Anda di halaman 1dari 10

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sifat Siklus Kas


1.

Pengertian dan Jenis saldo kas

Kas merupakan aset yang paling likuid, adalah media standar pertukaran dan dasar untuk
akuntansi dan pengukuran untuk semua barang-barang lainnya. Perusahaan umumnya
mengklasifikasikan kas sebagai aset lancar. Kas terdiri dari koin, mata uang, dan dana yang
tersedia di bank. Instrumen negotiable seperti wesel, cek bersertifikat, cek kasir, cek pribadi,
dan bank draft juga dipandang sebagai kas. (Kieso et al, 2012)
Saldo kas meliputi penerimaan ditangan yang belum disetor, akun kas umum, kas di bank,
pada rekening giro umum dan rekening tabungan, serta akun impres seperti kas kecil dan
rekening di bank untuk gaji. Ini merupakan kas yang diperlukan untuk melunasi kewajiban
serta membayar gaji, dan kebanyakan entitas akan memindahkan kelebihan kas ke beberapa
bentuk investasi yang menghasilkan bunga.
Akun kas umum adalah titik fokus bagi banyak perusahaan karena semestinya seluruh
penerimaan kas dan pengeluaran kas mengalir melalui akun ini pada suatu waktu (Arens,
2012). Misalnya, pengeluaran dalam siklus akusisi dan pembayaran biasanya dibayar
melalui akun kas umum, dan penerimaan kas dalam siklus penjualan dan penagihan juga
disetorkan ke dalam akun tersebut.Disamping itu,setoran dan pengeluaran untuk semua akun
kas lainnya biasanya dilakukan melalui akun kas umum.Sebagian besar perusahaan kecil
hanya memiliki satu rekening bank,yaitu akun kas umum.
Pada umumnya banyak perusahaan yang mengunakan akun impres. Satu-satunya setoran ke
dalam akun adalah untuk penggajian mingguan dan semi bulanan dan satu-satunya
pengeluaran adalah pembayaran cek kepada karyawan.Bagi perusahaan-perusahaan dengan
jumlah karyawan yang banyak,penggunaan akun gaji dan upah impres dapat meningkatkan
pengendalian intern dan mengurangi waktu yang diperlukan untuk merekonsiliasi akun-akun
bank.
Terdapat jenis akun impres lain yang terdiri atas satu akun bank untuk penerimaan dan
pengeluaran. Perusahaan bisa saja memilikin akun ini untuk setiap divisi berbeda. Seluruh
penerimaan disetorkan ke dalam akun impres dan totalnya dipindahkan ke akun umum

secara periodik. Akun pengeluaran dibentuk berbasis impres, tetapi dengan cara yang
berbeda dengan akun pengajian impres.
Dana kas kecil impres bukan merupakan akun bank, tetapi hampir sama dengan kas pada
bank.Akun kas kecil biasanya merupakan akun kas yang simpel untuk keperluan biaya yang
mendadak. Akun ini digunakan untuk pengeluaran kas berjumlah kecil yang lebih mudah
dibayarkan jika menggunakan uang tunai dibandingkan dengan cek atau untuk memudahkan
karyawan dalam mencairkan cek gaji atau pribadi.
2.

Hubungan Saldo Kas Dengan Siklus Transaksi

Berikut ini adalah lima siklus transaksi yang berkaitan langsung dengan saldo kas umum :
a.Siklus Pendapatan
b.Siklus Pengeluaran

: Menaikkan kas
: Menurunkan kas

c.Siklus Pembiayaan

: Menaikkan dan menurunkan

d.Siklus Investasi

kas
: Menaikkan dan menurunkan

e.Siklus Jasa Personalia

kas
: Menurunkan kas

B. Tujuan Audit
Kategori Asersi
Keberadaan atau

Tujuan Audit atas


Saldo Akun
Saldo kas yang dicatat ada pada tanggal neraca

Keterjadian
Kelengkapan

Saldo kas yang dicatat mencakup pengaruh dari


semua transaksi kas yang telah terjadi

Hak dan kewajiban

Transfer kas akhir tahun di antara bank telah

dicatat pada periode yang tepat.


Entitas mempunyai hak legal atas semua saldo kas yang
diperlihatkan pada tanggal neraca

Penilaian atau

Saldo kas yang dicatat dapat direalisasi pada jumlah yang

Alokasi

dinyatakan di neraca dan sesuai dengan skedul


pendukung

Penyajian dan

Saldo kas telah diidentifikasi dan diklasifikasikan dengan

Pengungkapan

tepat dalam neraca


Lini

kredit,

jaminan

pinjaman,

perjanjian

saldo

kompensasi, dan pembatasan lain atas kas telah


diungkapkan dengan tepat

C. Pertimbangan Perencanaan Audit


1. Materialitas
Materialitas merupakan pertimbangan penting dalam menentukan jenis yang
sesuai laporan untuk satu set keadaan. Misalnya, jika salah saji relatif tidak
material terhadap laporan keuangan entitas untuk periode saat ini, adalah tepat
untuk mengeluarkan laporan wajar tanpa pengecualian. (Arens, 2012)
Jika dikaitkan dengan transaksi dalam lima siklus transaksi yang mempengaruhi kas, jumlah
kas yang mengalir melalui akun-akun dalam satu periode waktu benar-benar dapat sangat
material. Volume transaksi yang mempengaruhi kas biasanya lebih besar daripada untuk
setiap akun lainnya dalam laporan keuangan.
2. Risiko Inheren
Risiko inheren atau risiko melekat adalah ukuran penilaian auditor dari
kemungkinan bahwa ada salah saji material dalam saldo rekening sebelum
mempertimbangkan efektivitas pengendalian internal. Jika, misalnya, auditor
menyimpulkan bahwa ada kemungkinan tinggi dari salah saji material piutang
karena perubahan kondisi ekonomi, auditor menyimpulkan bahwa risiko yang
melekat untuk piutang tinggi. (Arens, 2012)
Volume transaksi yang tinggi dapat menimbulkan tingkat risiko inheren yang signifikan
untuk asersi saldo kas tertentu, terutama keberadaan dan keterjadian serta kelengkapan.
Saldo kas juga rentan atau mudah untuk dicuri.
Namun lain hal nya dengan piutang/persediaan, risiko yang berkenaan dengan asersi hak
dan kewajiban, penilaian atau alokasi, dan penyajian serta pengungkapan untuk kas bersifat
minimal karena tidak ada kerumitan yang melibatkan hak, pengukuran akuntansi, estimasi,
dan pengungkapan.
3. Risiko Prosedur Analitis
3

Saldo kas dipengaruhi oleh keputusan dan strategi operasi, investasi, dan pembiayaan
manajemen. Perusahaan yang dikelola dengan baik secara teratur dapat mengembangkan
anggaran kas, yang memproyeksikan penerimaan kas berdasarkan penagihan piutang yang
diantisipasi, pengeluaran kas untuk kebutuhan operasi, aktivitas investasi serta pembiayaan.
Prosedur analitis yang efektif mencakup pembandingan saldo kas dengan peramalan atau
anggaran, atau dengan kebijakan perusahaan mengenai saldo kas minimum dan investasi
atas kelebihan kas.
4. Risiko Pengendalian
Risiko pengendalian mengukur penilaian auditor apakah salah saji yang
melebihi jumlah ditoleransi dalam segmen akan dapat dicegah atau dideteksi
secara tepat waktu oleh pengendalian internal klien. (Arens, 2012)
Penerimaan dan pengeluaran kas sering kali merupakan transaksi rutin yang dapat
dikendalikan oleh sistem pengendalian internal yang baik, memungkinkan auditor menilai
risiko pengendalian pada tingkat rendah. Karena rawannya saldo kas terhadap pencurian,
maka banyak auditor akan mengevaluasi secara cermat pengendalian internal atas kas, dan
memastikan bahwa setiap kondisi yang dapat dilaporkan telah dikomunikasikan dengan
jelas kepada manajemen (Boynton et al, 2002)
Pengendalian internal yang paling penting dalam kas kecil adalah penggunaan dan impres
yang merupakan tanggung jawab perorangan. Dana untuk kas kecil tidak dapat digabungkan
dengan penerimaan lainnya, dan dana harus disimpan terpisah dari aktivitas lainnya.
Pembatasan juga harus dilakukan atas pengeluaran dari kas kecil, sama halnya dengan
jumlah total dana. Jenis pengeluaran yang dilakukan dari transaksi kas kecil harus jelas
didefinisikan sesuai kebijakan perusahaan.
Saat pengeluaran kas dilakukan dari kas kecil, pengendalian internal yang memadai
mensyaratkan adanya tanda tangan personel yang berwenang pada formulir kas kecil yang
bernomor urut. Total dari kas aktual dan cek dananya, ditambah total formulir kas kecil
yang disebut dalam buku besar. Perhitungan mendadak secara periodik dan rekonsiliasi dana
kas kecil harus dilakukan oleh auditor internal atau personel lain yang berwenang.
Saat saldo kas kecil tinggal sedikit, cek dari akun kas umum harus dibuat untuk mengisi kas
kecil. Cek harus ditulis dengan jumlah yang sama dengan voucher bernomor urut yang

dijadikan bukti pengeluaran aktual sebelumnya. Voucher ini harus diverifikasi oleh petugas
utang dagang dan dibatalkan agar tidak digunakan kembali (Arens, 2012).

D. PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS SALDO KAS


1. Menentukan Risiko Deteksi
Beberapa pemilik perusahaan kecil menginginkan auditor untuk mengaudit kas untuk
member kepastian tentang keabsahan saldo kas. Auditor akan menekankan pada pengujian
rincian, sekalipun model risiko audit dapat menyatakan bahwa pendekatan tersebut tidak
diperlukan karena prosedur analitis atau pengendalian internal telah efektif. Risiko inheren
biasanya tinggi karena kerawanan kas terhadap penyalahgunaan. Efektivitas prosedur analitis
seringkali tergantung pada prosedur yang ditempuh entitas untuk mengembangkan anggaran
atau peramalan kas yang akurat.
2. Merancang Pengujian Substantif
a. Prosedur Awal
1) Mendapatkan pemahaman tentang bisnisdan industri serta menentukan :
a) Signifikansi dari saldo dan transaksi kas bagi entitas.
b) Kebijakan entitas dalam meramalkan saldo kas dan menginvestasikan kelebihan saldo kas.
2) Melaksanakan prosedur awal atas saldo dan catatan kas yang akan mendapat pengujian lebih

lanjut.
a) Menelusuri saldo awal kas di tangan dan di bank ke kertas kerja tahun sebelumnya.
b) Menelaah aktivitas dalam akun buku besar kas dan menyelidiki ayat jurnal yang tampak

tidak biasa dari segi jumlah atau sumbernya.


c) Mendapatkan ikhtisar kas di tangan dan di bank yang disiapkan klien,memverifikasi

ketepatan matematis, dan menentukan kesesuaiannya dengan buku besar.


b. Prosedur Analitis
5

Prosedur analitis yang dilakukan auditor:


1) Membandingkan saldo kas dengan jumlah yang dianggarkan, saldo tahun sebelumnya, atau

jumlah yang diharapkan lainnya.


2) Menghitung kas sebagai persentase dari aktiva lancar dan membandingkannya dengan

pengharapan.
Efektivitas prosedur analitis secara signifikan bervariasi dari satu klien ke klien lainnya.
Efektivitas prosedur analitis ini dapat mengurangi jumlah bukti yang diperlukan dari
pengujian substantif lainnya dibandingkan dengan yang dibutuhkan apabila datanya tidak
sesuai dengan pengharapan yang dikembangkan dari anggaran atau peramalan kas,atau
kebijakan perusahaan mengenai investasi kelebihan kas.
c. Pengujian Rincian Transaksi
1) Melaksanakan Pengujian Pisah-Batas Kas
Pisah-batas yang tepat atas penerimaan dan pengeluaran kas pada akhir tahun sangat
penting bagi kelayakan laporan kas pada tanggal neraca. Dua pengujian pisah batas
kas (cash cut-off test) telah dilaksanakan antara lain pengujian pisah batas penerimaan
kas dan pengujian pisah batas pengeluaran kas. Penggunaan laporan pisah batas kas
juga berguna dalam menentukan apakah pisah-batas kas yang tepat telah dilakukan.
2) Menelusuri Transfer Bank
Secara sengaja mencatat transfer bank sebagai setoran di bank penerima dan tidak
menunjukkan dari akun bank tempat transfer cek ditarik merupakan suatu
penyimpangan yang dikenal sebagai kiting. Kiting juga dapat digunakan untuk
menyembunyikan kekurangan kas atau kelebihan kas di bank pada tanggal neraca.
Kitting bisa terjadi apabila kelemahan dalam pengendalian internal memungkinkan
seseorang untuk menerbitkan dan mencatat cek-cek atau adakolusi di antara orangorang yang bertanggung jawab atas kedua fungsi tersebut. Selain menelusuri transfer
bank, kitting juga dapat dideteksi dengan (1) mendapatkan dan menggunakan laporan
pisah-batas bank karena cek yang dikitting dan dikliring pada bulan januari akan tidak
tampak pada daftar cek yang beredar pada bula desember dan (2) melaksanakan
pengujian pisah batas karena cek terakhir yang diterbitkan pada bulan Desember tidak
akan dicatat dalam register cek.
d. Pengujian Rincian Saldo
1) Menghitung Kas di Tangan

Penerimaan kas yang belum disetor dan uang kembalian biasanya dipandang sebagai
kas di tangan. Untuk melaksanakan perhitungan kas secara tepat, auditor harus:

Mengendalikan semua instrument kas dan yang dapat dinegosiasikan yang


ditahan oleh klien sampai semua uang telah dihitung.

Meminta agar petugas kas hadir sepanjang perhitungan itu.

Mendapatkan tanda terima yang ditandatangani dari petugas pada waktu


mengembalikan uang kepada klien.

Memastikan bahwa semua cek yang belum disetor dapat dibayarkan kepada
klien, baik secara langsung atau melalui endorsemen.

Di sini perlu diperhatikan bahwa bukti tentang hak bersifat lemah karena pengawas
dana, seperti dana kas kecil, mungkin telah menambah uang dari kantung sendiri
untuk menutup kekurangan.
2) Mengkonfirmasi Saldo Kas dan Pinjaman di Bank
Konfirmasi setoran kas terutama memberikan bukti mengenai dua asersi berikut
berkenaan dengan kas di bank: (1) keberadaan atau keterjadian karena ada
pemberitahuan tertulis bahwa saldo itu ada, serta (2) hak dan kewajiban karena saldo
itu adalah atas nama klien. Jawaban dari bank ini menyumbang pada asersi penilaian
atau alokasi untuk kas di bank dimana saldo yang dikonfirmasi digunakan untuk
memperoleh saldo kas yang benar pada tanggal neraca. Lebih lanjut, hal itu juga
menyumbang pada asersi kelengkapan, tapi secara keseluruhan tidak dapat
diandalkan karena pada responden tidak diharuskan untuk mencari catatan bank
mengenai saldo setoran dan pinjaman yang tidak tercantum dalam formulir
permintaan konfirmasi.
Konfirmasi saldo pinjaman terutama memberikan bukti untuk tiga asersi berikut: (1)
keberadaan atau keterjadian karena ada pemberitahuan tertulis bahwa terdapat saldo
pinjaman, (2) hak dan kewajiban karena pinjaman merupakan hutang bagi klien, dan
(3) penilaian atau alokasi karena jawabannya menunjukkan jumlah saldo pinjaman.
Pengujian ini menyumbang pada asersi kelengkapan dengan cara yang sama seperti
pada konfirmasi saldo setoran.
3) Mengkonfirmasi Perjanjian Lainnya dengan Bank
Perjanjian lainnya dengan bank meliputi hal-hal seperti lini kredit, saldo
kompensasi, dan kewajiban kontinjen. Perjanjian untuk menetapkan lini kredit
dengan bank mungkin mengharuskan pinjaman mempertahankan saldo kas di bank.
7

Jumlahnya dapat berupa persentase-yang-disetujui dari jumlah yang dipinjam, atau


dapat berupa jumlah dolar yang ditetapkan. Jumlah minimum yang disyaratkan
dikenal sebagai saldo kompensasi. Suatu kewajiban kontinjen mungkin ada apabila
klien menjadi penjamin atas pinjaman yang diberikan oleh bank kepada pihak
ketiga.
Konfirmasi atas perjanjian lainnya dengan bank khususnya berguna dalam
memenuhi asersi penyajian dan pengungkapan. Hal ini juga memberikan bukti untuk
setiap asersi lainnya. Akan tetapi, bukti untuk asersi kelengkapan terbatas pada
informasi yang diketahui oleh responden.
4) Melakukan Scan, Mereview, atau Menyiapkan Rekonsiliasi Bank
Apabila tingkat risiko deteksi yang dapat diterima tinggi, auditor dapat menscan
rekonsiliasi bank yang disiapkan klien dan memverifikasi ketepatan matematis dari
rekonsiliasi itu. Jika risiko deteksi sedang, maka auditor dapat menelaah rekonsiliasi
bank klien. Penelaahan itu lazimnya akan mencakup:

Membandingkan saldo akhir bank dengan saldo yang dikonfirmasi


pada formulir konfirmasi bank.

Memverifikasi keabsahan setoran dalam perjalanan dan cek-cek yang


beredar.

Menetapkan ketepatan matematis dari rekonsiliasi itu.

Memvouching pos-pos yang direkonsiliasi seperti beban, kredit, dan


kesalahan bank ke dokumentasi pendukung.

Menyelidiki pos-pos lama seperti cek yang beredar untuk periode


waktu yang lama dan pos-pos tidak biasa.

Scanning, pengujian, atau penyiapan rekonsiliasi bank menetapkan saldo kas di


bank yang benar pada tanggal neraca. Jadi, hal itu merupakan sumber bukti utama
untuk penilaian asersi penilaian atau alokasi. Pengujian ini juga memberikan bukti
untuk asersi keberadaan atau keterjadian, kelengkapan, dan hak serta kewajiban.
5) Mendapatkan dan Menggunakan Laporan Pisah-Batas Bank
Laporan pisah-batas bank adalah suatu laporan bank pada tanggal sesudah tanggal
neraca. Tanggal ini harus berada pada titik waktu yang akan memungkinkan
sebagian besar cek yang beredar pada akhir tahun sudah dikliring di bank. Biasanya,
tanggal ini adalah tujuh sampai sepuluh hari bisnis sesudah akhir tahun fiscal klien.

Klien harus meminta laporan pisah-batas dari bank dan memberitahukan agar hal itu
dikirim langsung kepada auditor. Setelah menerima laporan pisah-batas, beserta cekcek yang dibatalkan dan memo bank terlampir, auditor harus:

Menelusuri semua cek tertanggal tahun lalu ke cek-cek yang beredar


yang tercantum pada rekonsiliasi bank.

Menelusuri setoran dalam perjalanan pada rekonsiliasi bank ke setoran


pada laporan pisah-batas.

Melakukan scan atas laporan pisah-batas dan data terlampir untuk halhal yang tidak biasa.

Karena pada kenyataannya laporan pisah-batas diperoleh langsung oleh auditor dari
sumber independen di luar organisasi klien, maka hal itu memberikan informasi
pendukung dengan kompetensi yang tinggi dengan keabsahan rekonsiliasi bank
akhir tahun dan asersi eksistensi atau keterjadian, kelengkapan, hak dan kewajiban,
serta penilaian atau alokasi untuk kas di bank.
e. Penyajian dan Pengungkapan
Auditor membandingkan penyajian laporan dengan standar yang berlaku:
1) Menentukan bahwa saldo kas telah diidentifikasi dan diklasifikasikan dg tepat
2) Menentukan bahwa bank overdraft direklasifikasikan sbg hutang lancar
3) Menanyakan pada manajemen, review korespondensi dg bank, dan review notulen
rapat direksi untuk menentukan hal-hal yang diperlukan dalam pengungkapan seperti
pagu kredit, jaminan pinjaman, dan restriksi-restriksi lain terhadap saldo kas
Auditor menentukan kelayakan penyajian laporan dari penelaahan atas naskah laporan
klien dan bukti yang diperoleh dari pengujian substantif sebelumnya. Di samping itu,
auditor juga harus menelaah notulen rapat dewan direksi dan melakukan tanya jawab
dengan manajemen menyangkut bukti terhadap penggunaan saldo kas.
E. PERTIMBANGAN LAIN
1.

Pengujian Untuk Mendeteksi Lapping


Lapping adalah penyimpangan yang disebabkan oleh misapropriasi secara sengaja atas
penerimaan kas. Lapping dapat melibatkan penggelapan penerimaan kas secara
sementara atau permanen untuk kepentingan pribadi dari seseorang yang melakukan
tindakan yang bukan wewenangnya.
Lapping biasanya tidak hanya bersangkutan dengan penagihan dari pelanggan, tetapi
juga dapat melibatkan jenis penerimaan kas lainnya. Kondisi-kondisi yang kondusif
9

untuk lapping tersedia apabila seseorang yang menangani penerimaan kas juga
memegang buku beasar piutang usaha.
Auditor harus menilai kemungkinan lapping guna mendapatkan pemahaman tentang
pembagian tugas seperti penerimaan dan pencatatan penagihan dari pelanggan.
2.

Prosedur Auditing
Pengujian untuk mendeteksi lapping hanya dapat dilaksanakan jika risiko pengendalian
untuk transaksi penerimaan kas adalah sedang atau tinggi.
Berikut adalah tiga prosedur yang dapat digunakan untuk mendeteksi lapping :
a. Mengkonfirmasi piutang usaha. Pengujian ini akan lebih efektif jika
dilaksanakan secara mendadak pada tanggal interim. Melakukan konfirmasi
pada saat ini akan mencegah orang yang terlibat lapping membuat akun
yang di-lapped menjadi mutakhir.
b. Melakukan perhitungan kas secara mendadak. Perhitungan kas akan
mecakup uang logam atau koin, uang kertas, dan cek pelanggan yang ada di
tangan. Auditor harus mengawasi setora dari dana-dana tersebut.
Berikutknya, rincian setoran yang ditunjukkan pada slip setoran duplikat
harus dibandingkan dengan ayat jurnal penerimaan kas dan posting ke akun
pelanggan.
c. Membandingkan rincian ayat jurnal penerimaan kas dengan rincian slip
setoran harian yang berkaitan. Prosedur ini akan mengungkapkan perbedaan
rincian seperti yang ditunjukkan dalam dua contoh di atas. Apabila
pembagian tugas yang tepat dalam penanganan penerimaan pos sudah
ditentukan, beberapa auditor lebih memilih untuk menggunakan daftar
pendahuluan dari prosedur ini. Dalam kasus tersebut, tanggal penagihan
aktual dibandingkan dengan taggal posting penagihan itu ke buku besar
piutang usaha.

10

Anda mungkin juga menyukai