Kelompok I
Kelas F3
Nama NPM
Ni Komang Ayu Juliantari 1833122092
A A Raka Nila Sawitri 1833122097
Nurtiani Ratu Djaga 1833122115
Liabilitas jangka pendek terkait kegiatan operasi timbul karena konsekuensi kegiatan operasi
entitas. Utang ini biasanya tidak berbunga, utang ini muncul karena entitas menangguhkan pembayaran
kepada pihak lain. Kesemptan penangguhan pembayaran ini harus dimanfaatkan secara optimal dalam
rangka menghemat arus kas (cash flow) entitas.
3.6 Utang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
PPN adalah pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai yang diciptakan oleh perusahaan.
Pajak ini dikenakan atas setiap konsumsi barang atau jasa di daerah pabean (wilayah di mana UU Pabean
berlaku yaitu seluruh wilayah Indonesia). PPN sebenarnya ditanggung oleh konsumen sebagai pemakai
barang atau jasa, namun pengusaha kena pajak atau entitas yang bertugas melakukan pemungutan pajak.
Utang dan piutang dagang atas transaksi tersebut, merupakan penjumlahan nilai jual atau beli
ditambahkan pajaknya. Untuk menghindari pajak berganda, maka setiap penjualan yang akan dikenakan
pajak (PPN keluaran) dan pada setiap pembelian entitas akan membayar pajak (PPn masukan). Selisih
pajak keluaran dan pajak masukan dibayrakan ke kas negara pada masa pajak berikutnya. Jika PPn
keluaran lebih besar dari PPn masukan, maka akan muncul utang PPN di akhir masa/bulan. Utang PPN
akan dibayarkan paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya. Jika PPN masukan lebih besar, maka
kelebihan pembayaran PPN ini akan dikompensasi pada pembayaran pajak periode berikutnya atau
dimintakan restitusi. Sebelum restitusi diberikan, pihak pajak akan melakukan pemeriksaan.
3.7 Utang Pajak Penghasilan
Atas penghasilan yang diperoleh dalam satu tahun pajak dikenakan pajak. Penghasilan kena pajak
dihitung dari penghasilan kotor dikurangi beban yang boleh dikurangkan. Beban pajak penghasilan terdiri
dari dua hal yaitu pajak kini dan pajak tangguhan. Pajak kini adalah pajak yang dihitung menurut
ketentuan pajak atas penghasilan yang diperoleh entitas dalam satu periode. Pajak kini merupakan pajak
terutang dalam satu tahun fiskal yang tercantum dalam Surat Pemberitahuan (SPT) tahunan ditambah
pajak final jika ada. Beban pajak kini tersebut akan dilunasi dengan angsuran pajak, pemotongan pajak
oleh pihak lain dan pembayaran pajak pada akhir tahun.
Atas penghasilan yang telah diterima entitas ada yang telah dipotong pajak oleh pihak lain.
Entitas mencatat pajak yang telah dipotong pihak lain sebagai PPh dibayar dimuka. Pajak yang telah
dibayar ini dapat menjadi kredit (pengurang) pajak dalam menghitung pajak akhir tahun. Pajak terhutang
dalam satu tahun fiskal dikurangi pajak yang telah dipotong pihak lain akan menghasilkan pajak kurang
(PPh 29) atau lebih bayar akhir tahun (PPh 28). PPh 29 atau pajak kurang bayar akan disajikan sebagai
utang pajak kini. Pajak ini akan dibayarkan paling lambat sebelum SPT disampaikan.
4.1 Definisi
Kontijensi adalah istilah umum yang digunakan untuk sesuatu yang memiliki ketidakpastian dari sisi
kejadian dan jumlah.kontijensi dapat muncul sebagai liabilitas kontijensi atau asset kontijensi. Liabilitas
kontijensi lebih sering di jumpai dibandingkan aset kontijensi. Prinsip konservatisme dan kehatihatian
menyebabkan asset kontijensi tidak akan pernah di akui sampai asset tersebut diperoleh. Dalam PSAK 57
( 2004 ) provisi disebut sebagai kewajiban diestimasi, provisi bentuk kontijensi yang disajikan dalam
laporan keuangan , sedangkan liabilitas kontijensi hanya diungkapkan dalam laporan keuangan. Istilah
provisi juga dapat diartikan sebagai pencadangan suatu penurunan yang merupakan akun lawan asset
seperti penurunan nilai depresiasi. PSAK 57 ( Revis 2009) mendefinisikan provisi sebagai labilitas kini
yang waktu dan jumlahnya belum pasti. Provisi diakui dalam laporan keuangan, pengukuran, dengan cara
melakukan estimasi. Perbedaan antara provisi dan liablitas lain,terletak pada ketidakpastian disisi jumlah
dan waktu. Namun provisi telah memenuhi definisi umum liabilitas yaitu merupakan kewajiban kini,
timbul dari peristiwa masa lalu dan mengakibatkan keluarnya sumber daya entitas “ belum pasti” atas
waktu diartikan bahwa liabilitas tersebut akan terjadi, namun waktunya tidak dapat ditentukan misalnya
entitas memberikan garansi kepada pelanggan. Entitas tidak dapat memastikan kapan pelanggan akan
datang dan tidak dapat memastikan berapa jumlah biaya yang akan dikeluarkan satta pelanggan datang
meminta garansi. Namun liabilitas itu akan terjadi.
1. Entitas memiliki kewajiban kini ( baik bersifat hukum , komstruktif ) sebagai akibat peristiwa
masa lalu.
2. Kemungkinan besar ( probable ) penyelesaian liabilitas tersebu mengakibatkan arus keluar
sumber daya
3. Estimasi yang andal mengenai jumlah liabilitas nilainya dapat diukur dengan andal dapat dibuat.
Jika tidak memenuhi ketiga syarat tersebut provisi tidak dapat diakui. Ketika tidak memenuhi 3 syarat
tersebut , kemungkinan liabilitas tersebut cukup diungkapkan sebagai liabilitas kontijensi tergantung
materialitas dan kemungkinan terjadinya. Misalnya ketika suatu peristiwa mengikat dengan jumlah
material memenuhi persyaratan a dan b tapi tidak memenuhi c maka entitas cukup mengungkapkan
sebagai liabilitas kontijensi. Pengkuran provisi didasarkan pada hasil estimasi terbaik dari pengeluaran
yang diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban kini pada akhir periode pelaporan. Estimasi terbaik
pengeluaran yang diperlukan untul menyelesaikan kewajiban kini adalah jumlah yang secara rasional
akan dibayar entitas untuk menyelesaikan dan mengalihkan kewajiban.
4.3 Garansi
Garansi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu garansi jaminan ( assurance type warranty ) dan garansi jasa
( service type warranty ) kedua bentuk garansi memiliki pendekatan berbeda. Garansi jasa merupakan
bentuk pelayanan tambahan yang diberikan kepada pelanggan karna permintaan pelanggan. Tambahan
pelayanan purna jual ini, akan menambah harga jual. Sehingga penjual dapat membedaka produk yang di
jual dan layanan purna jual tambahan dan tidak. Atas garansi jasa ini penjual akan mengakui pendapatan
yang ditangguhkan pada saat penjualan dan mengakui sebagai pendapatan ditangguhkan pada saat
penjualan dan mengakui sebagai pendapatan ditangguhkan. Garansi jasa akan menimbulkan pendapatan
jasa dan akan diakui saat waktu berlalu atau secara proposional dengan jasa yang diberikan. Garansi
jaminan merupakan bentuk kewajiban penjual untuk memastikan bahwa produk yang diberikan tidak
rusak. Atas garansi jaminan, entitas harus mengakui liabilitas karena kontrak untuk memberikan
pelayanan. Produk – produk elektronik atau peralatan merupakan contoh produkyang dijual dengan
memberikan garansi. Sesuai dengan kontrak garansi, entitas penjual akan memberikan layanan perbaikan
atau penggantian produk dalam jangka waktu tertentu. Pelanggan akan meminta klaim perbaikan atau
penggantian produk kepada penjual dalam jangka waktu jaminan. Garansi jaminan produk merupakan
contoh kontijensi karena jumlah dan waktunya tidak pasti. Garansi merupakan bentuk kewajiban
kontraktual, karena garansi diberikan berdasarkan perjanjian jual beli yang tertera dalam dokumen jual
beli. Garansi memnuhi kreteria provisi karena merupakan bentuk kewajiban kini, entitas akan
mengeluarkan sumber daya di masa yang akan datang akibat jaminan produk tersebut. Jumlah utang
memang tidak diketahui namun entitas dapat melakukan estimasi dengan andal berdasarkan pengalaman
masa lalu atau pengalaman dari perusahaan industry serupa. Beban garansi akan diakui bersamaan
dengan penjualan dengan mendebit beban garansi dan kredit provisi garansi. Pengakuan beban garansi
walaupun terjadi setiap terjadi penjualan namun untuk mempermudah penjurnalan biasanya pada akhir
periode pelaporan pada akhir bulan atau akhir tahun melalui jurnal penyesuaian. Namun untuk entitas
dengan system akuntansi yang bagus dan terkomuterisasi, jurnal garansi dapat dibuat bersamaan dengan
jurnal penjualan. Pada saat entitas mengeluarkan sumber daya untuk memberikan garansi akan didebit
provisi garansi dan kredit kas atau sumber daya yang di keluarkan
Biaya lingkunga bersifat umum misalnya biaya reklamasi lingkungan tambang, biaya pengelolaan area
tambang, biaya yang lebih sering muncul pada perusahaan tambang terbuka misalnya penambangan batu
bara , nikel ,emas , timah. Biaya tersebut harus diakui saat biaya produksi sebagai beban dan liabilitas
lingkungan/reklamasi. Biaya lingkungan yang bersifat umum akan dicatat sebagai biaya dan tidak
dikapitalisasi dalam asset tertentu. Jika kegiatan reklamasi telah dilakukan maka liabilitas akan dikurangi.
Menurut PSAK 16 ( Revisi 2011) Aset tetap, termasuk komponen biaya perolehan adalah estimasi awal
biaya pembongkaran, pemindahan, dan restorasi lokasi asset tetap ( dismalting cost ).
Litigasi hukum merupakan tuntutatan perkara terkait suatu entitas yang sedang berjalan proses hukumnya.
Kasus hukum entitas dapat berakibat timbulnya liabilitas yang harus di selesaikan oleh sebuah entitas, ada
tidaknya liabilitas yang diakui dipengaruhi oleh kasusnya dan estimasi atas potensi munculnya liabilitas.
Kasus litigasi dapat terjadi karena kasus pencemaran lingkungan, kecelakaan kerja yang dialami oleh
karyawan , perselisihan masalah pajak , kecelakaan dalan pengiriman barang sehingga ada pihak yang
menuntut perusahaan dan kasus lainnya. Kasus litigasi tidak semua dalam posisi menimbulkan utang,
karena kasus litigasi juga dapat terjadi karena entitas berada dalam pihak yang di rugikan sehingga justru
akan menerima ganti rugi.
Liabilitas kotijensi tidak pernah diakui dalam laporaan posisi keuangan. Keberadaannya hanya perlu
diungkapkan dalam catatan atas laporan keunga, kecuali jika kemungkinan arus keluar sumber daya kecil,
maka liabilitas kontijensi tidak perlu diungkapkan. Aset kontijensi timbul dari peristiwa tidak terencana
yang menimbulkan kemungkinan arus masuk manfaat ekonomis bagi entitas, misalnya kemungkinan
klaim yang diperoleh Karena proses hukum. Pengakuan aset kontijensi tidak diperkenankan agar tidak
menimbulkan pengakuan penghasilan yang
5.1 Penyajian
Liabilitas jangka pendek menurut PSAK 1 ( Revisi 2009 ) dalam laporan keuangan disajikan pada bagian
atas sebelum liabilitas jangka panjang. Penyajian menurut PSAK ini berbeda dengan penyajian menurut
IAS 1 yang menempatkan liabilitas jangka pendek setelaha liabilitas jangka panjang. Namun ada
perusahaan di Indonesia yang meletakan liabilitas jangka pendek liabilitas ekuitas dan liabilitas jangka
panjang misalnya PT PLN (Persero). PSAK tidak menjelaskan klarifikasi dan jenis liabilitas jangka
pendek yang harus disajikan dalam laporan keuangan. Perusahaan yang harus menentukan informasi apa
yang material dan signifikan.
5.2 Pengungkapan
Pengungkapan liabilitas jangka pendek berisikan rincian dan tambahan penjelasan. Misalnya untuk utang
usaha, pengungkapan menjelaskan tentang detail utang usaha berdasarkan pemasok dengan nilai material,
utang berdasarkan klarifikasi umur dan pengungkapan utang berdasarkan mata uang asing. Kasus litigasi
yang dihadapi perusahaan jikabersifat kontijensi harus di ungkapkan dalam laporan keuangan.