Anda di halaman 1dari 61

TUGAS

AKUNTANSI KEUANGAN II

Oleh :

Nama : I Komang Sastra Adnyana

Nim : 21020222651

Kelas :III A Akuntansi Sore

UNIVERSITAS HINDU INDONESIA


Tahun Pelajaran 2022/2023
I. LIABILITAS JANGKA PENDEK, PROVISI DAN KONTINJENSI
A. PSAK 57 PROVISI, LIABILITAS KONTINJENSI, DAN ASET KONTINJENSI
Bertujuan untuk mengatur pengakuan dan pengukuran provisi, liabilitas kontinjensi,
dan aset kontinjensi serta untuk memastikan informasi memadai dan diungkapkan dalam
catatan atas laporan keuangan.

Ruang Lingkup:

1. Diterapkan oleh seluruh entitas dalam akuntansi untuk provisi, liabilitas kontijensi dan aset
kontijensi kecuali hal-hal tertentu.
2. Diterapkan untuk instrumen keuangan (termasuk jaminan) yang termasuk dalam ruang lingkup
PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran.
3. Kontrak eksekutori adalah kontrak yang kedua belah pihak terkaitnya belum melaksanakan
kewajibannya atau baru melaksanakan sebagian kewajibannya dengan proporsi yang sama.
4. Jika ada PSAK lain yang mengatur provisi, liabilitas kontijensi atau aset kontijensi tertentu
maka entitas menerapkan PSAK tersebut, seperti beberapa jenis provisi yaitu kontrak
konstruksi, PPh , sewa, imbalan kerja, kontrak asuransi dan imbalan kontijensi.
5. Jumlah yang dicatat sebagai provisi berkaitan dengan pengakuan pendapatan tetapi tidak
mengatur pengakuan pendapatan.
6. Pernyataan ini mengartikan provisi sebagai liabilitas yang waktu dan jumlahnya belum pasti
serta digunakan di beberapa pos seperti penyusutan, penurunan nilai aset, dan utang ragu-ragu.
7. Pernyataan lain mengatur perlakuan untuk pengeluaran sebagai aset atau beban, tetapi
pernyataan ini tidak melarang atau mewajibkan kapitalisasi biaya ketika provisi itu dibentuk.
8. Pernyataan ini diterapkan untuk provisi dalam rangka restrukturisasi.

Aset kontinjensi adalah aset potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan menjadi pasti
dengan terjadi atau tidaknya satu atau lebih peristiwa di masa depan yang tidak sepenuhnya berada dalam
kendali entitasLiabilitas kontinjensi adalah kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan
keberadaannya menjadi pasti dengan terjadi atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa di masa
depan.Peristiwa yang mengikat adalah peristiwa yang menimbulkan kewajiban hukum atau
kewajiban.Provisi adalah liabilitas yang waktu dan jumlahnya belum pastiProvisi dapat dibedakan dari
liabilitas lain, seperti utang usaha dan akrual, karena pada provisi ada ketidakpastian mengenai waktu
atau jumlah yang dikeluarkan di masa depan untuk menyelesaikan provisi tersebut.Hubungan antara
Provisi dan Liabilitas Kontinjensi adalah seluruh provisi bersifat kontinjensi karena tidak pasti dalam
waktu atau jumlah. Akan tetapi, dalam Pernyataan ini istilah “kontinjensi” digunakan untuk liabilitas dan
aset yang tidak diakul karena keberadaannya baru dapat dipastikan dengan terjadi atau tidak terjadinya
satu peristiwa atau lebih yang tidak pasti di masa. depan dan tidak sepenuhnya berada dalam kendali
entitas dan digunakan untuk liabilitas yang tidak memenuhi kriteria pengakuan.

Liabilitas Kontinjensi

Terdapat beberapa kemungkinan yaitu entitas tidak diperkenankan mengakui Liabilitas


kontinjensi.Liabilitas kontinjensi diungkapkan,kecuali arus keluar sumber daya yang mengandung
manfaat ekonomik kemungkinannya kecil.
Liabilitas kontinjensi dapat berkembang ke arah yang tidak diperkirakan semula. Sehingga, liabilitas
kontinjensi terus menerus dikaji untuk menentukan apakah tingkat kemungkinan arus keluar sumber daya
yang mengandung manfaat ekonomik menjadi bertambah.

Aset Kontinjensi

Entitas tidak diperkenarkan mengakui aset kontinjensi. Aset kontinjensi tidak diakui dalam
laporan ke uangan karena dapat menimbullcan pengakuan penghasilan yang mungkin tidak pernah
terealisasikan. Akan tetapi, jika realisasi penghasilan sudah dapat dipastikan, mala aset tersebut bukan
merupakan aset kontinjensi, melainkan diakui sebagai aset.

B. UTANG BERBUNGA DALAM JANGKA PENDEK


Utang jangka pendek adalah suatu pinjaman uang sebagai kewajiban yang wajib
d bayarkan dan sifatnya untuk keperluan dana darurat dan jangka waktunya kuang
dari 12 bulan.Dalam melunasi utang jangka pendek perusahaan melakukan
perhitungan atas kepemilikan aset atau aktiva peusahaan
Disisi lain pemilik suatu saat tidak mampu melunasi utangnya,maka perusahaan
melakukan pengambilan keputusan untuk memotong deviden atas profit dari para
pemegang saham
Ciri-ciri Utang Jangka Pendek :
- Pembayaran jenis utang ini harus segera dilunasi, oleh karena itu, utang ini
juga mempunyai jatuh tempo yang telah disepakati bersama antara
perusahaan dan pemberi pinjaman dalam waktu kurang dari 1 tahun.
- Utang jangka pendek memiliki jumlah nominal yang jelas.
- Utang jenis ini tersedia dalam 2 macam yaitu yang memiliki bunga dan tidak
berbunga, tergantung kebijakan yang diberlakukan oleh pemberi pinjaman.
- Utang jangka pendek biasanya tidak perlu disertakan dengan jaminan.
Jenis-Jenis Utang Jangka Pendek
1. Utang wesel
Utang wesel adalah sebuah pinjaman yang dilakukan oleh seseorang
atau perusahaan dengan menggunakan sebuah bukti secara tertulis
yaitu surat wesel. Dalam surat tersebut, debitur dan kreditur tidak
memerlukan syarat apapun serta jaminan yang akan digunakan.
2. Utang dagang
Utang dagang adalah salah satu jenis pinjaman uang dimana
pelunasannya dilakukan dalam waktu yang cukup singkat. Jenis utang ini
terjadi bila suatu perusahaan atau seseorang melakukan pinjaman atau
kredit untuk mendapatkan jasa atau barang tertentu.
3. Dividen
dividen yang merupakan jenis utang yang akan diberikan bagi investor. 
Investor tersebut adalah seseorang yang modalnya dihutangi untuk
kebutuhan perusahaan. Sistem pelunasannya yaitu berupa pembagian
keuntungan.
4. Pendapatan diterima di muka
Pendapatan diterima dimuka adalah perusahaan mendapatkan sebagian
pelunasan sebelum barang atau jasa ada di tangan konsumen. Jenis
utangnya merupakan barang atau jasa yang harus dikirimkan sesuai
dengan pesanan.
5. Utang biaya
utang biaya yaitu berasal dari pengakuan akuntansi atas biaya yang
sudah terjadi, namun biaya tersebut tak kunjung dilunasi perusahaan.
Adapun beberapa macam utang biaya diantaranya insentif, utang gaji
dan upah, biaya sewa, dan sebagainya.

Contoh 1: Wesel Bayar Jangka Pendek

Pada 1 Desember 2010 PT X membeli persediaan barang dagang sebesar Rp2.000.000, dengan
mengeluarkan wesel dengan tingkat bunga 12% per tahun, jangka waktu 60 hari

1/12 Pembelian Barang Dagang 2.000.000

Wesel Bayar (jangka pendek) 2.000.000

Pembelian barang dengan mengeluarkan sebuah wesel

31/12 Beban bunga 20.000

Hutang bunga 20.000

Penyesuaian bunga (utang bunga dilaporkan sebagai utang jangka pendek)

Perhitungan bunga: 2.000.000 x 12% x (30/360) = 20.000 dari tanggal 1/12 s/d 31/12 = 30 hari

Jurnal Balik

1/1 utang bunga 20.000

Beban Bunga 20.000

Pembayaran wesel

30/1 Wesel Bayar 2.000.000

Beban bunga 40.000

Kas 2.040.000

Perhitungan bunga: 2.000.000 x 12% x (60/360) = 40.000

Contoh 2: Pendapatan Diterima di Muka

PT ABC menerima uang muka sebesar Rp480.000 untuk berlangganan majalah “Musik” selama satu
tahun pada 1 April 2011.

April 1: Kas 480.000


Pendapatan diterima dimuka 480.000

Penerimaan uang muka sebesar 480.000 untuk 12 bulan

Jadi per bulannya = 480.000 / 12 = 40.000

Pada akhir tahun, 31 Desember 2011 PT ABC akan mengakui pendapatan untuk 9 bulan (1 april s/d 31
desember = 9 bulan)

Pendapatan diakui jika majalah “Musik” sudah diberikan ke pelanggannya. Karena selama 9 bulan sudah
diberikan, maka pendapatan diakui.

Des 31 Pendapatan diterima dimuka 360.000

Pendapatan 360.000

Pengakuan pendapatan selama 9 bulan.

Per bulannya sebesar Rp 40.000

Jadi, 9 bulannya sebesar Rp 40.000 x 9 = 360.000

NB: diasumsikan jurnal penutup dibuat.

Mar 31 Pendapatan diterima dimuka 120.000

Pendapatan 120.000

Pengakuan pendapatan sisanya, yaitu 3 bulan (1 Jan s/d 31 Maret = 3 bulan)

Per bulannya sebesar Rp 40.000,

Jadi, 3 bulannya sebesarnya Rp 40.000 x 3 = 120.000

(ZHR)

C. UTANG BERBUNGA DALAM JANGKA PENDEK


Utang jangka pendek adalah suatu pinjaman uang sebagai kewajiban yang wajib
dibayarkan dan sifatnya untuk keperluan dana darurat. Selain itu, utang ini juga
mempunyai jatuh tempo dalam jangka waktu kurang dari 12 bulan.
Berdasarkan ilmu akuntansi, utang jangka pendek adalah seringkali disebut liabilitas
lancar. Sedangkan dalam dunia bisnis, tambahan dana dari utang sudah biasa
dilakukan oleh para pemilik usaha baik itu perusahaan kecil, menengah, hingga
berskala besar.Untuk melunasi utang jangka pendek, langkah pertama yang biasanya
dilakukan perusahaan adalah melakukan perhitungan atas kepemilikan aset atau
aktiva perusahaan.
Perbedaan Utang Jangka Pendek dan Utang Jangka Panjang
Perbedaan antara kedua jenis utang ini sangat terlihat dari segi cara pelunasan, fungsi, dan bentuk
pinjamannya. Utang jangka panjang memiliki jangka waktu pelunasan yang cukup panjang yaitu bisa
lebih dari 1 tahun.
Sementara untuk utang jangka pendek, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya memiliki jangka waktu
pelunasan cenderung singkat. Dalam kasusnya, perusahaan yang memiliki utang jangka pendek
mempunyai kewajiban untuk sesegera mungkin melunasinya kepada lembaga atau orang yang
memberikan pinjaman. 
Selain itu, dalam utang jangka panjang terdapat banyak syarat yang wajib diberikan terlebih dahulu
sebagai bentuk jaminan. Sementara itu, untuk utang jangka pendek, tidak diperlukan berbagai macam
syarat yang spesifik.

Ciri-ciri Utang Jangka Pendek


Utang pendek biasanya mengacu pada kewajiban atau pinjaman uang yang harus dibayarkan dan bersifat
dana darurat. Pada umumnya, jenis utang ini memiliki tanggal jatuh tempo kurang dari 12 bulan. Suatu
transaksi dapat disebut sebagai utang jangka pendek, jika memenuhi ciri-ciri sebagai berikut:
 Pembayaran jenis utang ini harus segera dilunasi, oleh karena itu, utang ini juga mempunyai jatuh
tempo yang telah disepakati bersama antara perusahaan dan pemberi pinjaman dalam waktu
kurang dari 1 tahun.
 Utang jangka pendek memiliki jumlah nominal yang jelas.
 Utang jenis ini tersedia dalam 2 macam yaitu yang memiliki bunga dan tidak berbunga,
tergantung kebijakan yang diberlakukan oleh pemberi pinjaman.
 Utang jangka pendek biasanya tidak perlu disertakan dengan jaminan.

Jenis-Jenis Utang Jangka Pendek


Selanjutnya, kamu juga perlu mengetahui beberapa jenis dari utang jenis ini, berikut 5 jenis yang
termasuk utang jangka pendek contohnya:

1. Utang wesel
Utang wesel adalah sebuah pinjaman yang dilakukan oleh seseorang atau perusahaan dengan
menggunakan sebuah bukti secara tertulis yaitu surat wesel. Dalam surat tersebut, debitur dan kreditur
tidak memerlukan syarat apapun serta jaminan yang akan digunakan.

2. Utang dagang
Utang dagang adalah salah satu jenis pinjaman uang dimana pelunasannya dilakukan dalam waktu yang
cukup singkat. Jenis utang ini terjadi bila suatu perusahaan atau seseorang melakukan pinjaman atau
kredit untuk mendapatkan jasa atau barang tertentu.

3. Dividen
Selanjutnya ada dividen yang merupakan jenis utang yang akan diberikan bagi investor.  Investor tersebut
adalah seseorang yang modalnya dihutangi untuk kebutuhan perusahaan. Sistem pelunasannya yaitu
berupa pembagian keuntungan.
4. Pendapatan diterima di muka
Pendapatan diterima dimuka adalah perusahaan mendapatkan sebagian pelunasan sebelum barang atau
jasa ada di tangan konsumen. Jenis utangnya merupakan barang atau jasa yang harus dikirimkan sesuai
dengan pesanan.

5. Utang biaya
Terakhir, utang biaya yaitu berasal dari pengakuan akuntansi atas biaya yang sudah terjadi, namun biaya
tersebut tak kunjung dilunasi perusahaan. Adapun beberapa macam utang biaya diantaranya insentif,
D. PROVISI DAN KONTINJENSI
Berdasarkan PSAK 57, provisi didefinisikan sebagai liabilitas yang waktu dan
jumlahnya belum pasti. Provisi diakrualkan dengan membebankannya ke beban dan
kewajiban serta dicatat hanya jika memenuhi tiga kondisi yaitu:

Entitas memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum maupun bersifat


konstruktif) sebagai akibat peristiwa masa lalu,
Kemungkinan besar penyelesaian kewajiban tersebut mengakibatkan arus keluar
sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi,
Jumlah kerugian dapat diestimasi secara layak. Estimasi yang layak dilihat dari
pengalaman, nasehat pengacara dan lain-lain.
Sedangkan kontinjensi didefinisikan sebagai kewajiban kini yang timbul sebagai
akibat peristiwa masa lalu, tapi tidak diakui karena tidak terdapat kemungkinan besar
entitas mengeluarkan sumber daya untuk menyelesaikan kewajibannya; atau jumlah
kewajiban tersebut tidak dapat diukur secara andal.

Jika besar kemungkinan bahwa kewajiban kini belum ada pada akhir periode
pelaporan, entitas mengungkapkan (disclose) kewajiban kontinjensi. Selain
kewajiban kontinjensi, terdapat pula yang dinamakan aset kontinjensi, klaim atau hak
untuk menerima aset yang keberadaannya tidak pasti tapi pada akhirnya mungkin jadi
sah. Contoh aset kontinjensi yang paling umum itu berkaitan dengan penerimaan
yang mungkin atas uang dari hadiah, sumbangan, bonus, kemungkinan pengembalian
dana dari pemerintah atas kelebihan pajak, penundaan kasus pengadilan yang
hasilnya mungkin menguntungkan, dan kerugian pajak yang mungkin dikompensasi
ke depan. Aset kontinjensi ini tidak perlu diakui, hanya di-disclose saja, sama seperti
kewajiban kontinjensi.

Nah untuk mencatat biaya jaminan ini, perusahaan menggunakan dua metode dasar
akuntansi yaitu metode dasar kas & metode akrual. Untuk metode dasar kas biaya
jaminan (warranty expense) dicatat sebagai beban pada saat penjual mengeluarkan
kas untuk menepati jaminan itu. Metode kas ini diwajibkan apabila kewajiban
jaminan tidak diakrualkan pada tahun penjualan karena tidak mungkin bahwa
kewajiban telah terjadi atau jumlah kewajiban tidak dapat diestimasi dengan layak.
Untuk metode akrual digunakan jika pelanggan mengajukan klaim menurut jaminan
yang berhubungan dengan barang/jasa yang telah dijual. Menurut metode akrual,
biaya jaminan dibebankan ke beban operasi pada tahun penjualan.
E. PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN
Pada dasarnya dalam dunia bisnis perusahaan pasti pernah terlibat dalam situasi
dimana terjadi ketidakpastian. Hal ini bisa berupa kewajiban untuk mentransfer
kas atau aset yang lain telah timbul atau berapa jumlah yang akan diminta untuk
melunasi suatu kewajiban. Contoh ketidakpastian misalnya ada perusahaan yang
terkena kasus hukum, tapi pada 31 Desember atau saat tutup buku belum jelas
apakah perusahaan harus membayar denda atau terbebas dari tuntutan. Adanya
ketidakpastian seperti contoh di atas membuat perusahaan harus membuat sebuah
provisi atau kontinjensi.
Provisi diakrualkan dengan membebankannya ke beban dan kewajiban serta
dicatat  hanya jika memenuhi tiga kondisi yaitu:
- Entitas memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum maupun bersifat
konstruktif) sebagai akibat peristiwa masa lalu,
- Kemungkinan besar penyelesaian kewajiban tersebut mengakibatkan arus
keluar sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi,
- Jumlah kerugian dapat diestimasi secara layak. Estimasi yang layak dilihat
dari pengalaman, nasehat pengacara dan lain-lain.
Sedangkan kontinjensi didefinisikan sebagai kewajiban kini yang timbul
sebagai akibat peristiwa masa lalu, tapi tidak diakui karena tidak terdapat
kemungkinan besar entitas mengeluarkan sumber daya untuk menyelesaikan
kewajibannya; atau jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur secara
andal:
- Probable atau kemungkinan keterjadian sangat tinggi, dalam kondisi ini
perusahaan mencatat provisi.
- Reasonably possible atau peluang kejadian masa depan terjadi lebih besar
dari pada kemungkinan tidak terjadi, namun masih di bawah tingkat
kemungkinan probable. Dalam kondisi ini, perusahaan
melakukan disclosure kewajiban kontinjensi.
- Remote yaitu peluang dimana kejadian masa depan terjadi sangat kecil
sehingga tidak perlu diungkapkan.

Contoh yang pertama adalah perkara pengadilan dan klaim. Perkara pengadilan dan klaim biasanya sulit
untuk ditentukan nilai rupiah yang akan ditanggung oleh perusahaan. Untuk itu biasanya kasus ini hanya
perlu di-disclose tanpa mengakui kewajiban diestimasi. Untuk menentukan harus di-disclose atau tidak,
ada bebrapa faktor yang harus diperhitungkan,
 Periode waktu dimana penyebab tindakan yang mendasari terjadi.
 Probabilitas hasil yang tidak menguntungkan.
 Kemampuan untuk membuat estimasi yang layak atas jumlah kerugian.
jaminan yang telah dikeluarkan dan jurnal tambahan dr. Warranty expense, cr. Warranty liability senilai
sisa estimasi biaya jaminan yang belum terealisasi.

II. LIABILITAS JANGKA PANJANG


A. PENGAKUAN AWAL DAN PENGUKURAN (OBLIGASI DAN WESEL BAYAR)
Terdapat 2 (dua) klasifikasi liabilitas keuangan yaitu :
1.      Liabilitas yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi
2.      Liabilitas lainnya
Liabilitas diukur menggunakan nilai wajar pada saat pengakuan awalnya. Liabilitas yang diakui
pada nilai wajar melalui laba rugi merupakan liabilitas jangka pendek sedangkan liabilitas
lainnya dapat merupakan liabilitas jangka pendek atau liabilitas jangka panjang. Untuk
menghitung nilai kini digunakan tingkat suku bunga pasar sedangkan untuk mrnghitung bunga
digunakan tingkat bunga kupon .
PENERBITAN OBLIGASI
Harga wajar liabilitas (harga jual) dapat berbeda dari nilai nominalnya. Apabila harga jual
lebih tinggi dari nilai nominal maka liabilitas dijual dengan harga premium sedangkan
apabila harga jual lebih rendah dari nominal maka dijual dengan diskon. Perbedaan tersebut
timbul apabila tingkat suku bunga efektif berbeda dengan tingkat suku bunga kupon.
- Tingkat suku bunga efektif < Tingkat bunga kupon     Liabilitas dijual
pada harga premium
- Tingkat suku bunga efektif = Tingkat bunga kupon      Liabilitas dijual
pada harga nominal
- Tingkat suku bunga efektif > Tingkat bunga kupon      Liabilitas dijual
pada harga diskon
Contoh Penerbitan Obligasi
Pada tanggal 1 januari 2015 PT Seruni menerbitkan obligasi dengan nilai nominal
Rp.100.000.000 dan ringkat bunga kupon 10% yang dibayar semesteran tiap tanggal 1
januari dan 1 juli. Tingkat bunga efektif adalah 8%. Obligasi tersebut jatuh tempo pada
tanggal 1 januari 2020. PVIF anuitas = 8.1109 dan PVIF single sum = 0.6756
          Harga obligasi
            Nilai sekarang dari pokok utang :
                        Rp.100.000.000 x 0.6756                               = Rp.67.500.000
          Nilai sekarang dari bunga :
                        (Rp. 100.000.000 x 10% x 6/12) x 8.1109      = Rp. 40.554.000
            Total                                                                               Rp.  108.114.000
            Obligasi djual pada harga premium,
Keterangan Debit Kredit
Kas Rp.108.114.000 -
Utang Obligasi - Rp. 100.000.000
Premium Obligasi - Rp. 8.114.000

PENERBITAN WESEL BAYAR


Perlakuan akuntansi untuk utang obligasi dan wesel bayar relatif sama yaitu wesel bayar
dinilai sebesar nilai kini dari arus kas pembayaran di masa depan (baik pokok maupun
bunga)
Penerbit Secara Tunai
Tingkat bunga yang akan digunakan untuk perhitungan amortisasi adalah tingkat bunga
yang menyebabkan nilai kini dari pembayaran kas di masa depan sama dengan kas yang
diterima saat ini.
Penerbitan Wesel Bayar – Tunai
PT. Doha menerbitkan wesel bayar dengan nilai nominal Rp.100.000.000 yang akan
jatuh tempo 3 tahun yang akan datang PT Doha menerima Rp.86.383.760.
Rp.100.000.000 / (1 + i)3 = Rp.86.383.760.
i= 5% , tingkat bunga sebesar 5% akan digunakan untuk mengamortisasi diskonto yang
timbul.
Penerbitan Secara Non- tunai
Wesel bayar dicatat sebesar nilai wajar barang/ jasa tersebut atau nilai kini dari wesel
bayar menggunakan tingkat bunga pasar. Jika nilai tersebut berbeda dengan nilai nominal
wesel bayar, maka entitas mencatat diskonto atau premium.
Penerbitan Wesel Bayar – Non Tunai
PT Milu membeli mesin yang mempunyai nilai pasar Rp..126.000.000. dan menerbitkan
wesel bayar atas pembelian tersebut, wesel bayar tersebut mempunyai nilai nominal
Rp.150.000.000. tanpa bunga dan jangka wakltu 3 tahun
Keterangan Debit Kredit
Mesin Rp.126.000.000 -
Diskon Wesel Bayar Rp.24.000.000 -
Wesel Bayar - Rp. 150.000.000

Penerbitan Secara Tunai dan Hak Tertentu


Sebagai kompensasidari tingkat bunga tersebut entitas memberikan hak tertentu kepada pembeli
wesel bayar misalnya entitas setuju menjual barang dagangan ke pembeli dengan harga yang
lebih murah dari harga jual normal barang tersebut. Entitas harus mengakui selisih (diskonto)
antara kas yang diterima dan nilai kini dari wesel bayar menggunakan tingkat bunga pasar
sebagai pendapatan diterima di muka.
Contoh 12.5 Penerbitan Wesel Bayar – Tunai dan Hak Tertentu
PT Kapuas menerbitkan wesel bayar tidak berbunga jangka waktu 3 tahun dengan nilai
nominal Rp.200.000.000 kepada PT. Banjar. Entitas menerima kas sebesar
Rp.200.000.000. dari penerbitan tersebut tingkat bunga pasar untuk wesel yang sejenis
adalah 8%. Entitas setuju untuk menjual barang dagangan senilai Rp.750.000.000.
dengan harga jual normal barang tersebut.
            Nilai kini wesel bayar = Rp.200.000.000 / (i + 8%)3 = Rp. 158.766.448.
            Diskonto wesel bayar = Rp.200.000.000. – Rp.158.766.448 = Rp.41.233.552.
Keterangan Debit Kredit
Kas Rp.200.000.000 -
Diskonto Wesel Bayar Rp.41.233.552 -
Wesel Bayar - Rp. 200.000.000
Pendapatan DDM - Rp.41.233.552
Diskonto diamortisasi menggunakan tingkat bunga 8% sedangakan pendapatan dibayar
dimuka diamortisasi proposional berdasarkan penjualan barang dagang.  Jika pada tahun
pertama PT. Banjar membeli barang dagangan dari PT.Kapuas senilai Rp.250.000.000.
maka penjualan yang diakui di tahun pertama sebesar Rp.13.744.517
(Rp..41233.552  x  250/750) dan amortisasi diskonto sebesar Rp.3.298.684
(Rp.41.233.552 x 8%)
Ayat jurnal pada akhir tahun pertama adalah :
Keterangan Debit Kredit
Pendapatan DDM Rp.13.744.517 -
Penjualan Rp.13.744.517

Beban bunga Rp. 3.298.684 -


Diskonto Wesel Bayar - Rp. 3.298.684

Instrumen Keuangan Majemuk


Instrumen Keuangan Majemuk adalah instrumen keuangan yang mempunyai komponen
liabilitas dan komponen ekuitas. Contoh : dari instrumen keuangan majemuk adalah
obligasi konversi. Menerbitkan obligasi konversi secara substansi sama dengan
menerbitkan obligasi nonkonversi dan opsi untuk membeli saham.
Contoh 12.6 Obligasi Konversi
Pada tanggal 1 Maret 2015 PT Kartika menerbitkan 5.000 lembar olbigasi konversi
dengan nilai nominal Rp.100.000/ lembar. Jangka waktu jatuh tempo obligasi tersebut
adalah 5 tahun dan tingkat bunga sebesar 8 % . nilai wajar dari obligasi yang serupa tanpa
elemen konversi adalah Rp.460.000.000. pada tanggal 1 Maret 2015. PT Kartika harus
memisahkan nilai obligasi konversi menjadi komponen liabilitas dan komponen ekuitas
sebagai berikut :
            Nilai obligasi koversi (5.000 x Rp.100.000)               Rp.500.000.000
    Nilai wajar komponen liabilitas                                   Rp.460.000.000
   Nilai komponen ekuitas                                              Rp.40.000.000

B. PENGUKURAN SETELAH PENGAKUAN AWAL


Pengukuran liabilitas jangka panjang setelah pengakuan awal adalah menggunakan biaya
perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Premium yang timbul
pada saat pengakuan awal diamortisasi selama jangka waktu liabilitas jangak panjang
menurunkan (meningkatkan) beban bunga yang diakui sehingga total beban bunga
mencerminkan suku bunga efektif

Perhitungan Amortisasi
Melanjutkan pada contoh untuk menentukan biaya perolehan diamortisasi, serta beban
bunga dan jumlah amortisasi premium tiap preiode, maka perlu dibuat table amortisasi
sebagai berikut:

(1) (2) (3) (4)


Amortisasi Premium
Bunga Dibayar Beban bunga premium Belum Nilai tercatat
Periode Diamortisasi
10% x 6/12 x 8% x 6/12 x (1)- (2) (4) – (3) (nilai nominal
Rp.100.000.000 Nilai Tercatat + (4))
1 jan2015 8.114.000 108.114.000
1 juli2015 5.000.000 4.324.560 657.440 7.438.560 107.438.560
1 jan2016 5.000.000 4.297.542 702.458 6.736.102 106.36.102
1 juli2016 5.000.000 4.269.444 730.556 6.005.546 106.005.546
1 jan2017 5.000.000 4.240.222 759.778 5.245.768 105.245.768
1 juli2017 5.000.000 4.209.831 790.169 4.455.599 104.455.599
1 jan2018 5.000.000 4.178.224 821.776 3.633.823 103.633.823
1 juli2018 5.000.000 4.145.353 854.647 2.779.176 102.779.176
1 jan2019 5.000.000 4.111.167 888.833 1.890343 101.890.343
1 juli2019 5.000.000 4.075.614 924.386 965.957 100.965.957
1 jan2020 5.000.000 4.034.043 965.957 0 100.000.000
C. PENGEHENTIAN PENGAKUAN
Entitas menghentikan pengakuan (mengeluarkan dari laporan posisi keuangan) jika
kewajiban yang ditetapkan dalam kontrak dilepaskan atau dibatalkan kedaluwarsa
Penghentian Pengakuan Keseluruhan dan Sebagian
Liabilitas keuangan dihentikan pengakuannya jika debitur melepaskan liabilitas tersebut
dengan membayar kreditur (baik menggunakan kas, aset keuangan, barang, atau jasa
lainnya)
Penghentian Pengakuan
PT Kirana meminjam uang dari bank sebesar Rp.1.000.000.000 kesulitan keuangan yang
dihadapi perusahaan membuat perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban terkait pinjaman
bank tersebut. Perusahaan memutuskan untuk melakukan negosiasi dengan bank dan berhasil
memperoleh kesepakatan pelunasan pinjaman dengan  menyerahkan proporti milik perusahaan
dengan nilai pasar Rp.900.000.000 untuk melunasi seluruh pinjaman. Nilai tercatat property
tersebut di pembukuan perusahaan sebesar Rp.940.000.000
            Keuntungan yang diakui perusahaan dari pelunasan tersebut sebesar
Rp.1.000.000.000 dikurangi nilai wajar property Rp.900.000.000 yaitu Rp.100.000.000.
Perusahaan juga mencatat kerugian dari pelepasan properti sebesar selisih nilai wajar dan
nilai tercatat properti yaitu rugi sebesar Rp.40.000.000.
Keterangan Debit Kredit
Utang Bank 1.000.000.000 -
Kerugian Pelepasan Properti 40.000.000 -
Properti - 940.000.000
Keuntungan Pelunasan Utang - 100.000.000
Bank

Jika entitas membeli kembali atau melunasi hanya sebagian dari liabilitas keuangan,
maka entitias mengalokasikan nilai tercatat dari liabilitas keuangan berdasarkan nilai
relatifnya pada bagian yang tetap diakui dan bagian yang dihentikan pengakuannya.
Contoh 12.10 Penghentian Pengakuan – Sebagian Liabilitas Kuangan
PT Medan menerbitkan obligasi pada tanggal 1 januari 2015 dengan nilai par
Rp.500.000.000. tingkat bunga 10% dan jangka waktu 5 tahun. Bunga terutang
semesteran tiap tanggal 30 Juni dan 31 Desember. Obligasi tersebut dijual pada nilai par-
nya. Perusahaan mengeluarkan biaya penerbitan sebesar Rp.10.000.000.

Tanggal Pembayaran bunga Beban Bunga Nilai Tercatat


1 Januari 2015 490.000.000
30 Juni 2015 25.000.000 23.761.973 491.238.027
31 Desember 2015 25.000.000 23.822.009 492.416.018
30 Juni 2016 25.000.000 23.879.135 493.536.883
31 Desember 2016 25.000.000 23.933.490 494.603.393
30 Juni 2017 25.000.000 23.985.209 495.618.184
31 Desember 2017 25.000.000 24.034.420 496.583.764
30 Juni 2018 25.000.000 24.081.245 497.502.520
31 Desember 2018 25.000.000 24.125.799 498.376.721
30 Juni 2019 25.000.000 24.168.192 499.208.529
31 Desember 2019 25.000.000 24.208.530 500.000.000

III. EKUITAS/MODAL DISETOR


A. PERSEROAN TERBATAS
Berdasarkan Pasal 33 Ayat 1 UU PT dan Pasal 4 PP 8/2021, minimal 25% dari modal
dasar harus ditempatkan dan disetor penuh dengan bukti penyetoran yang sah. Bukti
penyetoran yang sah wajib disampaikan secara elektronik kepada Menteri Hukum dan
HAM dalam waktu paling lama 60 hari terhitung sejak tanggal akta pendirian perusahaan
atau pengisian pernyataan pendirian untuk perusahaan perorangan.
Modal Disetor
Modal disetor adalah modal yang sudah dimasukkan pemegang saham sebagai pelunasan
pembayaran saham yang diambilnya sebagai modal yang ditempatkan dari modal dasar
perusahaan. Mudahnya, modal disetor adalah saham yang telah dibayar lunas oleh
pemegang saham. Sama seperti modal ditempatkan, ketentuan modal disetor ini merujuk
kepada Pasal 33 Ayat 1, sehingga minimal 25% dari modal dasar harus telah ditempatkan
dan telah disetor penuh saat mendirikan PT.
 
Contoh
Alvira dan Niken adalah pendiri dari PT Y yang menyetujui modal dasarnya adalah
sebesar Rp200 juta yang terbagi dari 2000 lembar saham. Adapun per lembar saham
nantinya akan bernilai Rp 100 ribu.
Dari modal dasar tersebut, Alvira dan Niken menyanggupi dan mengambil total saham
sebesar Rp150 juta. Maka, Rp150juta merupakan modal ditempatkan yang harus disetor
penuh. Sementara sisa Rp50 juta merupakan saham yang belum ditempatkan atau disebut
sebagai saham portepel. Jika suatu saat PT Y membutuhkan modal tambahan, maka Rp50
juta dapat diambil/dibayarkan oleh pemegang saham existing atau pemegang saham baru.
Alvira dan Niken kemudian melakukan penyetoran sebesar Rp50 juta, berarti ada sisa
yang belum dilunasi sebesar Rp100 juta. Sisa tersebut harus sudah dibayarkan secara
lunas saat pendirian PT. Penyetoran secara mengangsur tidak dimungkinkan dan semua
modal yang ditempatkan harus sudah disetor penuh saat PT didirikan.

B. EKUITAS PT
Ekuitas perusahaan adalah sejumlah uang yang akan dikembalikan kepada
pemilik perusahaan atau para pemegang saham jika seluruh aset perusahaan
dicairkan dan seluruh hutangnya dilunaskan.

Ekuitas ini biasanya disajikan pada neraca keuangan pada bisnis tersebut. Nilai
ekuitas merupakan nilai yang paling sering digunakan untuk menentukan tingkat
kesehatan suatu entitas bisnis. Nilai buku suatu perusahaan juga dapat diwakili
dengan ekuitas pemilik atau pemegang sahamnya.
Jenis-jenis Ekuitas
Ekuitas pada bisnis dibagi menjadi dua jenis, yaitu ekuitas pemegang saham dan
ekuitas pemilik.

1. Ekuitas Pemegang Saham


Ekuitas pemegang saham adalah jumlah nilai aset yang diberikan kepada para
pemegang saham suatu perusahaan, setelah dikurangi dengan hutang-hutang atau
kewajiban lainnya.

2. Ekuitas Pemilik
Ekuitas pemilik adalah besarnya kepemilikan seorang pemilik atas bisnis terkait.
Ekuitas pemilik biasanya berlaku untuk bisnis kecil. Perhitungan ekuitas pemilik
serupa dengan ekuitas pemegang saham, yakni besarnya aset dikurangi dengan
nilai kewajiban bisnis tersebut.

Contoh-contoh Ekuitas Perusahaan


Berikut adalah contoh-contoh ekuitas berdasarkan pos-pos atau akun-akunnya:

Saham biasa
Saham biasa merupakan ekuitas bisnis yang mencerminkan modal atau investasi
awal yang disetorkan. Ekuitas ini memberikan hak kepada pemilik atau pemegang
saham untuk memiliki aset-aset tertentu. Pemegang saham biasa memiliki
kewajiban-kewajiban, termasuk memilih direksi dan pejabat yang berwenang,
serta merumuskan prosedur dan kebijakan perusahaan.

Saham preferen
Berbeda dari saham biasa, pemilik saham preferen hanya memiliki sedikit
kewajiban dan tidak memiliki hak untuk memilih. Namun demikian, mereka
biasanya memiliki hak klaim atas aset dan pendapatan perusahaan yang lebih dari
hak pemegang saham biasa.

Saham treasury
Contoh pos ekuitas bisnis yang lain adalah saham treasury. Saham jenis ini
digunakan untk membeli kembali saham-saham dari pemegang saham biasa. Nilai
saham ini biasanya negatif dan direpresentasikan dalam pembukuan sebagai
pengurangan atas total nilai ekuitas.

Pendapatan yang disimpan


Saldo laba—atau pendapatan yang disimpan—adalah jumlah total pendapatan
yang diperoleh suatu bisnis, dikurangi seluruh dividen yang dibayarkan kepada
para pemegang saham. Intinya, pendapatan ini adalah pendapatan bersih yang
Anda sebagai pemilik bisnis peroleh dan tidak dibayarkan kepada pemegang
saham.

Tambahan modal yang dibayarkan


Ekuitas bisnis jenis ini diperoleh dari tambahan investasi yang disetorkan oleh
para pemegang saham, di luar nilai saham pokok mereka. Pos ekuitas ini disebut
juga kontribusi surplus, yang biasanya jauh lebih tinggi dari pos-pos ekuitas
lainnya. Nilai ekuitas ini dapat berubah sesuai dengan untung-rugi yang diperoleh
perusahaan dari penjualan saham.

Pentingnya Ekuitas Dalam Suatu Perusahaan


Nilai ekuitas sebuah perusahaan mencerminkan nilai buku perusahaan tersebut.
Nilai ini merupakan salah satu faktor yang menentukan harga saham perusahaan
tersebut.

Namun demikian, tidak jarang kita menemukan harga saham yang lebih tinggi
dari nilai ekuitas per saham suatu perusahaan. Harga saham yang lebih tinggi ini
mengindikasikan bahwa para investor meyakini bahwa perusahaan tersebut
memiliki prospek baik di masa yang akan datang.

Misalnya, PT QRST memiliki satu juta saham dengan nilai ekuitas


Rp8.000.000.000,- sebagaimana tertera pada neraca keuangan perusahaan
tersebut. Anda akan mengira bahwa harga saham perusahaan tersebut adalah
Rp8.000,-.

Di bursa saham, saham PT QRST diperdagangkan pada angka Rp.14.500,- per


saham. Artinya, nilai pasar PT QRST, yaitu Rp14.500.000,-, jauh lebih tinggi dari
ekuitas perusahaan tersebut. Hal ini merupakan implikasi dari penilaian positif
para investor atas performa perusahaan tersebut di masa yang akan datang.

C. SAHAM BIASA

saham biasa adalah surat berharga komersial dalam bentuk piagam atau sertifikat


hak milik yang memberikan pemegangnya bukti atas hak-hak dan kewajiban
menyangkut andil kepemilikan dalam hal laba suatu perusahaan tanpa batas.
Saham biasa mempunyai sifat kebalikan dari saham preferen dalam hal
pengambilan suara, pembagian dividen dan hak-hak yang lain.[1] Saham biasa
pada umumnya memiliki hak untuk memilih. Pemegang saham biasa dapat
memengaruhi kebijakan perusahaan melalui proses pengambilan suara dalam
pembuatan tujuan dan kebijakan, pemisahan saham dan
memilih direktur perusahaan. Pemegang saham biasa mempunyai keuntungan
dalam bentuk dividen dan keuntungan modal.
Saham biasa terbagi menjadi beberapa jenis yaitu:

1. Saham unggulan, merupakan saham dari perusahaan yang secara nasional telah
diakui. Selain itu, perusahaan pemilik saham memiliki sejarah laba, pertumbuhan,
dan manajemen perusahaan yang berkualitas..
2. Saham pertumbuhan, merupakan saham-saham yang memiliki peluang untuk
memberikan pertumbuhan laba yang lebih besar dibandingkan dengan rerata
saham-saham lain. Saham pertumbuhan mempunyai perbandingan harga saham
yang tinggi.
3. Saham defensif, merupakan saham yang cenderung lebih stabil dalam masa resesi
atau perekonomian yang tidak menentu. Saham defensif berkaitan
dengan dividen, pendapatan, dan kinerja pasar. Perusahaan yang mempunyai
saham defensif umumnya memiliki produk yang merupakan kebutuhan
primer bagi publik. Jenis perusahaan ini umumnya memiliki
produk makanan dan minuman.
4. Saham siklis, merupakan sekuritas yang nilainya cenderung naik secara cepat
ketika kegiatan ekonomi sedang ramai. Sedangkan ketika kegiatan ekonomi
sedang sepi, nilai sekuritasnya juga menurun. Contoh saham siklis ialah pabrik
mobil dan perumahan. Saham yang bukan jenis saham siklis meliputi saham-
saham perusahaan yang memproduksi barang-barang kebutuhan primer yang
tidak memperoleh dampak dari perubahan kondisi ekonomi. Contohnya ialah
makanan dan obat-obatan.
5. Saham musiman, merupakan saham perusahaan yang penjualannya beragam
danmengikuti keadaan tiap musim. Jenis saham ini umumnya dipengaruhi oleh
kondisi cuaca dan liburan. Jenis saham ini umumnya pada produk mainan anak-
anak dan pada produk hari raya keagamaan.
6. Saham spekulatif, merupakan saham yang nilainya bergantung kepada spekulasi
yang sangat tinggi. Pada saham spekulatif, tingkat pengembalian sangat rendah
dan bersifat negatif. Jenis saham ini umumnya digunakan pada pertambangan.
D. SAHAM PREFEREN
Preferred stock atau saham preferen adalah saham yang memiliki
karakteristik dari saham biasa dan obligasi. Saham Preferen menghasilkan
pendapatan tetap seperti bunga obligasi. Bisa dibilang, saham preferen
merupakan saham di mana para pemegang sahamnya memiliki hak yang
lebih tinggi dari pemegan saham biasa atau common stock.
Saham Preferen memiliki beberapa persamaan dengan obligasi, antara lain:

 Adanya klaim atas laba dan aktiva sebelumnya


 Dividen akan tetap selama masa berlaku saham
 Dapat ditukar dengan saham biasa

Selain itu, saham preferen juga cukup jarang ditransaksikan karena penyedia saham
preferen jarang di Indonesia. Para pemegang saham preferen pada umumnya juga tidak
memiliki hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

Keuntungan Saham Preferen

Karena merupakan saham yang memiliki hak lebih tinggi dari saham biasa, saham
preferen memiliki beberapa keuntungan yang tidak dimiliki oleh pemegang saham biasa.
Berikut adalah beberapa keuntungan yang didapatkan ketika Anda menjadi seorang
pemegang saham preferen:

1. Memiliki hak lebih tinggi dari pemegang saham biasa


2. Pembagian dividen dengan sistem akumulasi untuk tahun berikutnya yang
dibagikan secara bersamaan di akhir tahun (cumulative preference share)
3. Memiliki prioritas atas keuntungan yang didapatkan oleh perusahaan yang masih
tersisa (participating preference share)
4. Nilai dividen yang lebih besar dari pemegang saham biasa
5. Perusahaan yang melakukan likuiditas akan memberikan hasil investasi kepada
para pemegang saham preferen terlebih dahulu

Contoh Saham Preferen

Biasanya, perusahaan yang memiliki saham preferen memiliki kode huruf P di belakang
kode emitennya. 

E. SAHAM TREASURI

Saham treasuri adalah saham yang dibeli kembali oleh manajemen perusahaan dari pasar dengan
tujuan tertentu, misalnya ketika harga saham perusahaan tersebut sedang turun drastis.

Pengertian lainnya, saham treasuri atau treasury stock merupakan saham perseroan yang


diperoleh kembali oleh perseroan. Saham treasuri ini saham biasa yang dikeluarkan untuk
investor dan kemudian dibeli kembali oleh perusahaan atas nama perusahaan itu sendiri.
Alasan kenapa suatu emiten melakukan saham treasuri atau pembelian kembali saham yang
beredar:

 Menjualnya kembali ke pegawai perusahaan.


 Mendongkrak harga saham.
 Membagikannya sebagai dividen.
 Menukar surat-surat berharga yang dimiliki oleh perusahaan lain.
Tujuan utama perusahaan melakukan saham treasuri adalah sebagai salah satu upaya menjaga
harga saham agar tidak turun terlalu dalam. Pembelian saham kembali itu (buyback) biasanya
turut didorong oleh otoritas terkait seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam situasi tertentu
seperti market crash.
Saham treasuri bisa bersifat sementara waktu atau selamanya. Namun, pada umumnya, saham ini
bersifat sementara. Saham treasuri ini sebenarnya tidak dipegang selamanya oleh perusahaan.
Dengan kata lain, perusahaan suatu saat akan melepas kembali saham treasuri tersebut kepada
publik.

Jadi, saat saham treasuri itu dilepas kepada publik, perusahaan akan mendapatkan kas tambahan
dari hasil penjualan saham treasuri. Bagi perusahaan, penjualan itu akan meningkatkan kas yang
dapat digunakan untuk berbagai keperluan.

Dalam contoh kasus sudah ada beberapa contoh emiten besar di Indonesia yang telah melakukan
saham treasuri guna untuk mencegah penurunan harga saham atau meningkatkan harga saham.
Tapi sebelum itu, ketahui dulu ilustrasi saham treasuri berikut ini agar kamu bisa memahami apa
itu saham treasuri secara lebih mendalam melalui contoh ilustrasinya berikut ini:

Pada tahun 2019, perusahaan MAJU JAYA melakukan IPO dengan melepas 40% sahamnya
kepada publik. Jadi, perusahaan MAJU JAYA masih memiliki 60% saham.

Namun, pada awal tahun 2021, pasar saham mengalami gejolak, terutama sektor industri yang
digeluti oleh perusahaan MAJU JAYA. Mengakibatkan harga saham perusahaan MAJU JAYA
jadi terjun bebas.

Manajemen menilai bahwa salah satu upaya untuk menekan penurunan harga saham adalah
dengan cara pembelian kembali saham (buyback).

Manajemen perusahaan MAJU JAYA bisa saja tak membeli 40% sahamnya yang dimiliki oleh
publik. Perusahaan MAJU JAYA mungkin saja hanya membeli sebagian, misalnya 5% saham
yang beredar di pasar.

Nah, saham sebanyak 5%/40% jika perusahaan MAJU JAYA membeli seluruh saham yang
beredar di publih yang dibeli kembali itulah yang dimaksud dengan saham treasuri

IV. EKUITAS

A. KOMPONEN EKUITAS
Agar tidak mengalami kebangkrutan maka perusahaan sudah seharusnya menjaga
nilai ekuitasnya. Nah, karena itulah sebaiknya setiap orang yang akan merintis
usaha mengetahui apa saja komponen ekuitas tersebut. Inilah beberapa komponen
yang terdapat dalam ekuitas.

1. Modal Yang Disetorkan


Maksud dari modal yang disetor adalah besarnya modal atau aset yang diserahkan
oleh pemilik usaha ataupun investor dalam jumlah tertentu. Penyetoran modal
tersebut bertujuan untuk menjalankan usaha ataupun mengembangkannya. Jenis
modal yang disetorkan ini ada 2 yaitu :
a.Modal saham yaitu jumlah lembar saham maupun nominal uang yang beredar.
b.Saham agio dan disagio, yaitu selisih antara jumlah modal yang disetorkan
pemegang saham dengan nilai saham tersebut. Disebut saham agio jika selisihnya
di atas nilai nominal sedangkan disagio adalah kondisi sebaliknya.

2. Keuntungan Yang Tidak D ibagikan


Maksud dari keuntungan yang tidak dibagikan yaitu keuntungan yang telah
didapatkan dari tahun-tahun sebelumnya serta tidak dibagikan ataupun tidak
diambil. Keuntungan yang tidak dibagikan ini bukanlah deviden oleh sebab itu
perusahaan harus berusaha untuk mencari cadangan sebagai antisipasi pembagian
dividen. Jika terjadi keuntungan atau laba dengan saldo debit artinya perusahaan
malah mengalami defisit.
3. Modal Penilaian Kembali
Selisih yang terdapat antara modal pada periode sebelumnya dengan periode saat
ini disebut dengan modal penilaian kembali. Perusahaan bisa saja memasukkan
sisa modal periode yang lalu ke dalam modal sekarang agar nilainya lebih
maksimal.
4. Modal Sumbanga
Apakah yang dimaksud dengan modal sumbangan itu? Yaitu nilai aktiva yang
diperoleh perusahaan yang sumbernya dari sumbangan pihak lain. Modal
sumbangan memungkinkan perusahaan tidak mengeluarkan biaya sama sekali
untuk membeli sesuatu ataupun untuk memperoleh aset baru.
5.Modal Lainnya
Modal lainnya yaitu modal yang sumbernya dari berbagai jenis cadangan yang
ada pada perusahaan. Misalnya seperti modal ekspansi, modal persiapan untuk
pelunasan obligasi, cadangan penurunan harga dan sebagainya. Sedangkan jumlah
keuntungan yang tidak dibagikan dan telah dimasukkan ke dalam dana cadangan
tidak bisa diminta kembali sebagai dividen.

B. PENGAKUAN DAN PENGUKURAN EKUITAS


Dalam pengakuan modal/ekuitas biasanya diakui saat pemodal
mentransfer sumber daya kepada perusahaan sebagai imbalan bagian
kepemilikan perusahaan, pengakuan modal biasanya digunakan pada
perusahaan yang berbentuk perseorangan maupun partnership. Modal yang
disetor diakui pada saat penerimaan baik berupa kas ataupun non-kas.Saldo
normal ekuitas berada di sisi kredit. Modal/Ekuitas diukur sesuai dengan
jumlah kas yang diterima. Sementara untuk setoran yang berupa non kas
akan diukur sebesar nilai wajar non-kas pada saat diserahkan, yaitu nilai
oppraisal tanggal yang disetujui dewan komisaris.

Modal/Ekuitas diukur sesuai dengan jumlah kas yang diterima.


Sementara untuk setoran yang berupa non kas akan diukur sebesar nilai
wajar non-kas pada saat diserahkan, yaitu nilai oppraisal tanggal yang
disetujui dewan komisaris

C. PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN


Menurut PSAK No 21, penyajian ekuitas meliputi penyajian dalam
bentuk modal dan saldo laba. Modal disajikan dalam neraca setelah pos
kewajiban. Penyajian ekuitas bertujuan menyediakan informasi tentang
riwayat serta prospek investasi pemilik dan pemegang ekuitas lainnya.
Informasi tentang kewajiaban yuridis perseroan terhdap para pemegang
saham dan pihak lainnya juga merupakan tujuan penyajian ekuitas
pemegang saham. Selain itu, akun ini juga harus disajikan dan dinyatakan
terpisah antara akun modal saham dan laba ditahan, tujuannya yaitu:

Membedakan sumber. Modal yang disetor mencerminkan riwayat modal


sejak berdirinya perseroan, sedangkan laba ditahan terbentuk dari
akumulasi laba.
Dari segi administrasi keuangan, laba ditahan merupakan indikator daya
melaba (earning power). Dari sisi yuridis modal setoran merupakan dana
dasar yang harus tetap dipertahankan untuk menunjukkan perlindungan bagi
pihak lain, dana ini hanya dapat ditarik kembali dalam likuiditas atau dalam
keadaan luar biasa lainnya. Sementara untuk laba ditahan adalah jumlah
yang secara yuridis dapat digunakan untuk pembagian deviden.

Teori Ekuitas

Teori ekuitas adalah teori yang menjelaskan sudut pandang dalam akuntansi
yang berkaitan dengan penyusunan dan penyajian laporan keuangan, dalam
teori ini dipelajari pihak atau siapa yang mempunyai pengaruh kuat atau
dominan dalam pengambilan keputusan perusahaan yang mempengaruhi
laporan keuangan.

Teori Ekuitas
A. Teori Proprietary (Kepemilikan)
Teori ini biasanya digunakan untuk perusahaan perorangan atau firma,
diamana aset bersih perusahaan merupakan aset pemilik modal atau
berhubungan dengan aset pemilik modal itu sendiri. Kepemilikan
merupakan kekayaan bersih bisnis dan dapat direpresentasikan dalam
persamaan akuntansi. 

P=A-L

Dalam hal ini, dimana kepemilikan (ekuitas pemilik) yang merupakan


kekayaan bersih pemilik bisnis adalah sama dengan aset dikurangi
kewajiban. Menurut teori kepemilikan, pendapatan adalah kenaikan dalam
hak pemilik dan beban adalah penurunan.  Teori ini cocok dengan
perusahaan perorangan atau firma diaman harta perusahaan melekat dengan
harta pemilik modalnya. Teori kepemilikan juga merupakan kerangka logis
untuk bentuk organisasi persekutuan, terutama apabila diorganisasikan
menurut undang-undang yang berlaku.

B. Teori Entitas (Kesatuan Usaha)

Teori entitas dirumuskan sebagai tanggapan terhadap kekurangan


pandangan eksklusif mengenai status hukum yang terpisah dari perusahaan.
Teori ini dimulai dengan fakta bahwa perusahaan merupakan entitas yang
terpisah dengan identitasnya sendiri. Pendiri dan pemilik harus
teridentifikasi dengan keberadaan perusahaan itu. 
- Versi tradisional dan teori entitas adalah bahwa perusahaan bisnis
beroperasi untuk kepentingan pemilik modal, mereka yang menyediakan
dana untuk perusahaan.

- Versi terbaru dari teori entitas ini adalah pemilik modal diposisikan hanya
sebagai pemilik dana dan semua keputusan dalam perusahaan menjadi
tanggung jawab manajemen.
C. Teori Ekuitas Residual

Ahli teori akuntansi William Paton menyatakan ekuitas residual sebagai


salah satu dari beberapa jenis ekuitas dalam teori entitas.Teori ini
menyatakan bahwa pemegang saham memiliki saham atau modal di
perusahaan yang memiliki posisi yang sama dengan pemegang saham
lainnya, namun pemegang saham bukanlah pemilik perusahaan. Teori ini
memiliki tujuan untuk memberikan informasi kepada pemegang saham
biasa (bukan pemegang saham pengendali) dalam rangka pengambilan
keputusan.

Aktiva-Ekuitas khusus= Ekuitas Residual

D. Teori Enterprise

Teori perusahaan (enterprise) dari perusahaan adalah konsep yang lebih


lama daripada teori entitas, tetapi kurang didefinisikan dengan baik dalam
lingkup dan aplikasi. Teori ini merupakan pendekatan yang lebih luas dari
teori entitas yang ada, jika dalam teori entitas lain perusahaan merupakan
entitas yang dioperasikan dalam rangka memberikan manfaat bagi
pemegang saham maka dalam teori enterprise perusahaan merupakan entitas
yang dioperasikan dalam rangka memberikan manfaat untuk masyarakat
luas dan semua pihak yang berkepentingan.

E. Teori Dana

Teori ini mengabaikan asumsi hubungan personal yang diasumsikan dalam


reori kepemilikan dan personalisasi perusahaan sebagai suatu unit ekonomi
dari unit legal dalam teori entitas. Selain itu, teori dana memberi ganti
dengan unit operasional atau berorientasi aktivitas sebagai dasar untuk
akuntansi. Teori ini biasanya digunakan pada laporan keuangan
pemerintahan atau badan nirlaba. 

Dimana badan nirlaba dan badan pemerintahan tersebut menggunakan dana


umum baik dari pemerintah maupun dari pihak lain dalam pengelolahan
operasional entitas sehingga tidak memerlukan atau tidak berkepentingan
untuk melaporkan atau mengaitkan jumlah perubahan ekuitas kepada
pemegang saham. Teori dana didasarkan pada persamaan aktiva=
pembatasan aktiva. Aktiva merupakan jasa prospektif pada dana atau unit
operasional. 

Laporan Nilai Tambah (Value Added) sebagai pelengkap laporan keuangan

Nilai tambah pada dasarnya adalah hasil penjuala dikurangi dengan biaya
bahan baku dan jasa pihak luar yang digunakan dalam rangka menciptakan
penghasilan.

Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Tugas Mata


1. Metode Subtractive

NT= HP-BI

NT= Nilai Tambah

HP= Hasil Penjualan

BI=Beban Input (bahan baku atau jasa yang dibeli dari luar perusahaan
yang dipakai untuk menghasilakan penjualan)

2. Metode Additive

NT=BG+ (LO-NP)

BG= Beban gaji dan upah

LO=Laba Operasi (sebelum pajak, bunga dan pos-pos luar biasa)

NP= Beban operasi dan laba yang berasal dari kegiatan non produksi

PSAK terkait Ekuitas

Pengungkapan informasi ekuitas pemegang saham akan sangat dipengaruhi oleh tujuan
penyajian informasi tersebut kepada user laporan keuangan. Tujuan dari pelaporan informasi
ekuitas pemegang saham adalah : Efisiensi dan kepengurusan manajemen Riwayat dan prospek
investasi pemilik Tanggung jawab yuridis pemilik
Untuk mencapainya harus tersedia informasi Sumber ekuitas Pembatasan pembagian dividen dan
likuidasi Batas perlindungan dan urutan penyerapan rugi

Penyajian modal disetor dipisah dari Laba ditahan untuk : 1. membedakan sumber. Modal disetor
mencerminkan riwayat modal sejak berdirinya perseroan, sedangkan laba ditahan terbentuk dari
akumulasi laba. 2. dari segi administrasi keuangan, laba ditahan merupakan indikator daya
melaba (earning power). Dari sisi yuridis modal setoran merupakan dana dasar (basic fund) yang
harus tetap dipertahankan untuk menunjukkan perlindungan bagi pihak lain, dana ini hanya dapat
ditarik kembali dalam likuidasi atau dalam keadaan luarbiasa lainnya. Sementara laba ditahan
adalah jumlah yang secara yuridis dapat digunakan untuk pembagian deviden

V. SEKURITAS DILUSIAN DAN LABA PER SAHAM

A. Laba Per Saham

Tujuan dari PSAK ini yaitu untuk menetapkan prinsip penentuan dan penyajian laba per saham,
sehingga dapat meningkatkan daya banding kinerja antar entitas yang berbeda pada periode
pelaporan yang sama, dan antar periode yang berbeda untuk entitas yang sama.

Ruang lingkup

Pernyataan ini diterapkan pada :

1. Laporan keuangan individual entitas


2. Laporan keuangan konsolidasian suatu kelompok usaha dengan entitas induk

Jika entitas menyajikan laporan keuangan konsolidasian dan laporan keuangan tersendiri yang
disusun sesuai dengan PSAK 65: Laporan Keuangan Konsolidasian dan PSAK 4: Laporan
Kenangan Tersendiri, maka pengungkapan yang disyaratkan oleh Pernyataan ini disajikan hanya
berdasarkan informasi konsolidasian. Entitas yang memilih untuk mengungkapkan laba per
saham berdasarkan laporan keuangan tersendiri menyajikan inforrnasi laba per saham tersebut
hanya dalam laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain. Entitas tidak diperkenankan
menyajikan inforrnasi laba per saham tersebut dalam laporan keuangan konsolidasian.

Saham biasa berhak mendapat bagian laba dalam suatu periode hanya jika saham jenis lain,
seperti saham preferen, telah mendapat bagian laba. Entitas mungkin memililh lebih dari satu
kelas saham biasa. Saham biasa yang mempunyai kelas yang sama memililh hak yang sama
untuk menerima dividen. Contoh instrumen berpotensi saham biasa adalah: (a) liabilitas
keuangan atau instrumen ekuitas, termasuk saham preferen, yang dapat dikonversikan menjadi
saham biasa; (b) opsi dan waran; (c) saham yang akan diterbitkan berdasarkan pada pemenuhan
ketentuan akibat adanya perjanjian kontraktual, seperti pembelian suatu bisnis atau aset lain.

PENGUKURAN

Laba Per Saham Dasar


Entitas menghitung jumlah laba per saham dasar atas laba rugi yang dapat diatribusikan kepada
pemegang saham biasa entitas induk dan, jika disajikan, laba rugi dari operasi yang dilanjutkan
yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham biasa tersebut. Laba per saham dasar dihitung
dengan membagi laba rugi yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham biasa entitas induk
(pembilang) dengan jumlah rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar (penyebut) dalam
suatu periode. Tujuan informasi laba per saham dasar adalah menyediakan ukuran mengenai
kepentingan setiap saham biasa entitas induk atas kinerja entitas selama periode pelaporan.

Laba

Untuk tujuan penghitungan laba per saham dasar, jumlah laba yang dapat diatribusikan kepada
pemegang saham biasa entitas induk terkait dengan: (a) laba rugi dari operasi yang dilanjutkan
yang dapat diatribusikan kepada entitas induk; dan (b) laba rugi yang dapat diatribusikan kepada
entitas induk jumlah pada huruf (a) dan (b) merupalcan jumlah setelah disesuaikan dengan
jumlah divide:: preferen setelah pajak, selisih yang timbul dan penyelesaian saham preferen, dan
akibat lain yang serupa dari saham preferen yang diklasifilcasikan sebagai ekuitas.

Seluruh pos penghasilan dan beban yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham biasa
entitas induk diakui dalam satu periode, termasuk beban pajak dan dividen saham preferen yang
diklasifikasikan sebagai liabilitas diperhitungkan dalam penentuan laba atau rugi periode
berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham biasa entitas induk. Jumlah dividen
saham preferen setelah pajak yang dikuranglcan dari laba rugi adalah: (a) jumlah dividen saham
preferen setelah pajak atas saham preferen nonkumulatif yang telah diumumkan dalam suatu
periode; dan (b) jumlah dividen saham preferen setelah pajak atas saham preferen kumulatif
yang disyaratkan pada periode tersebut, baik dividen tersebut telah atau belum diumumkan.
Jumlah dividen saham preferen pada suatu periode tidak termasuk jumlah dividen saham
preferen untuk saham preferen kumulatif yang dibayar atau diumumkan selama periode berjalan
yang berasal dari periode sebelumnya.

Saham

Untuk tujuan perhitungan laba per saham dasar, jumlah saham biasa adalah jumlah rata-rata
tertimbang saham biasa yang beredar selama suatu periode. Penggunaan jumlah rata-rata
tertimbang saham biasa yang beredar selama suatu periode mencerminkan kemungkinan bahwa
jumlah modal pemegang saham berubah selama suatu periode akibat dari naik atau turunnya
jumlah saham yang beredar pada setiap waktu. Jumlah rata-rata tertimbang saham biasa yang
beredar selama periode berjalan adalah jumlah saham biasa yang beredar pada awal periode,
disesuaikan dengan jumlah saham biasa yang dibeli kembali atau diterbitkan selama periode
tersebut, dikalikan dengan faktor pembobot waktu. Faktor pembobot waktu adalah jumlah hari
beredarnya sekelompok saham dibandingkan dengan jumlah hari dalam suatu periode; perkiraan
wajar dari rata-rata tertimbang dapat diterima dalam banyak keadaan.

Pada umumnya saham dimasukkan dalam pengbitungan jumlah rata-rata tertimbang saham sejak
tanggal dapat ditagihnya (yang pada umumnya adalah tanggal penerbitan saham), sebagai
contoh:
1. Saham biasa yang diterbitkan melalui pertulcaran dengan kas diperbitungkan sejak kas
sudah bisa diterima;
2. Saham biasa yang diterbitkan atas reinvestasi sukarela dari dividen saham biasa atau
saham preferen diperhitungkan ketika dividen direinvestasikan;
3. Saham biasa yang diterbitkan sebagai hasil dari konversi instrumen utang menjadi
saham biasa diperhitungkan sejak tanggal utang tidak lagi berbunga;
4. Saham biasa yang diterbitkan sebagai pengganti bunga atau pokok dari instrumen
keuangan lain diperhitungkan sejak tanggal utang tidak lagi berbunga;
5. Saham biasa yang diterbitkan dalam rangka penyelesaian liabilitas dari entitas
diperhitungkan sejak tanggal penyelesaian tersebut;
6. Saham biasa yang diterbitkan sebagai imbalan atas perolehan aset selain kas
diperhitungkan pada saat tanggal perolehan tersebut dialog; dan
7. Saham biasa yang diterbitkan sebagai pembayaran atas jasa kepada entitas
diperhitungkan sejak jasa diterima entitas.

Waktu diperhitunglcannya saham biasa ditentukan oleh sprat dan ketentuan yang melekat saat
penerbitannya. Perlu dipertimbangkan secara matang substansi setiap kontrak yang berkaitan
dengan penerbitan tersebut.

Saham biasa dapat diterbitkan, atau jumlah saham biasa yang beredar dapat berkurang, tanpa
disertai perubahan sumber daya. Contohnya mencakup:

1. Kapitalisasi laba atau penerbitan saham bonus (dikenal sebagai dividen saham);
2. Unsur bonus dalam penerbitan saham lain, sebagai contoh unsur bonus dalam
penerbitan hak memesan efek terlebih dahulu kepada pemegang saham yang ada;
3. Pemecahan saham; dan
4. Penggabungan saham.

Laba Per Saham Dilusian

Entitas menghitung jumlah laba per saham dilusian untuk Iaba rugi yang dapat diatribusikan
kepada pemegang saham biasa entitas induk dan, jika disajikan, laba rugi dari operasi yang
dilanjutkan yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham tersebut.

Untuk tujuan penghitungan laba per saham dilusian, entitas menyesuaikan laba rugi yang dapat
diatribusikan kepada pemegang saham biasa entitas induk dan jumlah rata-rata tertimbang saham
yang beredar, atas dampak dari seluruh instrumen berpotensi saham biasa yang bersifat

Tujuan dari laba per saham dilusian sejalan dengan laba per saham dasar, yaitu untuk
menyediakan ukuran kepentingan setiap saham biasa atas kinerja entitas, dengan
memperhitungkan dampak dari seluruh instrumen berpotensi saham biasa yang bersifat dilutif
yang beredar selama periode tersebut. Oleh karena itu: (a) laba rugi yang dapat diatribusikan
kepada pemegang saham biasa entitas induk ditambah dengan dividen dan bunga setelah pajak
yang diakui pada periode terkait dengan instrumen berpotensi saham biasa yang bersifat dilutif,
dan disesuaikan dengan perubahan lain dalam penghasilan atau beban yang berasal dari konversi
instrumen yang mempunyai potensi saham biasa yang bersifat dilutif tersebut; dan (b) jumlah
rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar ditambah dengan jumlah rata-rata tertimbang
tambahan saham biasa yang seolah-olah telah beredar dengan asumsi adanya konversi seluruh
instrumen yang mempunyai potensi saham biasa yang bersifat dilutif.

Instrumen Berpotensi Saham Biasa yang Bersifat Dilutif

Instrumen berpotensi saham biasa diperlakukan jika, dan hanya jika, konversinya menjadi saham
biasa akan menurunkan laba per saham atau meningkatkan rugi per saham dari operasi yang
dilanjutkan. Entitas menggunakan laba atau rugi dari operasi yang dilanjutkan yang dapat
diatribusikan kepada entitas induk sebagai angka kendali untuk menentukan apakah instrumen
berpotensi saham biasa yang bersifat dilutif atau antidilutif.

Instrumen berpotensi saham biasa bersifat antidilutif jika konversinya menjadi saham biasa akan
meningkatkan laba per saham atau menurunkan rugi per saham dari operasi yang dilanjutkan.
Penghitungan laba per saham dilusian mengabaikan konversi.

Dalam menentukan apakah instrumen berpotensi saham biasa bersifat dilutif atau antidilutif,
setiap penerbitan atau serangkaian penerbitan instrumen berpotensi saham biasa
dipertimbangkan secara terpisah, dan bukan secara penggabungan. Urutan dalam
memperhitungkan instrumen berpotensi saham biasa dapat mempengaruhi apakah instrumen
tersebut bersifat Oleh karena itu, untuk memaksimalkan dilusi dari laba per saham dasar, setiap
penerbitan atau rangkaian penerbitan instrumen berpotensi saham biasa dipertimbanglcan secara
urut mulai dari yang paling besar sifat dilutifnya sampai yang paling kecil sifat dilutifinya, yaitu
instrumen berpotensi saham biasa yang bersifat dilutif dengan “laba per tambahan saham”
terendah diperhitungkan dalam penghitungan laba per saham dilusian sebelum instrumen
berpotensi saham biasa yang bersifat dilutif tersebut dengan laba per tambahan saham yang lebih
tinggi. Opsi dan waran biasanya diperhitungkan pertama kali karena tidak mempengaruhi
pembilang dalam penghitungan.

Opsi, Waran, dan Ekuivalennya

Untuk tujuan penghitungan laba per saham dilusiam entitas mengasumsikan pelaksanann opsi
dan waran yang berstfat dilutif. Penerimaan yang diasumsikan dari instrumen tersebut dianggap
telah diterima dari penerbitan saham biasa pada harga pasar rata-rata saham biasa selama periode
tersebut. Perbedaan antara jumlah saham binsa yang diterbitkan dan jumlah saham biasa yang
akan diterbitkan pada harga pasar rata-rata saham biasa selama periode tersebut dianggap sebagai
penerbitan saham biasa tanpa imbalan.

Instrumen Dapat Dikonversi

Saham preferen dapat dikonversi bersifat antidilutif ketika jumlah dividen saham preferen
tersebut yang diumumkan atau diakumulasi pada periode berjakm per saham biasa yang dapat
diperoleh pada saat konversi, melebihi laba per saham dasar. Serupa dengan hal tersebut, utang
dapat dikonversi bersifat antidilutif jika bunga (setelah dikurangi pajak dan perubahan lain dalam
penghasilan atau beban) per saham biasa yang dapat diperoleh pada saat konversi melebihi laba
per saham dasar.
Penebusan atau konversi atas saham preferen dapat dikonversi mungkin hanya mempengaruhi
sebagian jumlah saham preferen dapat dikonversi yang beredar sebelumnya. Dalam hal ini,
setiap kelebihan imbalan, diatribusikan kepada saham yang ditebus atau dikonversi untuk tujuan
menentukan apakah sisa saham preferen beredar bersifat dilutif. Saham yang ditebus atau
dikonversi diperbitungkan secara terpisah dari saham yang tidak ditebus atau dikonversi.

Saham yang Dapat Diterbitkan Secara Kontinjen

Sesuai dengan penghitungan laba per saham dasar, saham biasa yang dapat diterbitkan secara
kontinjen diperlakukan sebagai saham yang beredar dan diperhitungkan dalam penghitungan
laba per saham dilusian jika ketentuannya terpenuhi (yaitu peristiwa telah terjadi). Saham yang
dapat diterbitkan secara kontinjen diperhitungkan sejak awal periode (atau sejak tanggal
perjanjian saham kontinjen, jika tanggal perjanjian lebih akhir). Jika ketentuannya tidak
terpenuhi, maka jumlah saham biasa yang dapat diterbitkan secara kontinjen masuk dalam
penghitungan laba per saham dilusian yang didasarkan pada jumlah saham yang seolah-olah
akan diterbitkan jika saat akhir periode merupakan akhir periode kontinjensi. Penyajian kembali
tidak diperkenankan jilca ketentuannya tidak terpenuhi ketika periode kontinjensi berakhir.

Jumlah saham biasa yang dapat diterbitkan secara kontinjen dapat bergantung pada harga pasar
saham biasa masa depan. Dalam hal tersebut, jika dampaknya bersifat penghitungan laba per
saham dilusian didasarlcan pada jumlah saham biasa yang akan diterbitkan jika harga pasar pada
akhir periode pelaporan merupakan harga pasar pada akhir periode kontinjensi. Jika ketentuan
tersebut didasarlcan pada harga pasar rata-rata selama suatu periode walctu yang melampaui
akhir periode pelaporan, maka digunakan harga pasar rata-rata periode walctu yang telah berlalu
tersebut. Karena harga pasar dapat berubah pada periode masa depan, penghitungan laba per
saham dasar tidak memasukkan saham biasa yang dapat diterbitkan secara kontinjen tersebut
sampai akhir periode kontinjensi karena tidak semua ketentuan yang diperlukan terpenuhi.

Jumlah saham biasa yang dapat diterbitkan secara kontinjen dapat bergantung pada laba masa
depan dan harga saham biasa masa depan. Dalam kasus tersebut, jumlah saham biasa yang
masuk dalam penghitungan laba per saham dilusian didasarlcan pada kedua ketentuan tersebut
(yaitu laba sampai pada tanggal pelaporan dan harga pasar kini pada akhir periode pelaporan).
Saham biasa yang dapat diterbitkan secara kontinjen tidak termasuk dalam penghitungan laba per
saham dilusian kecuali kedua ketentuan tersebut terpenuhi.

lnstrumen berpotensi saham biasa yang dapat diterbitkan secara kontinjen (selain dari yang telah
ditentukan pada suatu perjanjian saham kontinjen, seperti instrumen dapat dikonversi yang dapat
diterbitkan secara kontinjen) termasuk dalam penghitungan laba per saham dilusian sebagai
berikut:
1. Entitas menentukan apakah instrumen berpotensi saham biasa dapat diasumsikan untuk
diterbitkan berdasarkan ketentuan tertentu sesuai dengan ketentuan saham biasa yang
dapat diterbitkan secara kontinjen; dan
2. Jika instrumen berpotensi saham biasa tersebut tercermin pada laba per saham dilusian,
maka entitas menentukan dampaknya terhadap penghitungan laba per saham dilusian
dengan mengikuti ketentuan untuk opsi dan waran. Akan tetapi, pelaksanaan atau
konversi tidak diasumsikan untuk tujuan penghitungan laba per saham dilusian kecuali
diasumsikan bahwa pelaksanaan atau konversi instrumen berpotensi saham biasa
beredar yang sejenis tidak dapat diterbitkan secara kontinjen.

B. ekuritas Dilutif dan Skema Kompensasi (Opsi saham, Warran saham, Utang konversi,
Saham preferen konversi, Kompensasi saham)

Sekuritas dilutif merupakan surat berharga yang dapat dikonversikan menjadi saham biasa
sehingga pada saat dikonversikan akan mempengaruhi jumlah saham yg beredar dan berdampak
pada penurunan nilai laba per saham atau terlidusi.

Termasuk dalam sekuritas dilutif adalah opsi, waran, utang konversi, saham preferen konversi
dan lain-lain.

Skema kompensasi merupakan program kompensasi yg diberikan perusahaan pada pihak2 yg


terkait baik karyawan maupun nonkaryawan. Skema kompensasi dapat diberikan dalam berbagai
bentuk baik itu berupa kas maupun non kas.

Salah satu bentuk kompensasi non kas yg sering diberikan perusahaan adalah kompensasi saham.

Kompensasi berbasis saham merupakan imbalan yg diberikan perusahaan pada pemasok barang
atau jasa yg dapat mencakup pihak karyawan dan non karyawan.

OPSI SAHAM

Merupakan kontrak yg diterbitkan oleh investor untuk dijual kepada investor lain dimana kontrak
tsb untuk dijual kpada investor lain dimana kontrak tsb memberikan opsi/hak bagi penerimanya
untuk menjual/membeli suatu saham perusahaan yg menjadi dasar perdagangan opsi tsb dalam
jumlah dan harga yg telah ditetapkan sebelumnya tertentu, serta berlaku dalam periode tertentu.

Opsi saham memiliki 2 jenis yaitu opsi beli (call option) dan opsi jual (put option).
Opsi beli memberikan hak kepada pemegang opsi untuk membeli sejumlah tertentu dr sebuah
instrumen yg menjadi dasar kontrak tsb.

Sebaliknya opsi jual memberikan hak kepada pemegang opsi untuk menjual sejumlah tertentu dr
sebuah instrumen yg menjadi dasar kontrak tsb.

WARAN SAHAM

Merupakan opsi yg diberikan oleh perusahaan kepada pemilik waran untuk membeli saham dgn
harga tertentu dalam waktu tertentu.

Perbedaan utama waran saham dan opsi saham adalah pihak yg mengeluarkan dan jenisnya.
Waran dikeluarkan oleh perusahaan penerbit saham sedangkan opsi dikeluarkan oleh investor
dan waran merupakan jenis yg merupakan call option.

Waran biasa dikeluarkan sebagai pemanis sekuritas lain yg sering kali digunakan dalam situasi
sebagai berikut:

1. Untuk membuat sekuritas lbh menarik

2. Pemilik saham sebelum memiliki preemptive right (hak didahulukan) untuk membeli saham

3. Untuk kompensasi menejemen dan karyawan

UTANG KONVERSI

Merupakan surat utang yg memberikan fitur opsi bagi pemegangnya untuk mengonversikannya
menjadi saham perusahaan setelah, selama, atau pada tanggal tertentu setelah surat utang
dikeluarkan biasanya pada rasio pertukaran yg sdh ditentukan oleh penerbit obligasi tsb.

Sekuritas ini merupakan sekuritas hibrida yaitu suatu sekuritas yg terdiri dr dua unsur yaitu utang
dan ekuitas.

Jenis Utang Konversi

Bentuk utang konversi yg paling umum dikeluarkan oleh perusahaan adalah obligasi konversi.
Obligasi Konversi mengombinasikan antara keuntungan obligasi dr seri pendapatan tetap dan
fasilitas pilihan bagi pemegangnya untuk menukarkannya menjadi saham, sehingga memiliki
opsi konversi yg akan ditukarkan apabila harga saham meningkat signifikan.

Berikut ini beberapa bentuk dari utang konversi :

1. Utang Konversi dgn Fitur Konversi Sebagian

2. Utang Konversi dgn Fitur Konversi Seluruh

3. Utang Konversi dgn Fitur Konversi Wajib Seluruhnya

Perlakuan Akuntansi Utang Konversi

Merupakan instrumen campuran (hybrid) yg memiliki komponen utang dan juga komponen
ekuitas. PSAK 56 (revisi 2010) Laba per saham menyatakan bahwa entitas harus memisahkan
kedua komponen tsb dalam pengakuan dan penyajian. Dalam mengakui utang
konversi,perusahaan harus memisahkan nilai antara fitur utang dan fitur opsi konversi yg
melekat pada obligasi tsb.

Berdasarkan pendekatan tsb, komponen ekuitas merupakan jumlah residu dari nilai utang,
sehingga cocok dgn karakteristik ekuitas yg merupakan residual klaim atas perusahaan.

Tahapan yg harus dilakukan oleh etitas adalah :

1. Tentukan total nilai pasar utang konversi dgn dua komponen liabilitas dan ekuitas

2. Tentukan komponen liabilitas dgn menghitung nilai kini neto dr semua aliran kontraktual kas
dimasa mendatang yg didiskontokan dgn tingkat bunga pasar. Tingkat bunga pasar
yg digunakan adalah tingkat bunga yg dibayar oleh perusahaan pada utang yg sama namun
tanpa fitur konversi.

3. Kurangi komponen liabilitas yg dihitung di langkah ke2 dr nilai pasar obligasi konversi akan
diperoleh nilai ekuitas.

Komponen utang obligasi yg dikeluarkan oleh PT DEF dicatat sebagai Utang Obligasi. Jumlah
diskon relatif terhadap nilai nominal akan diamortisasi pada tiap tgl pelaporan sampai dgn jth
tempo, sehingga pada saat jth tempo nilai Utang Obligasi adalah sebesar nilai nominal yaitu
Rp200.000.000.000. komponen ekuitas dicatat dalam akun premi saham - Ekuitas konversi yg
dilaporkan dalam bagian ekuitas dalam laporan posisi keuangan. Jumlah ini tidak berubah
sepanjang periode Obligasi Konversi.

Akuntansi Saat Penyelesaian Obligasi Konversi

Dalam penyelesaian obligasi konversi perusahaan dapat melakukan beebrapa alternatif, yaitu

- Pembelian kembali utang saat jatuh tempo

- Konversi obligasi pada saat jatuh tempo

- Konversi obligasi pada saat sblm jatuh tempo

- Pembelian kembali sebelum jatuh tempo

1. Utang Dilunasi Saat Jatuh Tempo

Kondisi ini terjadi apabila obligasi tidak dikonversi pada saat jatuh tempo. Apabila hal tesebut
terjadi maka perusahaan penerbit obligasi harus melunasi obligasinya atau membeli kembali
obligasi tsb.

Saham ekuitas konversi dapat tetap pada akun tsb atau dipindahkan ke akun premi saham biasa.

Utang Obligasi 200.000.000.000

Kas 200.000.000.000

2. Konversi Obligasi pada saat Jatuh Tempo

Apabila dikonversi pada saat jatuh tempo maka PT DEF melakukan pencatatan jurnal sebagai
berikut

Premi saham ekuitas konversi 14.783.588.071

Utang Obligasi 200.000.000.000

Modal saham biasa 40.000.000.000


Premi saham biasa 174.783.588.071

Berdasarkan jurnal diatas dapat dilihat bahwa PT DEF mencatat penambahan Modal saham biasa
sebesar Rp40.000.000.000 (2.000.000 lbr obligasi x 200 lbr saham x Rp100 nilai nominal
saham). Sejumlah premi saham ekuitas konversi Rp14.783.588.071 ditransfer ke akun premi
saham biasa. Berdasarkan pencatatan di atas maka dapat dilihat bahwa PT DEF memiliki
peningkatan ekuitas sejumlah Rp214.783.588.071 yg diperoleh dr konversi obligasi.

3. Konversi Obligasi pada saat sebelum jatuh tempo

Apabila obligasi dikonversi belum jatuh tempo maka pencatatan akuntansi yg dilakukan adalah
dengan mendebit utang obligasi sejumlah nilai tercatat obligasi pada saat pengakuan awal. Kredit
yg dicatat adalah Modal Saham Biasa sejumlah nilai nominal dan selisih kredit pada premi
saham biasa. Sebagai ilustrasi misalkan obligasi PT DEF dikonversi pada 31 Desember 2015.
Perhitungan amortisasi dr obligasi tsb adalah sebegai berikut.

Tabel 15.1 Perhitungan Amortisasi Metode Bunga Efektif

(Bunga Nominal 9%,Bunga Pasar 11%)

Tanggal Pembayaran Kas Biaya Bunga Amortisasi Nilai Tercatat

Diskon Obligasi

1/1/2013 185.216.411.929

31/12/2013 18.000.000.000 20.373.805.312 2.373.805.312 187.590.217.242

31/12/2014 18.000.000.000 20.634.923.897 2.634.923.897 190.225.141.138

31/12/2015 18.000.000.000 20.924.765.525 2.924.765.525 193.149.906.663

31/12/2016 18.000.000.000 21.246.489.733 3.246.489.733 196.396.396.396

31/12/2017 18.000.000.000 21.603.603.604 3.603.603.604 200.000.000.000


Pada saat obligasi dikonversi nilai tercatat obligasi tsb adalah Rp193.149.906.663 sehingga PT
DEF menerbitkan Utang Obligasi sejumlah tsb. Selengkapnya jurnal yg harus dilakukan oleh PT
DEF adalah

Premi saham- Ekuitas Konversi 14.783.588.071

Utang Obligasi 193.149.906.663

Modal Saham Biasa 40.000.000.000

Premi Saham Biasa 167.933.494.734

Pada saat konversi sebelum jatuh tempo, tidak terdapat pengakuan keuntungan maupun kerugian.
Sejumlah premi saham- Ekuitas Konversi Rp14.783.588.071 ditransfer ke akun premi saham
biasa.

4. Pembelian Kembali Sebelum Jatuh Tempo

a. Perbedaan antara nilai pasar komponen utang dengan nilai buku komponen utang merupakan
laba/rugi pelunasan

b. Perbedaan antara nilai pasar yg mengandung komponen utang dan komponen ekuitas dgn nilai
pasar komponen utang merupakan pengurang dr ekuitas

Saham Preferen Konversi

Merupakan saham yg memiliki keutamaan dalam pendistribusian laba. Sering kali saham ini juga
memiliki fitur konversi. Saham preferen konversi adalah sekuritas saham utama yg mana pemilik
saham preferen dapat mngonversi menjadi saham biasa dlm jumlah yg telah ditentukan
sebelumnya.
Kompensasi Saham

Merupakan imbalan yg diberikan perusahaan kepada pemasok barang atau jasa yg dapat
mencakup pihak karyawan dan non karyawan yg mana kompensasi tsb berbentuk saham atau
pengakuan wajib yg jumlahnya ditentukan berdasarkan harga saham atau instrumen sekuritas
saham.

- Pengakuan Kompensasi Berbasis Saham

- Transaksi Pembayaran Berbasis Saham yang Diselesaikan dengan Instrumen Ekuitas

- Transaksi dengan karyawan

C. LABA PER SAHAM

Merupakan informasi mengenai jumlah laba yg dapat diatribusikan kepada pemegang saham
biasa per lembarnya. LPS menunjukan seberapa baik perusahaan dalam mengelola modal
sehingga menghasilkan profitabilitas yg tinggi.

Perhitungan LPS Dasar untuk Perusahaan dengan Struktur Modal Sederhana

LPS DASAR = Laba bersih Residual

Jumlah Rata" Tertimbang saham biasa

Laba residual merupakan laba bersih dikurangi dengan deviden saham utama.

Deviden saham preferen meliputi :

1. Jumlah deviden dr saham preferen bukan kumulatif yg diumumkan bagi periode bersangkutan

2. Jumlah deviden preferen kumulatif yg terakumulasi bagi periode yg bersangkutan deviden


tersebut sudah atau belum diumumkan.

Saham biasa dianggap sebagai saham beredar ketika :


1. Saham biasa diterbitkan melalui penjualan dgn kas diperhitungkan saat kas sudah bisa
diterima

2. Saham biasa yg diterbitkan atas reinvestasi sukarela dr deviden saham biasa atau saham utama
diperhitungkn sejak tgl pembayaran deviden

3. Saham biasa yg diterbitkan sebagian dr hasil konversi instrumen utang

4. Saham biasa yg diterbitkan sebagai pengganti bunga atau pokok dr bagian instrumen

5. Saham biasa yg diterbitkan dalam rangka penyelesaian utang

6. Saham biasa yg diterbitkan sbg pembayaran atas perolehan aset bukan kas

7. Saham biasa yg diterbitkan sbg pembayaran atas jasa pada perusahaan

Perhitungan LPS Dilusian untuk Perusahaan dengan Struktur Modal Kompleks

Digunakan sebagai informasi laba yg akan diperoleh oleh pemegang saham per lembar saham yg
dimilikinya. Bila perusahaan memiliki sekuritas delusif maka berarti perusahaan tsb memiliki
struktur yg relatif kompleks sehingga penyajian LPS dasar dapat memberikan informasi yg
kurang akurat.

Perhitungan LPS Delusian untuk perusahaan dengan struktur modal kompleks adalah

LPS = Laba bersih Residual +/+ atau -/- Penyesuaian atas efek

Jumlah rata2 Tertimbang Saham Biasa berpotensi saham biasa delutif

Beberapa efek berpotensi saham biasa yg bersifat dilutif adalah sebagai berikut

1. Opsi, waran, dan instrumen sejenis

2. Instrumen yg dapat dikonversikan


3. Saham yg dapat ditempatkan secara kontijen

4. Kontrak yg dapat diselesaikan dgn saham biasa atau kas

5. Opsi yg dibeli

6. Opsi jual yg diterbitkan

Dalam melakukan perhitungan LPS Delusian perlu dilakukan penyesuaian atas LPS dasar.
Penyesuaian dilakukan dgn melakukan penyesuaian terhadap laba residual dan penyesuaian
terhadap jumlah rata2 tertimbang saham biasa beredar.

1. Penyesuaian terhadap laba residual (setelah pajak)

Penyesuaian terhadap laba residual dilakukan untuk beberapa hal berikut :

a. Tiap deviden dr efek berpotensi saham biasa yg dilutif

b. Bunga dr efek perpotensi saham biasa yg delutif diakui periode bersangkutan

c. Perubahan pendapatan atau beban timbul dr konversi efek berpotensi saham biasa yg dilutif

2. Penyesuaian terhadap jumlah rata-rata tertimbang saham biasa beredar

Biasa dilakukan dengan menambha jumlah rata-rata tertimbang (dalam LPS Dasar) dengan
jumlah rata-rata tertimbang saham yg akan diterbitkan dengan asumsi semua efek berpotensi
saham biasa dikonversikan menjadi saham biasa.

VI. INVESTASI INSTRUMEN EKUITAS DAN UTANG


A. Investasi Pada Instrumen Ekuitas

Inventasi dalam instrument ekuitas (bukan dengan tujuan untuk memperolehpengaruh signifikan
dan pengendalian). Instrumen Keuangan : Pengakuan danPengukuran. Berdasarkan PSAK 55
(Revisi 2014), terdapat 4 (empat) klasifikasi asetkeuangan, sebagai berikut.Aset keuangan yang
diukur pada nilai wajar melalui laba rugi.Investasi dalam kelompok dimiliki hingga jatuh
tempo.Pinjaman yang diberikan dan piutang.Aset keuangan yang diklasifikasikan dalam
kelompok tersedia untuk dijuaUntuk investasi dalam instrument ekuitas (yang tidak masuk
dalam PSAK 50(Revisi 2014) dan PSAK 55 (revisi 2014), perlakuan akuntansinya diatur
dalamPSAK 15 (Revisi 2013) Investasi pada Entitas Asosiasi dan Ventura Bersama
(apabilamemiliki pengaruh signifikan) dan PSAK 65 Laporan Keuangan Konsolidasian(apabila
memperoleh pengendalian)

Ketika kehilangan pengaruh signifikan, investor mengakui investasi yang tersisa di entitas
asosiasi pada nilai wajar. Investor mengakui dalam laporan keuangan laba rugi setiap selisih
antara:

a. Nilai wajar investasi yang tersisa dan hasil pelepasan sebagian kepemilikan pada entitas
asosiasi, dengan

b. Jumlah tercatat investasi dalam tanggal ketika hilangnya pengaruh signifikan

B. Investasi instrumen utang


KLASIFIKASIInvestasi perusahaan di instrumen utang diatur dalam
PSAK55(Revisi 2014). Investasi di instrumen utang dapat
diklasifikasikanmenjadi :1. Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui
L/R.2. Investasi dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo.3. Pinjaman yang
diberikan dan piutang.4. Aset keuangan yang diklasifikasikan dalam kelompok
tersediauntuk dijual
Apa Itu Investasi Instrumen Utang?
Investasi instrumen utang adalah kesepakatan mengikat yang menyediakan dana
pada peminjam. Dalam instrumen investasi ini, terdapat kesepakatan tentang
agunan yang terlibat, tingkat bunga, jangka waktu, hingga tempo pembayaran
bunga. 
Kesepakatan ini yang akan mengatur keuntungan bagi pihak yang meminjamkan
uang karena selain membayarkan nominal yang dipinjam, pihak yang meminjam
perlu membayar tingkat bunga dalam jangka waktu tertentu juga.
Jenis Investasi Instrumen Utang
Instrumen investasi berbasis utang memiliki aset dasar berupa pembayaran dalam
jumlah tetap dengan bunga sejumlah waktu tertentu sehingga risiko investasi
instrumen utang ini sifatnya yang mengikat pihak peminjam dan pemberi
pinjaman. Jenisnya sendiri terbagi menjadi dua, yaitu utang jangka pendek dan
utang jangka panjang. 
Untuk utang jangka panjang, peminjam memiliki jangka waktu untuk melunasi
utang tersebut lebih dari satu tahun. Sementara utang jangka pendek harus
dilunasi dalam jangka waktu satu tahun. Berikut adalah penjelasan mengenai
contoh investasi instrumen utang.
1. Surat Perbendaharaan Negara
Surat Perbendaharaan Negara (SPN) adalah surat berharga berupa surat
pengakuan utang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin
pembayaran dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia. Pembayaran bunga
Surat Perbendaharaan Negara dilakukan secara diskonto dalam jangka waktu
sampai dengan 12 bulan sehingga Surat Perbendaharaan Negara dapat
dikategorikan sebagai utang jangka pendek.
Dengan kata lain, suku bunga Surat Perbendaharaan Negara adalah imbalan yang
didapatkan oleh investor Surat Perbendaharaan Negara yang dihitung dalam
persentase terhadap jumlah pokok utang dalam waktu setahun. Akan tetapi,
bayarannya dapat dilakukan secara tiga bulan sekali atau diskonto.
2. Obligasi Negara
Dalam Obligasi Negara, terdapat tiga jenis obligasi yaitu Obligasi Ritel Indonesia
(ORI), Savings Bond Ritel (SBR), dan Sukuk Ritel (SR). Obligasi termasuk ke
dalam Surat Utang Negara, namun memiliki jangka waktu pelunasan lebih dari 12
bulan dengan pembayaran kupon atau bunga secara diskonto. Sehingga, obligasi
dapat dikategorikan ke dalam utang jangka panjang.
Obligasi Negara dengan kupon memiliki jadwal pembayaran kupon yang periodik
yaitu 1, 3, atau 6 bulan sekali. Sementara itu, jenis obligasi lainnya seperti 
Obligasi Ritel Indonesia (ORI), Savings Bond Ritel (SBR), dan Sukuk Ritel (SR)
tidak punya jadwal pembayaran kupon, tetapi dibayar secara ritel. 
3. Obligasi Korporasi (Perusahaan)
Obligasi korporasi atau swasta merupakan surat utang yang dikeluarkan oleh
perusahaan swasta maupun pemerintah seperti BUMN. Perusahaan yang
mengeluarkan obligasi jenis ini beragam. Mulai dari perusahaan yang bergerak di
bisnis industri properti, F&B, tambang, dan masih banyak lagi.
Perbedaan obligasi pemerintah dan swasta terletak pada penggunaan dana para
investor. Jika dalam Obligasi Negara dana dari para investor yang akan digunakan
untuk kebutuhan APBN, dalam Obligasi Korporasi dana ini digunakan untuk
pembiayaan perusahaan swasta, BUMN, atau BUMD. 
3. Hipotek atau Mortgage
Hipotek atau mortgage adalah instrumen investasi utang yang jaminannya dalam
bentuk properti. Pihak peminjam memberikan hak tanggungan properti ke pihak
pemberi pinjaman sebagai suatu syarat jaminan atas kewajiban pembayaran
utang. 
Meski pihak peminjam berutang, namun peminjam bisa memanfaatkan ataupun
menggunakan properti tersebut. Jika kewajiban atau utangnya sudah dilunasi,
maka tanggungan properti pun akan dinyatakan gugur.
Umumnya, hipotek berkaitan dengan pembelian properti oleh seseorang yang
tidak memiliki uang dalam jumlah banyak dalam suatu waktu. Sehingga,
pembelian atau penyewaan properti tidak bisa lunas di muka. Peminjam tersebut
akan berutang dalam kurun waktu tertentu (umumnya bertahun-tahun) dan
membayarkan juga bunga dari nominal pinjaman. 
Investor dapat berperan sebagai pemberi pinjaman dengan membangun atau
membeli properti secara pribadi, lalu menyewakannya atau menjualnya kembali.
Atau, mendapatkan return dividen dari membeli saham properti melalui platform
seperti equity crowdfunding yang menghubungkan pemilik bisnis properti
dengan para investor. 
4. Peer-to-peer Lending
P2P lending atau peer-to-peer lending adalah sistem yang melalui sebuah
platform, pemberi pinjaman (lender) dengan peminjam (borrower) dapat
dipertemukan secara online. Melalui sistem  Peer-to-peer Lending, peminjam
harus membayar pokok pinjaman, beserta bunga sesuai dengan tenor yang
ditentukan. 
Dari bunga atau tenor itu, investor atau lender akan memperoleh imbal hasil atau
return setiap bulan atau setiap tahun, tergantung kesepakatan. Hingga saat ini,
fintech Peer-to-peer Lending menjadi salah satu industri di bidang keuangan yang
semakin berkembang di Indonesia, baik P2P lending konvensional atau berbentuk
P2P lending syariah. 
Risiko Investasi Instrumen Utang
Dari jenis instrumen investasi utang di atas, terdapat risiko investasi yang
mungkin ditanggung oleh investor sesuai dengan jenis instrumen utangnya.
Namun, risiko investasi instrumen utang ini dapat dijelaskan ke dalam poin
berikut.
1. Risiko investasi instrumen utang seperti Obligasi Negara dan Surat
Perbendaharaan Negara dapat dikatakan sangat minim. Hal ini karena surat
pengakuan utang ini dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh negara RI
sesuai masa berlakunya sehingga risiko investasi instrumen utang ini dapat
dikatakan hampir tidak ada.
2. Risiko investasi instrumen utang Obligasi Korporasi mempunyai tingkat
risiko yang lebih tinggi. Risiko ini tergantung dari jenis perusahaan, bidang
industri, serta kondisi pasar yang ada karena komponen tersebut secara langsung
berdampak pada performa bisnis perusahaan.
Namun, jika investor memilih untuk mengalokasikan dananya pada bisnis sebuah
perusahaan yang berjalan dengan baik, maka bukan hal yang tidak mungkin risiko
instrumen investasi utang ini dapat memberikan return yang menjanjikan.
3. Risiko investasi instrumen utang hipotek atau properti adalah risiko
kehilangan nilai aset jika pelunasan gagal diwujudkan. Meski nilai properti
cenderung terus meningkat dan tingkat bunga akan terus bertambah, jika
peminjam gagal bayar, properti cenderung membutuhkan waktu yang lama untuk
diperjual belikan dan membutuhkan biaya untuk perawatan.
4. Risiko investasi instrumen utang P2P lending adalah jika peminjam
menunggak tagihan atau bahkan tidak melanjutkan tagihan berdasarkan ketentuan
yang semestinya. Jika ini terjadi, maka risiko hilangnya pinjaman ditanggung
sepenuhnya oleh lender (investor).
Cara Menggunakan Bisnis Sebagai Instrumen Investasi
Jika dahulu mendapatkan keuntungan melalui bisnis identik dengan membangun
bisnis dari nol hingga akhirnya sukses dan mendapatkan profit, saat ini siapa pun
bisa mendapatkan keuntungan dari bisnis dengan melakukan investasi.
Keuntungan dari investasi bisnis pun bisa disesuaikan dengan target finansial
investornya.
Sebagai contoh, Anda bisa menjadi pemilik bisnis di bidang properti dan F&B
dalam waktu yang bersamaan dengan mengalokasikan dana untuk membeli aset
berupa saham perusahaan yang listing di platform investasi. Anda juga memiliki
keleluasaan dalam memilih jenis bisnis yang ingin diinvestasikan sesuai dengan
preferensi profil risiko yang dimiliki.
Jika Anda memiliki dana yang cukup tinggi, maka Anda bisa memiliki instrumen
investasi saham atau surat utang. Namun, jika Anda memiliki dana minim,
memiliki beberapa bisnis dalam bentuk investasi aset saham juga dapat
direalisasikan dengan skema equity crowdfunding.
Skema equity crowdfunding adalah sistem pendanaan bagi badan usaha UMKM
seperti CV, NV, Firma, dan lainnya yang listing penawaran saham melalui
platform Securities Crowdfunding (SCF). Anda berkesempatan untuk memberi
suntikan dana bagi bisnis UMKM untuk mengembangkan bisnisnya sehingga
ketika bisnis tersebut profit, Anda dapat mendapat keuntungan investasi dalam
bentuk dividen secara rutin.
Melalui platform equity crowdfunding berpengalaman dan mengantongi izin OJK
seperti LandX, Anda berpeluang untuk berinvestasi pada bisnis dengan prospek
yang menjanjikan. Pilihan bisnisnya pun beragam, misalnya bisnis di bidang
industri F&B seperti coffee shop, sushi restaurant, ice cream and dessert, dan juga
cloud kitchen. Atau, bisnis di bidang industri pet economy yang tengah naik daun
seperti pet salon and grooming. Ditambah lagi bisnis industri properti yang selalu
ada peminatnya seperti kos-kosan.
Dengan menggunakan bisnis sebagai instrumen investasi, Anda dapat melakukan
diversifikasi profil risiko untuk mengoptimalkan return investasi. Dengan ini,
Anda bisa memaksimalkan aspek tabungan dan investasi untuk mencapai target
finansial yang diinginkan
C. Penurunan nilai investasi
Penurunan Nilai
!ada dasarnya defenisi dari investasi adalah suatu asset yang digunakan oleh
perusahaanuntuk pertumbuhan kekayaan melalui distribusi hasil investasi 1seperti
bunga, royalty, dividen,dan uang se/a2 untuk apresiasi nilai investasi, atau untuk
manfaat lain bagi perusahaan yang berinvetasi seperti manfaat yang diperoleh
melalui hubungan perdagangan 1!S") 34.( tahun(552.6actor-faktor yang
mempengaruhi penurunan nilai investasi ialah '(.!engaruh 3ilai 7uka
Saat tanggal pealporan aset keuangan harus dinyatakan pada nilai recoverablae
amount .untuk itu pemegang aset memperhatiakan peristiwa-peristiwa yang
merugikan :
- Kesulitan keuangan yang dialami oleh pihak peminjam
- Pelanggaran kontrak
- Pihak peminjam dengan alas an kesulitan keuanngan atau hukum
memberikan keringanan terhadap pihak meminjam
- Hilangnya pasar aktif dari aset keuangan
- Tersedianya data yang dapat diabservasi
D. Reklasifikasi antar katagori
KATEGORITabel 16.4 Reklasifikasi Anter-kategoriDireklasifikasi keDiukur
padanilai wajarTersedia untukdijualPinjaman yangdiberikandanpiutangDimiliki
hinggajatuh tempoDireklasifikasi
dariDiukurpadanilaiHanyadalamsituaiyanglangkaHanyadalamsituasiyanglangkaH
anyadalamsituasiyanglangka

an yangdiberikan
danpiutangdiperkenankankuotasiandiperkenankanDimilikihinggajatuhtempoTidak
diperkenanakanPerubahanintensiataukemampuanentitasTerkenataintingrule

VII. Pendapatan
A. PSAK 23
Ruang Lingkup
01 Pernyataan ini harus diterapkan dalam akuntansi untuk pendapatan yang
timbul dari transaksi dan peristiwa ekonomi berikut ini:
(a) penjualan barang;
(b) penjualan jasa; dan
(c) penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak-pihak lain yang
menghasilkan bunga, royalti dan dividen.
02 Barang meliputi barang yang diproduksi perusahaan untuk dijual dan
barang yang dibeli untuk dijual kembali, seperti barang dagang yang dibeli
pengecer atau tanah dan properti lain yang dibeli untuk dijual kembali.
03 Penjualan jasa biasanya menyangkut pelaksanaan tugas yang secara
kontraktual telah disepakati untuk dilaksanakan selama suatu periode waktu
yang disepakati oleh perusahaan. Jasa tersebut dapat diserahkan selama satu
periode atau selama lebih dari satu periode. Beberapa kontrak penjualan jasa
yang timbul dari kontrak konstruksi, misalnya, kontrak penjualan jasa
mengenai manajer proyek dan arsitek, tidak dibahas dalam Pernyataan ini.
Penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak lain menimbulkan pendapatan dalam
bentuk: (a) bunga - pembebanan untuk penggunaan kas atau setara kas atau
jumlah terhutang kepada perusahaan; (b) royalti - pembebanan untuk penggunaan
aktiva jangka panjang perusahaan, misalnya, paten, merek dagang, hak cipta, dan
perangkat lunak komputer; dan (c) dividen - distribusi laba kepada pemegang
investasi ekuitas sesuai dengan proporsi mereka dari jenis modal tertentu. 05
Pendapatan berikut ini telah atau akan diatur dalam standar akuntansi keuangan
tersendiri sehingga tidak dibahas dalam Pernyataan ini: (a) perjanjian sewa guna
usaha (diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 30 tentang
Akuntansi Sewa Guna Usaha); (b) dividen yang timbul dari investasi yang
dipertanggungjawabkan menurut metode ekuitas (diatur dalam Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan No. 13 tentang Akuntansi Untuk Investasi); (c)
kontrak asuransi dari perusahaan asuransi (untuk jenis asuransi kerugian, diatur
dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 28 tentang Akuntansi
Asuransi Kerugian); (d) perubahan dalam nilai wajar dari aktiva dan kewajiban
finansial atau pelepasannya; (e) perubahan dalam nilai aktiva lancar lain; (f)
pertumbuhan alami dari ternak dan hasil pertanian; (g) hasil hutan (diatur dalam
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.
32tentangAkuntansiPengusahaanHutan); dan (h) ekstraksi hasil tambang (diatur
dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 33 tentang Akuntansi
Pertambangan Umum). Definisi 06 Berikut adalah pengertian istilah yang
digunakan dalam Pernyataan ini: Pendapatan adalah arus masuk bruto dari
manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu
periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal
dari kontribusi penanam modal.
Nilai wajar adalah suatu jumLah, untuk itu suatu aktiva mungkin ditukar atau
suatu kewajiban diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan
untuk melakukan transaksi wajar (arm's length transaction). 07 Pendapatan hanya
terdiri dari arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang diterima dan dapat
diterima oleh perusahaan untuk dirinya sendiri. Jumlah yang ditagih atas nama
pihak ketiga, seperti pajak pertambahan nilai, bukan merupakan manfaat ekonomi
yang mengalir ke perusahaan dan tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas, dan
karena itu harus dikeluarkan dari pendapatan. Begitupun dalam hubungan
keagenan, arus masuk bruto manfaat ekonomi termasuk jumlah yang ditagih atas
nama prinsipal, tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas perusahaan, dan karena itu
bukan merupakan pendapatan. Yang merupakan pendapatan hanyalah komisi
yang diterima dari prinsipal. PENJELASAN Pengukuran Pendapatan 08
Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang
dapat diterima. 09 Jumlah pendapatan yang timbul dari suatu transaksi biasanya
ditentukan oleh persetujuan antara perusahaan dan pembeli atau pemakai aktiva
tersebut. Jumlah tersebut diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau
yang dapat diterima perusahaan dikurangi jumlah diskon dagang dan rabat
volume yang diperbolehkan oleh perusahaan. 10 Pada umumnya, imbalan tersebut
berbentuk kas atau setara kas dan jumlah pendapatan adalah jumlah kas atau
setara kas yang diterima atau yang dapat diterima. Namun, bila arus masuk dari
kas atau setara kas ditangguhkan, nilai wajar dari imbalan tersebut mungkin
kurang dari jumlah nominal dari kas yang diterima atau yang dapat diterima.
Misalnya, suatu perusahaan dapat memberikan kredit bebas bunga kepada
pembeli atau menerima wesel tagih dari pembeli dengan tingkat bunga di bawah
pasar sebagai imbalan dari penjualan barang. Bila perjanjian tersebut secara
efektif merupakan suatu transaksi finansial, nilai wajar imbalan ditentukan dengan
pendiskontoan seluruh penerimaan di masa depan dengan menggunakan suatu
tingkat bunga tersirat (imputed). Tingkat bunga tersirat tersebut adalah yang
paling mudah ditentukan dari: (a) tingkat bunga yang berlaku bagi instrumen yang
serupa dari suatu penerbit (issuer) dengan penilaian kredit (credit rating) yang
sama; atau (b) suatu tingkat bunga untuk mengurangi (discount) nilai nominal
instrumen tersebut ke harga jual tunai pada saat ini dari barang atau jasa.
Perbedaan antara nilai wajar dan jumlah nominal dari imbalan tersebut diakui
sebagai pendapatan bunga sebagaimana dijelaskan paragraf 28 dan 29.

11 Bila barang atau jasa dipertukarkan (barter) untuk barang atau jasa

dengan sifat dan nilai yang sama, maka pertukaran tersebut tidak dianggap

sebagai suatu transaksi yang mengakibatkan pendapatan. Hal ini sering

terjadi dengan komoditi seperti minyak atau susu di mana penyalur

menukarkan (swap) persediaan di berbagai lokasi untuk memenuhi

permintaan dengan suatu dasar tepat waktu dalam suatu lokasi tertentu. Bila

barang dijual atau jasa diberikan untuk dipertukarkan dengan barang dan
jasa yang tidak serupa, pertukaran tersebut dianggap sebagai transaksi yang

mengakibatkan pendapatan. Pendapatan tersebut diukur pada nilai wajar dari

barang atau jasa yang diserahkan, disesuaikan dengan jumlah kas atau

setara kas yang ditransfer.

12 Kriteria pengakuan dalam Pernyataan ini biasanya diterapkan secara

terpisah kepada setiap transaksi. Namun, dalam keadaan tertentu, adalah

perlu untuk menerapkan kriteria pengakuan tersebut kepada komponenkomponen yang dapat
diidentifikasi secara terpisah dari suatu transaksi

tunggal supaya mencerminkan substansi dari transaksi tersebut. Misalnya,

bila harga penjualan dari suatu produk termasuk jumlah yang dapat

diidentifikasi untuk jasa purna jual, jumlah tersebut ditangguhkan dan diakui

sebagai pendapatan selama periode di mana jasa tersebut dilakukan.

Sebaliknya, kriteria pengakuan diterapkan pada dua atau lebih transaksi

bersama-sama bila transaksi-transaksi tersebut terikat sedemikian rupa

sehingga pengaruh komersialnya tidak dapat dimengerti tanpa melihat

kepada rangkaian transaksi tersebut secara keseluruhan. Misalnya, suatu

perusahaan dapat menjual barang dan, pada saat yang sama, menyetujui

perjanjian yang terpisah untuk membeli kembali barang tersebut di kemudian

hari, sehingga meniadakan pengaruh yang sesungguhnya dari transaksi

tersebut; dalam hal ini, kedua transaksi tersebut diperlakukan bersamaan.

Penjualan Barang

13 Pendapatan dari penjualan barang harus diakui bila seluruh kondisi berikut

dipenuhi:

(a) perusahaan telah memindahkan risiko secara signifikan dan telah

memindahkan manfaat kepemilikan barang kepada pembeli;


(b) perusahaan tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian efektif

atas barang yang dijual;

(c) jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal;

(d) besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan

transaksi akan mengalir kepada perusahaan tersebut; dan

(e) biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan

transaksi penjualan dapat diukur dengan andal

14 Penentuan kapan suatu perusahaan telah memindahkan risiko signifikan

dan manfaat kepemilikan kepada pembeli memerlukan pengujian keadaan

transaksi tersebut. Pada umumnya, pemindahan risiko dan manfaat

kepemilikan bersamaan waktunya dengan pemindahan hak milik atau

pemindahan penguasaan atas barang tersebut kepada pembeli. Hal ini terjadi

pada kebanyakan penjualan eceran. Dalam hal lain, pemindahan risiko dan

manfaat kepemilikan terjadi pada saat yang berbeda dengan pemindahan hak

milik atau pemindahan penguasaan atas barang tersebut.

15 Jika perusahaan tersebut menahan risiko signifikan dari kepemilikan,

transaksi tersebut bukanlah suatu penjualan dan pendapatan tidak diakui.

Suatu perusahaan dapat menahan risiko kepemilikan yang signifikan dengan

berbagai cara. Misalnya:

(a) bila perusahaan menahan kewajiban sehubungan dengan pelaksanaan

suatu hal yang tidak memuaskan yang tidak dijamin sebagaimana

lazimnya;

(b) bila penerimaan pendapatan dari suatu penjualan tertentu tergantung

pada pendapatan pembeli yang bersumber dari penjualan barang yang


bersangkutan;

(c) bila pengiriman barang tergantung pada instalasinya, dan instalasi

tersebut merupakan bagian signifikan dari kontrak yang belum

diselesaikan oleh perusahaan; dan

(d) bila pembeli berhak untuk membatalkan pembelian berdasarkan

alasan yang ditentukan dalam kontrak dan perusahaan tidak dapat

memastikan apakah akan terjadi retur.

16 Jika perusahaan hanya menahan risiko tidak signifikan atas kepemilikan,

transaksi tersebut adalah suatu penjualan dan pendapatan diakui. Misalnya,

penjual mungkin menahan hak milik atas barang semata-mata untuk

melindungi kolektibilitas dari jumlah yang jatuh tempo. Dalam hal seperti itu,

jika perusahaan telah memindahkan manfaat kepemilikan dan risiko yang

signifikan transaksi tersebut adalah suatu penjualan dan pendapatan harus

diakui. Contoh lain perusahaan yang hanya menahan risiko yang tidak

signifikan dari kepemilikan adalah dalam penjualan eceran dengan syarat

dapat dikembalikan bila pelanggan tidak puas. Pendapatan dalam hal ini

diakui pada waktu penjualan dilakukan jika penjual dapat mengestimasi

secara andal retur yang akan terjadi dan mengakui suatu kewajiban untuk

retur berdasarkan pengalaman sebelumnya dan faktor-faktor lain yang

relevan.

17 Pendapatan diakui hanya bila besar kemungkinan manfaat ekonomi

sehubungan dengan transaksi tersebut akan mengalir kepada perusahaan.

Kadang-kadang, kemungkinan hal tersebut terjadi sangat kecil, sampai

imbalan diterima atau sampai suatu ketidakpastian dihilangkan. Misalnya,


belum ada kepastian bahwa pemerintahan asing akan memberi ijin untuk

pengiriman imbalan untuk suatu penjualan di suatu negara asing. Bila ijin

diberikan, ketidakpastian tersebut dihilangkan dan pendapatan diakui.

Namun, bila suatu ketidakpastian timbul tentang kolektibilitas sejumlah

tertentu yang telah termasuk dalam pendapatan, jumlah yang tidak tertagih

atau jumlah yang pemulihannya tidak lagi besar kemungkinannya, diakui

sebagai beban, menggantikan penyesuaian jumlah pendapatan yang diakui

semula.

18 Pendapatan dan beban sehubungan dengan suatu transaksi atau peristiwa

tertentu diakui secara bersamaan; proses ini biasanya mengacu pada

pengaitan pendapatan dengan beban (matching revenue and expose). 8eban,

termasuk jaminan dan biaya lain yang terjadi setelah pengiriman barang,

biasanya dapat diukur dengan andal jika kondisi lain untuk pengakuan

pendapatan yang berkaitan dapat dipenuhi. Tetapi, pendapatan tidak dapat

diakui bila beban yang berkaitan tidak dapat diukur dengan andal. Dalam

keadaan demikian, setiap imbalan yang telah diterima untuk penjualan

barang tersebut diakui sebagai suatu kewajiban.

PENJUALAN JASA

19 Bila hasil suatu transaksi yang meliputi penjualan jasa dapat diestimasi

dengan andal, pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut harus

diakui dengan acuan pada tingkat penyelesaian dari transaksi pada tanggal

neraca. Hasil suatu transaksi dapat diestimasi dengan andal bila seluruh

kondisi berikut ini dipenuhi:

(a) jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal;


(b) besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi

tersebut akan diperoleh perusahaan;

(c) tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat

diukur dengan andal; dan

(d) biaya yang terjadi untuk transaksi tersebut dan biaya untuk

menyelesaikan transaksi tersebut dapat diukur dengan andal.

20 Pengakuan pendapatan dengan acuan pada tingkat penyelesaian dari

suatu transaksi sering disebut sebagai metode persentase penyelesaian.

Menurut metode ini, pendapatan diakui dalam periode akuntansi pada saat

jasa diberikan. Pengakuan pendapatan atas dasar ini memberikan informasi

yang berguna mengenai tingkat kegiatan jasa dan kinerja suatu perusahaan

dalam suatu periode.

21 Pendapatan diakui bila besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan

dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan. Namun, bila suatu

ketidakpastian timbul mengenai kolektibilitas suatu jumlah yang telah

termasuk dalam pendapatan, jumlah yang tidak tertagih, atau jumlah yang

pemulihannya (recovery) tidak lagi besar kemungkinannya, diakui sebagai

suatu beban dari pada penyesuaian jumlah pendapatan yang diakui semula.

22 Suatu perusahaan dapat membuat estimasi yang andal setelah

perusahaan tersebut mencapai persetujuan mengenai hal-hal berikut dengan

pihak lain dalam transaksi tersebut:

(a) hak masing-masing pihak yang pelaksanaannya dapat dipaksakan

dengan kekuatan hukum berkenaan dengan jasa yang diberikan dan

diterima pihak-pihak tersebut;


(b) imbalan yang harus dipertukarkan; dan

(c) cara dan persyaratan penyelesaian.

Biasanya perusahaan perlu mempunyai sistem anggaran dan pelaporan

keuangan intern yang efektif. Perusahaan tersebut menelaah dan bila perlu

merevisi estimasi pendapatan sewaktu jasa diberikan. Kebutuhan revisi

tersebut tidak perlu mengindikasikan bahwa hasil transaksi tersebut tidak

dapat diestimasi dengan andal.

23 Tingkat penyelesaian suatu transaksi dapat ditentukan dengan berbagai

metode. Suatu perusahaan menggunakan metode yang dapat mengukur

dengan andal jasa yang diberikan. Tergantung pada sifat transaksi, metode

tersebut dapat meliputi:

(a) survei pekerjaan yang telah dilaksanakan;

(b) jasa yang dilakukan hingga tanggal tertentu sebagai persentase dari

total jasa yang harus dilakukan;

(c) proporsi biaya yang terjadi hingga tanggal tertentu dibagi estimasi

total biaya transaksi tersebut. Hanya biaya yang mencerminkan jasa

yang dilaksanakan hingga tanggal tertentu dimasukkan dalam biaya

yang terjadi hingga tanggal tersebut. Hanya biaya yang mencerminkan

jasa yang dilakukan, atau yang harus dilakukan dimasukkan kedalam

estimasi total biaya transaksi tersebut.

Pembayaran berkala dan uang muka yang diterima dari pelanggan sering

tidak mencerminkan jasa yang dilakukan.

24 Untuk tujuan praktis, bila jasa dihasilkan oleh sejumlah kegiatan yang

tidak dapat ditentukan selama suatu periode tertentu, pendapatan diakui atas
dasar garis lurus selama periode tertentu kecuali jika ada bukti bahwa ada

metode lain yang lebih baik yang dapat mencerminkan tingkat penyelesaian.

Bila kegiatan tertentu jauh lebih signifikan daripada kegiatan yang lain,

pengakuan pendapatan ditunda sampai kegiatan yang signifikan tersebut

dilakukan.

25 Bila hasil transaksi yang meliputi penjualan jasa tidak dapat diestimasi

dengan andal, pendapatan yang diakui hanya yang berkaitan dengan beban

yang telah diakui yang dapat diperoleh kembali.

26 Selama tahap awal suatu transaksi, seringkali terjadi bahwa hasil

transaksi tersebut tidak dapat diestimasi dengan andal. Namun demikian,

besar kemungkinan terjadi bahwa perusahaan tersebut akan memperoleh

kembali biaya transaksi yang terjadi. Oleh karena itu, pendapatan yang diakui

hanya yang berkaitan dengan biaya yang telah terjadi yang diharapkan dapat

diperoleh kembali. Karena hasil transaksi tersebut tidak dapat diestimasi

dengan andal, tidak ada laba yang diakui.

27 Jika hasil dari suatu transaksi tidak dapat diestimasi dengan andal dan

kecil kemungkinan biaya yang terjadi akan diperoleh kembali, pendapatan

tidak diakui dan biaya yang terjadi diakui sebagai beban. Bila kondisi yang

semula mengakibatkan estimasi hasil kontrak tidak dapat dilakukan dengan

andal tidak lagi ada, pendapatan diakui sesuai dengan paragraf 19,

menggantikan paragraf 25.

Bunga, Royalti dan Dividen

28 Pendapatan yang timbul dari penggunaan aktiva perusahaan oleh pihakpihak lain yang
menghasilkan bunga, royalti dan dividen harus diakui atas

dasar yang dijelaskan dalam paragraf 29 bila:


(a) besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi

tersebut akan diperoleh perusahaan; dan

(b) jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal.

29 Pendapatan harus diakui dengan dasar sebaqai berikut:

(a) bunga harus diakui atas dasar proporsi waktu yang memperhitungkan

hasil efektif aktiva tersebut;

(b) royalti harus diakui atas dasar akrual sesuai dengan substansi

perjanjian yang relevan; dan

(c) dalam metode biaya (cost method), dividen tunai harus diakui bila hak

pemegang saham untuk menerima pembayaran ditetapkan.

30 Hasil efektif suatu aktiva merupakan tingkat yang diperlukan untuk

mendiskontokan aliran penerimaan kas dimasa depan yang diharapkan

selama hidup aktiva tersebut untuk menyamakan jumlah tercatat semula dari

aktiva tersebut. Pendapatan bunga mencakup jumlah amortisasi setiap

diskon, premium atau perbedaan lain antara jumlah tercatat semula dari

suatu instrumen hutang dan jumlahnya pada saat jatuh tempo.

31 Jika bunga yang belum dibayar telah diakru sebelum pembelian suatu

investasi (investment) yang berbunga, penerimaan bunga kemudian

dialokasikan antara periode sebelum dan sesudah; hanya bagian setelah

pembelian yang diakui sebagai pendapatan. Jika dividen pada sekuritas

ekuitas diumumkan dari penghasilan neto sebelum pembelian, dividen

tersebut dikurangi dari harga beli sekuritas tersebut. Jika sulit untuk

membuat alokasi seperti itu kecuali atas dasar arbriter, dividen diakui sebagai

pendapatan kecuali bila dividen itu dengan jelas merupakan suatu perolehan
kembali dari sebagian harga beli sekuritas ekuitas tersebut.

32 Royalti diakru sesuai dengan syarat perjanjian yang relevan kecuali,

dengan memperhatikan hakikat perjanjian, adalah lebih sesuai untuk

mengakui pendapatan atas suatu dasar yang sistematik dan rasional lain.

33 Pendapatan diakui bila besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan

dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan tersebut. Namun, bila

ketidakpastian timbul tentang kolektibilitas sejumlah yang telah termasuk

dalam pendapatan, jumlah yang tidak dapat ditagih, atau jumlah yang

pemulihannya tidak lagi besar kemungkinannya, diakui sebagai beban,

daripada penyesuaian jumlah pendapatan yang diakui semula.

Pengungkapan

34 Perusahaan harus mengungkapkan:

(a) kebijakan akuntansi yang dianut untuk pengakuan pendapatan

termasuk metode yang dianut untuk menentukan tingkat penyelesaian

transaksi penjualan jasa;

(b) jumlah setiap kategori signifikan dari pendapatan yang diakui selama

periode tersebut termasuk pendapatan dari:

(i) penjualan barang

(ii) penjualan jasa

(iii) bunga

(iv) royalti

(v) dividen

(c) jumlah pendapatan yang berasal dari pertukaran barang atau jasa

dimasukkan dalam setiap kategori yang signifikan dari pendapatan;


(d) pendapatan yang ditunda pengakuannya.

35 Suatu perusahaan mengungkapkan setiap keuntungan dan kerugian

kontinjen sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.8

tentang Kontinjensi dan Peristiwa Setelah Tanggal Neraca. Keuntungan dan

kerugian kontinjen dapat timbul dari pos-pos seperti biaya jaminan, klaim,

denda, atau kemungkinan kerugian lainnya.

PSAK No. 23 PENDAPATAN

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PERNYATAAN NO. 23

PENDAPATAN

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Pernyataan No. 23 terdiri dari

paragraf 36 - 44. Pernyataan ini harus dibaca dalam konteks paragraf 1-35.

36 Pernyataan ini harus diterapkan dalam akuntansi untuk pendapatan yang

timbul dari transaksi dan peristiwa ekonomi berikut ini:

(a) penjualan barang;

(b) penjualan jasa; dan

(c) penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak-pihak lain yang

menghasilkan bunga royalti dan dividen.

Pengukuran Pendapatan

37 Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau

yang dapat diterima.

Penjualan Barang

38 Pendapatan dari penjualan barang harus diakui bila seluruh kondisi berikut

dipenuhi:

(a) perusahaan telah memindahkan risiko secara signifikan dan telah


memindahkan manfaat kepemilikan barang kepada pembeli;

(b) perusahaan tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian efektif

atas barang yang dijual;

(c) jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal;

(d) besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan

transaksi akan mengalir kepada perusahaan tersebut; dan

(e) biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan

transaksi penjualan dapat diukur dengan andal.

Penjualan Jasa

39 Bila hasil suatu transaksi yang meliputi penjualan jasa dapat diestimasi

dengan andal, pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut harus

diakui dengan acuan pada tingkat penyelesaian dari transaksi pada tanggal

neraca. Hasil suatu transaksi dapat diestimasi dengan andal bila seluruh

kondisi berikut ini dipenuhi:

(a) jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal;

PSAK No. 23 PENDAPATAN

13 of 14

(b) besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubun

(b) besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi

tersebut akan diperoleh perusahaan;

(c) tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat

diukur dengan andal; dan

(d) biaya yang terjadi untuk transaksi tersebut dan biaya untuk

menyelesaikan transaksi tersebut dapat diukur dengan andal.


40 Bila hasil transaksi yang meliputi penjualan jasa tidak dapat diestimasi

dengan andal, pendapatan yang diakui hanya yang berkaitan dengan beban

yang telah diakui yang dapat diperoleh kembali.

Bunga, Royalti dan Dividen

41 Pendapatan yang timbul dari penggunaan aktiva perusahaan oleh pihakpihak lain yang
menghasilkan bunga, royalti dan dividen harus diakui atas

dasar yang diatur dalam paragraf 42 bila:

(a) besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi

tersebut akan diperoleh perusahaan; dan

(b) jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal.

42 Pendapatan harus diakui dengan dasar sebaqai berikut:

(a) bunga harus diakui atas dasar proporsi waktu yang memperhitungkan

hasil efektif aktiva tersebut;

(b} royalti harus diakui atas dasar akrual sesuai dengan substansi

perjanjian yang relevan; dan

(c) dalam metode biaya (cost method), dividen tunai harus diakui bila hak

pemegang saham untuk menerima pembayaran ditetapkan.

Pengungkapan

43 Perusahaan harus mengungkapkan:

(a) kebijakan akuntansi yang dianut untuk pengakuan pendapatan

termasuk metode yang dianut untuk menentukan tingkat penyelesaian

transaksi penjualan jasa;

(b) jumlah setiap kategori signifikan dari pendapatan yang diakui selama

periode tersebut termasuk pendapatan dari:

(i) penjualan barang


(ii) penjualan jasa

(iii) bunga

(iv) royalti

(v) dividen

(c) jumlah pendapatan yang berasal dari pertukaran barang atau jasa

dimasukkan dalam setiap kategori yang signifikan dari pendapatan;

(d) pendapatan yang ditunda pengakuannya.

F.

 
Program loyalitas pelanggan digunakan entitas untuk menyediakan insentif kepada pelanggan untuk
membeli barang atau jasa mereka. Jika pelanggan membeli barang atau jasa, entitas akan
memberikan poin penghargaan kepada pelanggan (seringkali dideskripsikan sebagai “poin”).
Pelanggan dapat menukar kredit penghargaan tersebut dengan barang atau jasa secara gratis atau
dengan potongan harga.

Interpretasi ini berlaku untuk poin penghargaan loyalitas pelanggan yang:


a. entitas memberikan kepada pelanggannya sebagai bagian dari transaksi penjualan, yaitu
penjualan barang, pemberian jasa atau penggunaan aset entitas oleh pelanggan, dan
b. bergantung pada pemenuhan terhadap setiap kondisi lebih lanjut yang dipersyaratkan,
pelanggan dapat menukar barang atau jasa secara gratis atau dengan potongan harga di masa
depan.

Entitas menerapkan PSAK 23: Pendapatan paragraf 13 dan mencatat poin penghargaan sebagai
komponen yang diidentifikasikan secara tersendiri dari transaksi penjualan pada saat diberikan
(“penjualan awal”). Imbalan yang dialokasikan pada poin penghargaan diukur dengan mengacu pada
nilai wajarnya.

Entitas menerapkan Interpretasi ini untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah
tanggal 1 Januari 2011. Entitas menerapkan penyesuaian atas paragraf 06, PP01, PP02, dan PP03
secara prospektif untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2015.

F. Pada dasarnya, sebuah perusahaan baru akan mengakui pendapatannya pada saat
penjualan terjadi (proses pengiriman) karena saat itu resiko
penjualan dan kepemilikannya telah ditransfer atau dipindahkan dan nilai
harga pertukarannya pun diketahui. Dalam beberapa kondisi, perusahaan
mengakui pendapatannya saat sebelum penyelesaian dan pengiriman. Hal
itulah yang terjadi dalam akuntansi kontrak jangka panjang. Kontrak jangka
panjang biasanya menetapkan bahwa penjual (kontraktor) dapat menagih
pembeli (klien/pemilik tender) dengan interval tertentu, saat dimana proyek
yang dijalankan telah mencapai titik tertentu dalam penyelesaian. Saat suatu
proyek terdiri dari beberapa unit yang terpisah, seperti bagian-bagian
bangunan tertentu atau jarak per km pembangunan jalan, maka ketentuan
kontrak dapat ditetapkan pada tiap pemasangan. Dalam hal ini, kontraktor
dapat menagih klien pada saat penyelesaian di batas tertentu, seperti
misalnya pada tiap pembangunan jalan 10 km atau pada tiap pembangunan
suatu unit gedung tertentu. Menurut PSAK 34 (revisi 2010), “Kontrak
konstruksi adalah suatu kontrak yang dinegosiasikan secara khusus untuk
konstruksi suatu aset atau suatu kombinasi aset
G. 10 yang berhubungan erat satu sama lain atau saling tergantung dalam hal
rancangan, teknologi, dan fungsi atau tujuan pokok penggunaan.” Untuk
penentuan perlakuan akuntansi kontrak konstruksi dibagi menjadi 2 macam:
•Kontrak Tunggal – Misalnya: hanya kontrak untuk membangun rumah saja , atau
jembatan, bendungan, pipa, dll. •Kontrak yang Sifatnya Rumit – Satu proyek
yang terpecah menjadi beberapa kontrak dimana aktivitasnya saling terkait.
Contohnya: pembangunan kilang minyak, terdiri dari engineering atau
perencanaan serta desain konstruksi, pembelian pengadaan barang, dan
akhirnya konstruksi di lapangan (on site). Kontrak konstruksi dirumuskan dalam
berbagai cara. Dalam akuntansi, rumusan kontrak konstruksi dibagi menjadi 2
macam, yaitu: •Kontrak Harga Tetap – kontrak konstruksi dengan syarat
bahwa kontraktor telah menyetujui nilai kontrak yang telah ditentukan, atau
tarif tetap yang telah ditentukan per unit output, yang dalam beberapa hal
tunduk pada ketentuan-ketentuan kenaikan biaya. •Kontrak Biaya Plus -
kontrak konstruksi yang mana kontraktor mendapatkan penggantian untuk
biaya-biaya yang telah diizinkan atau telah ditentukan, ditambah imbalan
dengan persentase terhadap biaya atau imbalan tetap. Ada 2 metode akuntansi
yang berbeda untuk kontrak konstruksi jangka panjang yang telah diakui,
yaitu: •Percentage of Completion Method. Mengakui pendapatan dan laba
kotor pada tiap periode berdasarkan dari kemajuan pada proses konstruksi.
H. 11 •Cost Recovery (zero-profit) Method. Pada beberapa kasus, pendapatan
kontrak baru diakui hanya sebatas pada biaya yang dikeluarkan yang
diharapkan akan diperoleh kembali. Setelah seluruh biaya diakui, barulah laba
diakui. Perusahaan harus menggunakan percentage-of-completionmethod saat
mengestimasi kemajuan kearah penyelesaian, pendapatan, dan biaya yang bisa
diestimasi secara andal dan seluruh kondisi di bawah ini terpenuhi: 1.Total
pendapatan kontrak dapat ditentukan secara andal. 2.Besar kemungkinannya
manfaat ekonomi yang sehubungan dengan kontrak tersebut akan mengalir
kepada perusahaan. 3.Biaya kontrak untuk menyelesaikan kontrak dan tahap
penyelesaian kontrak pada akhir periode pelaporan dapat diukur dengan andal.
4.Biaya kontrak yang berhubungan dengan kontrak dapat diidentifikasi secara
jelas dan andal sehingga biaya kontrak yang terjadi dapat dibandingkan
dengan perkiraan sebelumnya. Perusahaan dapat menggunakan cost-recovery
method saat salah satu dari kondisi dibawah ini terjadi: •Saat perusahaan
tidak dapat memenuhi kondisi/syarat dari penggunaan metode percentage-of-
completion•Saat ada bahaya yang melekat dalam kontrak melebihi kondisi
normal.
I. 12 II.1.1.1 Metode Persentase Penyelesaian Metode persentase penyelesaian
mengakui pendapatan, biaya, dan laba kotor sesuai dengan tercapainya
kemajuan ke arah penyelesaian kontrak jangka panjang.Untuk menerapkan
metode persentase penyelesaian, perusahaan harus mempunyai beberapa dasar
atau standar untuk mengukur kemajuan ke arah penyelesaian pada tanggal
interim tertentu.Perusahaan menggunakan metode yang bermacam-macam
dalam menentukan besarnya kemajuan kearah penyelesaian. Yang paling
umum adalah metode biaya untuk biaya (cost-to-cost) dan unit untuk
pengiriman (units-to-delivery). Tujuan dari semua metode ini adalah untuk
menentukan seberapa besar kemajuannya dalam hal biaya, unit, dan nilai
tambah. Tingkat penyelesaian kontrak dapat ditentukan dengan jalan yang
berbeda-beda. Perusahaan seharusnya menggunakan metode yang dapat
mengukur pekerjaan yang diselesaikan dengan cara yang paling andal.
Perlunya perhatian bahwa kemajuan dan pembayaran uang muka yang
diterima dari pelanggan seringkali tidak mencerminkan pekerjaan sebenarnya
yang dilakukan. Disebutkan bahwa untuk perhitungan persentase
penyelesaian dasar biaya terhadap biaya dengan metode cost-to-cost yaitu:
Biaya yang terjadi sampai saat ini = Persentase penyelesaian Estimasi
total biaya terkini Persentase yang didapatkan dari perhitungan biaya yang
terjadi atas total biaya selanjutnya digunakan dalam menentukan pengakuan atas
pendapatan dan laba kotor. Persentase penyelesaian x Estimasi total pendapatan
(atau laba kotor)
J. 13 = Pendapatan (atau laba kotor) yang akan diakui sampai tanggal ini Untuk
mengetahui jumlah pendapatan dan laba kotor yang diakui setiap periode dapat
diperoleh dengan cara: Pendapatan (atau laba kotor) Pendapatan (atau laba
kotor) Pendapatan yang akan diakui - yang diakui dalam =
(laba kotor) sampai tanggal ini periode sebelumnya periode
berjalan Apa yang disarankan dalam PSAK 34 sebenarnya terlalu
‘berbahaya’ karena meskipun aspek legalitas kontrak telah terpenuhi, selama
hasil perkembangan pekerjaan belum pasti diketahui, tetap saja estimasi yang
telah dibuat belum tentu benar-benar terjadi. Penerapan metode ini tidaklah
mudah. Tantangannya ada pada tingkat akurasi estimasi-estimasi yang telah
dibuat jauh lebih ketat dibandingkan jenis aktivitas usaha lainnya. II.1.1.2
Metode Biaya Pemulihan (Cost-Recovery) Metode ini mengakui pendapatan
hanya kepada besarnya biaya yang terjadi yang diharapkan dapat diterima
kembali. Laba kotor baru bisa diakui hanya apabila seluruh biaya telah
terjadi. II.1.2 PSAK 34 (revisi 2010) Mengenai Kontrak Konstruksi PSAK
adalah standar yang digunakan untuk pelaporan keuangan di Indonesia.
PSAK digunakan sebagai pedoman akuntan untuk membuat laporan
keuangan sesuai dengan permasalahan dan bidangnya yang sudah
dikelompokkan masing-masing.
K. 14 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan nomor 34 adalah mengatur
mengenai kontrak konstruksi yang terjadi pada perusahaan-perusahaan
industri konstruksi. PSAK ini adalah untuk menggambarkan perlakuan
akuntansi pendapatan dan biaya yang berhubungan dengan kontrak konstruksi.
Oleh karena sifat dari aktivitas yang dilakukan pada kontrak konstruksi, tanggal
saat aktivitas kontrak mulai dilakukan dan tanggal saat aktivitas tersebut
diselesaikan biasanya jatuh pada periode akuntansi yang berlainan. Oleh
karena itu, persoalan utama dalam akuntansi kontrak konstruksi adalah
alokasi pendapatan kontrak dan biaya kontrak pada periode di mana
pekerjaan konstruksi tersebut dilaksanakan. Pernyataan ini menggunakan
kriteria pengakuan yang diatur dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuangan untuk menentukan kapan pendapatan dan biaya
suatu kontrak konstruksi diakui sebagai pendapatan dan beban dalam laporan
laba rugi komparatif. Dewan Standar Akuntansi Keuangan telah menyetujui
hasil revisinya pada tanggal 12 Oktober 2010 yang secara umum dapat dilihat
perbedaannya antara PSAK 34 (revisi 2010) dengan PSAK 34 (revisi 1994)
sebagai berikut: Perihal PSAK 34 (revisi 2010) PSAK 34 (1994) Atribusi dan
alokasi biaya ke kontrak Biaya peminjaman dapat diatribusikan pada
aktivitas kontrak secara umum dan dapat dialokasikan pada kontrak tertentu
Tidak mengatur hal tersebut Pembebanan biaya kepada pelanggan Termasuk
biaya administrasi umum dan biaya pengembangan yang penggantiannya
ditentukan dalam persyaratan kontrak Tidak mengatur hal tersebut
L. 17 II.1.2.1 Perbedaan Mendasar Penerapan Pendapatan dengan PSAK 23 PSAK
23 mengatur mengenai Pengakuan Pendapatan dalam ruang lingkup
penjualan barang, penjualan jasa, dan penggunaan aset entitas oleh pihak lain
yang menghasilkan bunga, royalti, dan dividen. Dalam kriterianya, PSAK 23
mengakui bahwa pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima
atau dapat diterima. Jika hasil transaksi penjualan jasa dapat diestimasi
dengan andal, maka pendapatan diakui dengan acuan pada tingkat
penyelesaian transaksi pada akhir periode pelaporan. Tetapi apabila tidak dapat
diukur dengan andal maka pendapatan diukur pada nilai wajar jasa yang
diserahkan, disesuaikan dengan jumlah kas atau setara kas yang ditransfer,
sedangkan pada kegiatan konstruksi yang bersifat jangka panjang, hal
tersebut sulit ditentukan dikarenakan penyelesaian akhir kontrak tidak pada tahun
yang sama. II.1.2.2 Perbandingan dengan ISAK 21: Perjanjian Konstruksi Real
Estat ISAK 21 membahas mengenai pengakuan pendapatan aktivitas dalam
suatu perjanjian konstruksi real estat. Jika pembeli dapat menentukan elemen
struktural utama desain real estat, maka hal ini mengacu kepada PSAK 34.
Dan jika pembeli memiliki kemampuan terbatas untuk mempengaruhi desain
real estat atau hanya menentuakan perubahan kecil atas desain awal, maka
mengacu kepada penjualan barang dalam PSAK 23. Hal tersebut bergantung
kepada ketentuan yang ada dalam perjanjian dan seluruh fakta dan kondisi
yang ada dalam menentukan apakah perjanjian suatu konstruksi masuk dalam
ruang lingkup ISAK 21 atau PSAK 34.
M. 18 PSAK 34 diterapkan ketika perjanjian memenuhi definisi kontrak
konstruksi yang dijelaskan dalam PSAK 34 (revisi 2010) halaman 34.2,
baris 29: “suatu kontrak yang dinegosiasikan secara khusus untuk konstruksi
suatu aset atau suatu kombinasi aset atau suatu kombinasi aset yang
berhubungan erat satu sama lain atau saling tergantung dalam hal rancangan ,
teknologi, dan fungsi atau tujuan pokok penggunaan” II.1.3 Pengertian
Pendapatan, Biaya, dan Laba II.1.3.1 Pendapatan Akuntansi merupakan kegiatan
jasa yang berfungsi menyediakan informasi keuangan suatu badan usaha
tertentu. Informasi ini disajikan dalam laporan keuangan yang terdiri dari
neraca, laporan laba rugi, laporan laba ditahan, laporan perubahan posisi
keuangan, serta catatan atas laporan keuangan. Neraca menunjukkan posisi
keuangan suatu perusahaan pada suatu waktu tertentu, dimana informasi
yang tersedia berupa informasi harta, kewajiban serta modal. Perhitungan laba
rugi menunjukkan pendapatan yang diperoleh, biaya yang dikeluarkan, serta hasil
usaha yang diperoleh dalam suatu periode yang terakhir pada tanggal yang
tertera di neraca. Laporan perubahan posisi keuangan menyajikan kegiatan
pembiayaan dan investasi perusahaan. Dengan adanya informasi mengenai
pendapatan, maka perusahaan dapat membandingkan antara modal yang
tertanam dengan penghasilan sebagai alat untuk mengukur kinerja efisiensi
perusahaan dan dapat memprediksi distribusi dividen di neraca yang akan
datang.
N. 19 Pendapatan sebagai salah satu elemen penting penentuan laba rugi
suatu perusahaan belum mempunyai pengertian yang seragam. Hal ini disebabkan
pendapatan biasanya dibahas dalam hubungannya dengan pengukuran dan
waktu pengakuan pendapatan itu sendiri. Salah satu pertimbangan yang paling
mendasar bagi pihak yang akan mengambil keputusan memasuki sebuah bisnis
adalah jumlah pendapatan yang akan diperoleh dari operasi usaha dalam
periode tertentu. Dalam bisnis, pendapatan adalah jumlah uang yang diterima
oleh perusahaan dari aktivitasnya, kebanyakan dari penjualan produk
dan/atau jasa kepada konsumen. Bagi investor, pendapatan kurang penting
dibanding keuntungan, yang merupakan jumlah uang yang diterima setelah
dikurangi oleh beban. Pertumbuhan pendapatan merupakan indikator penting
dari penerimaan pasar dari produk dan jasa perusahaan tersebut. Pertumbuhan
pendapatan yang konsisten, dan juga pertumbuhan keuntungan, dianggap
penting bagi perusahaan yang dijual sahamnya kepada publik, karena semua
itu ditujukan agar menarik para investor untuk berinvestasi ke dalam perusahaan
tersebut. Pendapatan menurut PSAK 23 (Revisi 2010) yaitu “arus masuk
bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal entitas selama
suatu periode jika arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas yang
tidak berasal dari kontribusi penanam modal.” Dalam PSAK 34 (Revisi 2010)
dijelaskan juga mengenai pendapatan kontrak pada halaman 34.5, baris ke 4:
“Pendapatan kontrak diukur pada nilai wajar dari imbalan yang diterima atau
akan diterima. Pengukuran pendapatan kontrak dipengaruhi oleh beragam
ketidak pastian yang bergantung pada hasil dari peristiwa di masa depan.

Anda mungkin juga menyukai