Anda di halaman 1dari 24

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

VALUE FOR MONEY AUDIT DAN PROSES AUDIT KINERJA

KELAS F3
KELOMPOK 4
NAMA KELOMPOK

1. Ni Komang Ayu Juliantari ( 1833122092 )


2. A A Raka Nila Sawitri ( 1833122097 )
3. Dewa Ayu Ratih Adi Wulandari ( 1833122127 )

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WARMADEWA
2020/2021
A. KARAKTERISTIK VALUE FOR MONEY AUDIT
Audit kinerja yang meliputi audit ekonomi, efisiensi, dan efektivitas, pada
dasarnya merupakan perluasan dari audit keuangan dalam hal tujuan dan
prosedurnya. Pengertian audit dalam audit keuangan adalah suatu proses
yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif
mengenai asersi atau tindakan dan kejadian ekonomi, kesesuaiannya dengan
criteria/standar yang telah ditetapkan dan kemudian mengkomunikasikan
hasilnya kepada pihak-pihak pengguna laporan tersebut (Malan, 1984).
Audit kinerja memfokuskan pemeriksaan pada tindakan-tindakan dan
kejadian-kejadian ekonomi yang menggambarkan kinerja entitas atau fungsi
audit. Definisi audit kinerja adalah suatu proses sistematis untuk memperoleh
dan mengevaluasi bukti secara obyektif, agar dapat melakukan penilaian
secara independen atas ekonomi dan efisiensi operasi, efektivitas dalam
pencapaian hasil yang diinginkan, dan kepatuhan terhadap kebijakan,
peraturan dan hokum yang berlaku, menentukan kesesuaian antara kinerja
yang telah dicapai dengan criteria yang telah ditetapkan sebelumnya, serta
mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak pengguna laporan tersebut
(Malan,1984).
Perbedaan VFM audit dengan conventional audit adalah dalam hal laporan
audit. Audit yang konvesional , hasil auditnya adalah berupa pendapat (opini)
auditor secara independen dan obyektif tentang kewajaran laporan keuangan
sesuai dengan criteria standar yang telah ditetapkan, tanpa pemberian
rekomendasi perbaikan. Sedangkan dalam VFM audit tidak sekedar
menyampaikan kesimpulan berdasarkan tahapan audit yang telah
dilaksanakan, akan tetap juga dilengkapi dengan rekomendasi untuk
perbaikan di masa depan.
B. AUDIT EKONOMI DAN EFISIENSI
Ekonomi mempunyai arti biaya terendah,sedangkan efisiensi mengacu pada
rasio terbaik antara output dengan biaya (input).
Audit ekonomi dan efisiensi bertujuan:
1. Menentukan apakah suatu entitas telah memproleh, melindungi, dan
menggunakan sumber dayanya secara ekonomis dan efisiensi
Untuk mengetahui penyebab terjadinya praktik yang tidak ekonomis atau
tidak efisien, termasuk ketidakmampuan organisasi dalam mengelola system
informasi, prosedur administrasi, dan struktur organisasi.
Secara lebih spesifik, The General Accounting Office Standards
(1994)menegaskan bahwa audit ekonomi dan efisiensi dilakukan dengan
mempertimbangkan apakah entitas yang diaudit telah:
Mengikuti ketentuan pelaksanaan pengadaan yang sehat;
Melakukan pengadaan sumber daya (jenis, mutu, dan jumlah) sesuai dengan
kebutuhan pada biaya terendah;
Melindungi dan memelihra semua sumber daya yang ada secara memadai;
Menghindari duplikasi pekerjaan atau kegiatan yang tanpa tujuan ;
Menghindari adanya pengangguran sumberdaya;
Menggunakan prosedur kerja yang efisian;
Menggunakan sumber daya (staf, peralatan, dan fasilitas) yang
minimumdalam menghasilkan atau menyerahkan barang/jasa dengan
kuantitas yang tepat;
Mengetahai persyaratan peraturan perundang-undangan yang berkaiatn
dengan perolehan, pemeliharaan dan penggunaan sumber daya Negara;
Melaporkan ukuran yang sah dan dapat dipertanggungjawabkan mengenai
kehematan dan efisiensi.
Untuk dapat mengetahui apakah organisasi telah menghasilkan output yang
optimal dengan sumber daya yang dimilikinya, auditor dapat
membandingkan outputyang telah dicapai pada periode yang bersangkutan
dengan:
Standar yang telah ditetapkan sebelumnya
Kinerja tahun-tahun sebelumnya
Unit lain pada organisasi yang sama atau pada organisasi yang berbeda
Prosedur untuk melakukan audit ekonomi dan efisiensi sama dengan jenis
audityang lainnya. Secara umum, tahapan-tahapan audit yang dilakukan
meliputi:
Perencanaan audit
Me review system akuntansi dan pengendalian intern
Menguji system akuntansi dan pengendalian intern
Melaksanakan audit
Menyampaikan laporan.

C. AUDIT EFEKTIVITAS
Efektivitas berkaitan dengan pencapaian tujuan. Menurut Audit Commission
(1986), efektivitas berarti menyediakan jasa-jasa yang benar sehingga
memungkinkan pihak yang berwenang untuk mengimplementasikan
kebijakan dan tujuannya.
Audit efektivitas bertujuan untuk:
Menentukan tingkat pencapaian hasil atau manfaat yang diinginkan ;
Menentukan kesesuaian hasil dengan tujuan yang ditetapkan sebelumnya;
Menentukan apakah entitas yang diaudit telah mempertimbangkan alternatif
lain yang memberikan hasil yang sama dengan biaya yang paling rendah.
Secara lebih rinci, tujuan pelaksanaan audit efektivitas atau audit program
adalah untuk:
Menilai tujuan program, baik yang baru maupun yang sudah berjalan,apakah
sudah memadai dan tepat;
Menentukan tingkat pencapaian hasil suatu program yang diinginkan;
Menilai efektivitas program dan atau unsure-unsur program secara terpisah;
Mengidentifikasikan faktor yang menghambat pelaksanaan kinerja yang baik
dan memuaskan;
Menentukan apakah manajemen telah mempertimbangkan alternative untuk;
melaksanakan program yang mungkin dapat memberikan hasil yang yang
lebih baik dengan biaya yang lebih rendah;
Menentukan apakah program tersebut saling melengkap,tumpang tindih atau
bertentangan dengan program lain yang terkait;
mengidentifikasi cara untuk dapat melaksanakan program tersebut dengan
lebih baik;
Menilai ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk
program tersebut;
menilai apakah system pengendalian manajeme sudah cukup memadai untuk
mengukur, melaporkan, dan memantau tingkat efektivitas program;
Menentukan apakah manajemen telah melaporkan ukuran yang sah dan dapat
dipertanggungjawabkan mengenai efektivitas program.
Untuk mengukur efektivitas suatu kegiatan harus didasarkan pada kriteria
yang telah ditetapkan sebelumnya.Jika hal ini belum tersedia, auditor
bekerjasama dengan Top manajemen dan badan pembuat keputusan untuk
menghasilkan kriteria tersebut dengan berpedoman pada pelaksanaan suatu
program.Beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk mengevaluasi
pelaksanaan suatu program yaitu:
a). Proksi untuk mengukur dampak/pengaruhj;
b). Evaluasi oleh konsumen;
c). Evaluasi yang menitik beratkan pada proses bukan pada hasil.
Hal yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan evaluasi suatu program:
Apakah ada pengaruh dari program tersebut;
Apakah program tersebut relevan atau realistic;
Apakah program telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan;
Dan apakah ada cara-cara yang lebih baik dalam mencapai hasil.
Value for money auditsecara umum mempunyai tiga kategori kegiatan yaitu:
1) “by product”VFM work, 2) An”Arrangement Review” 3)Performance
Review.
Prasyarat yang harus dipenuhi dalam audit kinerja yatu:
Auditor (orang/lembaga yang melakukan audit), auditee (pihak yang diaudit),
recipem (pihak yang menerima hasil audit)
Hubungan akuntabilitas antara auditee dan audit recipen
Independensi antara auditor dan audirtee
Pengujian dan evaluasi tertentu atas aktifitas yang menjadi tanggung jawab
auditee oleh auditor untuk audit recipient.
Auditor sering disebut sebagai pihak pertama dan pemegang peran utama
dalam pelaksanan audit kinerja karena auditor dapat mengakses informasi
keuangan dan informasi manajemen dari organisasi yang diaudit,memiliki
kemampuan professional dan bersifat independent.Pihak auditee biasanya
terdiri dari manajemen atau pekerja suatu organisasi yang bertanggung jawab
kepada recipient dan biasa disebut pihak ke dua.Recipent merupakan pihak-
pihak yang menerima laporan dan biasa disebut pihak ke tiga yang terdiri dari
beberapa kelompok yaitu: tingkatan yang lebih tinggi dalam organisasi yang
sama, dewan komisaris, stockholder, masyarakat, dan investor.
Syarat untuk menjadi seorang auditor sektor publik :
Seorang auditor harus telah diakui dapat melakukan pemeriksaan (harus
mempunyai pengalaman tentang akun-akun yang ada, )
Seorang auditor Hrus mematuhi kode etik yang berlaku
Seorang auditor harus dapat melakukan audit dengan bertanggungjawab.

D. STANDAR AUDIT PEMERINTAH (SAP)


Sejauh ini, audit kinerja terhadap lembaga pemerintah di Indonesia di lakukan
dengan berpedoman pada SAP yang dikeluarkan oleh badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) tahun 1995 dan merupakan buku standar untuk melakukan
audit atas semua kegiatan pemerintah meliputi peleksanaan APBN, APBD,
pelaksanaan anggaran tahunan BUMN dan BUMD,serta kegiatan yayasan
yang didirikan oleh pemerintah.
Sandar-standar yang menjadi pedoman dalam audit kinerja terhadap lembaga
pemerintah menurut SAP yaitu:
Standar Umum
Standar Pekerjaan lapangan audit kinerja meliputi:
a). Perencanaan
b). Supervisi
c). Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan
d). Pengendalian manajemen
3. Standar pelaporan audit kinerja berisi lima hal antara lain:
a). Bentuk
b). Ketepatan waktu
c). Isi laporan
d). Penyajian laporan
e). Distribusi laporan
E. AUDIT KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM KONTEKS
OTONOMI DAERAH
Terdapat tiga aspek utama yang mendukung terciptanya
kepemerintahan yang baik (GoodGovernance), yaitu pengawasan,
pengendalian, dan pemeriksaan. Ketiga hal tersebut pada dasarnya berbeda
baik konsepsi maupun aplikasinya. Pengawasan mengacu pada tindakan atau
kegiatan yang dilakukan oleh pihak luar eksekusif (yaitu masyarakat dan
DPR/DPRD) untuk turut mengawasi kinerja pemerintahan. Pengendalian
(control) adalah mekanisme yang dilakukan oleh eksekutif
(pemerintah)untuk men#amin dilaksanakannya sistem dan kebijakan
manajemen sehingga tujuan organisasi tercapai.Pemeriksaan (audit)
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pihak yang memiliki independensi
danmemiliki kompeteni profesional untuk memeriksa apakah hasil kinerja
pemerintah telah sesuai denganstandar kinerja yang ditetapkan.
Pada tataran teknis aplikatif juga berbeda. Pengawasan oleh
DPR/DPRD dilakukan pada tahapawal. Pengendalian dilakukan terutama
pada tahap menengah (operasionalisasi anggaran), yaitu level pengendalian
manajmen (manajemen control) dan pengendalian tugas (task control),
sedangkan pemeriksaan dilaukan pada tahap akhir. Subjek yang diperiksa
berupa kinerja anggaran (anggaran policy), dan laporan pertanggung jawaban
keuangan yang terdiri atas laporan dan nota perhitungan APBN/APBD,
neraca dan laporan aliran kas.
Agar tidak terjadi penyimpangan dan penyelewengan yang
disebabkan oleh adanya penyalahgunaan wewenang oleh eksekutif (abuse of
power), maka pemberian wewenang tersebut harusdiikuti dengan
pengawasan dan pengendalian yang kuat. Penguatan fungsi pengawasan
dapat dilakukanmelalui optimalisasi peran DPR/DPRD sebagai kekuatan
penyeimbang (balance of power) bagi eksekutif, dan partisipasi masyarakat
secara langsung maupun tidak langsung melalui LSM dan organisasi social
kemasyarakatan sebagai bentuk social control. Penggunaan fungsi
pengendaliandilakukan melalui pembuatan sistem pengendalian intern yang
memadai dan pemerdayaan auditor internal pemerintah.
Pengawasan oleh DPR/DPRD dan masyarakat tersebut harus sudah
dilakukan ejak tahap perencanaan, tidak hanya pada tahap pelaksanaan dan
pelaporan saja. Apabila DPR/DPRD lemah dalam tahap perencanaan, maka
sangat mungkin pada tahap pelaksanaan aan mengalami penyimpangan.
Akan tetapi harus dipahami bahwa pengawasan DPR/DPRD terhadap
eksekutif adalah pengawasan terhadapkebijakan (policy) yang digariskan,
bukan pemeriksaan. Fungsi pemeriksaan hendaknya diserahkankepada
lembaga pemeriksa yang memiliki otoritas dan keahlian professional,
misalnya BPK,&PKP, atauakuntan public yang independen. Jika DPR/DPRD
menghendaki, dewan dapan meminta BKP atau auditor independen lainnya
untuk pemeriksaan terhadap kinerja keuangan eksekutif.

F. PERMASALAHAN AUDIT KINERJA LEMBAGA PEMERINTAH


DIINDONESIA
Pemberian otonomi dan desentralisasi yang luas, nyara dan bertanggung
jawab kepada daerah kabupaten"kota akan membawa konsekuensi perubaha
pada pola dan sistem pengawasan dan pemeriksaan. Perubahan-perubahan
tersebut juga memberikan dampak pada unit-unit kerja pemerntahdaerah
seperti tuntutan kepada pegawai"aparatur pemerintah daerah untuk lebih
terbuka, transparan, dan bertanggung jawab atas keputusan yang
dibuatPerubahan pola pengawasan yang mendasar adalah dengan diberinya
keleluasaan kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri, maka diperlukan peningkatan peran DPRD dan
masyarakat luas dalam pengawasanpenyelenggaraan pemerintahan,karena
nantinya Kepala Daerah bertanggung jawab kepada DPRD dan
masyarakat.Pemberian kepercayaan kepada auditor dengan memberi peran
yang lebih besar untuk memeriksa lemaga-lembaga pemerintahan, telah
men#adi bagian penting dalam terciptanya akuntansi publik. &agi auditor,
dengan diberinya peran yang lebih kompetensi dan independensinya. Sejalan
dengan ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor X/MPR/1998
tentang pokok-pokok reformasi Pembangunan dalam Rangka Penyelamatan
dan Normalisasi Kehidupan Nasional sebagai Haluan Negara, dan ketetapan
No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme maka peran dan fungsi pengawasan dan
pemeriksaan men#adisangat strategis. Kedua tahapan MPR tersebut
menggariskan bahwa dipandang perlu untuk “memberdayakan pengawasan
leh lembaga negara, lembaga politik dan kemasyarakatan”
dan”meningkatkan keterbukaan pemerintah dalam pengelolaan keuangan
negara untuk menghilangkan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
Sebagai upaya untuk meningkatkan pengawasan dan pemeriksaan
dalam rangka memberantas praktik KKN, pemerintah bersama MPR
kemudian mengesahkan Undang-Undang No. 71 Tahun /1999tentang
Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi,
Nepotisme. Undang-undang No. 71 tahun /1999 tersebut kemudian men#adi
landasan hokum dibentuknya Komisi KekayaanPenyelenggara 'egara
(KPKPN). Dengan demikian, untuk mengawasi Jalannya pemerintahan saat
initerdapat lembaga lembaga pengawas dan pemeriksa yang sifatnya
independen yang memiliki tugas yang berbeda-beda, diantaranya terdapat
badan ombudsmen,KPKPN, dan BPK. Disamping itu masyarakat diharapkan
juga berperan aktif dalam proses pengawasan penyelenggaraan negara
(watchdog) dengancara memberikan informasi dan menyampaikan saran dan
pendapatnya secara bertanggung jawab.

G. STRUKTUR AUDIT KINERJA


Struktur audit kinerja terdiri atas tahap pengenalan dan perencanaan, tahap
pengauditan, tahap pelaporan dan tahap penindaklanjutan. Pada tahap
pengenalan dilakukan survei pendahuluan dan review sistem pengendalian
manajemen. Pekerjaan yang dilakukan pada survei pendahuluan dan review
sistem pengendalian manajemen bertujuan untuk menghasilkan rencana
penelitian yang detail yang dapat membantu auditor dalam mengukur kinerja
dan mengembangkan temuan berdasarkan perbandingan antara kinerja dan
kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
Tahap pengauditan dalam audit kinerja terdiri dari tiga elemen, yaitu telaah
hasil-hasil program, telaah ekonomi dan efisiensi dan telaah kepatuhan.
Tahapan-tahapan dalam audit kinerja disusun untuk membantu auditor dalam
mencapai tujuan audit kinerja. Review hasil-hasil program akan membantu
auditor untuk mengetahui apakah entitas telah melakukan sesuatu yang benar.
Review ekonomis dan efisiensi akan mengarahkan auditor untuk mengetahui
apakah entitas telah melakukan sesuatu yang benar secara ekonomis dan
efisien. Review kepatuhan akan membantu auditor untuk menentukan apakah
entitas telah melakukan segala sesuatu dengan cara-cara yang benar, sesuai
dengan peraturan dan hukum yang berlaku. Masing-masing elemen tersebut
dapat dijalankan sendiri-sendiri atau secara bersama-sama, tergantung pada
sumber daya yang ada dan pertimbangan waktu.
Tahap pelaporan merupakan tahapan yang harus dilaksanakan karena adanya
tuntutan yang tinggi dari masyarakat atas pengelolaan sumber daya publik.
Hal tersebut menjadi alasan utama untuk melaporkan keseluruhan pekerjaan
audit kepada pihak manajemen, lembaga legislatif dan masyarakat luas.
Penyampaian hasil-hasil pekerjaan audit dapat dilakukan secara formal dalam
bentuk laporan tertulis kepada lembaga legislatif maupun secara informal
melalui diskusi dengan pihak manajemen. Namun demikian, akan lebih baik
bila laporan audit disampaikan secara tertulis, karena pengorganisasian dan
pelaporan temuan-temuan audit secara tertulis akan membuat hasil pekerjaan
yang telah dilakukan menjadi lebih permanen. Selain itu, laporan tertulis juga
sangat penting untuk akuntabilitas publik. Laporan tertulis merupakan ukuran
yang nyata atas nilai sebuah pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor.
Laporan yang disajikan oleh auditor merupakan kriteria yang penting bagi
kesuksesan atau kegagalan pekerjaannya.
Tahapan yang terakhir adalah tahap penindaklanjutan, dimana tahap ini
didesain untuk memastikan/memberikan pendapat apakah rekomendasi yang
diusulkan oleh auditor sudah diimplentasikan. Prosedur penindaklanjutan
dimulai dengan tahap perencanaan melalui pertemuan dengan pihak
manajemen untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi organisasi dalam
mengimplementasikan rekomendasi auditor. Selanjutnya, auditor
mengumpulkan data-data yang ada dan melakukan analisis terhadap data-
data tersebut untuk kemudian disusun dalam sebuah laporan.

H. TAHAP PENGENALAN DAN PERENCANAAN


Tahap pengenalan dan perencanaan terdiri dari dua elemen yaitu survei
pendahuluan dan review sistem pengendalian manajemen. Pekerjaan yang
dilakukan masing-masing elemen bertujuan untuk menghasilkan rencana
penelitian (research plan) yang detail yang dapat membantu auditor dalam
mengukur kinerja dan mengembangkan temuan berdasarkan perbandingan
antara kinerja dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
a. Survei Pendahuluan (Preliminary Survey)
Pada tahap survei pendahuluan auditor akan berupaya untuk memperoleh
gambaran yang akurat tentang lingkungan organisasi yang diaudit, terutama
berkaitan dengan struktur dan operasi organisasi, lingkungan manajemen,
kebijakan, standar, dan prosedur kerja.
b. Review Sistem Pengendalian (Control System Review)
Pada audit keuangan, auditor memulai pekerjaan dengan melakukan review
dan evaluasi terhadap system pengendalian intern (SPI) terutama yang
berkaitan dengan prosedur akuntansinya, sedangkan pada audit kinerja,
auditor harus menelaah system pengendalian manajemen atau system
pengendalian administrasif dengan tujuan untuk menemukan kelemahan
pengendalian yang signifikan agar menjadi perhatian manajemen dan untuk
menentukan luas, sifat, dan waktu pekerjaan pemeriksaan berikutnya.
Prosedur audit yang dilakukan paa tahap review system pengendalian secara
garis besar terdiri dari tiga langkah yaitu :
1. Menganalisis system manajemen organisasi,
2. Membandingkannya dengan model yang ada,
3. Mencatat dugaan terhadap setiap ketidakcocokan/ketidaksesuaian.
Dalam me review system pengandalian, auditor dapat mengarahkan
pekerjaannya dengan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut;
1. Apakah organisasi membuat perencanaan yang cukup?
Apakah strategi untuk mencapai tujuan telah ditetapkan?
Apakah standar pencapaian tujuan juga telah ditetapkan?
2. Apakah organisasi sudah terstruktur dengan baik untuk
menjalankan aktivitasnya? Apakah sumber daya tidak tersedia
dan terdistribusi dengan baik?
3. Apakah rencana sudah dikomunikasikan kepada pihak-pihak
yang bertanggung jawab untuk melaksanakan?
Apakah kinerja telah dimonitor dengan menggunakan dasar/kriteria
yang pasti? Apakah penyimpangan dari rencana semula
diidentifikasikan dan dianalisis dengan hati-hati? Apakah tindakan
koreksi yang tepat waktu telah dilaksanakan?

Kriteria Pengendalian untuk Hasil-hasil Program, Penilaian Ekonomi dan


Efisiensi
Kriteria yang digunakan untuk menilai reliabilitas data dibagi dalam dua area
:
1. Proses pengumpulan, perhitungan dan pelaporan data
• Prosedur yang ada didesain untuk memastikan fairness, dependability, dan
reliability data.
• Terdapat pengendalian dalam proses pengumpulan dan perhitungan data
untuk memastikan integritas data.
• Pengendalian yang telah ditetapkan sudah dijalankan.
• Terdapat dokumentasi yang memadai untuk menentukan integritas data.
2. Kecukupan pelaporan data
• Data yang dikumpulkan dan dihitung dibuat dengan dasar yang konsisten
dengan tahun sebelumnya.
• Kewajaran dan reliabilitas data disajikan dengan criteria tertentu.
Pekerjaan audit pada tahap pengenalan dan perencanaan diharapkan mampu
mempersiapkan dua buah dokumen yaitu :
1. Memorandum analitis (analytical memorandum), berisi identifikasi
kelemahan yang material dalam system pengendalian manajemen dan
pembuat rekomendasi untuk perbaikan atas kelemahan tersebut.
2. Memorandum perencanaan (planning memorandum), dibuat berdasarkan
hasil review sistem pengendalian untuk menentukan sifat, luas dan waktu
untuk pekerjaan audit berikutnya.

I. TAHAPAN AUDIT

1. Penerimaan Perikatan Audit

Perikatan merupakan suatu kesepakatan kedua belah pihak. Dalam hal audit
maka kedua belah pihak ini adalah pihak auditor dan perusahaan yang
biasanya diwakili oleh manajemen. Sebelum melaksanakan audit, maka harus
ada sebuah kesepakatan yang harus dibuat dan disetujui bersama. Manajemen
atau klien menyerahkan audit laporan keuangan kepada auditor dan auditor
menyanggupi audit laporan keuangan sesuai dengan kompetensinya. Bentuk
perikatan ini dalam bentuk surat perikatan audit.

Tahap pertama dalam mengaudit suatu laporan keuangan adalah memutuskan


apakah akan menolak atau menerima pekerjaan audit tersebut. Namun, untuk
memutuskannya auditor juga mempertimbangkan hal-hal seperti integritas
manajemen, mengidentifikasi risiko, menilai independensi, menentukan
kompetensi dan kemampuan profesionalnya. Jadi dalam menentukan untuk
menerima audit atau tidak memerlukan pertimbangan yang banyak bukan
semata-mata mendapatkan klien saja.

2. Perencanaan Proses Audit

Tahap selanjutnya yaitu merencanakan proses audit. Untuk membuat


perencanaan audit, seorang auditor harus melakukan beberapa kegiatan
seperti memahami bisnis dan industri klien, melakukan prosedur analitik,
menentukan materialitas, menetapkan risiko audit dan risiko bawaan,
memahami struktur pengendalian intern dan menetapkan risiko
pengendalian, mengembangkan rencana audit dan program audit. Nanti pada
praktiknya tidaklah sesingkat hal tersebut. Dari setiap kegiatan yang
dilakukan dalam perencanaan proses audit tersebut memiliki hal atau bagian
lain yang harus dikerjakan lagi. Sehingga rencana audit laporan keuangan pun
dibuat dengan benar dan tepat.

3. Pelaksanaan Pengujian Audit

Setelah membuat perencanaan audit maka saatnya melaksanakan pengujian


audit. Pada tahap ini, auditor akan melakukan pengujian analitik, pengujian
pengendalian dan pengujian substantif. Singkatnya pengujian analitik
dilakukan auditor dengan mempelajari data-data dan informasi bisnis klien
dan membandingkan dengan data dan informasi lain. Pengujian pengendalian
merupakan prosedur audit untuk melakukan verifikasi efektivitas
pengendalian internal klien. Sementara pengujian substantif merupakan
prosedur audit untuk menemukan kesalahan yang langsung memberikan
pengaruh pada laporan keuangan.

4. Pelaporan Audit
Tahap terakhir yaitu pelaporan audit. Laporan audit adalah hasil dari
pekerjaan audit yang telah dikerjakan. Laporan ini merupakan bentuk
komunikasi auditor dengan pihak lainnya. Laporan audit tidak boleh dibuat
secara sembarangan. Di dalam laporan audit harus mencakup jenis atau jasa
yang diberikan, objek yang diaudit, lingkup audit, tujuan audit, hasil audit dan
rekomendasi yang diberikan jika ada kekurangan, dan informasi lainnya.
Laporan audit merupakan tanggung jawab audit yang besar sehingga untuk
memutuskan dan membuat laporan ini harus hati-hati. Jika tidak maka nama
kantor akuntan publik biasanya akan tercemar dan akan ada hukuman dari
pihak berwajib.

J. TAHAPAN PELAPORAN

[20.07, 26/11/2020] ayu juliantari: Perkembangan yang terjadisaat ini adalah


tuntutan yang tinggi dari masyarakat untuk mengetahui penggunaan sumber
daya public oleh pejabat-pejabat uang bertugas mengelola kekayaan public.
Adanya permintaan yang tinggi dari masyarakat atas transparansi
pengelolaan sumber daya public, menjadi alasan yang sangat utama untuk
melaporkan keseluruhan pekerjaan audit kepada pihak manajemen, lembaga
legislative, dan masyarakat luas. Penyampaian hasil pekerjaan audit dapat
dilakukan secara formal dalam bentuk laporan tertulis kepada lembaga
legislative maupun secara informal melalui diskusi dengan pihak manajemen.

Pengorganisaian dan pelaporan temuan audit secara tertulis akan membuat


hasil pekerjaan yang telah dilakukan menjadi lebih permanen. Selain itu,
laporan tertulis juga sangat penting untuk akuntabilitas public. Laporan
secara tertulis merupakan sebuah ukuran yang nyata atas nilai sebuah
pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor. Tanpa memandang sejauh mana
profesionalisme dan kemampuan pemeriksaan yang dimiliki oleh auditor,
laporan yang disajikan oleh auditor merupakan criteria yang penting bagi
kesuksesan atau kegagalan pekerjaannya.

Ada tiga (3) langkah utama yang sangat penting dalam ,mengembangkan
laporan audit secara tertulis, yaitu:

1. Persiapan (preparation)

Pada tahap persiapan, auditor mulai mengembangkan temuan-temuan audit,


menggabungkan temuan-temuan tersebut menjadi sebuah laporan yang
koheren dan logis, serta menyiapkan bukti-bukti pendukung dan dokumentasi
yang diperlukan.

2. Penelaahan (review)

Merupakan tahap analisis kritis terhadap laporan tertulis yang dilakukan oleh
staf audit, review dan komentar atas laporan diberikan oleh pihak manajemen
atau auditee.

3. Pengiriman (transmission)

Meliputi persiapan tertulis sebuah laporan yang permanen agar dapat dikirim
ke lembaga yang member tugas untuk mengaudit dan kepada auditee.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan laporan audit kinerja:

1. Laporan audit kinerja harus dirulis secara obyektif

2. Auditor tidak boleh terlalu overstate

3. Informasi yang disajikan harus disertai bukti yang kompeten

4. Auditor hendaknya menulis laporan secara konstruktif, memberikan


pengakuan terhadap kinerja yang baik atau buruk

5. Auditor hendaknya mengakomodai usaha-usaha yang dilakukan oleh


manajemen untuk memperbaiki kinerjanya.

Keahlian yang perlu dimiliki oleh seorang auditor agar menghasilkan laporan
yang efektif:

1. Keahlian teknis

2. Keahlian manajerial

3. Keahlian interpersonal

K. TAHAP PENINDAKLANJUTAN (FOLLOW UP)

Tahap penindak lanjutan didisain untuk memastikan/memberikan pendapat


apakah rekomendasi yang diusulkan oleh auditor sudah diimplementasikan.
Prosedur follow-up dimulai dengan tahap perencanaan melalui pertemuan
dengan pihak manajemen untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi
dalam mengimplementasikan rekomendasi auditor. Kemudian auditor
mengumpulkan data-data yang ada dan melakukan analisis terhadap data-
data tersebut untuk kemudian disusun dalam sebuah laporan. Dari sisi
auditor, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tahap penindak lanjutan antara
lain:

1.Dasar pelaksananan follow-up


2.Pelaksanaan review follow-up
3.Batasan review follow-up

1.Dasar Pelaksanaan Follow-Up


Dasar untuk melakukan follow-up adalah perencanaan yang dilakukan oleh
pihak manajemen. Untuk setiap rekomendasi yang diberikan oleh auditor,
manajemen harus menentukan apakah rekomendasi tersebut diterima atau
ditolak, jika diterima apakah rekomendasi tersebur diimplementasikan atau
tidak, jika tidak diimplementasikan periode sekarang kapan implementasi
direncanakan atau dilaksanakan. Jika rekomendasi telah diimplementasikan
sebelum laporan diterbitkan, seharusnya telah diverifikasi oleh auditor. Jika
rekomendasi auditor tidak dilaksanakan, permasalahn apa saja yang dihadapi
oleh organisasi dalam pengimplementasian rekomendasi.

2.Pelaksanaan Review Follow-Up


Berdasarkan prosedur, hal pertama yang harus diputuskan adalah
penjadwalan follow-up, yang yang mana hal ini sangat tergantung pada
kompleksitas rekomendasi dan tingkat kesulitan implementasi. Rule of thumb
yang berlaku menyatakan bahwa follow-up awal sebaiknya dilakukan enam
bulan setelah laporan audit yang resmi diterbitkan. Follow-up yang
dijadwalkan tiga bulan sesudahnya seharusnya cukup untuk menilai tindaka
yang diambil oleh manjemen.
3.Batasan Follow-Up
Pelaksanaan follow-up sebaiknya tidak terbatas pada penilaian pelaksanaan
dan dampak rekomendasi yang diusulkan oleh auditor. Namun sebaliknya
juga dihindari terjadinya follow-up yang overload. Kegiatan follow-up yang
dilakukan diharapkan mampu menjelaskan peningkatan actual yang telah
dicapai setelah proses audit dilaksanan pada organisasi tertentu.

4.Implementasi Rekomendasi
Pada audit kinerja, auditor secara formal memberikan rekomendasi-
rekomendasi yang didasarkan pada temuan-temuan selama proses audit.
Rekomendasi ini sangat penting untuk perbaikan kinerja dimasa yang akan
dating. Rekomendasi yang diberikan oleh auditor perlu segera ditindaklanjuti
oleh pihak-pihak yang berwenang agar perbaikan kinerja dapat segra
mungkin dilaksanakan.

a.Implementasi oleh unit kerja


Unit yang diaudit memiliki kesempatan pertama kali untuk mempelajari
temuan dan rekomendasi audit. Hal ini memungkinkan unit kerja untuk
mengevaluasi dan menggunakan rekomendasi yang diberikan oleh staf
auditor. Keterlibatan organisasi dalam telaah awal rekomendasi dan
pengambilan tindakan yang tepat atas rekomendasi dahuluan akan
memberikan respon positif dari pihak legislative sebelum dikeluarkannya
laporan akhir audit. Hubungan antara organisasi yang diaudit dengan auditor
akan mempengaruhi ditolak atau diterimanya rekomendasi yang diberikan
oleh auditor. Rekomendasi yang dihasilkan dari pekerjaan yang dilakukan
secara professional, kompeten, konstruktif, akan meningkatkan kemungkinan
rekomendasi tersebut diterima. Perlakuan yang wajar terhadap masalah-
masalah audit dan penggunaan criteria-kriteria yang jelas dan obyektif juga
akan memudahkan unit kerja untuk menerima rekomendasi yang diberikan
oleh auditor.

b.Implementasi oleh eksekutif


Manajemen (eksekutif) biasanya menerima hasil audit terlebih dahulu
dibandingkan lembaga pengambil kebijakan atau legislative. Diskusi antara
auditor dengan manajemen sebelum laporan audit dipublikasikan akan
memungkinkan dihasilkan petunjuk administrative yang didisain untuk
mengkoreksi permasalahan.

c. Peranan auditor dalam pengimplementasian rekomendasi audit


Dalam proses pengimplemetasian rekomendasi audit, auditor hanya berperan
sebagai pendukung, tidak terlibat langsung didalamnya. Hal ini penting untuk
menjaga obyektivitas dan independensi auditor karena ada kemungkinan
bahwa di masa-masa yang akan dating organisasi tersebut akan diaudit oleh
auditor yang sama. Auditor memberikan penjelasan tentang bagaimana dan
mengapa sebuah rekomendasi diberikan. Auditor juga memonitor tindakan
manajemen sehubungan dengan laporan audit untuk mengetahui
perkembangan pengimplementasian rekomendasi audit. Tetapi secara
keseluruhan implementasi rekomendasi merupakan tanggung jawab penuh
manajemen, dan pengadopsian rekomendasi dalam bentuk kebijakan formal
merupakan tanggung jawab legislative.

d. Peranan legislative dalam mengimplementasikan rekomendasi audit


Lembaga legislative, baik tingkat pusat maupun daerah merupakan otoritas
tingkat akhir yang dapat mengambil tindakan implementasi rekomendasi
secara formal dengan mengadopsi peraturan, mosi, dan sebagainya.

Ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk memastikan


implementasi rekomendasi audit.
1. Tindakan legislative secara formal
Pendekatan untuk mengimplementasikan rekomendasi audit dengan jalan
memasukan rekomendasi tersebut ke dalam kebijakan formal.
2. Tindakan legislative secara informal
Pengimplementasian rekomendasi dilakukan tidak secara formal, misalnya
melalui public haering terhadap temuan audit, kontak langsung antara
anggota legislative dengan masing-masing eksekutif untuk membicarakan
implementasi rekomendasi.
3. Tindakan melalui anggaran.
Lembaga legislative mempunyai otoritas atas alokasi dana melalui
pengendalian terhadap anggaran. Peranan lembaga legislative sangat
signifikan dalam pengimplementasian rekomendasi audit, karena biasanya
alokasi dana akan disesuaikan dengan tujuan-tujuan tertentu yang ingin
dicapai. Implementasi rekomendasi dapat dilakukan melalui penetapan
tujuan dalam anggaran yang akan dibiayai dengan sejumlah dana.

5.Pemeriksaan Kembali Secara Periodik


Laporan hasil pemeriksaan sebelumnya dapat dijadikan sebagai dasar untuk
memulai pekerjaan audit sehingga dapat menghemat waktu untuk
perencanaan audit, dan isu-isu spesifik dapat diidentifikasi lebih awal pada
proses perencanaan.

Anda mungkin juga menyukai