AKUNTANSI KEUANGAN II
Oleh :
Nim : 21020222651
Ruang Lingkup:
1. Diterapkan oleh seluruh entitas dalam akuntansi untuk provisi, liabilitas kontijensi dan aset
kontijensi kecuali hal-hal tertentu.
2. Diterapkan untuk instrumen keuangan (termasuk jaminan) yang termasuk dalam ruang lingkup
PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran.
3. Kontrak eksekutori adalah kontrak yang kedua belah pihak terkaitnya belum melaksanakan
kewajibannya atau baru melaksanakan sebagian kewajibannya dengan proporsi yang sama.
4. Jika ada PSAK lain yang mengatur provisi, liabilitas kontijensi atau aset kontijensi tertentu
maka entitas menerapkan PSAK tersebut, seperti beberapa jenis provisi yaitu kontrak
konstruksi, PPh , sewa, imbalan kerja, kontrak asuransi dan imbalan kontijensi.
5. Jumlah yang dicatat sebagai provisi berkaitan dengan pengakuan pendapatan tetapi tidak
mengatur pengakuan pendapatan.
6. Pernyataan ini mengartikan provisi sebagai liabilitas yang waktu dan jumlahnya belum pasti
serta digunakan di beberapa pos seperti penyusutan, penurunan nilai aset, dan utang ragu-ragu.
7. Pernyataan lain mengatur perlakuan untuk pengeluaran sebagai aset atau beban, tetapi
pernyataan ini tidak melarang atau mewajibkan kapitalisasi biaya ketika provisi itu dibentuk.
8. Pernyataan ini diterapkan untuk provisi dalam rangka restrukturisasi.
Aset kontinjensi adalah aset potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan menjadi pasti
dengan terjadi atau tidaknya satu atau lebih peristiwa di masa depan yang tidak sepenuhnya berada dalam
kendali entitasLiabilitas kontinjensi adalah kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan
keberadaannya menjadi pasti dengan terjadi atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa di masa
depan.Peristiwa yang mengikat adalah peristiwa yang menimbulkan kewajiban hukum atau
kewajiban.Provisi adalah liabilitas yang waktu dan jumlahnya belum pastiProvisi dapat dibedakan dari
liabilitas lain, seperti utang usaha dan akrual, karena pada provisi ada ketidakpastian mengenai waktu
atau jumlah yang dikeluarkan di masa depan untuk menyelesaikan provisi tersebut.Hubungan antara
Provisi dan Liabilitas Kontinjensi adalah seluruh provisi bersifat kontinjensi karena tidak pasti dalam
waktu atau jumlah. Akan tetapi, dalam Pernyataan ini istilah “kontinjensi” digunakan untuk liabilitas dan
aset yang tidak diakul karena keberadaannya baru dapat dipastikan dengan terjadi atau tidak terjadinya
satu peristiwa atau lebih yang tidak pasti di masa. depan dan tidak sepenuhnya berada dalam kendali
entitas dan digunakan untuk liabilitas yang tidak memenuhi kriteria pengakuan.
Liabilitas Kontinjensi
Aset Kontinjensi
Entitas tidak diperkenarkan mengakui aset kontinjensi. Aset kontinjensi tidak diakui dalam
laporan ke uangan karena dapat menimbullcan pengakuan penghasilan yang mungkin tidak pernah
terealisasikan. Akan tetapi, jika realisasi penghasilan sudah dapat dipastikan, mala aset tersebut bukan
merupakan aset kontinjensi, melainkan diakui sebagai aset.
Pada 1 Desember 2010 PT X membeli persediaan barang dagang sebesar Rp2.000.000, dengan
mengeluarkan wesel dengan tingkat bunga 12% per tahun, jangka waktu 60 hari
Perhitungan bunga: 2.000.000 x 12% x (30/360) = 20.000 dari tanggal 1/12 s/d 31/12 = 30 hari
Jurnal Balik
Pembayaran wesel
Kas 2.040.000
PT ABC menerima uang muka sebesar Rp480.000 untuk berlangganan majalah “Musik” selama satu
tahun pada 1 April 2011.
Pada akhir tahun, 31 Desember 2011 PT ABC akan mengakui pendapatan untuk 9 bulan (1 april s/d 31
desember = 9 bulan)
Pendapatan diakui jika majalah “Musik” sudah diberikan ke pelanggannya. Karena selama 9 bulan sudah
diberikan, maka pendapatan diakui.
Pendapatan 360.000
Pendapatan 120.000
(ZHR)
1. Utang wesel
Utang wesel adalah sebuah pinjaman yang dilakukan oleh seseorang atau perusahaan dengan
menggunakan sebuah bukti secara tertulis yaitu surat wesel. Dalam surat tersebut, debitur dan kreditur
tidak memerlukan syarat apapun serta jaminan yang akan digunakan.
2. Utang dagang
Utang dagang adalah salah satu jenis pinjaman uang dimana pelunasannya dilakukan dalam waktu yang
cukup singkat. Jenis utang ini terjadi bila suatu perusahaan atau seseorang melakukan pinjaman atau
kredit untuk mendapatkan jasa atau barang tertentu.
3. Dividen
Selanjutnya ada dividen yang merupakan jenis utang yang akan diberikan bagi investor. Investor tersebut
adalah seseorang yang modalnya dihutangi untuk kebutuhan perusahaan. Sistem pelunasannya yaitu
berupa pembagian keuntungan.
4. Pendapatan diterima di muka
Pendapatan diterima dimuka adalah perusahaan mendapatkan sebagian pelunasan sebelum barang atau
jasa ada di tangan konsumen. Jenis utangnya merupakan barang atau jasa yang harus dikirimkan sesuai
dengan pesanan.
5. Utang biaya
Terakhir, utang biaya yaitu berasal dari pengakuan akuntansi atas biaya yang sudah terjadi, namun biaya
tersebut tak kunjung dilunasi perusahaan. Adapun beberapa macam utang biaya diantaranya insentif,
D. PROVISI DAN KONTINJENSI
Berdasarkan PSAK 57, provisi didefinisikan sebagai liabilitas yang waktu dan
jumlahnya belum pasti. Provisi diakrualkan dengan membebankannya ke beban dan
kewajiban serta dicatat hanya jika memenuhi tiga kondisi yaitu:
Jika besar kemungkinan bahwa kewajiban kini belum ada pada akhir periode
pelaporan, entitas mengungkapkan (disclose) kewajiban kontinjensi. Selain
kewajiban kontinjensi, terdapat pula yang dinamakan aset kontinjensi, klaim atau hak
untuk menerima aset yang keberadaannya tidak pasti tapi pada akhirnya mungkin jadi
sah. Contoh aset kontinjensi yang paling umum itu berkaitan dengan penerimaan
yang mungkin atas uang dari hadiah, sumbangan, bonus, kemungkinan pengembalian
dana dari pemerintah atas kelebihan pajak, penundaan kasus pengadilan yang
hasilnya mungkin menguntungkan, dan kerugian pajak yang mungkin dikompensasi
ke depan. Aset kontinjensi ini tidak perlu diakui, hanya di-disclose saja, sama seperti
kewajiban kontinjensi.
Nah untuk mencatat biaya jaminan ini, perusahaan menggunakan dua metode dasar
akuntansi yaitu metode dasar kas & metode akrual. Untuk metode dasar kas biaya
jaminan (warranty expense) dicatat sebagai beban pada saat penjual mengeluarkan
kas untuk menepati jaminan itu. Metode kas ini diwajibkan apabila kewajiban
jaminan tidak diakrualkan pada tahun penjualan karena tidak mungkin bahwa
kewajiban telah terjadi atau jumlah kewajiban tidak dapat diestimasi dengan layak.
Untuk metode akrual digunakan jika pelanggan mengajukan klaim menurut jaminan
yang berhubungan dengan barang/jasa yang telah dijual. Menurut metode akrual,
biaya jaminan dibebankan ke beban operasi pada tahun penjualan.
E. PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN
Pada dasarnya dalam dunia bisnis perusahaan pasti pernah terlibat dalam situasi
dimana terjadi ketidakpastian. Hal ini bisa berupa kewajiban untuk mentransfer
kas atau aset yang lain telah timbul atau berapa jumlah yang akan diminta untuk
melunasi suatu kewajiban. Contoh ketidakpastian misalnya ada perusahaan yang
terkena kasus hukum, tapi pada 31 Desember atau saat tutup buku belum jelas
apakah perusahaan harus membayar denda atau terbebas dari tuntutan. Adanya
ketidakpastian seperti contoh di atas membuat perusahaan harus membuat sebuah
provisi atau kontinjensi.
Provisi diakrualkan dengan membebankannya ke beban dan kewajiban serta
dicatat hanya jika memenuhi tiga kondisi yaitu:
- Entitas memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum maupun bersifat
konstruktif) sebagai akibat peristiwa masa lalu,
- Kemungkinan besar penyelesaian kewajiban tersebut mengakibatkan arus
keluar sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi,
- Jumlah kerugian dapat diestimasi secara layak. Estimasi yang layak dilihat
dari pengalaman, nasehat pengacara dan lain-lain.
Sedangkan kontinjensi didefinisikan sebagai kewajiban kini yang timbul
sebagai akibat peristiwa masa lalu, tapi tidak diakui karena tidak terdapat
kemungkinan besar entitas mengeluarkan sumber daya untuk menyelesaikan
kewajibannya; atau jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur secara
andal:
- Probable atau kemungkinan keterjadian sangat tinggi, dalam kondisi ini
perusahaan mencatat provisi.
- Reasonably possible atau peluang kejadian masa depan terjadi lebih besar
dari pada kemungkinan tidak terjadi, namun masih di bawah tingkat
kemungkinan probable. Dalam kondisi ini, perusahaan
melakukan disclosure kewajiban kontinjensi.
- Remote yaitu peluang dimana kejadian masa depan terjadi sangat kecil
sehingga tidak perlu diungkapkan.
Contoh yang pertama adalah perkara pengadilan dan klaim. Perkara pengadilan dan klaim biasanya sulit
untuk ditentukan nilai rupiah yang akan ditanggung oleh perusahaan. Untuk itu biasanya kasus ini hanya
perlu di-disclose tanpa mengakui kewajiban diestimasi. Untuk menentukan harus di-disclose atau tidak,
ada bebrapa faktor yang harus diperhitungkan,
Periode waktu dimana penyebab tindakan yang mendasari terjadi.
Probabilitas hasil yang tidak menguntungkan.
Kemampuan untuk membuat estimasi yang layak atas jumlah kerugian.
jaminan yang telah dikeluarkan dan jurnal tambahan dr. Warranty expense, cr. Warranty liability senilai
sisa estimasi biaya jaminan yang belum terealisasi.
Perhitungan Amortisasi
Melanjutkan pada contoh untuk menentukan biaya perolehan diamortisasi, serta beban
bunga dan jumlah amortisasi premium tiap preiode, maka perlu dibuat table amortisasi
sebagai berikut:
Jika entitas membeli kembali atau melunasi hanya sebagian dari liabilitas keuangan,
maka entitias mengalokasikan nilai tercatat dari liabilitas keuangan berdasarkan nilai
relatifnya pada bagian yang tetap diakui dan bagian yang dihentikan pengakuannya.
Contoh 12.10 Penghentian Pengakuan – Sebagian Liabilitas Kuangan
PT Medan menerbitkan obligasi pada tanggal 1 januari 2015 dengan nilai par
Rp.500.000.000. tingkat bunga 10% dan jangka waktu 5 tahun. Bunga terutang
semesteran tiap tanggal 30 Juni dan 31 Desember. Obligasi tersebut dijual pada nilai par-
nya. Perusahaan mengeluarkan biaya penerbitan sebesar Rp.10.000.000.
B. EKUITAS PT
Ekuitas perusahaan adalah sejumlah uang yang akan dikembalikan kepada
pemilik perusahaan atau para pemegang saham jika seluruh aset perusahaan
dicairkan dan seluruh hutangnya dilunaskan.
Ekuitas ini biasanya disajikan pada neraca keuangan pada bisnis tersebut. Nilai
ekuitas merupakan nilai yang paling sering digunakan untuk menentukan tingkat
kesehatan suatu entitas bisnis. Nilai buku suatu perusahaan juga dapat diwakili
dengan ekuitas pemilik atau pemegang sahamnya.
Jenis-jenis Ekuitas
Ekuitas pada bisnis dibagi menjadi dua jenis, yaitu ekuitas pemegang saham dan
ekuitas pemilik.
2. Ekuitas Pemilik
Ekuitas pemilik adalah besarnya kepemilikan seorang pemilik atas bisnis terkait.
Ekuitas pemilik biasanya berlaku untuk bisnis kecil. Perhitungan ekuitas pemilik
serupa dengan ekuitas pemegang saham, yakni besarnya aset dikurangi dengan
nilai kewajiban bisnis tersebut.
Saham biasa
Saham biasa merupakan ekuitas bisnis yang mencerminkan modal atau investasi
awal yang disetorkan. Ekuitas ini memberikan hak kepada pemilik atau pemegang
saham untuk memiliki aset-aset tertentu. Pemegang saham biasa memiliki
kewajiban-kewajiban, termasuk memilih direksi dan pejabat yang berwenang,
serta merumuskan prosedur dan kebijakan perusahaan.
Saham preferen
Berbeda dari saham biasa, pemilik saham preferen hanya memiliki sedikit
kewajiban dan tidak memiliki hak untuk memilih. Namun demikian, mereka
biasanya memiliki hak klaim atas aset dan pendapatan perusahaan yang lebih dari
hak pemegang saham biasa.
Saham treasury
Contoh pos ekuitas bisnis yang lain adalah saham treasury. Saham jenis ini
digunakan untk membeli kembali saham-saham dari pemegang saham biasa. Nilai
saham ini biasanya negatif dan direpresentasikan dalam pembukuan sebagai
pengurangan atas total nilai ekuitas.
Namun demikian, tidak jarang kita menemukan harga saham yang lebih tinggi
dari nilai ekuitas per saham suatu perusahaan. Harga saham yang lebih tinggi ini
mengindikasikan bahwa para investor meyakini bahwa perusahaan tersebut
memiliki prospek baik di masa yang akan datang.
C. SAHAM BIASA
1. Saham unggulan, merupakan saham dari perusahaan yang secara nasional telah
diakui. Selain itu, perusahaan pemilik saham memiliki sejarah laba, pertumbuhan,
dan manajemen perusahaan yang berkualitas..
2. Saham pertumbuhan, merupakan saham-saham yang memiliki peluang untuk
memberikan pertumbuhan laba yang lebih besar dibandingkan dengan rerata
saham-saham lain. Saham pertumbuhan mempunyai perbandingan harga saham
yang tinggi.
3. Saham defensif, merupakan saham yang cenderung lebih stabil dalam masa resesi
atau perekonomian yang tidak menentu. Saham defensif berkaitan
dengan dividen, pendapatan, dan kinerja pasar. Perusahaan yang mempunyai
saham defensif umumnya memiliki produk yang merupakan kebutuhan
primer bagi publik. Jenis perusahaan ini umumnya memiliki
produk makanan dan minuman.
4. Saham siklis, merupakan sekuritas yang nilainya cenderung naik secara cepat
ketika kegiatan ekonomi sedang ramai. Sedangkan ketika kegiatan ekonomi
sedang sepi, nilai sekuritasnya juga menurun. Contoh saham siklis ialah pabrik
mobil dan perumahan. Saham yang bukan jenis saham siklis meliputi saham-
saham perusahaan yang memproduksi barang-barang kebutuhan primer yang
tidak memperoleh dampak dari perubahan kondisi ekonomi. Contohnya ialah
makanan dan obat-obatan.
5. Saham musiman, merupakan saham perusahaan yang penjualannya beragam
danmengikuti keadaan tiap musim. Jenis saham ini umumnya dipengaruhi oleh
kondisi cuaca dan liburan. Jenis saham ini umumnya pada produk mainan anak-
anak dan pada produk hari raya keagamaan.
6. Saham spekulatif, merupakan saham yang nilainya bergantung kepada spekulasi
yang sangat tinggi. Pada saham spekulatif, tingkat pengembalian sangat rendah
dan bersifat negatif. Jenis saham ini umumnya digunakan pada pertambangan.
D. SAHAM PREFEREN
Preferred stock atau saham preferen adalah saham yang memiliki
karakteristik dari saham biasa dan obligasi. Saham Preferen menghasilkan
pendapatan tetap seperti bunga obligasi. Bisa dibilang, saham preferen
merupakan saham di mana para pemegang sahamnya memiliki hak yang
lebih tinggi dari pemegan saham biasa atau common stock.
Saham Preferen memiliki beberapa persamaan dengan obligasi, antara lain:
Selain itu, saham preferen juga cukup jarang ditransaksikan karena penyedia saham
preferen jarang di Indonesia. Para pemegang saham preferen pada umumnya juga tidak
memiliki hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
Karena merupakan saham yang memiliki hak lebih tinggi dari saham biasa, saham
preferen memiliki beberapa keuntungan yang tidak dimiliki oleh pemegang saham biasa.
Berikut adalah beberapa keuntungan yang didapatkan ketika Anda menjadi seorang
pemegang saham preferen:
Biasanya, perusahaan yang memiliki saham preferen memiliki kode huruf P di belakang
kode emitennya.
E. SAHAM TREASURI
Saham treasuri adalah saham yang dibeli kembali oleh manajemen perusahaan dari pasar dengan
tujuan tertentu, misalnya ketika harga saham perusahaan tersebut sedang turun drastis.
Jadi, saat saham treasuri itu dilepas kepada publik, perusahaan akan mendapatkan kas tambahan
dari hasil penjualan saham treasuri. Bagi perusahaan, penjualan itu akan meningkatkan kas yang
dapat digunakan untuk berbagai keperluan.
Dalam contoh kasus sudah ada beberapa contoh emiten besar di Indonesia yang telah melakukan
saham treasuri guna untuk mencegah penurunan harga saham atau meningkatkan harga saham.
Tapi sebelum itu, ketahui dulu ilustrasi saham treasuri berikut ini agar kamu bisa memahami apa
itu saham treasuri secara lebih mendalam melalui contoh ilustrasinya berikut ini:
Pada tahun 2019, perusahaan MAJU JAYA melakukan IPO dengan melepas 40% sahamnya
kepada publik. Jadi, perusahaan MAJU JAYA masih memiliki 60% saham.
Namun, pada awal tahun 2021, pasar saham mengalami gejolak, terutama sektor industri yang
digeluti oleh perusahaan MAJU JAYA. Mengakibatkan harga saham perusahaan MAJU JAYA
jadi terjun bebas.
Manajemen menilai bahwa salah satu upaya untuk menekan penurunan harga saham adalah
dengan cara pembelian kembali saham (buyback).
Manajemen perusahaan MAJU JAYA bisa saja tak membeli 40% sahamnya yang dimiliki oleh
publik. Perusahaan MAJU JAYA mungkin saja hanya membeli sebagian, misalnya 5% saham
yang beredar di pasar.
Nah, saham sebanyak 5%/40% jika perusahaan MAJU JAYA membeli seluruh saham yang
beredar di publih yang dibeli kembali itulah yang dimaksud dengan saham treasuri
IV. EKUITAS
A. KOMPONEN EKUITAS
Agar tidak mengalami kebangkrutan maka perusahaan sudah seharusnya menjaga
nilai ekuitasnya. Nah, karena itulah sebaiknya setiap orang yang akan merintis
usaha mengetahui apa saja komponen ekuitas tersebut. Inilah beberapa komponen
yang terdapat dalam ekuitas.
Teori Ekuitas
Teori ekuitas adalah teori yang menjelaskan sudut pandang dalam akuntansi
yang berkaitan dengan penyusunan dan penyajian laporan keuangan, dalam
teori ini dipelajari pihak atau siapa yang mempunyai pengaruh kuat atau
dominan dalam pengambilan keputusan perusahaan yang mempengaruhi
laporan keuangan.
Teori Ekuitas
A. Teori Proprietary (Kepemilikan)
Teori ini biasanya digunakan untuk perusahaan perorangan atau firma,
diamana aset bersih perusahaan merupakan aset pemilik modal atau
berhubungan dengan aset pemilik modal itu sendiri. Kepemilikan
merupakan kekayaan bersih bisnis dan dapat direpresentasikan dalam
persamaan akuntansi.
P=A-L
- Versi terbaru dari teori entitas ini adalah pemilik modal diposisikan hanya
sebagai pemilik dana dan semua keputusan dalam perusahaan menjadi
tanggung jawab manajemen.
C. Teori Ekuitas Residual
D. Teori Enterprise
E. Teori Dana
Nilai tambah pada dasarnya adalah hasil penjuala dikurangi dengan biaya
bahan baku dan jasa pihak luar yang digunakan dalam rangka menciptakan
penghasilan.
NT= HP-BI
BI=Beban Input (bahan baku atau jasa yang dibeli dari luar perusahaan
yang dipakai untuk menghasilakan penjualan)
2. Metode Additive
NT=BG+ (LO-NP)
NP= Beban operasi dan laba yang berasal dari kegiatan non produksi
Pengungkapan informasi ekuitas pemegang saham akan sangat dipengaruhi oleh tujuan
penyajian informasi tersebut kepada user laporan keuangan. Tujuan dari pelaporan informasi
ekuitas pemegang saham adalah : Efisiensi dan kepengurusan manajemen Riwayat dan prospek
investasi pemilik Tanggung jawab yuridis pemilik
Untuk mencapainya harus tersedia informasi Sumber ekuitas Pembatasan pembagian dividen dan
likuidasi Batas perlindungan dan urutan penyerapan rugi
Penyajian modal disetor dipisah dari Laba ditahan untuk : 1. membedakan sumber. Modal disetor
mencerminkan riwayat modal sejak berdirinya perseroan, sedangkan laba ditahan terbentuk dari
akumulasi laba. 2. dari segi administrasi keuangan, laba ditahan merupakan indikator daya
melaba (earning power). Dari sisi yuridis modal setoran merupakan dana dasar (basic fund) yang
harus tetap dipertahankan untuk menunjukkan perlindungan bagi pihak lain, dana ini hanya dapat
ditarik kembali dalam likuidasi atau dalam keadaan luarbiasa lainnya. Sementara laba ditahan
adalah jumlah yang secara yuridis dapat digunakan untuk pembagian deviden
Tujuan dari PSAK ini yaitu untuk menetapkan prinsip penentuan dan penyajian laba per saham,
sehingga dapat meningkatkan daya banding kinerja antar entitas yang berbeda pada periode
pelaporan yang sama, dan antar periode yang berbeda untuk entitas yang sama.
Ruang lingkup
Jika entitas menyajikan laporan keuangan konsolidasian dan laporan keuangan tersendiri yang
disusun sesuai dengan PSAK 65: Laporan Keuangan Konsolidasian dan PSAK 4: Laporan
Kenangan Tersendiri, maka pengungkapan yang disyaratkan oleh Pernyataan ini disajikan hanya
berdasarkan informasi konsolidasian. Entitas yang memilih untuk mengungkapkan laba per
saham berdasarkan laporan keuangan tersendiri menyajikan inforrnasi laba per saham tersebut
hanya dalam laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain. Entitas tidak diperkenankan
menyajikan inforrnasi laba per saham tersebut dalam laporan keuangan konsolidasian.
Saham biasa berhak mendapat bagian laba dalam suatu periode hanya jika saham jenis lain,
seperti saham preferen, telah mendapat bagian laba. Entitas mungkin memililh lebih dari satu
kelas saham biasa. Saham biasa yang mempunyai kelas yang sama memililh hak yang sama
untuk menerima dividen. Contoh instrumen berpotensi saham biasa adalah: (a) liabilitas
keuangan atau instrumen ekuitas, termasuk saham preferen, yang dapat dikonversikan menjadi
saham biasa; (b) opsi dan waran; (c) saham yang akan diterbitkan berdasarkan pada pemenuhan
ketentuan akibat adanya perjanjian kontraktual, seperti pembelian suatu bisnis atau aset lain.
PENGUKURAN
Laba
Untuk tujuan penghitungan laba per saham dasar, jumlah laba yang dapat diatribusikan kepada
pemegang saham biasa entitas induk terkait dengan: (a) laba rugi dari operasi yang dilanjutkan
yang dapat diatribusikan kepada entitas induk; dan (b) laba rugi yang dapat diatribusikan kepada
entitas induk jumlah pada huruf (a) dan (b) merupalcan jumlah setelah disesuaikan dengan
jumlah divide:: preferen setelah pajak, selisih yang timbul dan penyelesaian saham preferen, dan
akibat lain yang serupa dari saham preferen yang diklasifilcasikan sebagai ekuitas.
Seluruh pos penghasilan dan beban yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham biasa
entitas induk diakui dalam satu periode, termasuk beban pajak dan dividen saham preferen yang
diklasifikasikan sebagai liabilitas diperhitungkan dalam penentuan laba atau rugi periode
berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham biasa entitas induk. Jumlah dividen
saham preferen setelah pajak yang dikuranglcan dari laba rugi adalah: (a) jumlah dividen saham
preferen setelah pajak atas saham preferen nonkumulatif yang telah diumumkan dalam suatu
periode; dan (b) jumlah dividen saham preferen setelah pajak atas saham preferen kumulatif
yang disyaratkan pada periode tersebut, baik dividen tersebut telah atau belum diumumkan.
Jumlah dividen saham preferen pada suatu periode tidak termasuk jumlah dividen saham
preferen untuk saham preferen kumulatif yang dibayar atau diumumkan selama periode berjalan
yang berasal dari periode sebelumnya.
Saham
Untuk tujuan perhitungan laba per saham dasar, jumlah saham biasa adalah jumlah rata-rata
tertimbang saham biasa yang beredar selama suatu periode. Penggunaan jumlah rata-rata
tertimbang saham biasa yang beredar selama suatu periode mencerminkan kemungkinan bahwa
jumlah modal pemegang saham berubah selama suatu periode akibat dari naik atau turunnya
jumlah saham yang beredar pada setiap waktu. Jumlah rata-rata tertimbang saham biasa yang
beredar selama periode berjalan adalah jumlah saham biasa yang beredar pada awal periode,
disesuaikan dengan jumlah saham biasa yang dibeli kembali atau diterbitkan selama periode
tersebut, dikalikan dengan faktor pembobot waktu. Faktor pembobot waktu adalah jumlah hari
beredarnya sekelompok saham dibandingkan dengan jumlah hari dalam suatu periode; perkiraan
wajar dari rata-rata tertimbang dapat diterima dalam banyak keadaan.
Pada umumnya saham dimasukkan dalam pengbitungan jumlah rata-rata tertimbang saham sejak
tanggal dapat ditagihnya (yang pada umumnya adalah tanggal penerbitan saham), sebagai
contoh:
1. Saham biasa yang diterbitkan melalui pertulcaran dengan kas diperbitungkan sejak kas
sudah bisa diterima;
2. Saham biasa yang diterbitkan atas reinvestasi sukarela dari dividen saham biasa atau
saham preferen diperhitungkan ketika dividen direinvestasikan;
3. Saham biasa yang diterbitkan sebagai hasil dari konversi instrumen utang menjadi
saham biasa diperhitungkan sejak tanggal utang tidak lagi berbunga;
4. Saham biasa yang diterbitkan sebagai pengganti bunga atau pokok dari instrumen
keuangan lain diperhitungkan sejak tanggal utang tidak lagi berbunga;
5. Saham biasa yang diterbitkan dalam rangka penyelesaian liabilitas dari entitas
diperhitungkan sejak tanggal penyelesaian tersebut;
6. Saham biasa yang diterbitkan sebagai imbalan atas perolehan aset selain kas
diperhitungkan pada saat tanggal perolehan tersebut dialog; dan
7. Saham biasa yang diterbitkan sebagai pembayaran atas jasa kepada entitas
diperhitungkan sejak jasa diterima entitas.
Waktu diperhitunglcannya saham biasa ditentukan oleh sprat dan ketentuan yang melekat saat
penerbitannya. Perlu dipertimbangkan secara matang substansi setiap kontrak yang berkaitan
dengan penerbitan tersebut.
Saham biasa dapat diterbitkan, atau jumlah saham biasa yang beredar dapat berkurang, tanpa
disertai perubahan sumber daya. Contohnya mencakup:
1. Kapitalisasi laba atau penerbitan saham bonus (dikenal sebagai dividen saham);
2. Unsur bonus dalam penerbitan saham lain, sebagai contoh unsur bonus dalam
penerbitan hak memesan efek terlebih dahulu kepada pemegang saham yang ada;
3. Pemecahan saham; dan
4. Penggabungan saham.
Entitas menghitung jumlah laba per saham dilusian untuk Iaba rugi yang dapat diatribusikan
kepada pemegang saham biasa entitas induk dan, jika disajikan, laba rugi dari operasi yang
dilanjutkan yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham tersebut.
Untuk tujuan penghitungan laba per saham dilusian, entitas menyesuaikan laba rugi yang dapat
diatribusikan kepada pemegang saham biasa entitas induk dan jumlah rata-rata tertimbang saham
yang beredar, atas dampak dari seluruh instrumen berpotensi saham biasa yang bersifat
Tujuan dari laba per saham dilusian sejalan dengan laba per saham dasar, yaitu untuk
menyediakan ukuran kepentingan setiap saham biasa atas kinerja entitas, dengan
memperhitungkan dampak dari seluruh instrumen berpotensi saham biasa yang bersifat dilutif
yang beredar selama periode tersebut. Oleh karena itu: (a) laba rugi yang dapat diatribusikan
kepada pemegang saham biasa entitas induk ditambah dengan dividen dan bunga setelah pajak
yang diakui pada periode terkait dengan instrumen berpotensi saham biasa yang bersifat dilutif,
dan disesuaikan dengan perubahan lain dalam penghasilan atau beban yang berasal dari konversi
instrumen yang mempunyai potensi saham biasa yang bersifat dilutif tersebut; dan (b) jumlah
rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar ditambah dengan jumlah rata-rata tertimbang
tambahan saham biasa yang seolah-olah telah beredar dengan asumsi adanya konversi seluruh
instrumen yang mempunyai potensi saham biasa yang bersifat dilutif.
Instrumen berpotensi saham biasa diperlakukan jika, dan hanya jika, konversinya menjadi saham
biasa akan menurunkan laba per saham atau meningkatkan rugi per saham dari operasi yang
dilanjutkan. Entitas menggunakan laba atau rugi dari operasi yang dilanjutkan yang dapat
diatribusikan kepada entitas induk sebagai angka kendali untuk menentukan apakah instrumen
berpotensi saham biasa yang bersifat dilutif atau antidilutif.
Instrumen berpotensi saham biasa bersifat antidilutif jika konversinya menjadi saham biasa akan
meningkatkan laba per saham atau menurunkan rugi per saham dari operasi yang dilanjutkan.
Penghitungan laba per saham dilusian mengabaikan konversi.
Dalam menentukan apakah instrumen berpotensi saham biasa bersifat dilutif atau antidilutif,
setiap penerbitan atau serangkaian penerbitan instrumen berpotensi saham biasa
dipertimbangkan secara terpisah, dan bukan secara penggabungan. Urutan dalam
memperhitungkan instrumen berpotensi saham biasa dapat mempengaruhi apakah instrumen
tersebut bersifat Oleh karena itu, untuk memaksimalkan dilusi dari laba per saham dasar, setiap
penerbitan atau rangkaian penerbitan instrumen berpotensi saham biasa dipertimbanglcan secara
urut mulai dari yang paling besar sifat dilutifnya sampai yang paling kecil sifat dilutifinya, yaitu
instrumen berpotensi saham biasa yang bersifat dilutif dengan “laba per tambahan saham”
terendah diperhitungkan dalam penghitungan laba per saham dilusian sebelum instrumen
berpotensi saham biasa yang bersifat dilutif tersebut dengan laba per tambahan saham yang lebih
tinggi. Opsi dan waran biasanya diperhitungkan pertama kali karena tidak mempengaruhi
pembilang dalam penghitungan.
Untuk tujuan penghitungan laba per saham dilusiam entitas mengasumsikan pelaksanann opsi
dan waran yang berstfat dilutif. Penerimaan yang diasumsikan dari instrumen tersebut dianggap
telah diterima dari penerbitan saham biasa pada harga pasar rata-rata saham biasa selama periode
tersebut. Perbedaan antara jumlah saham binsa yang diterbitkan dan jumlah saham biasa yang
akan diterbitkan pada harga pasar rata-rata saham biasa selama periode tersebut dianggap sebagai
penerbitan saham biasa tanpa imbalan.
Saham preferen dapat dikonversi bersifat antidilutif ketika jumlah dividen saham preferen
tersebut yang diumumkan atau diakumulasi pada periode berjakm per saham biasa yang dapat
diperoleh pada saat konversi, melebihi laba per saham dasar. Serupa dengan hal tersebut, utang
dapat dikonversi bersifat antidilutif jika bunga (setelah dikurangi pajak dan perubahan lain dalam
penghasilan atau beban) per saham biasa yang dapat diperoleh pada saat konversi melebihi laba
per saham dasar.
Penebusan atau konversi atas saham preferen dapat dikonversi mungkin hanya mempengaruhi
sebagian jumlah saham preferen dapat dikonversi yang beredar sebelumnya. Dalam hal ini,
setiap kelebihan imbalan, diatribusikan kepada saham yang ditebus atau dikonversi untuk tujuan
menentukan apakah sisa saham preferen beredar bersifat dilutif. Saham yang ditebus atau
dikonversi diperbitungkan secara terpisah dari saham yang tidak ditebus atau dikonversi.
Sesuai dengan penghitungan laba per saham dasar, saham biasa yang dapat diterbitkan secara
kontinjen diperlakukan sebagai saham yang beredar dan diperhitungkan dalam penghitungan
laba per saham dilusian jika ketentuannya terpenuhi (yaitu peristiwa telah terjadi). Saham yang
dapat diterbitkan secara kontinjen diperhitungkan sejak awal periode (atau sejak tanggal
perjanjian saham kontinjen, jika tanggal perjanjian lebih akhir). Jika ketentuannya tidak
terpenuhi, maka jumlah saham biasa yang dapat diterbitkan secara kontinjen masuk dalam
penghitungan laba per saham dilusian yang didasarkan pada jumlah saham yang seolah-olah
akan diterbitkan jika saat akhir periode merupakan akhir periode kontinjensi. Penyajian kembali
tidak diperkenankan jilca ketentuannya tidak terpenuhi ketika periode kontinjensi berakhir.
Jumlah saham biasa yang dapat diterbitkan secara kontinjen dapat bergantung pada harga pasar
saham biasa masa depan. Dalam hal tersebut, jika dampaknya bersifat penghitungan laba per
saham dilusian didasarlcan pada jumlah saham biasa yang akan diterbitkan jika harga pasar pada
akhir periode pelaporan merupakan harga pasar pada akhir periode kontinjensi. Jika ketentuan
tersebut didasarlcan pada harga pasar rata-rata selama suatu periode walctu yang melampaui
akhir periode pelaporan, maka digunakan harga pasar rata-rata periode walctu yang telah berlalu
tersebut. Karena harga pasar dapat berubah pada periode masa depan, penghitungan laba per
saham dasar tidak memasukkan saham biasa yang dapat diterbitkan secara kontinjen tersebut
sampai akhir periode kontinjensi karena tidak semua ketentuan yang diperlukan terpenuhi.
Jumlah saham biasa yang dapat diterbitkan secara kontinjen dapat bergantung pada laba masa
depan dan harga saham biasa masa depan. Dalam kasus tersebut, jumlah saham biasa yang
masuk dalam penghitungan laba per saham dilusian didasarlcan pada kedua ketentuan tersebut
(yaitu laba sampai pada tanggal pelaporan dan harga pasar kini pada akhir periode pelaporan).
Saham biasa yang dapat diterbitkan secara kontinjen tidak termasuk dalam penghitungan laba per
saham dilusian kecuali kedua ketentuan tersebut terpenuhi.
lnstrumen berpotensi saham biasa yang dapat diterbitkan secara kontinjen (selain dari yang telah
ditentukan pada suatu perjanjian saham kontinjen, seperti instrumen dapat dikonversi yang dapat
diterbitkan secara kontinjen) termasuk dalam penghitungan laba per saham dilusian sebagai
berikut:
1. Entitas menentukan apakah instrumen berpotensi saham biasa dapat diasumsikan untuk
diterbitkan berdasarkan ketentuan tertentu sesuai dengan ketentuan saham biasa yang
dapat diterbitkan secara kontinjen; dan
2. Jika instrumen berpotensi saham biasa tersebut tercermin pada laba per saham dilusian,
maka entitas menentukan dampaknya terhadap penghitungan laba per saham dilusian
dengan mengikuti ketentuan untuk opsi dan waran. Akan tetapi, pelaksanaan atau
konversi tidak diasumsikan untuk tujuan penghitungan laba per saham dilusian kecuali
diasumsikan bahwa pelaksanaan atau konversi instrumen berpotensi saham biasa
beredar yang sejenis tidak dapat diterbitkan secara kontinjen.
B. ekuritas Dilutif dan Skema Kompensasi (Opsi saham, Warran saham, Utang konversi,
Saham preferen konversi, Kompensasi saham)
Sekuritas dilutif merupakan surat berharga yang dapat dikonversikan menjadi saham biasa
sehingga pada saat dikonversikan akan mempengaruhi jumlah saham yg beredar dan berdampak
pada penurunan nilai laba per saham atau terlidusi.
Termasuk dalam sekuritas dilutif adalah opsi, waran, utang konversi, saham preferen konversi
dan lain-lain.
Salah satu bentuk kompensasi non kas yg sering diberikan perusahaan adalah kompensasi saham.
Kompensasi berbasis saham merupakan imbalan yg diberikan perusahaan pada pemasok barang
atau jasa yg dapat mencakup pihak karyawan dan non karyawan.
OPSI SAHAM
Merupakan kontrak yg diterbitkan oleh investor untuk dijual kepada investor lain dimana kontrak
tsb untuk dijual kpada investor lain dimana kontrak tsb memberikan opsi/hak bagi penerimanya
untuk menjual/membeli suatu saham perusahaan yg menjadi dasar perdagangan opsi tsb dalam
jumlah dan harga yg telah ditetapkan sebelumnya tertentu, serta berlaku dalam periode tertentu.
Opsi saham memiliki 2 jenis yaitu opsi beli (call option) dan opsi jual (put option).
Opsi beli memberikan hak kepada pemegang opsi untuk membeli sejumlah tertentu dr sebuah
instrumen yg menjadi dasar kontrak tsb.
Sebaliknya opsi jual memberikan hak kepada pemegang opsi untuk menjual sejumlah tertentu dr
sebuah instrumen yg menjadi dasar kontrak tsb.
WARAN SAHAM
Merupakan opsi yg diberikan oleh perusahaan kepada pemilik waran untuk membeli saham dgn
harga tertentu dalam waktu tertentu.
Perbedaan utama waran saham dan opsi saham adalah pihak yg mengeluarkan dan jenisnya.
Waran dikeluarkan oleh perusahaan penerbit saham sedangkan opsi dikeluarkan oleh investor
dan waran merupakan jenis yg merupakan call option.
Waran biasa dikeluarkan sebagai pemanis sekuritas lain yg sering kali digunakan dalam situasi
sebagai berikut:
2. Pemilik saham sebelum memiliki preemptive right (hak didahulukan) untuk membeli saham
UTANG KONVERSI
Merupakan surat utang yg memberikan fitur opsi bagi pemegangnya untuk mengonversikannya
menjadi saham perusahaan setelah, selama, atau pada tanggal tertentu setelah surat utang
dikeluarkan biasanya pada rasio pertukaran yg sdh ditentukan oleh penerbit obligasi tsb.
Sekuritas ini merupakan sekuritas hibrida yaitu suatu sekuritas yg terdiri dr dua unsur yaitu utang
dan ekuitas.
Bentuk utang konversi yg paling umum dikeluarkan oleh perusahaan adalah obligasi konversi.
Obligasi Konversi mengombinasikan antara keuntungan obligasi dr seri pendapatan tetap dan
fasilitas pilihan bagi pemegangnya untuk menukarkannya menjadi saham, sehingga memiliki
opsi konversi yg akan ditukarkan apabila harga saham meningkat signifikan.
Merupakan instrumen campuran (hybrid) yg memiliki komponen utang dan juga komponen
ekuitas. PSAK 56 (revisi 2010) Laba per saham menyatakan bahwa entitas harus memisahkan
kedua komponen tsb dalam pengakuan dan penyajian. Dalam mengakui utang
konversi,perusahaan harus memisahkan nilai antara fitur utang dan fitur opsi konversi yg
melekat pada obligasi tsb.
Berdasarkan pendekatan tsb, komponen ekuitas merupakan jumlah residu dari nilai utang,
sehingga cocok dgn karakteristik ekuitas yg merupakan residual klaim atas perusahaan.
1. Tentukan total nilai pasar utang konversi dgn dua komponen liabilitas dan ekuitas
2. Tentukan komponen liabilitas dgn menghitung nilai kini neto dr semua aliran kontraktual kas
dimasa mendatang yg didiskontokan dgn tingkat bunga pasar. Tingkat bunga pasar
yg digunakan adalah tingkat bunga yg dibayar oleh perusahaan pada utang yg sama namun
tanpa fitur konversi.
3. Kurangi komponen liabilitas yg dihitung di langkah ke2 dr nilai pasar obligasi konversi akan
diperoleh nilai ekuitas.
Komponen utang obligasi yg dikeluarkan oleh PT DEF dicatat sebagai Utang Obligasi. Jumlah
diskon relatif terhadap nilai nominal akan diamortisasi pada tiap tgl pelaporan sampai dgn jth
tempo, sehingga pada saat jth tempo nilai Utang Obligasi adalah sebesar nilai nominal yaitu
Rp200.000.000.000. komponen ekuitas dicatat dalam akun premi saham - Ekuitas konversi yg
dilaporkan dalam bagian ekuitas dalam laporan posisi keuangan. Jumlah ini tidak berubah
sepanjang periode Obligasi Konversi.
Dalam penyelesaian obligasi konversi perusahaan dapat melakukan beebrapa alternatif, yaitu
Kondisi ini terjadi apabila obligasi tidak dikonversi pada saat jatuh tempo. Apabila hal tesebut
terjadi maka perusahaan penerbit obligasi harus melunasi obligasinya atau membeli kembali
obligasi tsb.
Saham ekuitas konversi dapat tetap pada akun tsb atau dipindahkan ke akun premi saham biasa.
Kas 200.000.000.000
Apabila dikonversi pada saat jatuh tempo maka PT DEF melakukan pencatatan jurnal sebagai
berikut
Berdasarkan jurnal diatas dapat dilihat bahwa PT DEF mencatat penambahan Modal saham biasa
sebesar Rp40.000.000.000 (2.000.000 lbr obligasi x 200 lbr saham x Rp100 nilai nominal
saham). Sejumlah premi saham ekuitas konversi Rp14.783.588.071 ditransfer ke akun premi
saham biasa. Berdasarkan pencatatan di atas maka dapat dilihat bahwa PT DEF memiliki
peningkatan ekuitas sejumlah Rp214.783.588.071 yg diperoleh dr konversi obligasi.
Apabila obligasi dikonversi belum jatuh tempo maka pencatatan akuntansi yg dilakukan adalah
dengan mendebit utang obligasi sejumlah nilai tercatat obligasi pada saat pengakuan awal. Kredit
yg dicatat adalah Modal Saham Biasa sejumlah nilai nominal dan selisih kredit pada premi
saham biasa. Sebagai ilustrasi misalkan obligasi PT DEF dikonversi pada 31 Desember 2015.
Perhitungan amortisasi dr obligasi tsb adalah sebegai berikut.
Diskon Obligasi
1/1/2013 185.216.411.929
Pada saat konversi sebelum jatuh tempo, tidak terdapat pengakuan keuntungan maupun kerugian.
Sejumlah premi saham- Ekuitas Konversi Rp14.783.588.071 ditransfer ke akun premi saham
biasa.
a. Perbedaan antara nilai pasar komponen utang dengan nilai buku komponen utang merupakan
laba/rugi pelunasan
b. Perbedaan antara nilai pasar yg mengandung komponen utang dan komponen ekuitas dgn nilai
pasar komponen utang merupakan pengurang dr ekuitas
Merupakan saham yg memiliki keutamaan dalam pendistribusian laba. Sering kali saham ini juga
memiliki fitur konversi. Saham preferen konversi adalah sekuritas saham utama yg mana pemilik
saham preferen dapat mngonversi menjadi saham biasa dlm jumlah yg telah ditentukan
sebelumnya.
Kompensasi Saham
Merupakan imbalan yg diberikan perusahaan kepada pemasok barang atau jasa yg dapat
mencakup pihak karyawan dan non karyawan yg mana kompensasi tsb berbentuk saham atau
pengakuan wajib yg jumlahnya ditentukan berdasarkan harga saham atau instrumen sekuritas
saham.
Merupakan informasi mengenai jumlah laba yg dapat diatribusikan kepada pemegang saham
biasa per lembarnya. LPS menunjukan seberapa baik perusahaan dalam mengelola modal
sehingga menghasilkan profitabilitas yg tinggi.
Laba residual merupakan laba bersih dikurangi dengan deviden saham utama.
1. Jumlah deviden dr saham preferen bukan kumulatif yg diumumkan bagi periode bersangkutan
2. Saham biasa yg diterbitkan atas reinvestasi sukarela dr deviden saham biasa atau saham utama
diperhitungkn sejak tgl pembayaran deviden
4. Saham biasa yg diterbitkan sebagai pengganti bunga atau pokok dr bagian instrumen
6. Saham biasa yg diterbitkan sbg pembayaran atas perolehan aset bukan kas
Digunakan sebagai informasi laba yg akan diperoleh oleh pemegang saham per lembar saham yg
dimilikinya. Bila perusahaan memiliki sekuritas delusif maka berarti perusahaan tsb memiliki
struktur yg relatif kompleks sehingga penyajian LPS dasar dapat memberikan informasi yg
kurang akurat.
Perhitungan LPS Delusian untuk perusahaan dengan struktur modal kompleks adalah
LPS = Laba bersih Residual +/+ atau -/- Penyesuaian atas efek
Beberapa efek berpotensi saham biasa yg bersifat dilutif adalah sebagai berikut
5. Opsi yg dibeli
Dalam melakukan perhitungan LPS Delusian perlu dilakukan penyesuaian atas LPS dasar.
Penyesuaian dilakukan dgn melakukan penyesuaian terhadap laba residual dan penyesuaian
terhadap jumlah rata2 tertimbang saham biasa beredar.
c. Perubahan pendapatan atau beban timbul dr konversi efek berpotensi saham biasa yg dilutif
Biasa dilakukan dengan menambha jumlah rata-rata tertimbang (dalam LPS Dasar) dengan
jumlah rata-rata tertimbang saham yg akan diterbitkan dengan asumsi semua efek berpotensi
saham biasa dikonversikan menjadi saham biasa.
Inventasi dalam instrument ekuitas (bukan dengan tujuan untuk memperolehpengaruh signifikan
dan pengendalian). Instrumen Keuangan : Pengakuan danPengukuran. Berdasarkan PSAK 55
(Revisi 2014), terdapat 4 (empat) klasifikasi asetkeuangan, sebagai berikut.Aset keuangan yang
diukur pada nilai wajar melalui laba rugi.Investasi dalam kelompok dimiliki hingga jatuh
tempo.Pinjaman yang diberikan dan piutang.Aset keuangan yang diklasifikasikan dalam
kelompok tersedia untuk dijuaUntuk investasi dalam instrument ekuitas (yang tidak masuk
dalam PSAK 50(Revisi 2014) dan PSAK 55 (revisi 2014), perlakuan akuntansinya diatur
dalamPSAK 15 (Revisi 2013) Investasi pada Entitas Asosiasi dan Ventura Bersama
(apabilamemiliki pengaruh signifikan) dan PSAK 65 Laporan Keuangan Konsolidasian(apabila
memperoleh pengendalian)
Ketika kehilangan pengaruh signifikan, investor mengakui investasi yang tersisa di entitas
asosiasi pada nilai wajar. Investor mengakui dalam laporan keuangan laba rugi setiap selisih
antara:
a. Nilai wajar investasi yang tersisa dan hasil pelepasan sebagian kepemilikan pada entitas
asosiasi, dengan
an yangdiberikan
danpiutangdiperkenankankuotasiandiperkenankanDimilikihinggajatuhtempoTidak
diperkenanakanPerubahanintensiataukemampuanentitasTerkenataintingrule
VII. Pendapatan
A. PSAK 23
Ruang Lingkup
01 Pernyataan ini harus diterapkan dalam akuntansi untuk pendapatan yang
timbul dari transaksi dan peristiwa ekonomi berikut ini:
(a) penjualan barang;
(b) penjualan jasa; dan
(c) penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak-pihak lain yang
menghasilkan bunga, royalti dan dividen.
02 Barang meliputi barang yang diproduksi perusahaan untuk dijual dan
barang yang dibeli untuk dijual kembali, seperti barang dagang yang dibeli
pengecer atau tanah dan properti lain yang dibeli untuk dijual kembali.
03 Penjualan jasa biasanya menyangkut pelaksanaan tugas yang secara
kontraktual telah disepakati untuk dilaksanakan selama suatu periode waktu
yang disepakati oleh perusahaan. Jasa tersebut dapat diserahkan selama satu
periode atau selama lebih dari satu periode. Beberapa kontrak penjualan jasa
yang timbul dari kontrak konstruksi, misalnya, kontrak penjualan jasa
mengenai manajer proyek dan arsitek, tidak dibahas dalam Pernyataan ini.
Penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak lain menimbulkan pendapatan dalam
bentuk: (a) bunga - pembebanan untuk penggunaan kas atau setara kas atau
jumlah terhutang kepada perusahaan; (b) royalti - pembebanan untuk penggunaan
aktiva jangka panjang perusahaan, misalnya, paten, merek dagang, hak cipta, dan
perangkat lunak komputer; dan (c) dividen - distribusi laba kepada pemegang
investasi ekuitas sesuai dengan proporsi mereka dari jenis modal tertentu. 05
Pendapatan berikut ini telah atau akan diatur dalam standar akuntansi keuangan
tersendiri sehingga tidak dibahas dalam Pernyataan ini: (a) perjanjian sewa guna
usaha (diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 30 tentang
Akuntansi Sewa Guna Usaha); (b) dividen yang timbul dari investasi yang
dipertanggungjawabkan menurut metode ekuitas (diatur dalam Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan No. 13 tentang Akuntansi Untuk Investasi); (c)
kontrak asuransi dari perusahaan asuransi (untuk jenis asuransi kerugian, diatur
dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 28 tentang Akuntansi
Asuransi Kerugian); (d) perubahan dalam nilai wajar dari aktiva dan kewajiban
finansial atau pelepasannya; (e) perubahan dalam nilai aktiva lancar lain; (f)
pertumbuhan alami dari ternak dan hasil pertanian; (g) hasil hutan (diatur dalam
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.
32tentangAkuntansiPengusahaanHutan); dan (h) ekstraksi hasil tambang (diatur
dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 33 tentang Akuntansi
Pertambangan Umum). Definisi 06 Berikut adalah pengertian istilah yang
digunakan dalam Pernyataan ini: Pendapatan adalah arus masuk bruto dari
manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu
periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal
dari kontribusi penanam modal.
Nilai wajar adalah suatu jumLah, untuk itu suatu aktiva mungkin ditukar atau
suatu kewajiban diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan
untuk melakukan transaksi wajar (arm's length transaction). 07 Pendapatan hanya
terdiri dari arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang diterima dan dapat
diterima oleh perusahaan untuk dirinya sendiri. Jumlah yang ditagih atas nama
pihak ketiga, seperti pajak pertambahan nilai, bukan merupakan manfaat ekonomi
yang mengalir ke perusahaan dan tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas, dan
karena itu harus dikeluarkan dari pendapatan. Begitupun dalam hubungan
keagenan, arus masuk bruto manfaat ekonomi termasuk jumlah yang ditagih atas
nama prinsipal, tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas perusahaan, dan karena itu
bukan merupakan pendapatan. Yang merupakan pendapatan hanyalah komisi
yang diterima dari prinsipal. PENJELASAN Pengukuran Pendapatan 08
Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang
dapat diterima. 09 Jumlah pendapatan yang timbul dari suatu transaksi biasanya
ditentukan oleh persetujuan antara perusahaan dan pembeli atau pemakai aktiva
tersebut. Jumlah tersebut diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau
yang dapat diterima perusahaan dikurangi jumlah diskon dagang dan rabat
volume yang diperbolehkan oleh perusahaan. 10 Pada umumnya, imbalan tersebut
berbentuk kas atau setara kas dan jumlah pendapatan adalah jumlah kas atau
setara kas yang diterima atau yang dapat diterima. Namun, bila arus masuk dari
kas atau setara kas ditangguhkan, nilai wajar dari imbalan tersebut mungkin
kurang dari jumlah nominal dari kas yang diterima atau yang dapat diterima.
Misalnya, suatu perusahaan dapat memberikan kredit bebas bunga kepada
pembeli atau menerima wesel tagih dari pembeli dengan tingkat bunga di bawah
pasar sebagai imbalan dari penjualan barang. Bila perjanjian tersebut secara
efektif merupakan suatu transaksi finansial, nilai wajar imbalan ditentukan dengan
pendiskontoan seluruh penerimaan di masa depan dengan menggunakan suatu
tingkat bunga tersirat (imputed). Tingkat bunga tersirat tersebut adalah yang
paling mudah ditentukan dari: (a) tingkat bunga yang berlaku bagi instrumen yang
serupa dari suatu penerbit (issuer) dengan penilaian kredit (credit rating) yang
sama; atau (b) suatu tingkat bunga untuk mengurangi (discount) nilai nominal
instrumen tersebut ke harga jual tunai pada saat ini dari barang atau jasa.
Perbedaan antara nilai wajar dan jumlah nominal dari imbalan tersebut diakui
sebagai pendapatan bunga sebagaimana dijelaskan paragraf 28 dan 29.
11 Bila barang atau jasa dipertukarkan (barter) untuk barang atau jasa
dengan sifat dan nilai yang sama, maka pertukaran tersebut tidak dianggap
permintaan dengan suatu dasar tepat waktu dalam suatu lokasi tertentu. Bila
barang dijual atau jasa diberikan untuk dipertukarkan dengan barang dan
jasa yang tidak serupa, pertukaran tersebut dianggap sebagai transaksi yang
barang atau jasa yang diserahkan, disesuaikan dengan jumlah kas atau
perlu untuk menerapkan kriteria pengakuan tersebut kepada komponenkomponen yang dapat
diidentifikasi secara terpisah dari suatu transaksi
bila harga penjualan dari suatu produk termasuk jumlah yang dapat
diidentifikasi untuk jasa purna jual, jumlah tersebut ditangguhkan dan diakui
perusahaan dapat menjual barang dan, pada saat yang sama, menyetujui
Penjualan Barang
13 Pendapatan dari penjualan barang harus diakui bila seluruh kondisi berikut
dipenuhi:
(e) biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan
pemindahan penguasaan atas barang tersebut kepada pembeli. Hal ini terjadi
pada kebanyakan penjualan eceran. Dalam hal lain, pemindahan risiko dan
manfaat kepemilikan terjadi pada saat yang berbeda dengan pemindahan hak
lazimnya;
melindungi kolektibilitas dari jumlah yang jatuh tempo. Dalam hal seperti itu,
diakui. Contoh lain perusahaan yang hanya menahan risiko yang tidak
dapat dikembalikan bila pelanggan tidak puas. Pendapatan dalam hal ini
secara andal retur yang akan terjadi dan mengakui suatu kewajiban untuk
relevan.
pengiriman imbalan untuk suatu penjualan di suatu negara asing. Bila ijin
tertentu yang telah termasuk dalam pendapatan, jumlah yang tidak tertagih
semula.
termasuk jaminan dan biaya lain yang terjadi setelah pengiriman barang,
biasanya dapat diukur dengan andal jika kondisi lain untuk pengakuan
diakui bila beban yang berkaitan tidak dapat diukur dengan andal. Dalam
PENJUALAN JASA
19 Bila hasil suatu transaksi yang meliputi penjualan jasa dapat diestimasi
diakui dengan acuan pada tingkat penyelesaian dari transaksi pada tanggal
neraca. Hasil suatu transaksi dapat diestimasi dengan andal bila seluruh
(c) tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat
(d) biaya yang terjadi untuk transaksi tersebut dan biaya untuk
Menurut metode ini, pendapatan diakui dalam periode akuntansi pada saat
yang berguna mengenai tingkat kegiatan jasa dan kinerja suatu perusahaan
termasuk dalam pendapatan, jumlah yang tidak tertagih, atau jumlah yang
suatu beban dari pada penyesuaian jumlah pendapatan yang diakui semula.
keuangan intern yang efektif. Perusahaan tersebut menelaah dan bila perlu
dengan andal jasa yang diberikan. Tergantung pada sifat transaksi, metode
(b) jasa yang dilakukan hingga tanggal tertentu sebagai persentase dari
(c) proporsi biaya yang terjadi hingga tanggal tertentu dibagi estimasi
Pembayaran berkala dan uang muka yang diterima dari pelanggan sering
24 Untuk tujuan praktis, bila jasa dihasilkan oleh sejumlah kegiatan yang
tidak dapat ditentukan selama suatu periode tertentu, pendapatan diakui atas
dasar garis lurus selama periode tertentu kecuali jika ada bukti bahwa ada
metode lain yang lebih baik yang dapat mencerminkan tingkat penyelesaian.
Bila kegiatan tertentu jauh lebih signifikan daripada kegiatan yang lain,
dilakukan.
25 Bila hasil transaksi yang meliputi penjualan jasa tidak dapat diestimasi
dengan andal, pendapatan yang diakui hanya yang berkaitan dengan beban
kembali biaya transaksi yang terjadi. Oleh karena itu, pendapatan yang diakui
hanya yang berkaitan dengan biaya yang telah terjadi yang diharapkan dapat
27 Jika hasil dari suatu transaksi tidak dapat diestimasi dengan andal dan
tidak diakui dan biaya yang terjadi diakui sebagai beban. Bila kondisi yang
andal tidak lagi ada, pendapatan diakui sesuai dengan paragraf 19,
28 Pendapatan yang timbul dari penggunaan aktiva perusahaan oleh pihakpihak lain yang
menghasilkan bunga, royalti dan dividen harus diakui atas
(a) bunga harus diakui atas dasar proporsi waktu yang memperhitungkan
(b) royalti harus diakui atas dasar akrual sesuai dengan substansi
(c) dalam metode biaya (cost method), dividen tunai harus diakui bila hak
selama hidup aktiva tersebut untuk menyamakan jumlah tercatat semula dari
diskon, premium atau perbedaan lain antara jumlah tercatat semula dari
31 Jika bunga yang belum dibayar telah diakru sebelum pembelian suatu
tersebut dikurangi dari harga beli sekuritas tersebut. Jika sulit untuk
membuat alokasi seperti itu kecuali atas dasar arbriter, dividen diakui sebagai
pendapatan kecuali bila dividen itu dengan jelas merupakan suatu perolehan
kembali dari sebagian harga beli sekuritas ekuitas tersebut.
mengakui pendapatan atas suatu dasar yang sistematik dan rasional lain.
dalam pendapatan, jumlah yang tidak dapat ditagih, atau jumlah yang
Pengungkapan
(b) jumlah setiap kategori signifikan dari pendapatan yang diakui selama
(iii) bunga
(iv) royalti
(v) dividen
(c) jumlah pendapatan yang berasal dari pertukaran barang atau jasa
kerugian kontinjen dapat timbul dari pos-pos seperti biaya jaminan, klaim,
PENDAPATAN
paragraf 36 - 44. Pernyataan ini harus dibaca dalam konteks paragraf 1-35.
Pengukuran Pendapatan
37 Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau
Penjualan Barang
38 Pendapatan dari penjualan barang harus diakui bila seluruh kondisi berikut
dipenuhi:
(e) biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan
Penjualan Jasa
39 Bila hasil suatu transaksi yang meliputi penjualan jasa dapat diestimasi
diakui dengan acuan pada tingkat penyelesaian dari transaksi pada tanggal
neraca. Hasil suatu transaksi dapat diestimasi dengan andal bila seluruh
13 of 14
(c) tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat
(d) biaya yang terjadi untuk transaksi tersebut dan biaya untuk
dengan andal, pendapatan yang diakui hanya yang berkaitan dengan beban
41 Pendapatan yang timbul dari penggunaan aktiva perusahaan oleh pihakpihak lain yang
menghasilkan bunga, royalti dan dividen harus diakui atas
(a) bunga harus diakui atas dasar proporsi waktu yang memperhitungkan
(b} royalti harus diakui atas dasar akrual sesuai dengan substansi
(c) dalam metode biaya (cost method), dividen tunai harus diakui bila hak
Pengungkapan
(b) jumlah setiap kategori signifikan dari pendapatan yang diakui selama
(iii) bunga
(iv) royalti
(v) dividen
(c) jumlah pendapatan yang berasal dari pertukaran barang atau jasa
F.
Program loyalitas pelanggan digunakan entitas untuk menyediakan insentif kepada pelanggan untuk
membeli barang atau jasa mereka. Jika pelanggan membeli barang atau jasa, entitas akan
memberikan poin penghargaan kepada pelanggan (seringkali dideskripsikan sebagai “poin”).
Pelanggan dapat menukar kredit penghargaan tersebut dengan barang atau jasa secara gratis atau
dengan potongan harga.
Entitas menerapkan PSAK 23: Pendapatan paragraf 13 dan mencatat poin penghargaan sebagai
komponen yang diidentifikasikan secara tersendiri dari transaksi penjualan pada saat diberikan
(“penjualan awal”). Imbalan yang dialokasikan pada poin penghargaan diukur dengan mengacu pada
nilai wajarnya.
Entitas menerapkan Interpretasi ini untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah
tanggal 1 Januari 2011. Entitas menerapkan penyesuaian atas paragraf 06, PP01, PP02, dan PP03
secara prospektif untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2015.
F. Pada dasarnya, sebuah perusahaan baru akan mengakui pendapatannya pada saat
penjualan terjadi (proses pengiriman) karena saat itu resiko
penjualan dan kepemilikannya telah ditransfer atau dipindahkan dan nilai
harga pertukarannya pun diketahui. Dalam beberapa kondisi, perusahaan
mengakui pendapatannya saat sebelum penyelesaian dan pengiriman. Hal
itulah yang terjadi dalam akuntansi kontrak jangka panjang. Kontrak jangka
panjang biasanya menetapkan bahwa penjual (kontraktor) dapat menagih
pembeli (klien/pemilik tender) dengan interval tertentu, saat dimana proyek
yang dijalankan telah mencapai titik tertentu dalam penyelesaian. Saat suatu
proyek terdiri dari beberapa unit yang terpisah, seperti bagian-bagian
bangunan tertentu atau jarak per km pembangunan jalan, maka ketentuan
kontrak dapat ditetapkan pada tiap pemasangan. Dalam hal ini, kontraktor
dapat menagih klien pada saat penyelesaian di batas tertentu, seperti
misalnya pada tiap pembangunan jalan 10 km atau pada tiap pembangunan
suatu unit gedung tertentu. Menurut PSAK 34 (revisi 2010), “Kontrak
konstruksi adalah suatu kontrak yang dinegosiasikan secara khusus untuk
konstruksi suatu aset atau suatu kombinasi aset
G. 10 yang berhubungan erat satu sama lain atau saling tergantung dalam hal
rancangan, teknologi, dan fungsi atau tujuan pokok penggunaan.” Untuk
penentuan perlakuan akuntansi kontrak konstruksi dibagi menjadi 2 macam:
•Kontrak Tunggal – Misalnya: hanya kontrak untuk membangun rumah saja , atau
jembatan, bendungan, pipa, dll. •Kontrak yang Sifatnya Rumit – Satu proyek
yang terpecah menjadi beberapa kontrak dimana aktivitasnya saling terkait.
Contohnya: pembangunan kilang minyak, terdiri dari engineering atau
perencanaan serta desain konstruksi, pembelian pengadaan barang, dan
akhirnya konstruksi di lapangan (on site). Kontrak konstruksi dirumuskan dalam
berbagai cara. Dalam akuntansi, rumusan kontrak konstruksi dibagi menjadi 2
macam, yaitu: •Kontrak Harga Tetap – kontrak konstruksi dengan syarat
bahwa kontraktor telah menyetujui nilai kontrak yang telah ditentukan, atau
tarif tetap yang telah ditentukan per unit output, yang dalam beberapa hal
tunduk pada ketentuan-ketentuan kenaikan biaya. •Kontrak Biaya Plus -
kontrak konstruksi yang mana kontraktor mendapatkan penggantian untuk
biaya-biaya yang telah diizinkan atau telah ditentukan, ditambah imbalan
dengan persentase terhadap biaya atau imbalan tetap. Ada 2 metode akuntansi
yang berbeda untuk kontrak konstruksi jangka panjang yang telah diakui,
yaitu: •Percentage of Completion Method. Mengakui pendapatan dan laba
kotor pada tiap periode berdasarkan dari kemajuan pada proses konstruksi.
H. 11 •Cost Recovery (zero-profit) Method. Pada beberapa kasus, pendapatan
kontrak baru diakui hanya sebatas pada biaya yang dikeluarkan yang
diharapkan akan diperoleh kembali. Setelah seluruh biaya diakui, barulah laba
diakui. Perusahaan harus menggunakan percentage-of-completionmethod saat
mengestimasi kemajuan kearah penyelesaian, pendapatan, dan biaya yang bisa
diestimasi secara andal dan seluruh kondisi di bawah ini terpenuhi: 1.Total
pendapatan kontrak dapat ditentukan secara andal. 2.Besar kemungkinannya
manfaat ekonomi yang sehubungan dengan kontrak tersebut akan mengalir
kepada perusahaan. 3.Biaya kontrak untuk menyelesaikan kontrak dan tahap
penyelesaian kontrak pada akhir periode pelaporan dapat diukur dengan andal.
4.Biaya kontrak yang berhubungan dengan kontrak dapat diidentifikasi secara
jelas dan andal sehingga biaya kontrak yang terjadi dapat dibandingkan
dengan perkiraan sebelumnya. Perusahaan dapat menggunakan cost-recovery
method saat salah satu dari kondisi dibawah ini terjadi: •Saat perusahaan
tidak dapat memenuhi kondisi/syarat dari penggunaan metode percentage-of-
completion•Saat ada bahaya yang melekat dalam kontrak melebihi kondisi
normal.
I. 12 II.1.1.1 Metode Persentase Penyelesaian Metode persentase penyelesaian
mengakui pendapatan, biaya, dan laba kotor sesuai dengan tercapainya
kemajuan ke arah penyelesaian kontrak jangka panjang.Untuk menerapkan
metode persentase penyelesaian, perusahaan harus mempunyai beberapa dasar
atau standar untuk mengukur kemajuan ke arah penyelesaian pada tanggal
interim tertentu.Perusahaan menggunakan metode yang bermacam-macam
dalam menentukan besarnya kemajuan kearah penyelesaian. Yang paling
umum adalah metode biaya untuk biaya (cost-to-cost) dan unit untuk
pengiriman (units-to-delivery). Tujuan dari semua metode ini adalah untuk
menentukan seberapa besar kemajuannya dalam hal biaya, unit, dan nilai
tambah. Tingkat penyelesaian kontrak dapat ditentukan dengan jalan yang
berbeda-beda. Perusahaan seharusnya menggunakan metode yang dapat
mengukur pekerjaan yang diselesaikan dengan cara yang paling andal.
Perlunya perhatian bahwa kemajuan dan pembayaran uang muka yang
diterima dari pelanggan seringkali tidak mencerminkan pekerjaan sebenarnya
yang dilakukan. Disebutkan bahwa untuk perhitungan persentase
penyelesaian dasar biaya terhadap biaya dengan metode cost-to-cost yaitu:
Biaya yang terjadi sampai saat ini = Persentase penyelesaian Estimasi
total biaya terkini Persentase yang didapatkan dari perhitungan biaya yang
terjadi atas total biaya selanjutnya digunakan dalam menentukan pengakuan atas
pendapatan dan laba kotor. Persentase penyelesaian x Estimasi total pendapatan
(atau laba kotor)
J. 13 = Pendapatan (atau laba kotor) yang akan diakui sampai tanggal ini Untuk
mengetahui jumlah pendapatan dan laba kotor yang diakui setiap periode dapat
diperoleh dengan cara: Pendapatan (atau laba kotor) Pendapatan (atau laba
kotor) Pendapatan yang akan diakui - yang diakui dalam =
(laba kotor) sampai tanggal ini periode sebelumnya periode
berjalan Apa yang disarankan dalam PSAK 34 sebenarnya terlalu
‘berbahaya’ karena meskipun aspek legalitas kontrak telah terpenuhi, selama
hasil perkembangan pekerjaan belum pasti diketahui, tetap saja estimasi yang
telah dibuat belum tentu benar-benar terjadi. Penerapan metode ini tidaklah
mudah. Tantangannya ada pada tingkat akurasi estimasi-estimasi yang telah
dibuat jauh lebih ketat dibandingkan jenis aktivitas usaha lainnya. II.1.1.2
Metode Biaya Pemulihan (Cost-Recovery) Metode ini mengakui pendapatan
hanya kepada besarnya biaya yang terjadi yang diharapkan dapat diterima
kembali. Laba kotor baru bisa diakui hanya apabila seluruh biaya telah
terjadi. II.1.2 PSAK 34 (revisi 2010) Mengenai Kontrak Konstruksi PSAK
adalah standar yang digunakan untuk pelaporan keuangan di Indonesia.
PSAK digunakan sebagai pedoman akuntan untuk membuat laporan
keuangan sesuai dengan permasalahan dan bidangnya yang sudah
dikelompokkan masing-masing.
K. 14 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan nomor 34 adalah mengatur
mengenai kontrak konstruksi yang terjadi pada perusahaan-perusahaan
industri konstruksi. PSAK ini adalah untuk menggambarkan perlakuan
akuntansi pendapatan dan biaya yang berhubungan dengan kontrak konstruksi.
Oleh karena sifat dari aktivitas yang dilakukan pada kontrak konstruksi, tanggal
saat aktivitas kontrak mulai dilakukan dan tanggal saat aktivitas tersebut
diselesaikan biasanya jatuh pada periode akuntansi yang berlainan. Oleh
karena itu, persoalan utama dalam akuntansi kontrak konstruksi adalah
alokasi pendapatan kontrak dan biaya kontrak pada periode di mana
pekerjaan konstruksi tersebut dilaksanakan. Pernyataan ini menggunakan
kriteria pengakuan yang diatur dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuangan untuk menentukan kapan pendapatan dan biaya
suatu kontrak konstruksi diakui sebagai pendapatan dan beban dalam laporan
laba rugi komparatif. Dewan Standar Akuntansi Keuangan telah menyetujui
hasil revisinya pada tanggal 12 Oktober 2010 yang secara umum dapat dilihat
perbedaannya antara PSAK 34 (revisi 2010) dengan PSAK 34 (revisi 1994)
sebagai berikut: Perihal PSAK 34 (revisi 2010) PSAK 34 (1994) Atribusi dan
alokasi biaya ke kontrak Biaya peminjaman dapat diatribusikan pada
aktivitas kontrak secara umum dan dapat dialokasikan pada kontrak tertentu
Tidak mengatur hal tersebut Pembebanan biaya kepada pelanggan Termasuk
biaya administrasi umum dan biaya pengembangan yang penggantiannya
ditentukan dalam persyaratan kontrak Tidak mengatur hal tersebut
L. 17 II.1.2.1 Perbedaan Mendasar Penerapan Pendapatan dengan PSAK 23 PSAK
23 mengatur mengenai Pengakuan Pendapatan dalam ruang lingkup
penjualan barang, penjualan jasa, dan penggunaan aset entitas oleh pihak lain
yang menghasilkan bunga, royalti, dan dividen. Dalam kriterianya, PSAK 23
mengakui bahwa pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima
atau dapat diterima. Jika hasil transaksi penjualan jasa dapat diestimasi
dengan andal, maka pendapatan diakui dengan acuan pada tingkat
penyelesaian transaksi pada akhir periode pelaporan. Tetapi apabila tidak dapat
diukur dengan andal maka pendapatan diukur pada nilai wajar jasa yang
diserahkan, disesuaikan dengan jumlah kas atau setara kas yang ditransfer,
sedangkan pada kegiatan konstruksi yang bersifat jangka panjang, hal
tersebut sulit ditentukan dikarenakan penyelesaian akhir kontrak tidak pada tahun
yang sama. II.1.2.2 Perbandingan dengan ISAK 21: Perjanjian Konstruksi Real
Estat ISAK 21 membahas mengenai pengakuan pendapatan aktivitas dalam
suatu perjanjian konstruksi real estat. Jika pembeli dapat menentukan elemen
struktural utama desain real estat, maka hal ini mengacu kepada PSAK 34.
Dan jika pembeli memiliki kemampuan terbatas untuk mempengaruhi desain
real estat atau hanya menentuakan perubahan kecil atas desain awal, maka
mengacu kepada penjualan barang dalam PSAK 23. Hal tersebut bergantung
kepada ketentuan yang ada dalam perjanjian dan seluruh fakta dan kondisi
yang ada dalam menentukan apakah perjanjian suatu konstruksi masuk dalam
ruang lingkup ISAK 21 atau PSAK 34.
M. 18 PSAK 34 diterapkan ketika perjanjian memenuhi definisi kontrak
konstruksi yang dijelaskan dalam PSAK 34 (revisi 2010) halaman 34.2,
baris 29: “suatu kontrak yang dinegosiasikan secara khusus untuk konstruksi
suatu aset atau suatu kombinasi aset atau suatu kombinasi aset yang
berhubungan erat satu sama lain atau saling tergantung dalam hal rancangan ,
teknologi, dan fungsi atau tujuan pokok penggunaan” II.1.3 Pengertian
Pendapatan, Biaya, dan Laba II.1.3.1 Pendapatan Akuntansi merupakan kegiatan
jasa yang berfungsi menyediakan informasi keuangan suatu badan usaha
tertentu. Informasi ini disajikan dalam laporan keuangan yang terdiri dari
neraca, laporan laba rugi, laporan laba ditahan, laporan perubahan posisi
keuangan, serta catatan atas laporan keuangan. Neraca menunjukkan posisi
keuangan suatu perusahaan pada suatu waktu tertentu, dimana informasi
yang tersedia berupa informasi harta, kewajiban serta modal. Perhitungan laba
rugi menunjukkan pendapatan yang diperoleh, biaya yang dikeluarkan, serta hasil
usaha yang diperoleh dalam suatu periode yang terakhir pada tanggal yang
tertera di neraca. Laporan perubahan posisi keuangan menyajikan kegiatan
pembiayaan dan investasi perusahaan. Dengan adanya informasi mengenai
pendapatan, maka perusahaan dapat membandingkan antara modal yang
tertanam dengan penghasilan sebagai alat untuk mengukur kinerja efisiensi
perusahaan dan dapat memprediksi distribusi dividen di neraca yang akan
datang.
N. 19 Pendapatan sebagai salah satu elemen penting penentuan laba rugi
suatu perusahaan belum mempunyai pengertian yang seragam. Hal ini disebabkan
pendapatan biasanya dibahas dalam hubungannya dengan pengukuran dan
waktu pengakuan pendapatan itu sendiri. Salah satu pertimbangan yang paling
mendasar bagi pihak yang akan mengambil keputusan memasuki sebuah bisnis
adalah jumlah pendapatan yang akan diperoleh dari operasi usaha dalam
periode tertentu. Dalam bisnis, pendapatan adalah jumlah uang yang diterima
oleh perusahaan dari aktivitasnya, kebanyakan dari penjualan produk
dan/atau jasa kepada konsumen. Bagi investor, pendapatan kurang penting
dibanding keuntungan, yang merupakan jumlah uang yang diterima setelah
dikurangi oleh beban. Pertumbuhan pendapatan merupakan indikator penting
dari penerimaan pasar dari produk dan jasa perusahaan tersebut. Pertumbuhan
pendapatan yang konsisten, dan juga pertumbuhan keuntungan, dianggap
penting bagi perusahaan yang dijual sahamnya kepada publik, karena semua
itu ditujukan agar menarik para investor untuk berinvestasi ke dalam perusahaan
tersebut. Pendapatan menurut PSAK 23 (Revisi 2010) yaitu “arus masuk
bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal entitas selama
suatu periode jika arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas yang
tidak berasal dari kontribusi penanam modal.” Dalam PSAK 34 (Revisi 2010)
dijelaskan juga mengenai pendapatan kontrak pada halaman 34.5, baris ke 4:
“Pendapatan kontrak diukur pada nilai wajar dari imbalan yang diterima atau
akan diterima. Pengukuran pendapatan kontrak dipengaruhi oleh beragam
ketidak pastian yang bergantung pada hasil dari peristiwa di masa depan.