Anda di halaman 1dari 13

Ringkasan Mata Kuliah

AUDIT KINERJA

DISUSUN OLEH:

Ayu Rinathi Minggu (A062221064)

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSIFAKULTAS


EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022/2023
A. Pekembangan Audit Kineria

Leo Herbert dalam bukunya Auditing the Perfomance of Management membuat gambaran
yang cukup komprehensif tentang pengetahuan dan perkembangan audit yang diperlukan dalam
bidang audit.
Dalam kurun waktu yang hampir bersamaan, tahun 1971 Elmer B Staat dari United State
Comptoreller General Accounting Office untuk pertama kalinya memperkenalkan audit kinerja
(performance audit) pada kongres INTOSAI (International Organization of Supreme Audit Intitution),
di Mont real, Kanada. Sejak itu, audit kinerja yang merupakan perluasan audit keuangan mulai
diimplementasikan pada audit sektor publik oleh Supreme Public Institution di seluruh dunia.
Pelaksanaan audit kinerja di seluruh dunia, termasuk di Indonesia terus mengalami pasang surut.
Sebagai gambaran pada Netherland Court of Audit (BPK Belanda), perkembangan audit dimulai
dengan pemberian mandat untuk melakukan audit kinerja pada tahun 1976. Pada awalnya, audit
kinerja berfokus pada efisiensi. Kemudian, mereka mulai menyusun dan menyempurnakan
manual audit kinerja yang ada.
Pada perkembangannya, mereka mengintegrasi teknologi informasi dan komunikasi dalam audit
kinerja (antara lain untuk menganalisis data) serta menggunakan pendekatan strategis dalam
menyusun tema audit. Pada BPK Belanda, tema audit yang berfokus pada mutu dan akuntabilitas
kebijakan pemerintah merupakan perluasan dari audit keuangan yang berfokus pada penganggaran.
Di Australian National Audit Office (BPK Australia), audit kinerja dimulai pada tahun 1970-an. Audit
kinerja mulai berkembang di Australia karena ketertarikan pemerintah, parlemen, dan masyarakat
terhadap efektivitas program dan efisiensi administrasi pemerintah. Pada saat itu, departemen
pemerintah banyak diberikan kebebasan untuk mengelola operasi mereka, dengan sedikit kendali dari
pusat. Pada awalnya, pemeriksaan kinerja hanya divisi kecil dari ANAO. Antara tahun 1980- 1983,
ANAO hanya membuat tujuh laporan audit kinerja. Saat ini, ANAO membuat hampir 50 laporan
audit kinerja setiap tahunnya. Di Indonesia, audit kinerja mulai diperkenalkan pada tahun 1976 yang
dimulai dengan management audit course di Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) dengan
bekerja sama dengan US-GAO. Serupa dengan negara lain, audit kinerja di Indonesia juga mengalami
pasang surut. Sejak tahun 2004-2007, BPK telah melaksanakan 99 audit kinerja, dengan rincian 37 audit
di kantor pusat dan 62 audit di kantor perwakilan daerah. Rekap audit kinerja pada tahun 2004-2007
dapat dilihat di grafik 3.1.2. Grafik ini menunjukkan audit kinerja atas BUMN masih sangat sedikit.
B. Definisi Audit Kinerja

Secara etimologi, audit kinerja terdiri atas dua kata, yaitu “audit” dan “kinerja”. Audit menurut Arens
adalah kegiatan mengumpulkan dan mengevaluasi terhadap bukti bukti yang dilakukan oleh yang
kompeten dan independen untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara kondisi yang
ditemukan dan kriteria yang ditetapkan.Sedangkan menurut Stephen P Robbins, kinerja merupakan
hasil evaluasi terhadap pekerjaan yang telah dilakukan dibandingkan dengan kriteria yang telah
ditetapkan bersama. Di pihak lain. Ayuha menjelaskan, “Perfomance is the way of job or task is done by
an individual, a group of organization”.Dari kedua definisi tersebut, terlihat bahwa istilah kinerja
mengarah pada dua hal yaitu proses dan hasil yang dicapai. Definisi yang cukup komprehensif
diberikan oleh Malan, Fountain, Arrowsmith, dan Lockridge (1984), sebagai berikut:

“Audit kinerja merupakan suatu proses sistematis dalam mendapatkan dan mengevaluasi bukti
yang secara objektif atas suatu kinerja organisasi, program, fungsi, atau kegiatan. Evaluasi dilakukan
bedasarkan aspek ekonomi dan efisiensi operasi, efektivitas dalam mencapai hasil yang diinginkan,
serta kepatuhan terhadap peraturan, hukum, dan kebijakan yang terkait. Tujuan dari evaluasi adalah
untuk mengetahui tingkat keterkaitan antara kinerja dan kriteria yang ditetapkan serta
mengomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Fungsi dari audit kinerja
ialah memberikan review dari pihak ketiga atas kinerja manajemen dan menilai apakah kinerja
organisasi dapat memenuhi harapan.”
.

C. Pentingnya Audit Kinerja

a. Pemerintah

Bagi pemerintah, audit kinerja dapat menjadi ukuran penilaian danperbaikan atas 3E (ekonomi,
efektivitas, dan efisiensi) dari program kegiatan pemerintah dan pelayanan publik.
b. Legislatif & Masyarakat

Memberikan informasi independen apakah uang negara digunakan secara 3E serta


mendukung pengawasan dan pengambilan keputusan oleh legislatif.
c. BPK

Melakukan peningkatkan kematangan organisasi dan nilai BPK di masyarakat, meningkatkan


motivasi pemeriksa, dan mendorong kreativitas dan pembelajaran.
Lebih lanjut, audit sektor publik tidak hanya memeriksa serta menilai kewajaran laporan
keuangan sektor publik, tetapi juga menilai ketaatan aparatur pemerintahan terhadap undang-undang dan
peraturan yang berlaku. Disamping itu, audit sektor publik juga memeriksa dan menilai sifat-sifat hemat
(ekonomis), efisien serta keefektifan dari semua pekerjaan, pelayanan atau program yang dilakukan
pemerintah. Dengan demikian, bila kualitas audit kinerja sektor publik rendah, akan mengakibatkan risiko
tuntutan hukum (legitimasi) terhadap pejabat pemerintah dan akan muncul kecurangan, korupsi,
kolusi serta berbagai ketidakberesan. Sehubungan dengan itulah, audit kinerja memegang peran yang
sangat esensial dalam suatu organisasi atau lembaga yang berkaitan dengan dana masyarakat.
D. Audit Kinerja untuk Akuntabilitas Publik
Akuntabilitas publik meliputi :
1. Akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hukum (accountability for probityand legality)
2. Akuntabilitas proses (process accountability)
3. Akuntabilitas program (program accountability)
4. Akuntabilitas kebijakan (policy accountability)
Akuntabilitas Publik tidak bisa dipisahkan dari prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan
yang baik (Good Governance). Salah satu tata kelola yang baik ialah dengan adanya kinerja yang
baik. Kinerja inilah dapat diidentifikasi dan dievaluasi melalui audit kinerja. Oleh sebab itu, audit kinerja
sangat diperlukan dalam akuntabilitas publik, terutama dalam hal menilai tingkat keberhasilan kinerja
suatu kementerian atau lembaga pemerintah dan memastikan sesuai atau tidaknya sasaran kegiatan
yang menggunakan anggaran dan transparansi dalam pelaksanaannya.
Pada sektor publik, audit kinerja dilakukan untuk meningkatkan akuntabilitas berupa peningkatan
pertanggungjawaban manajemen kepada lembaga perwakilan, pengembangan bentuk-bentuk laporan
akuntabilitas, perbaikan indikator kinerja, perbaikan perbandingan kinerja antara organisasi sejenis
yang diperiksa, serta penyajian informasi yang lebih jelas dan normatif
a. Keterkaitan Audit Kinerja dengan Manajemen Keuangan

Audit kinerja dapat dilaksanakan oleh pihak auditor internal atau auditor eksternal yang
profesional dan kompeten sehingga menjamin objektivitas hasil audit. Dalam
melaksanakan audit kinerja penting bagi auditor untuk memiliki pengetahuan yang memadai
tentang pengelolaan terhadap hasil-hasil, khususnya sistem perencanaan, penganggaran dan
sistem pengindikator kinerja yang dimiliki atau melekat pada suatu instansi pemerintah,
yang mana informasi ini dipegang oleh manajemen keuangan. Pendekatan auditor pada bagian
ini bertujuan untuk memperoleh dokumen yang mencukupi untuk memeriksa peraturan dasar
organisasi dan memahami sejarah serta kondisi operasi sekarang. Auditor seharusnya
mengenal struktur organisasi, sistem pengendalian, laporan keuangan, sistem informasi, pegawai
dan pelaksanaan adminsistratif . Mendekati akhir pendekatan ini, auditor seharusnya memperoleh
informasi mengenai hukum yang terkait, pernyataan kebijakan, dokumen dan catatan penelitian
terdahulu, laporan audit sebelumnya, dan studi lain yang dilakukan oleh departemen.

b. Istilah-istilah dalam Audit Kinerja.

Ada istilah umum yang digunakan dalam audit kinerja, di antaranya performance audit dan Value
For Money (VFM) audit. VFM audit mengacu pada penilaian apakah manfaat yang dihasilkan oleh
suatu program lebih besar dari biaya yang dikeluarkan atau masih mungkinkah melakukan pengeluaran
dengan bijak. Istilah VFM audit banyak digunakan di Kanada dan negara persemakmurannya. Secara
internasional, performance audit ialah istilah resmi yang digunakaan kalangan INTOSAI. Istilah yang juga
sering dijumpai ialah audit manajemen, audit operasional, atau audit ekonomi dan efisiensi. Istilah ini
digunakan untuk menilai dalam aspek ekonomi dan efisiensi dari pengelolaan organisasi. Istilah lain
ialah audit program atau audit efektivitas yang ditujukan untuk menilai manfaat atau pencapaian suatu
program. Gabungan antara audit manajemen atau operasional dan audit program merupakan audit
kinerja.
Audit kinerja terkait erat dengan konsep akuntabilitas yang dikenal dengan istilah akuntabilitas
kinerja. Akuntabilitas kinerja instansi pemerintah antara lain diatur melalui Inpres No.7 tahun 1999
tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP). Beberapa istilah yang sering dikaitkan dalam
konteks audit kinerja adalah:
1. Kinerja (performance) adalah gambaran mengenai pencapaian, prestasi atau unjuk kerja dari
instansi pemerintah
2. Indikator kinerja (performance indicator) adalah deskripsi kuantitatif atau kualitatif terhadap
tercapaiannya kinerja. Indikator kinerja dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk menilai dan
melihat perkembangan yang dicapai selama jangka waktu terterntu.
3. Indikator kinerja kunci (key performance indicato) adalah indikator kinerja yang memiliki fokus
pada aspek kinerja yang penting bagi keberhasilan organisasi.
4. Efisiensi berkaitan dengan hubungan antara input yang digunakan untuk menghasilkan output.
Efisiensi lazimnya dinyatakan dalam bentuk indeks, rasio, unit, atau bentuk lainnya (misalnya:
dalam bentukperbandingan). Secara umum efisiensi berkaitan dengan produktivitas.
Efektivitas berkaitan dengan pencapaian hasil (outcome) yang ditetapkan telah dicapaidengan
output. Output sektor publik umumnya adalah jasa berupa layanan terhadap masyarakat. Output
dikatakan efektif jika memberi pengaruh sesuai yang diharapkan.

c. Karakteristik Audit Kinerja

Adalah sesuatu yang hanya dimiliki oleh audit kinerja yang membedakan audit kinerja dengan
jenis audit lainnya . Berikut ini adalah beberapa karakteristik dariaudit kinerja:
1. Audit kinerja berusaha mencari jawaban atas dua pertanyaan dasar berikut :

a. Apakah sesuatu yang benar telah dilakukan (doing the right things)?

b. Apakah sesuatu telah dilakukan dengan cara yang benar (doing the things right)?
Pertanyaan pertama ditujukan terutama bagi pembuat kebijakan. Tujuannya adalah untuk
mengevaluasi apakah kebijakan telah diputuskan dengan tepat. Pertanyaan kedua ditujukan
untuk mengetahui sejauh mana kebijakan yang diambil telah diterapkan dengan benar atau
apakah kebijakan tersebut telah dilaksanakan dengan cara-cara yang memadai. Kedua
pertanyaan tersebut merupakan makna dari efektivitas dan efisiensi tidak selalu berbanding lurus.
Suatu kegiatan yang telah dilakukan secara efektif belum tentu berarti bahwa kegiatan itu telah
dilakukan secara efisien, demikian juga sebaliknya.
2. Proses audit kinerja dapat dihentikan apabila pengujian terinci dinilai tidak akan memberikannilai
tambah yang signifikan bagi perbaikan manajemen atau kondisi internal lembaga audit dinilai
tidak mampu untuk melaksankan pengujian terinci.Profesor Soemardjo Tjitrosidojo (1980)
memberikan karakteristik audit kinerja sebagai berikut
a. Pemeriksaan operasional dengan menggunakan perbandingan dengan cara pemeriksaan oleh
dokter haruslah merupakan pemeriksaan semacam “medical check up”, (penelitian kesehatan)
dan bukan merupakan pemeriksaan semacam “otopsi post mortem”(pemeriksaan mayat). Jadi,
pemeriksaan seharusnya dimaksudkan agar si pasien memperoleh petunjuk
agar ia selanjutnya dapat hidup lebih sehat dan bukan sebagai pemeriksaan untuk
menganalisis sebab-sebab kematian mayat.
b. Pemeriksa haruslah wajar (fair), objektif dan realities, mengingat bahwa ia harus dapat
menjangkau hari depan organisasi yang diperiksanya. Ia harus dapat berpikir secara dinamis,
konstruktif, dan kreatif, :mengingat bahwa dalam tugasnya ia harus berhadapan dengan
banyak orang yang sifat serta tingkah lakunya beranekaragam. Ia harus dapat bertindak seccara
diplomatis seterusnya ia haruslah sensitif dalam menghadapi masalah-masalah yang pelik
dalam tugas serta tangguh untuk tetap bertekad meneruskan suatu penyelidikan sampai akhirnya
berhasil.
c. Pemeriksa (atau setidak-tidaknya tim pemeriksa secara kolektif ) harus mempunyai pengetahuan
dan ketrampilan dari berbagai macam bidang seperti ekonomi, hukum, moneter, statistik, komputer,
keinsinyuran, dan sebagainya .
d. Agar pemeriksaan dapat berhasil dengan baik, pemeriksa harus dapat berpikir dengan
menggunakan sudut pandangan pejabat pimpinan organisasi yang diperiksanya. Ia harus
mendapat dukungan dari pimpinan tertinggi, pemeriksa harus benar-benar mengetahui
persoalan yang dihadapinya, dapat mengantisipasi masalah serta cara penyelesaiannya,
dan memberikan gambaran tentang perbaikan-perbaikan yang dapat diterapakan dalam organisasi
yang diperiksa.
e. Pemeriksaan operasional harus dapat berfungsi sebagai suatu”early warningsystem” (sistem
peringatan dini) agar pimpinan secara tepat padawaktunya, setidak-tidaknya sebelum terlambat
dapat mengadakan tindakan-tindakan korektif yang mengarah kepada perbaikan
organisasinya. Karakteristik diatas sangat relevan dengan konsep audit kinerja sebagai Audit
for management bukan audit to management. Dalam audit for management,auditor harus
memberikan rekomendasi perbaikan bagi manajemensebagai upaya peningkatan akuntabilitas
dan kinerja entitas yang diaudit.
E. Manfaat Audit Kinerja

1. Peningkatan Kinerja

a. Mengidentifikasi Masalah dan Alternatif

Penyelesaiannya Auditor sebagai pihak independen dapat memberi pandangan kepada


manajemen untuk melihat permasalahan secara lebih detail dari sisi operasional. Sehubungan
dengan itu, auditor dapat melakukan diskusi
dengan orang-orang yang bergelut dalam operasional dan menginformasikan hal tersebut kepada
manajemen.
b. Mengidentifikasi Sebab-sebab Aktual dari Suatu Masalah Yang Dapat Dihadapi oleh
Kebijaksanaan Manajemen atau Tindakan Lainnya. Auditor harus dapat menetapkan masalah
yang aktual dan solusi untuk mengatasinya. Auditor sebaiknya tidak memberi rekomendasi
atau usulan bila ia tidak dapat membantu proses rekomendasi tersebut.
c. Mengidentifikasi Peluang dan Kemungkinan untuk Mengatasi Keborosan dan
Ketidakefisienan. Pengurangan biaya merupakan hal yang penting dalam audit kinerja. Namun,
penghematan biaya dapat menjadi suatu hal yang besar dalam jangka waktu yang
panjang. Biaya harus berada pada tingkat yang tepat dan jika perlu melakukan pemotongan.
Keputusan mengurangi biaya haruslah mempertimbangankan dampaknya bagi kegiatan
operasional.
d. Mengidentifikasi Kriteria untuk Menilai Pencapaian Tujuan Organisasi. Pada situasi tertentu, kriteria
tidak ada. Oleh sebab itu, auditor dapat membantu manajemen dalam membangun kriteria itu.
e. Melakukan Evaluasi atas Sistem Pengendalian Internal

Auditor harus menentukan apakah mekanisme telah menyediakan informasi tentang efektivan
operasional, yaitu:
(1) Apakah ada perbedaan tingkat kedalaman atau detail laporan;

(2) Apakah ada informasi yang belum disajikan dalam laporan

(3) Apakah indikator kerja telah dipertimbangkan dalam penyusunan laporan.

f. Menyediakan Jalur Komunikasi antara Tataran Operasional dan Manajemen Audit kerja dapat
menjadi sarana untuk menyampaikan permasalahan yang tidak dapat tersalurkan melalui struktur
komunikasi yang telah disususun organisasi tersebut.
g. Melaporkan Ketidakberesan

Audit kerja dapat menjadi sarana untuk menyampaikan kepada manajemen setiap penyimpangan
yang terjadi sehingga kerugian dan dampak yang lebih besar dapat diatasi.
2. Peningkatan Akuntabilitas Publik

Pada sektor publik, audit kinerja dilakukan untuk meningkatkan akuntabilitasberupa perbaikan
pertanggungjawaban manajemen kepada lembaga perwakilan,
pengembangan bentuk-bentuk laporan akuntabilitas; perbaikan indikator kinerja, perbaikan perbandingan
pekerja antara organisasi sejenis yang diperiksa, serta penyajian informasi yang jelas dan informatif.
Perubahan dan perbaikan dapat terjadi karena temuan atau rekomendasi audit. Umumnya,
rekomendasi dapat menjadi kunci atas perubahan dan perbaikan. Oleh sebab itu, penyusunan
rekomendasi yang baik perlu diperhatikan.
3. Tujuan Audit Kinerja

Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) menyatakan bahwa audit kinerja mencakup
tujuan yang luas dan bervariasi, termasuk tujuan yang berkaitan dengan penilaian hasil dan
efektivitas program, ekonomi dan efisiensi, pengendalian internal, ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku, serta bagaimana cara untuk meningkatkan efektivitas. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa tujuan dasar dari audit kinerja ialah menilai suatu kinerja suatu
organisasi, program, atau kegiatan yang meliputi audit atas aspek ekonomi, efisiensi, dan
efektivitas. Audit kinerja (performance audit) merupakan perluasan atas audit laporan keuangan atas
prosedur dan tujuan.
4. Jenis Audit Kinerja

Audit yang dilakukan dalam audit kinerja meliputi audit ekonomi, audit efisiensidan audit
efektivitas. Audit ekonomi dan audit efisiensi disebut management audit atau operational audit,
sedangkan audit efektivitas disebut program audit.
1. Audit Ekonomi

Konsep yang pertama dalam pengelolaan organisasi sektor publik ialah ekonomi, yang
berarti pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga yang terendah.
Ekonomi merupakan perbandingan antara input dan input value yang dinyatakan dalam
satuan moneter. Ekonomi terkait dengan sejauh mana organisasi sector publik dapat
meminimalisir input resource yang digunakan, yaitu dengan menghindari pengeluaran yang
boros dan tidak produktif.

2. Audit Efisiensi

Konsep kedua dalam manajemen organisasi sector publik ialah efisiensi, yaitu
pencapaian output yang maksimal dengan input tertentu atau dengan penggunaan input yang
terendah untuk mencapai output tertentu. Efisiensi merupkan perbandingan input/output yang
dikaitkan dengan standar kinerja atau
target yang telah ditetapkan.Dapat disimpulkan bahwa ekonomi memiliki arti biaya terendah,
sedangkan efisiensi mengacu pada rasio terbaik antara output dan biaya (input). Ini
dikarenakan keduanya diukur dalam unit yang berbeda, maka efisiensi dapat terwujud ketika
dengan sumber daya yang ada dapat dicapai output yang maksimal atau output tertentu dapat
dicapai dengan sumber daya yang sekecil-kecilnya. Audit ekonomi dan efisiensi bertujuan untuk
menentukan suatu entitas telah memperoleh, melindungi, menggunakan sumber dayanya secara
ekonomis, dan efisien. Selain itu, juga bertujuan untuk menentukan dan mengidentifikasi
penyebab terjadinya praktik-praktik yang tidak ekonomis dan efisien, termasuk ketidakmampuan
organisasi untuk mengelola sistem informasi, administrasi, dan struktur organisasi.
Menurut The General Accounting Office Standards (1994), beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan dalam audit ekonomi dan efisiensi, yaitu dengan mempertimbangkan
apakah entitas yang diaudit telah:
• mengikuti ketentuan pelaksanaan pengadaan yang sehat;
• melakukan pengadaan sumber daya (jenis, mutu dan jumlah) sesuaidengan
kebutuhan pada biaya terendah;
• melindungi dan memelihara semua sumber daya yang ada secaramemadai;
• menghindari duplikasi pekerjaan atau kegiatan yang tanpa tujuan ataukurang jelas
tujuannya;
• menghindari adanya pengangguran sumber daya atau jumlah pegawaiyang
berlebihan;
• menggunakan prosedur kerja yang efisien;
• menggunakan sumber daya (staf, peralatan dan fasilitas) yang minimum dalam
menghasilkan atau menyerahkan barang/jasa dengan kuantitas dan kualitas yang
tepat;
• mematuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
perolehan, pemeliharaan dan penggunaan sumber daya negara;
• melaporkan ukuran yang sah dan dapat dipertanggungjawabkan mengenai
kehematan dan efisiensi (Mardiasmo, 2002). Untuk dapat mengetahui apakah
organisasi telah menghasilkan output yang optimal
dengan sumber daya yang dimilikinya, auditor dapat membandingkan output yang telah
dicapai pada periode yang bersangkutan dengan standar yang telah ditetapkan
sebelumnya, kinerja tahun- tahunsebelumnya dan unit lain pada organisasi yang sama
atau padaorganisasi yang berbeda.
3. Audit Efektifitas

Konsep yang ketiga dalam pengelolaan organisasi sektor publik adalah efektivitas. Efektivitas
berarti tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Efektivitas
merupakan perbandingan antara outcome dengan output. Outcome seringkali dikaitkan dengan
tujuan (objectives) atau target yang hendak dicapai. Jadi dapat dikatakan bahwa efektivitas
berkaitan dengan pencapaian tujuan. Sedangkan menurut Audit Commission(1986) disebutkan
bahwa efektivitas berarti menyediakan jasa-jasa yang benar sehingga memungkinkan pihak yang
berwenang untuk mengimplementasikan kebijakan dan tujuannya. Audit efektivitas bertujuan
untuk menentukan tingkat pencapaian hasil atau manfaat yang diinginkan, kesesuaian hasil
dengan tujuan yang ditetapkan sebelumnya dan menentukan apakah entitas yang diaudit
telah mempertimbangkan alternatif lain yang memberikan hasil yang sama dengan biaya yang
paling rendah. Secara lebih rinci, tujuan pelaksanaan audit efektivitas atau audit program adalah
dalam rangka:
• menilai tujuan program, baik yang baru maupun yang sudah berjalan, apakah
sudah memadai dan tepat;
• menentukan tingkat pencapaian hasil suatu program yang diinginkan;
• menilai efektivitas program dan atau unsur-unsur program secara terpisah;
• mengidentifikasi faktor yang menghambat pelaksanaan kinerja yang baik dan
memuaskan;
• menentukan apakah manajemen telah mempertimbangkan alternatif untuk
melaksanakan program yang mungkin dapat memberikan hasil yang lebih baik
dan dengan biaya yang lebih rendah;
• menentukan apakah program tersebut saling melengkapi, tumpang-tindih atau
bertentangan dengan program lain yang terkait;
• mengidentifikasi cara untuk dapat melaksanakan program tersebut dengan
lebih baik;
• menilai ketaatan terhadap peraturan perundangundangan yang berlaku
untuk program tersebut;
• menilai apakah sistem pengendalian manajemen sudah cukup memadai
untuk mengukur, melaporkan dan memantau tingkat efektivitas program;
• menentukan apakah manajemen telah melaporkan ukuran yang sah dan dapat
dipertanggungjawabkan mengenai efektivitas program. Efektivitasberkenaan
dengan dampak suatu output bagi pengguna jasa. Untuk mengukur efektivitas
suatu kegiatan harus didasarkan pada kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya. Jika hal ini belum tersedia, auditor bekerja sama dengan
manajemen puncak dan badan pembuat keputusan untuk menghasilkan
kriteria tersebut dengan berpedoman pada tujuan pelaksanaan suatu
program. Meskipun efektivitas suatu program tidak dapat diukur secara
langsung, ada beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk mengevaluasi
pelaksanaan suatu program, yaitu mengukur dampak atau pengaruh evaluasi
oleh konsumen dan evaluasi yang menitikberatkan pada proses, bukan pada
hasil. Tingkat komplain dan tingkat permintaan dari pengguna jasa dapat
dijadikan sebagai pengukuran standar kinerja yang sederhana untuk
berbagai jasa. Evaluasi terhadap pelaksanaan suatu program hendaknya
mempertimbangkan apakah program tersebut relevan atau realistis,apakah ada
pengaruh dari program tersebut, apakah program telah mencapai tujuan yang
telah ditetapkan dan apakah ada cara-cara yang lebih baik dalam mencapai
hasil

Anda mungkin juga menyukai