Anda di halaman 1dari 10

“LIABILITAS JANGKA PENDEK, PROVISI, DAN KONTIJENSI”

Kelompok I
Kelas F3

Nama NPM
Ni Komang Ayu Juliantari 1833122092
A A Raka Nila Sawitri 1833122097
Nurtiani Ratu Djaga 1833122115

1.PERANAN DAN DEFINISI


1.1 Peranan Liabilitas
Entitas hampis semua memiliki kewajiban (liabilitas) untuk mendanai kegiatannya. Entitas dengan hutan
yang tinggi tidak dapat diartikan sesuatu yang tidak baik. Jumlah liabilitas tinggi, namun entitas memiliki
kemampuan membayar pokok utang dan bunganya akan menghasilkan manfaat bagi entitas dan
pemegang saham.
Liabilitas yang terkait dengan operasi biasanya tidak ada bunganya. Entitas akan memperoleh
keuntungan karena dapat menunda pembayaran dan menggunakan dana tersebut untuk investasi atau
aktivitas lain. Manfaat sering diistilahkan dengan kemampuan menghasilkan leverage, yaitu kempuan
dapat meningkatkan imbal hasil tanpa harus mengeluarkan investasi. Entitas menggunakan prinsip
matching mengharuskan entitas memandankan antara bentuk investasi dan jenis pendanaan yang
digunakan. Konsep matching ini juga terkait dengan konsep periode pengembalian investasi (payback
period).
1.2 Definisi
Liabilitas menurut kerangka dasar pengukuran dan pengungkapan laporan keuangan (KDP2LK) adalah
utang entitas masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiaannya diharapkan
mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas yang mengandung manfaat ekonomi. Sejak PSAK 1
(Revisi 2009) Penyajian Laporan Keuangan, istilah kewajiban ini diganti dengan liabililtas.
PSAK 1 (Revisi 2009) mengharuskan entitas menyajikan liabilitas jangka pendek terpisah dari
liabilitas jangka panjang. Pemisahaan jangka pendek dan jangka panjang menggunkan jangka waktu 12
bulan atau satu siklus operasi perusahaan.
PSAK 1 (Revisi 2009) menjelaskan klasifikasi liabilitas jangka pendek jika memenuhi kriteria:
1. Entitas mengharapkan akan menyelesaikan liabilitas tersebut dalam siklus operasi normalnya;
2. Entitas memiliki liabilitas tersebut untuk tujuan diperdagangkan;
3. Liabilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jangka waktu 12 bulan setelah periode
pelaporan;atau
4. Entitas tidak miliki syarat untuk menunda penyelesaian liabilitas selama sekurang-kurangnya 13
bulan setelah periode pelaporan.
Kriteria khusus untuk liabilitas jangka pendek adalah jangka waktu penyelesaian 12 bulan atau satu siklus
operasi. Siklus operasi adalah siklus dari pembelian bahan baku sampai dengan diperolehnya kas dari
hasil penjualan produk yang dihasilkan.
PSAK 1(Revisi 2009) menjelaskan item – item minimum dari liabilitas jangka pendek yang harus
disajikan dalam laporan posisi keuangan. Menurut PSAK 1 (Revisi 2009), jika entitas memiliki liabilitas
tersebut dalam jumlah material maka entitas harus menyajikan sebagai unsur yang terpisah. Item
minimum yang diharuskan menurut PSAK 1 (Revisi 2009) untuk liabilitas jangka pendek adalah;
1. Utang dagang dan terutang lainnya
2. Provisi
3. Liabilitas keuangan jangka pendek (tidak termasuk jumlah yang disajikan dalam provisi)
4. Liabilitas dan asset pajak kini; sebagimana didefinisikan dalam PSAK 46 ( Revisi 2013)
Akuntansi Pajak Penghasilan
5. Liabilitas asset dan pajak tangguhan; sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 46 (Revisi 2013);
6. Liabilitas yang termasuk dalam kelompok yang dilepaskan yang diklasifikasikan sebagai yang
dimiliki untuk dijual sesuai dengan PSAK 58 (Revisi 2010) Aset Lancar yang tersedia untuk
Dijual dan Operasi yang Dihentikan
1.3 Jenis dan Klasifikasi
PSAK 1 ( Revisi 2009) tidak membahas secara khusus klasifikasi dan jenis liabilitas jangka pendek.
Bentuk usaha entitas akan menentukan jenis dan klasifikasi liabilitas yang dimiliki sebuah entitas.
Berdasarkan nilainya, liabilitas dapat dikategorikan menjadi liabililtas yang nilainya pasti dan liabilitas
yang nilainya tidak dapat ditentukan sehingga harus diestimasi.
Tabel 11.1. jenis liabilitas jangka pendek

Jenis liabilitas Penjelasan


Utang dagang ( account receivable/trade Utang yang timbul ketika entitas melakukan
receivable) pembelian secara tunai.
Utang bank jangka pendek Utang yang diperoleh dari bank dengan jangka
waktu setahun atau kurang.
Wesel bayar Kontrak yang menyatakan bahwa satu pihak akan
melakukan pembayaran sejumlah tertentu kepada
pihak lain dimasa mendatang.
Utang pajak Pajak yang belum dibayarkan ke kas Negara.
Utang dividen Dividen yang telah diumumkan tapi belum
dibayarkan.
Beban yang masih harus dibayar Beban yang terjadi namun sampai tanggal
pelaporan belum dibayarkan.
Pendapatan diterima dimuka pendapatan yang telah diterima secra tunai namun
pendapatanya belum diperoleh.
Utang terkait gaji karyawan Utang gaji adalah beban gaji yang telah terjadi
namun belum dibayarkan.
Iuran pensiundan asuransi untuk karyawan serta
pajak atas gaji yang telah dipotong dari gaji
namun belum dibayarkan.
Uang muka pelanggan ( deposit)
Uang yang dibayarkan pelanggan sebagai deposit
dan akan diberikan kembali kepada pelanggan
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.

2. UTANG BERBUNGA DALAM JANGKA PENDEK


2.1 Utang Bank
Utang berbunga jangka pendek yang umum dijumpai adalah utang bank dan wesel bayar ( promissory
note ). Utang bank jangka pendek adalah utang suatu entitas kepada bank dengan jangka waktu satu tahun
atau kurang. Utang bank jangka pendek ditarik oleh entitas untuk memenuhi kebutuhan oprasional
perusahaan. Kebutuhan modal kerja permanen merupakan selisih antara asset lancar dikurangi liabilitas
jangka pendek yang timbul karena kegiatan operasi. Liabilitas jangka pendek dapat berbentuk utang
dalam jumlah tertentu dalam jangka pendek atau berbentuk line of credit atau standby loan. Pokok utang
entitas adalah jumlah hutan dalam kontrak dikurangi dengan bunga yang dipotong/dibayarkan di depan
mengurangi utang. Entitas harus mengukur tingkat bunga efektif atas utang ini. Tingkat bunga efektif
diukur dengan menghitung tingkat bunga ( diskonto ) yang akan menyamakan hutang dalam kontrak
dikurangi bunga dengan present value dari nilai pada tanggal jatuh tempo.
Untuk liabilitas jangka pendek bikasanya bunga dikenakan flat atas atas jumlah pinjaman. Namun untuk
line of credit, bunga biasanya dibayarkan setiap bulan dan diperhitungkan dari saldo utang awal bulan.
Untuk setiap perjanjian kredit dapat dibuat cara perhitungan dan pembayaran bunga spesifik. Entitas yang
berutang harus memperhatikan perjanjian tersebut, sehingga tidak terjadi salah dalam menentukan
keputusan kredit. PSAK 55 (Revisi 2013) menyebutkan bahwa biaya transaksi yang timbul karena
transaksi instrument keuangan selain instrument keuangan diukur dengan nilai wajar melalui laporan laba
rugi, dikapitalisasi menambah atau mengurangi nilai instrument keuangan. Bunga yang digunakan untuk
menghitung beban bunga adalah bunga efektif. Bunga efektif adalah bunga yang secara efektif berlaku
untuk kredit tersebut dengan memperhitungkan biaya transaksi dan bunga kontraktual.
Kapasitas provisi dan biaya administrasi yang ditanggung oleh bank juga berlaku pada SAK ETAP.
Penerapan kapitalisasi provisi dan biaya administrasi dengan SAK ETAP, dapat dilihat dalam praktik
pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang diatur detail dalam Pedoman perhitungan ulangb tingkat suku
bunga. Provisi dan biaya transaksi tersebut akan diamortisasi dengan metode garis lurus selama jangka
waktu kredit dan akan diakui menambah beban bunga. Sehingga total beban bunga adalah berdasarkan
perjanjian kredit ditambah amortisasi provisi dan dikurangi amortisasi biaya transaksi yang ditanggung
bank.
2.2Wesel bayar
Wesel bayar atau sering disebutu sebagai notes payable atau promissory notes. Wesel bayar merupakan
perjanjian dari pihak penarik wesel untuk membayarkan sejumlah nilai tertentu dimasa mendatang. Wesel
bayar ditarik biasanya berbunga, jika tidak berbunga wesel akan dijual dengan diskon. Nilai diskon
mencerminkan bunga dibayar dimuka. Wesel bayar dapat dijual oleh pihak pemegangnya untuk
mendapatkan uang kas sebelum jatuh tempo.
Akuntansi untuk wesel bayar tidak berbeda dengan akuntansi untuk utang bank, perbedaan yang
mendasarinya adalah dokumen transaksinya. Dokumen trasaksi wesel adalah surat wesel atau promissory
notes, sedangkan bukti transaksi utang bank adalah dokumen kredit bank.
2.3 Liabilitas jangka pendek terkait dengan kegiatan operasi entitas
Liabilitas jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam jangka waktu 12 bulan setelah periode pelaporan,
diklasifikasikan dalam jangka pendek, meskipun:
1. Kesepakatan awal perjanjian pinjaman untuk jangka waktu lebih dari dua belas bulan dan
2. Perjanjian untuk pembiayaan kembali, atau penjadwalan kembali pembayaran, atas dasar jangka
panjang telah diselesaikan setelah periode pelaporan dan sebelum tanggal penyelesaian laporan
keuangan untuk tidak mensyaratkan pembayaran sebagai konsekuensi atas pelanggaran tersebut.
Entitas dapat melakukan perubahan perjanjian dengan kreditur untuk memperpanjang jangka waktu jatuh
tempo atas liabilitas yang akan jatuh tempo dalam waktu dua belas bulan. Usaha yang dilakuakn oleh
entitas untuk memperpanjang liabilitas jangka panjang yang akan jatuh tempo harus diselesaikan sebelum
akhir tanggal pelaporan.
Utang bank jangka pendek misalnya, dapat saja dilakukan pendanaan kembali ( refinancial ) dengan
menggunakan utang bank jangka panjang. Untuk periode pelaporan entitas yaitu:
1. Pembiayaan kembali berbasis jangka panjang
2. Perbaikan pelanggaran perjanjian pinjamna jangka panjang dan
3. Pemberian tenggang waktu pembayaran oleh pemberi pinjaman untuk memperbaiki pelanggaran
perjanjian pinjaman jangka panjang yang berakhir sekurang-kurangnya dua belas bulan setelah
periode pelaporan.
3. LIABILITAS JANGKA PENDEK TERKAIT DENGAN KEGIATAN OPERASI ENTITAS

Liabilitas jangka pendek terkait kegiatan operasi timbul karena konsekuensi kegiatan operasi
entitas. Utang ini biasanya tidak berbunga, utang ini muncul karena entitas menangguhkan pembayaran
kepada pihak lain. Kesemptan penangguhan pembayaran ini harus dimanfaatkan secara optimal dalam
rangka menghemat arus kas (cash flow) entitas.

3.1 Utang Usaha


Utang usaha adalah utang terkait dengan kegiatan utama entitas. Untuk entitas yang bergerak di
bidang perdagangan, utang usaha disebut sebagai utang dagang. Utang dagang timbul saat entitas
melakukan pembelian kepada pemasok secara kredit. Entitas jika diberikan pilihan antara membeli tunai
dan membeli kredit, maka akan memilih membeli kredit jika harga antara membeli dan tunai harganya
sama. Pembelian kredit sering dituliskan dalam term : 2/10, n/60, FOB Shipping Point. Artinya pembelian
akan diberikan diskon 2% jika dilunasi sampai dengan 10 hari, utang jatuh tempo dalam waktu 60 hari
dan titik pengakuan di gudang penjual.
Untuk pembelian dengan syarat pembelian FOB Shipping Point (franko gudang penjual) maka
titik pengakuan pembelian di gudang penjualan, utang akan diakui saat barang telah masuk kendaraan
angkutan untuk diantar ke gudang pembeli. FOB Destination Point (franko gudang pembeli) titik
pengakuan di gudang pembeli, utang diakui saat barang telah diterima oleh pembeli, selama dalam
perjalanan barang ini merupakan barang pembeli.
Entitas harus memperhitungkan manfaat dari diskon ini dengan alternatif investasi yang tersedia.
Jika tidak ada alternatif investasi lain yang lebih menguntungkan maka diskon tersebut lebih baik diambil.
Tingkat diskon yang diberikan dapat dihitung imbal hasil (return) per tahunnya. Imbal hasil dari diskon
ini kemudian dibandingkan dengan alternatif investasi yang tersedia, jika imbal hasil diskon lebih besar
dibandingkan dengan imbal hasil investasi maka entitas harusnya mengambil diskon ini.

100 %−diskon 360


Pengembalian Diskon = x
100 % Jangka Waktu−Jangka diskon

Diskon penjualan 2/10, n/30 setara dengan bunga (100%-2%)/100%x360/(30-10)=17,64%.


Dengan cara perhitungan yang sama term perjanjian 2/15, n/45 sama dengan 11,76%, perjanjian kredit
3/10, n/45 sama dengan 9,98%. Entitas dapat mencatat utang dagang sebesar nilai faktur pembelian. Jika
utang dibayar pada periode diskon maka diskon akan dicatat sebagai diskon pembelian, mengurangi
pembelian (menggunakan metode pencatatanpersediaan periodik). Untuk metode pencatatan persediaan
dengan prepetual, diskon pembelian akan dicatat mengurangi nilai persediaan.

3.2 Beban Yang Masih Harus Dibayar


Salah satu asumsi dalam laporan keuangan adalah akrual, artinya transaksi diakui pada saat
terjadinya tanpa menunggu pembayaran. Atas beban yang telah terjadi namun belum dibayar sampai
periode pelaporan, entitas harus mengakui beban dalam laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif
lain serta beban yang masih harus dibayar pada laporan posisi keuangan. Beban yang masih harus dibayar
yang sering muncul di laporan posisi keuangan antara lain :
1. Beban Gaji. Karyawan telah berhak atas gaji karena sudah bekerja namun tidak belum dibayarkan
oleh perusahaan.
2. Bunga yang masih harus dibayar/utang bunga. Bunga sudah menjadi beban dengan berlalunya waktu
namun baru dibayarkan sesuai dengan tanggal dalam perjanjian kredit.
3. Beban operasi yang masih harus dibayar. Beban atas jasa pihak lain kepada perusahaan atas kegiatan
operasinya, namun belum dibayarkan oleh perusahaan.

3.3 Pendapatan Diterima Dimuka


Pelanggan sering kali melakukan pembayaran di depan atas jasa yang akan diselesaikan atau barang
yang baru akan dikirim. Pembayaran tersebut tidak boleh diakui sebagai pendapatan tetapi diakui sebagai
pendapatan diterima dimuka. Pendapatan diterima dimuka termasuk komponen liabilitas. Penerimaan kas
dari pelanggan tersebut mengandung konsekuensi bahwa dimasa depan entitas harus mengeluarkan
sumber daya untk menyelesaikan pekerjaan atau mengirimkan barang. Jika pendapatan tersebut akan
direalisasikan dalam satu tahun atau satu siklus operasi akan diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka
panjang.
Pada saat kas diterima dari pelanggan, entitas akan mencatat pendapatan diterima dimuka. Jika pekerjaan
telah diselesaikan atau barang telah dikirimkan, pendapatan diterima dimuka tersebut akan didebit dan
diakui sebagai pendapatan (kredit).
Contoh:
Pada tanggal 5 Maret 2006 salon Beauty menerima pembayaran sebesar Rp. 500.000,00 untuk pekerjaan
yang akan dikerjakan tanggal 12 Maret 2006.
Jurnal yang dibuat:

2006 Maret 5 Kas Rp. 500.000,00


Pendapatan diterima di muka Rp. 500.000,00

3.4 Utang Terkait Imbalan Kerja


Imbalan kerja diberikan dalam bentuk gaji, tunjangan, bonus, pensiun, dan lainnya. Gaji
dibayarkan kepada karyawan dan manajemen dalam suatu entitas. Gaji karyawan tetap dibayarkan
bulanan, namun seringkali karyawan mendapatkan tambahan honor dan bonus yang dibayarkan
berdasarkan aktifitas. Saat pembayaran gaji dilakukan, entitas diwajibkan untuk memotong pajak
penghasilan dan iuran-iuran lain sesuai dengan ketentuan dan perjanjian yang ada. Untuk mengelola
pembayaran gaji, entitas biasanya memiliki sistem gaji (payroll system) yang dapat menghitung gaji
untuk tiap karyawan, potongan untuk tiap individu.
Gaji menurut UU Pajak Penghasilan merupakan penghasilan bagi pihak yang menerima gaji dan
entitas yang membayarkan harus memotong pajak saat pembayaran gaji dilakukan. Entitas pada saat
membayar gaji karyawan, akan memotong Pph 21 atau mencatat utang Pph 21. Karyawan biasanya
diberikan asuransi kecelakaan kerja, asuransi kesehatan, jaminan hari tua. Bentuk manfaat karyawan
tersebut ada yang ditanggung oleh entitas ada juga yang ditanggung oleh karyawan tergantung kontrak
perjanjian kerja.

3.5 Utang Pajak Pihak Ketiga


Entitas diwajibkan dalam peraturan untuk melakukan pemotongan pajak atas penghasilan yang
diterima oleh pihak lain. Pada saat entitas membayarkan beban kepada pihak yang menerima, entitas
memotong pajak, sehingga kas yang dibayarkan akan berkurang karena pajak nya akan dibayarkan oleh
entitas ke kas negara. Jika pembayaran pajak tidak dilakukan bersamaan dengan pembayaran kepada
pihak ketiga maka akan timbul utang pajak penghasilan.

3.6 Utang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
PPN adalah pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai yang diciptakan oleh perusahaan.
Pajak ini dikenakan atas setiap konsumsi barang atau jasa di daerah pabean (wilayah di mana UU Pabean
berlaku yaitu seluruh wilayah Indonesia). PPN sebenarnya ditanggung oleh konsumen sebagai pemakai
barang atau jasa, namun pengusaha kena pajak atau entitas yang bertugas melakukan pemungutan pajak.
Utang dan piutang dagang atas transaksi tersebut, merupakan penjumlahan nilai jual atau beli
ditambahkan pajaknya. Untuk menghindari pajak berganda, maka setiap penjualan yang akan dikenakan
pajak (PPN keluaran) dan pada setiap pembelian entitas akan membayar pajak (PPn masukan). Selisih
pajak keluaran dan pajak masukan dibayrakan ke kas negara pada masa pajak berikutnya. Jika PPn
keluaran lebih besar dari PPn masukan, maka akan muncul utang PPN di akhir masa/bulan. Utang PPN
akan dibayarkan paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya. Jika PPN masukan lebih besar, maka
kelebihan pembayaran PPN ini akan dikompensasi pada pembayaran pajak periode berikutnya atau
dimintakan restitusi. Sebelum restitusi diberikan, pihak pajak akan melakukan pemeriksaan.
3.7 Utang Pajak Penghasilan
Atas penghasilan yang diperoleh dalam satu tahun pajak dikenakan pajak. Penghasilan kena pajak
dihitung dari penghasilan kotor dikurangi beban yang boleh dikurangkan. Beban pajak penghasilan terdiri
dari dua hal yaitu pajak kini dan pajak tangguhan. Pajak kini adalah pajak yang dihitung menurut
ketentuan pajak atas penghasilan yang diperoleh entitas dalam satu periode. Pajak kini merupakan pajak
terutang dalam satu tahun fiskal yang tercantum dalam Surat Pemberitahuan (SPT) tahunan ditambah
pajak final jika ada. Beban pajak kini tersebut akan dilunasi dengan angsuran pajak, pemotongan pajak
oleh pihak lain dan pembayaran pajak pada akhir tahun.
Atas penghasilan yang telah diterima entitas ada yang telah dipotong pajak oleh pihak lain.
Entitas mencatat pajak yang telah dipotong pihak lain sebagai PPh dibayar dimuka. Pajak yang telah
dibayar ini dapat menjadi kredit (pengurang) pajak dalam menghitung pajak akhir tahun. Pajak terhutang
dalam satu tahun fiskal dikurangi pajak yang telah dipotong pihak lain akan menghasilkan pajak kurang
(PPh 29) atau lebih bayar akhir tahun (PPh 28). PPh 29 atau pajak kurang bayar akan disajikan sebagai
utang pajak kini. Pajak ini akan dibayarkan paling lambat sebelum SPT disampaikan.

4. PROVISI DAN KONTIJENSI

4.1 Definisi

Kontijensi adalah istilah umum yang digunakan untuk sesuatu yang memiliki ketidakpastian dari sisi
kejadian dan jumlah.kontijensi dapat muncul sebagai liabilitas kontijensi atau asset kontijensi. Liabilitas
kontijensi lebih sering di jumpai dibandingkan aset kontijensi. Prinsip konservatisme dan kehatihatian
menyebabkan asset kontijensi tidak akan pernah di akui sampai asset tersebut diperoleh. Dalam PSAK 57
( 2004 ) provisi disebut sebagai kewajiban diestimasi, provisi bentuk kontijensi yang disajikan dalam
laporan keuangan , sedangkan liabilitas kontijensi hanya diungkapkan dalam laporan keuangan. Istilah
provisi juga dapat diartikan sebagai pencadangan suatu penurunan yang merupakan akun lawan asset
seperti penurunan nilai depresiasi. PSAK 57 ( Revis 2009) mendefinisikan provisi sebagai labilitas kini
yang waktu dan jumlahnya belum pasti. Provisi diakui dalam laporan keuangan, pengukuran, dengan cara
melakukan estimasi. Perbedaan antara provisi dan liablitas lain,terletak pada ketidakpastian disisi jumlah
dan waktu. Namun provisi telah memenuhi definisi umum liabilitas yaitu merupakan kewajiban kini,
timbul dari peristiwa masa lalu dan mengakibatkan keluarnya sumber daya entitas “ belum pasti” atas
waktu diartikan bahwa liabilitas tersebut akan terjadi, namun waktunya tidak dapat ditentukan misalnya
entitas memberikan garansi kepada pelanggan. Entitas tidak dapat memastikan kapan pelanggan akan
datang dan tidak dapat memastikan berapa jumlah biaya yang akan dikeluarkan satta pelanggan datang
meminta garansi. Namun liabilitas itu akan terjadi.

Liabilitas kontijensi menurut PSAK 57 ( Revisi 2009 ) adalah :


1. Liabilitas potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan keberadaannya menjadi pasti dengan
terjadi atau tidak terjadinya satu peristiwa atau lebih pada masa datang yang tidak sepenuhnya
berada dalam kendali entitas
2. Liabilitas kini yamg timbul sebagai akibat peristiwa masa lalu,tetapi tidak diakui karena :
a. Tidak terdapat kemungkinan besar entitas mengeluarkan sumber daya untuk menyelesaikan
liabilitas atau
b. Jumlah liabilitas tersebut tidak dapat di ukur secara andal.

4.2 Pengakuan dan pengukuran

Provisi diakui jika memenuhi tiga syarat, yaitu :

1. Entitas memiliki kewajiban kini ( baik bersifat hukum , komstruktif ) sebagai akibat peristiwa
masa lalu.
2. Kemungkinan besar ( probable ) penyelesaian liabilitas tersebu mengakibatkan arus keluar
sumber daya
3. Estimasi yang andal mengenai jumlah liabilitas nilainya dapat diukur dengan andal dapat dibuat.

Jika tidak memenuhi ketiga syarat tersebut provisi tidak dapat diakui. Ketika tidak memenuhi 3 syarat
tersebut , kemungkinan liabilitas tersebut cukup diungkapkan sebagai liabilitas kontijensi tergantung
materialitas dan kemungkinan terjadinya. Misalnya ketika suatu peristiwa mengikat dengan jumlah
material memenuhi persyaratan a dan b tapi tidak memenuhi c maka entitas cukup mengungkapkan
sebagai liabilitas kontijensi. Pengkuran provisi didasarkan pada hasil estimasi terbaik dari pengeluaran
yang diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban kini pada akhir periode pelaporan. Estimasi terbaik
pengeluaran yang diperlukan untul menyelesaikan kewajiban kini adalah jumlah yang secara rasional
akan dibayar entitas untuk menyelesaikan dan mengalihkan kewajiban.

4.3 Garansi

Garansi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu garansi jaminan ( assurance type warranty ) dan garansi jasa
( service type warranty ) kedua bentuk garansi memiliki pendekatan berbeda. Garansi jasa merupakan
bentuk pelayanan tambahan yang diberikan kepada pelanggan karna permintaan pelanggan. Tambahan
pelayanan purna jual ini, akan menambah harga jual. Sehingga penjual dapat membedaka produk yang di
jual dan layanan purna jual tambahan dan tidak. Atas garansi jasa ini penjual akan mengakui pendapatan
yang ditangguhkan pada saat penjualan dan mengakui sebagai pendapatan ditangguhkan pada saat
penjualan dan mengakui sebagai pendapatan ditangguhkan. Garansi jasa akan menimbulkan pendapatan
jasa dan akan diakui saat waktu berlalu atau secara proposional dengan jasa yang diberikan. Garansi
jaminan merupakan bentuk kewajiban penjual untuk memastikan bahwa produk yang diberikan tidak
rusak. Atas garansi jaminan, entitas harus mengakui liabilitas karena kontrak untuk memberikan
pelayanan. Produk – produk elektronik atau peralatan merupakan contoh produkyang dijual dengan
memberikan garansi. Sesuai dengan kontrak garansi, entitas penjual akan memberikan layanan perbaikan
atau penggantian produk dalam jangka waktu tertentu. Pelanggan akan meminta klaim perbaikan atau
penggantian produk kepada penjual dalam jangka waktu jaminan. Garansi jaminan produk merupakan
contoh kontijensi karena jumlah dan waktunya tidak pasti. Garansi merupakan bentuk kewajiban
kontraktual, karena garansi diberikan berdasarkan perjanjian jual beli yang tertera dalam dokumen jual
beli. Garansi memnuhi kreteria provisi karena merupakan bentuk kewajiban kini, entitas akan
mengeluarkan sumber daya di masa yang akan datang akibat jaminan produk tersebut. Jumlah utang
memang tidak diketahui namun entitas dapat melakukan estimasi dengan andal berdasarkan pengalaman
masa lalu atau pengalaman dari perusahaan industry serupa. Beban garansi akan diakui bersamaan
dengan penjualan dengan mendebit beban garansi dan kredit provisi garansi. Pengakuan beban garansi
walaupun terjadi setiap terjadi penjualan namun untuk mempermudah penjurnalan biasanya pada akhir
periode pelaporan pada akhir bulan atau akhir tahun melalui jurnal penyesuaian. Namun untuk entitas
dengan system akuntansi yang bagus dan terkomuterisasi, jurnal garansi dapat dibuat bersamaan dengan
jurnal penjualan. Pada saat entitas mengeluarkan sumber daya untuk memberikan garansi akan didebit
provisi garansi dan kredit kas atau sumber daya yang di keluarkan

4.4 Kewajiban pengelolaan umum

Biaya lingkunga bersifat umum misalnya biaya reklamasi lingkungan tambang, biaya pengelolaan area
tambang, biaya yang lebih sering muncul pada perusahaan tambang terbuka misalnya penambangan batu
bara , nikel ,emas , timah. Biaya tersebut harus diakui saat biaya produksi sebagai beban dan liabilitas
lingkungan/reklamasi. Biaya lingkungan yang bersifat umum akan dicatat sebagai biaya dan tidak
dikapitalisasi dalam asset tertentu. Jika kegiatan reklamasi telah dilakukan maka liabilitas akan dikurangi.
Menurut PSAK 16 ( Revisi 2011) Aset tetap, termasuk komponen biaya perolehan adalah estimasi awal
biaya pembongkaran, pemindahan, dan restorasi lokasi asset tetap ( dismalting cost ).

4.5 Litigasi hukum

Litigasi hukum merupakan tuntutatan perkara terkait suatu entitas yang sedang berjalan proses hukumnya.
Kasus hukum entitas dapat berakibat timbulnya liabilitas yang harus di selesaikan oleh sebuah entitas, ada
tidaknya liabilitas yang diakui dipengaruhi oleh kasusnya dan estimasi atas potensi munculnya liabilitas.
Kasus litigasi dapat terjadi karena kasus pencemaran lingkungan, kecelakaan kerja yang dialami oleh
karyawan , perselisihan masalah pajak , kecelakaan dalan pengiriman barang sehingga ada pihak yang
menuntut perusahaan dan kasus lainnya. Kasus litigasi tidak semua dalam posisi menimbulkan utang,
karena kasus litigasi juga dapat terjadi karena entitas berada dalam pihak yang di rugikan sehingga justru
akan menerima ganti rugi.

4.6 Liabilitas kontijensi

Liabilitas kotijensi tidak pernah diakui dalam laporaan posisi keuangan. Keberadaannya hanya perlu
diungkapkan dalam catatan atas laporan keunga, kecuali jika kemungkinan arus keluar sumber daya kecil,
maka liabilitas kontijensi tidak perlu diungkapkan. Aset kontijensi timbul dari peristiwa tidak terencana
yang menimbulkan kemungkinan arus masuk manfaat ekonomis bagi entitas, misalnya kemungkinan
klaim yang diperoleh Karena proses hukum. Pengakuan aset kontijensi tidak diperkenankan agar tidak
menimbulkan pengakuan penghasilan yang

5.PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN

5.1 Penyajian

Liabilitas jangka pendek menurut PSAK 1 ( Revisi 2009 ) dalam laporan keuangan disajikan pada bagian
atas sebelum liabilitas jangka panjang. Penyajian menurut PSAK ini berbeda dengan penyajian menurut
IAS 1 yang menempatkan liabilitas jangka pendek setelaha liabilitas jangka panjang. Namun ada
perusahaan di Indonesia yang meletakan liabilitas jangka pendek liabilitas ekuitas dan liabilitas jangka
panjang misalnya PT PLN (Persero). PSAK tidak menjelaskan klarifikasi dan jenis liabilitas jangka
pendek yang harus disajikan dalam laporan keuangan. Perusahaan yang harus menentukan informasi apa
yang material dan signifikan.

5.2 Pengungkapan

Pengungkapan liabilitas jangka pendek berisikan rincian dan tambahan penjelasan. Misalnya untuk utang
usaha, pengungkapan menjelaskan tentang detail utang usaha berdasarkan pemasok dengan nilai material,
utang berdasarkan klarifikasi umur dan pengungkapan utang berdasarkan mata uang asing. Kasus litigasi
yang dihadapi perusahaan jikabersifat kontijensi harus di ungkapkan dalam laporan keuangan.

Anda mungkin juga menyukai