sampel yang dikumpulkan tidak cukup mewakili

7. Bukti-bukti audit yang tidak lengkap, yaitu bukti-bukti audit yang tidak
menggambarkan sebab akibat

8. Bukti-bukti audit yang saling bertentangan

4.6 PENYUSUNAN LAPORAN SURVEI PENDAHULUAN

Laporan survei pendahuluan adalah laporan yang diterbitkan mendahului atau


sebelum laporan audit akhir diterbitkan. Identifikasi masalah dan informasi yang
diperoleh selama survei pendahuluan akan digunakan untuk menyusun program
pengujian terinci. Laporan survei pendahuluan tidak dikenal dalam audit laporan
keuangan karena dalam audit laporan keuangan, laporan audit hanya dibuat satu kali
saat audit selesai. Dalam audit kinerja, penyusunan laporan survei pendahuluan
menentukan apakah audit akan dilanjutkan ke tahap pengujian terici atau hanya
cukup sampai pada tahap survei pendahuluan. Jika diputuskan untuk tidak
melanjutkan ke tahap pengujian terinci, hasil survei pendahuluan dapat dilaporkan
kepada entitas yang diaudit.

a. Manfaat Laporan Survei Pendahuluan

1. Memberikan penilaian/pertimbangan megenai perlu atau tidaknya


melanjutkan ke tahap pengujian terinci.

33
2. Menyampaikan alasan dan simpulan apaabila pengujian terinci tidak
direkomendasikan.

3. Membantu penyusunan program pengujian terinci.

4. Mengumpulkan, mengorganisasikan, serta menganalisis data dan informasi


yang telah diperoleh dari tahap audit sebelumnya.

b. Unsur Laporan Survei Pendahuluan

1. Tujuan survei pendahuluan

2. Penjelasan kegiatan.program entitas yang diaudit

3. Risiko audit

4. Hasil penelaahan SPI

5. Hasil penelaahan peraturan perundang-undangan

6. Identifikasi kriteria audit

7. Identifikasi masalah yang perlu ditindaklanjuti dengan pengujian terinci

8. Usulan apakah audit akan dilanjutkan atau tidak.

c. Penulisan Laporan Survei Pendahuluan

Hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan laporan survei pendahuluan yaitu :

1. Memberikan perhatian yang lebih besar pada bagain penilaianSPI, area kunci,
dan penetapan tujuan audit

2. Menggunakan kalimat aktif

3. Pengeditan laporan untuk tujuan untuk menghasilkan laporan tertulis yang


terorganisir.

34
4.7 PENYUSUNAN PROGRAM PENGUJIAN TERINCI

Pembuatan program pengujian terinci merupakan titik kulminasi dalam tahap


perencanaan audit kinerja. Pada prinsipnya, istilah program pengujian terinci
memiliki pengertian yang sama dengan program audit. Program pengujian terinci
memuat hubungan antara tujuan audit dan langkah-langkah untuk mencapai tujuan
tersebut.

a. Tujuan dan Manfaat

1. Menetapkan hubungan yang jelas antara tujuan audit, metodologi audit, dan
kemungkinan-kemungkinan pekerjaan lapangan yang harus dikerjakan.

2. Mengidentifikasi dan mendokumentasi prosedur-prosedur audit yang harus


dilaksanakan.

3. Memudahkan supervisi dan review.

4. Membantu dalam pengumpulan bukti yang cukup, dapat diandalkan, dan


relevan untuk mendukung opini/pernyataan pendapat atau simpulan audit
serta mencapai tujuan audit.

b. Program, Teknik, dan Prosedur

1. Program audit adalah pedoman dalam tahap pelaksanaan audit yang


menjabarkan prosedur terinci untuk melaksanakan audit.

2. Teknik audit mengacu pada teknik yang digunakan auditor untuk


mengumpukan data (review, wawancara, kuesioner, analisis data, observasi
fisik)

35
3. Prosedur audit adalah langkah pengujian, instruksi, dan rincian yang
termasuk dalam program audit untuk dilaksanakan secara sistematis dan
masuk akal.

c. Langkah-langkah Penyusunan Program Pengujian Terinci

1. Memahami istilah baku

2. Menetapkan pendekatan audit

3. Memfokuskan pada pembuktian kriteria audit yang telah ditetapkan

4. Menetapkan prosedur audit yang tepat

5. Menetapkan format program audit.

36
37
BAB III
PENUTUP

Dari pembahasan audit kinerja pemerintah daerah di atas dapat ditarik sebuah
kesimpulan antara lain :
1. Audit kinerja adalah audit yang bertujuan untuk menilai kinerja suatu organisasi,
program, atau kegiatan yang meliputi audit atas aspek ekonomi, efisiensi, dan
efektivitas.
2. Manfaat utama audit kinerja adalah untuk meningkatkan kinerja dan akuntabilitas
publik.
3. Standar-standar yang menjadi pedoman dalam audit kinerja menurut SPKN
adalah standar umum, standar pelaksanaan dan standar pelaporan.
4. Kompetensi auditor adalah kualifikasi yang dibutuhkan oleh auditor untuk
melaksanakan audit kinerja dengan benar. Terdapat tiga macam kompetensi
auditor kinerja, yaitu mutu personal, pengetahuan umum, dan keahlian khusus.
5. Manajemen audit kinerja meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
dan pengendalian audit kinerja pada tingkat lembaga audit.
6. Dalam Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN), siklus audit kinerja
mencakup tiga tahap yaitu : (1) tahap perencanaan; (2) tahap pelaksanaan; (3)
tahap pelaporan.
7. Survey pendahuluan terdiri dari tujuh langkah utama yaitu : (1) Pemahaman
entitas, (2) Identifikasi area kunci, (3) Penetapan tujuan dan lingkup, (4)
Penetapan kriteria, (5) Identifikasi bukti, (6) Laporan survey pendahuluan, dan
(7) Program audit.

38
DAFTAR PUSTAKA

Rai, I Gusti Agung. Audit Kinerja pada Sektor Publik. 2010. Jakarta : Salemba
Empat

Juklak Pemeriksaan Kinerja. BPK RI

39
40

Anda mungkin juga menyukai