Anda di halaman 1dari 15

KELOMPOK 5 :

Rinda Lestari C1C017006

Ronie Surya Utama C1C017042

Dinda Aulia C1C017050

Herdaswita C1C017078

Mira Atika Jati C1C017082

ANALISIS KASUS ENRON

Profil Enron Corporation

Enron Corporation adalah sebuah perusahaan energi Amerika yang berbasis di


Houston, Texas, Amerika Serikat. Enron jejak akarnya adalah Perusahaan Gas Alam
Utara, yang dibentuk pada tahun 1932, di Omaha, Nebraska. Enron merupakan
perusahaan dari penggabungan antara InterNorth (penyalur gas alam melalui pipa)
dengan Houston Natural Gas. Kedua perusahaan ini bergabung pada tahun 1985
oleh Kenneth Lay. Pada tahun 1997 Enron membeli perusahaan pembangkit listrik
“Portland General Electric Corp” senilai $ 2 milyar. Sebelum tahun 1997 berakhir,
manajemen mengubah perusahaan tersebut menjadi “Enron Capital and Trade
Resources” yang menjadi perusahaan Amerika terbesar yang memperjualbelikan gas
alam serta listrik (Sanjaya: 2014).

Enron Corporation yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang energi


tersebut melakukan penjualan listrik dengan menggunakan harga pasar pada awal
tahun 1990. Adanya hasil Kongres Amerika Serikat yang memutuskan untuk
melakukan deregulasi penjualan gas alam telah menyebabkan Enron mengalami
peningkatan pendapatan yang signifikan. Enron merupakan penjual gas alam terbesar
pada tahun 1992 di Amerika Utara, kontrak penjualan gas Enron menghasilkan laba
sebelum pajak sebesar $122 juta, dan merupakan penyumbang kedua terbesar dalam
laba usaha perusahaan (Isanty: 2016).

Dalam upaya untuk memperluas pertumbuhan bisnis perusahaan, Enron


menerapkan strategi bisnis diversifikasi. Perusahaan tersebut memiliki dan
mengoperasikan berbagai aset meliputi gas pipelines, electricity plants, pulp and
paper plants, water plants, dan broadband services. Perkembangan pesat Enron telah
menyebabkan harga saham perusahaan tersebut mengalami kenaikan sebesar 311%
dari awal tahun 1990 sampai akhir tahun 1998. Pada tahun 1999 harga saham
mengalami kenaikan sebesar 56% dan pada tahun 2000 sebesar 87%. Harga saham
per lembar perusahaan adalah sebesar $83.13 (Isanty: 2016).

Tidak cukup dengan prestasi tersebut, Enron membentuk pula “Enron Online”
(EOL) pada bulan Oktober 1999. EOL merupakan unit usaha Enron yang secara
online memasarkan produk energi secara elektronik lewat website. Dalam sekejap,
EOL berhasil melaksanakan transaksi senilai $335 milyar pada tahun 2000. Pada
Januari 2000, Enron mengumumkan sebuah rencana besar yang amat ambisius untuk
membangun jaringan elektronik broadbrand yang berkecepatan tinggi (high speed
broadbrand) dengan kapasitas jaringan penjualan brandwidth untuk melakukan
penjualan gas serta listrik. Enron membiayai ratusan juta dollar guna melaksanakan
program ini. Walaupun keuntungannya belum nampak, namun harga saham Enron di
Wall Street melonjak menjadi $40, bahkan meningkat menjadi $90,56, sehingga
Enron dinyatakan oleh majalah Fortune maupun media lain sebagai “one of the most
admired and innovative companies in the world” (Djohan: 2008).

Profil KAP Arthur Andersen

KAP Arthur Andersen didirikan pada tahun 1913 oleh Arthur Andersen dan
Clarence Delany sebagai Anderse Delany & Co. Perusahaan tersebut berubah nama
menjadi Arthur Andersen & Co. pada tahun 1918. Arthur Andersen adalah aktivis
pembentukan standar dalam industri akuntansi. Ketika munculnya opsi saham dalam
bentuk kompensasi, Arthur Andersen adalah KAP pertama yang mengusulkan ke
FASB bahwa opsi saham harus disertakan pada laporan biaya sehingga berdampak
pada laba bersih seperti kompensasi dalam bentuk tunai. Setelah konsultasi IT
ditetapkan pada tahun 1980, Arthun Andersen pun mengembangkan praktek
konsultasi di bidang IT tersebut, sementara KAP lain masih berfokus pada konsultasi
jasa audit. KAP Arthur Andersen berjuang untuk menyeimbangkan antara
“faithfulness to accouting standards” dengan “its clients’ desire to maximize profits”
(Kurnia: 2014).

KAP Arthur Andersen adalah perusahaan jasa akuntansi yang berbasis


di Chicago, Illinois, Amerika Serikat. Kantor Akuntan Publik tersebut termasuk
dalam “The Big Five” bersama dengan Pricewaterhouse Coopers, Deloitte, Ernst &
Young, dan KPMG. Arthur Andersen menjadi auditor eksternal Enron sekaligus
konsultan manajemennya dengan bayaran $5 juta untuk biaya audit dan $50 juta
untuk biaya konsultasi. Hal inilah yang menyebabkan konflik kepentingan di tubuh
Arthur Andersen sendiri, karena pembayaran atas jasa yang dilakukannya terlampau
besar, sehingga memunculkan kurangnya independensi dalam proses pengauditan
laporan keuangan Enron. Sehingga, pada tahun 2002 perusahaan ini secara sukarela
menyerahkan izin praktiknya sebagai Kantor Akuntan Publik setelah dinyatakan
bersalah dan terlibat dalam skandal Enron dan menyebabkan 85.000 orang kehilangan
pekerjaannya (Isanty: 2016).

Skandal Akuntansi Enron Corporation

Pada tanggal 2 Desember 2001, dunia perekonomian dikejutkan dengan berita


yang berasal dari kota minyak Houston di Texas, Amerika. Enron, perusahaan ke
tujuh terbesar di Amerika, perusahaan energi perdagangan terbesar di dunia
menyatakan dirinya bangkrut (Djohan: 2008).

Bangkrutnya Enron dianggap bukan lagi semata-mata sebagai sebuah kegagalan


bisnis, melainkan sebuah skandal yang multidimensional, yang melibatkan politisi
dan pemimpin terkemuka di Amerika Serikat. Hal ini bisa dilihat dari beberapa fakta
yang cukup mencengangkan (Sanjaya: 2014). Kebangkrutan bukan disebabkan oleh
perekonomian dunia yang sedang melemah, melainkan kesalahan fatal dalam sistem
akuntan mereka. Selama tujuh tahun terakhir, Enron melebih-lebihkan laba bersih dan
menutup-tutupi utang. Auditor independen, Arthur Andersen ikut berperan dalam
"menyusun" pembukuan kreatif Enron. Lebih buruk lagi, kantor hukum yang menjadi
penasihat Enron, Vinson & Eikins, juga dituduh ikut ambil bagian dalam korupsi
skala dunia ini dengan membantu membuka partnership-partnership kontroversial
yang dianggap sebagai awal dari kehancuran Enron (Djohan: 2008).

Dalam proses pengusutan sebab-sebab kebangkrutan itu Enron dicurigai telah


melakukan praktek window dressing yaitu dengan cara penundaan pencatatan piutang
karena kasnya digunakan untuk kepentingan pribadi. Manajemen Enron telah
menggelembungkan (mark up) pendapatannya US$ 600 juta, dan menyembunyikan
utangnya sejumlah US$ 1,2 miliar. Menggelembungkan nilai pendapatan dan
menyembunyikan utang senilai itu tentulah tidak bisa dilakukan sembarang orang.
Diperlukan keahlian khusus dari para profesional yang bekerja pada atau disewa oleh
Enron untuk menyulap angka-angka, sehingga selama bertahun-tahun kinerja
keuangan perusahaan ini tampak tetap mencorong. Dengan kata lain, telah terjadi
sebuah kolusi tingkat tinggi antara manajemen Enron, analis keuangan, para
penasihat hukum, dan auditornya. Belakangan diketahui bahwa auditor Enron, Arthur
Andersen kantor Hudson, telah ikut membantu proses rekayasa keuangan tingkat
tinggi itu (Sanjaya: 2014).

Pihak-pihak yang Terlibat dalam Skandal Enron Corporation

Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam skandal Enron Corporation dalam


Kurnia: 2014, antara lain sebagai berikut:

a. Pihak dari Enron Corporation


 Kenneth Lay (Founder, Chairman dan CEO)
Enron ini dibangun dengan hutang dan dalam kegiatan operasionalnya juga
berhutang lagi kepada pihak lain. Sehingga hutangnya semakin bertambah
banyak. Ken Lay adalah seseorang yang telah mendirikan Enron, tetapi dia
membangun Enron dengan banyak hutang kepada pihak lain. Ketika Enron
mengalami keadaan yang sulit, dalam hal ini dalam keadaan hampir
bangkut, Ken Lay mengatakan perusahaannya dalam keadaan yang baik-
baik saja.
 Jeffrey Skilling (Mantan Presiden, dan COO)
Jeffrey Skilling berhasil membuat Enron menjadi sebuah perusahaan
perdagangan yang sangat besar dan ekspansif. Namun, karena ambisinya
mengesampingkan rambu-rambu aturan yang berlaku baik aturan SEC
maupun prinsip akuntansi yang berterima umum. Ia bersama Andrew
Fastow memanipulasi laporan keuangan Enron. Skilling merekrut Andrew
Fastow, seorang ahli keuangan, untuk membantu menjalankan bisnis
perdagangan gas alam, dan keduanya telah datang dengan gagasan yang
pandai dalam melaporkan nilai dari kontrak jangka panjang yang mereka
beli atau jual.
 Andrew Fastow (Mantan CFO)
Andrew Fastow memanipulasi untuk membentuk anak perusahaan yang
hanya dipakai oleh Enron untuk mendapatkan pinjaman dana dari bank,
sehingga dalam laporan keuangan yang dimiliki oleh Enron tidak
mengalami penambahan hutang.
 Board of directors
Dewan Direksi Enron gagal melidungi pemegam saham Enron dan
memberikan konstribusi pada kejatuhan perusahaan publik terbesar ke
tujuh di AS, dengan membiarkan Enron terlibat dalam praktik akuntansi
beresiko tinggi, konflik transaksi kepentingan yang tidak pantas,
pengungkapan kegiatan penghancuran dokumen penting, dan kompensasi
eksekutif yang berlebihan. Dewan mengetahui hal ini tetapi lebih memilih
untuk menutup mata dan merugikan pemegang saham, karyawan, dan
rekan bisnis.
 Karyawan Enron
Enron memaksa karyawan dalam hal pengelolaan dana pensiun, di mana
diharuskan pembelian saham perusahaan sebagai dana pensiun, karyawan
percaya atas reputasi perusahaan. Tujuan Enron adalah menaikan harga
saham perusahaan dengan cara ini. Dan pada saat masa jatuhnya enron,
para ekskutif yang terlebih dahulu tahu telah menjual sahamnya, sedangkan
karyawan hanya dapat menjual saham sampai pada harga 26 sen.
 Sheron Wattkins
Sherron adalah seorang akuntan profesional yang kompeten dan telah
bekerja untuk Arthur Andersen selama bertahun-tahun sebelum bergabung
dengan Enron. Dia mengeluhkan praktik akuntansi agresif yang dilakukan
oleh Enron. Ketika Lay tidak merespon surat yang ia tulis, Sharron pun
memberikan kesaksian di depan komte penyelidikan. Seandainya ada
anggota dewan yang mendengarkan kekhawatirannya mengenai Enron,
mungkin tindakan pencegahan dapat dilakukan.
b. Pihak dari KAP Arthur Andersen
Peran KAP Arhur Andersen dalam skandal Enron antara lain sebagai
eksternal auditor Enron, sebagai konsultan akuntansi dan manajemen
berkaitan dengan pengakuan SPE, sebagai internal auditor Enron, sebagai
konsultan perpajakan Enron, dan sebagai penasihat dari pengungkapan
masalah keuangan. Budaya internal KAP Arthur Andersen didorong oleh
keinginan untuk mendapatkan penghasilan, sehingga Enron adalah salah satu
sumber kekayaan KAP. Mengingat fakta ini, AA dan personelnya dihadapkan
pada beberapa konflik kepentingan, yang mungkin telah dilanggar dan
melemahkan tekad mereka untuk bertindak dalam hubungan fidusia mereka
sebagai auditor, termasuk mengaudit kerja mereka sendiri sebagai konsultan
SPE, menyebabkan kurangnya objektivitas, serta kepentingan diri sendiri
berperang melawan kepentingan umum yang mengarah ke keinginan untuk
memuaskan manajemen Enron. David B. Duncan menjadi karyawan Andersen
selama 20 tahun, ia bertanggung jawab atas Enron sejak 1997, ia dibayar lebih
dari $1 juta. David dipecat dari Andersen pada Januari 2002 dan dibebankan
hukuman karena telah memerintahkan staff Andersen untuk menghancurkan
lebih dari 1 ton dokumen yang berkaitan dengan Enron. Pada 9 April 2002,
David mengaku bersalah dengan hukuman maksimum 10 tahun.
c. Pihak-pihak luar lain yang terlibat
 Securities and Exchange Commission (US SEC)
SEC juga harus bertanggungjawab pada kasus ini karena mereka
memberikan persetujuan kepada Skilling dan Andrew Fastow untuk
menggunakan metode akuntansi yang menguntungkan bagi mereka. Dalam
hal ini seharusnya SEC tidak menyetujui hal tersebut, karena hanya akan
menguntungkan beberapa pihak saja, dan pihak lainnya akan dirugikan
dengan diperbolehkannya penggunaan metode tersebut.
 Mitra kerja
Mitra kerja dan konsumen Enron dirugikan dalam hal ini, sebut saja
Blockbuster. Begitupun dengan pemasok dan kreditor yang bekerja sama
dengan Enron.
 Investor
Sebagai hasil dari skandal Enron, investor baik pribadi maupun kelompok,
kehilangan jutaan dollar karena mereka mendapatkan informasi yang salah
mengani kinerja keuangan perusahaan, semua pemegang saham kehilangan
uang yang telah mereka investasikan setelah Enron jatuh bangkrut.
 White House
Skandal ini semakin rumit dengan ditengarainya keterlibatan banyak
pejabat tinggi gedung putih dan politisi di Senat Amerika Serikat yang
pernah menerima kucuran dana politik dari perusahaan ini. Akibat pertalian
semacam itu, banyak orang curiga pemerintahan Bush dan para politisi
telah dan akan memberikan perlakuan istimewa, baik dalam bisnis Enron
selama ini maupun dalam proses penyelamatan perusahaan itu.
 Jaksa Penuntut Enron dan Departement of Justice
Penuntutan terhadap Enron (yang seringkali diprakarsai oleh SEC) telah
menyebabkan peningkatan ekspektasi kinerja dan agresivitas kejaksaan, di
mana penjahat kelas eksekutif dicurigai. Eliot Spitzer (Attoney General for
The Northen District of Illinnois) dan Patrick J. Fitzgerald (US Attorney
for the Nothern District of Illinois) muncul sebagai jaksa umum dengan
ikon “anjing penyerang” yang mengejar setiap eksekutif Enron dengan
penuh semangat. Spitzer lebih mengutamakan penjahat selebriti dan
eksekutif senior sebagai contoh bagi orang lain, terutamaa saat SEC lambat
untuk bertindak.

Penyebab Terjadinya Skandal Enron Corporation

Begitu kompleksnya model usaha yang dimiliki oleh Enron, yang terdiri dari
beragam produk, termasuk aset tetap dan perdagangan yang melampaui skala
nasional telah menyebabkan adanya keterbatasan akuntansi. Enron mengambil
keuntungan penuh dari keterbatasan akuntansi tersebut untuk menyusun dan memoles
laporan keuangan perusahaan. Dua hal utama yang mendasari permasalahan pada
laporan keuangan Enron adalah perdagangan yang meliputi kontrak jangka panjang
yang kompleks dan struktur transaksi finansial perusahaan yang berupa konsolidasi
entitas bertujuan khusus (special purpose entities) (Kurnia: 2014).

Adapun beberapa penyebab terjadinya skandal perusahaan Enron antara lain


sebagai berikut:

a. Trading Business dan Market-to-Market Accounting


Pada bisnis gas alam Enron, perlakuan akuntansinya sangatlah mudah, yaitu
pada setiap periode tertentu, perusahaan akan membuat daftar biaya supply
gas dan pendapatan aktual yang diterima dari penjualan tersebut. Namun pada
bisnis perdagangan, Enron mengadopsi mark-to-market accounting, yakni
begitu sebuah kontrak jangka panjang ditandatangani, present value dari
future inflows dari kontrak tersebut diakui sebagai pendapatan dan present
value dari biaya kontrak tersebut dianggap sebagai biaya. Dalam hal ini,
keberlangsungan kontrak jangka panjang tersebut seringkali dipertanyakan.
Dengan adanya kesulitan untuk penerapan matching principle antara profit
dan cash, telah memberikan laporan yang menyesatkan bagi investor.
Unrealized gains and losses pada market value dari kontrak jangka panjang
(yang tidak di-hedging) kemudian dilaporkan sebagai bagian dari pendapatan
tahunan pada saat terjadinya. Sebagai contoh, Enron melakukan kontrak
kerjasama dengan Blockbuster Video pada tahun 2000. Pilot Project tersebut
terdapat di Portland, Seattle dan Salt Lake City. Berdasarkan proyek tersebut
Enron kemudian mengakui estimasi profit sebesar $ 110 juta walaupun
berbagai kalangan mempertanyakan keberlangsungan teknis dari proyek
tersebut dan permintaan pasar. Ketika jaringan tersebut gagal, Blockbuster
menarik kerjasamanya dan Enron tetap meneruskan untuk mengakui future
profit walaupun kontrak tersebut berakhir dengan kerugian.
b. Special Purpose Entities
Enron telah menggunakan ratusan special purpose entities sampai dengan
tahun 2001 di mana kebanyakan SPE tersebut digunakan untuk mendanai
pembelian forward contract dengan produsen gas untuk menyuplai gas dalam
sebuah kontrak jangka panjang. Namun beberapa SPE kontroversial didesain
secara khusus untuk mendapatkan tujuan pelaporan keuangan yaitu memenuhi
ekspektasi investor. Sebagai contohnya, pada tahun 1997, Enron berkeinginan
untuk membeli kepemilikan dari beberapa joint venture, namun Enron tidak
mau memperlihatkan hutang miliknya yang digunakan untuk membiayai
akuisisi tersebut pada neraca perusahaan. Maka Enron menggunakan Chewco,
sebuah SPE yang dikontrol oleh Enron untuk menerbitkan hutang dengan
Enron sebagai penjamin untuk medapatkan kepemilikan pada joint venture
seharga $ 383 juta. Transaksi tersebut telah diatur sedemikian rupa sehingga
Enron tidak harus mengkonsolidasi Chewco ataupun joint venture tersebut
pada laporan keuangannya, sehingga Enron tidak perlu mengakui hutang pada
pembukuannya.
c. Penghindaran pajak
Beberapa Bank, KAP, bankir investasi, dan kantor pengacara bahkan politisi
diduga memberikan konsultasi mengenai penyembunyian pajak terstruktur
pada 12 transaksi besar yang mencapai $2 miliar dari tahun 1995-2001.
Manajemen Enron menemukan bahwa transaksi pajak tidak hanya bisa
menghemat pajak, tetapi dapat digunakan untuk menciptakan laba dalam
laporan keuangan. Secara umum, empat strategi yang digunakan Enron dalam
transaksi terstruktur tersebut adalah:
 Duplikasi kerugian ekonomi tunggal (mengurangi kerugian yang sama
sebanyak dua kali).
 Pergeseran dari DPP aset tak tersusutkan (tidak kena pajak) menjadi suatu
aset tersusutkan (kena pajak).
 Timbulnya biaya pemotongan pajak untuk pembayaran pokok.
 Timbulnya biaya jasa bagi pihak yang memberikan bantuan untuk WP lain.
d. Budaya perusahaan, konflik kepentingan, whistle-blower
Banyak karyawan Enron mengetahui tentang kurangnya integritas dalam
transaksi SPE, tetapi hanya sedikit karyawan yang berani maju untuk
melaporkannya, dan Dewan Direksi Enron tidak mendengar keluhan mereka.
Kekurangan integritas pada budaya Enron berada dalam taraf yang cukup
menyedihkan. Salah satu teka-teki Enron yang tidak dijelaskan adalah
mengapa orang-orang yang memiliki interaksi berkelanjutan dengan anggota
dewan ternyata tidak maju untuk mengungkapkan kejanggalan tersebut. Jika
mereka memiliki loyalitas kepada perusahaan, seharusnya mereka melaporkan
kejanggalan SPE kepada anggota dewan. Kurangnya loyalitas ini ada
hubungannya dengan keinginan untuk memuaskan Fastow dan Lay yang
memberikan pengaruh signifikasn terhadap rencana insentif opsi saham enron.
e. Kegagalan fungsi dewan direksi
Dewan Direksi beroperasi di bawah undang-undang yang membebankan tugas
fidusia kepada mereka untuk bertindak dengan itikad baik, sewajarnya, dan
dalam kepentingan terbaik dari perusahaan dan pemegang sahamnya. Dalam
kerangka kerja tata kelola, Dewan Direksi Enron bertanggung jawab untuk
mengawasi lini bisnis Enron dan strategi untuk membiayainya. Salah satu
bidang usaha Enron, yaitu: bisnis perdagangan energi secara online,
memerlukan akses ke lini kredit yang luas. Pada saat yang sama, sifat dari
bisnis ini menyebabkan fluktuasi laba yang besar dari triwulan ke triwuan,
sehingga mengarah pada pendanaan berbiaya rendah. Semua anggota Dewan
Direksi sangat menyadari dan mendukung fokus Enron di peringkat kredit,
arus kas dan beban utang. Semua orang akrab dengan strategi “asset light”. Di
sinilah titik di mana Dewan Direksi Enron tidak menjalankan tugas fidusia,
mereka hanya bertindak demi kepentingan perusahaan bukan pemegang
saham.

Teori yang terkait dengan kasus Enron :

1. Teori Etika Deontologi


Menurut etika deontologi, suatu tindakan dinilai baik atau buruk berdasarkan
apakah tindakan itu sesuai atau tidak dengan kewajiban. Karena bagi etika
deontology yang menjadi dasar baik buruknya perbuatan adalah kewajiban.
Dengan kata lain, suatu tindakan dianggap baik karena tindakan itu memang
baik pada dirinya sendiri, sehingga merupakan kewajiban yang harus kita
lakukan. Sebaliknya, suatu tindakan dinilai buruk secara moral sehingga tidak
menjadi kewajiban untuk kita lakukan. Bersikap adil adalah tindakan yang
baik, dan sudah kewajiban kita untuk bertindak demikian. Sebaliknya,
pelanggaran terhadap hak orang lain atau mencurangi orang lain adalah
tindakan yang buruk pada dirinya sendiri sehingga wajib dihindari.
Jika menekankan pada motivasi sebagai implementasi dari teori ini
maka pada kasus Enron para Board of Director (dewan direktur, direktur
eksekutif dan direktur noneksekutif) yang seharusnya menjal;ankan
perusahaannya sesuai dengan kode etik dan prinsip- prinsip social yang baik
namun dalam pelaksanaannya mereka tergiur oleh keuntungan sehingga
mereka termotivasi bertindak apapun yang dapat membuat mereka mendapat
keuntungan yang besar. Sama halnya dengan pihak akuntan public, Arthur
Andersen, dimana mereka juga tergiur keuntungan dari pihak Enron sehingga
dengan mudahnya memberikan keterangan wajar tanpa pengecualian atas
laporan keuangan yang jelas memiliki keganjilan. Dengan ini jelaslah bahwa
kasus ini tidak etis.
2. Teori Etika Teleologi
Berbeda dengan etika deontologis , teori Etika Teleologi mengukur
baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang mau dicapai dengan
tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu.
Teleologi merupakan sebuah studi tentang gejala-gejala yang memperlihatkan
keteraturan, rancangan, tujuan, akhir, maksud, kecenderungan, sasaran, arah,
dan bagaimana hal-hal ini dicapai dalam suatu proses perkembangan. Dalam
arti umum, teleologi merupakan sebuah studi filosofis mengenai bukti
perencanaan, fungsi, atau tujuan di alam maupun dalam sejarah. Dalam
bidang lain, teleologi merupakan ajaran filosofis-religius tentang eksistensi
tujuan dan “kebijaksanaan” objektif di luar manusia Karena jelas, manipulasi
keuntungan yang dilakukan oleh perusahaan Enron hanya dilakukan untuk
tetap menarik investor namun tidak memikirkan efek apa yang akan terjadi
setelahnya. Dan benar saja setelahnya yang terjadi adalah kerugian di semua
pihak. Karyawan yang pensiunnya sebagian besar berupa saham tak mendapat
uangnya kembali karena saham Enron merosot tajam hingga akhirnya tak
bernilai sama sekali. Akhirnya dapat disimpulkan Enron tidak etis pada teori
ini.

Kode Etik yang Dilanggar

Menurut Prinsip Etika Profesi Ikatan Akuntansi Indonesia yang dilanggar oleh
Enrondan KAP Arthur Andersen, sebagai berikut :

1. Prinsip Integritas
Setiap Praktisi harus tegas dan jujur dalam menjalin hubungan
profesional dan hubungan bisnis dalam melaksanakan pekerjaannya. Integritas
adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan
profesional dan yang menjadi dasar kepercayaan publik. KAP Andersen
dianggap melanggar prinsip integritas dikarenakan tidak dapat memelihara
dan meningkatkan kepentingan public sebagai KAP yang termasuk kategori
The Big Five seperti yang terungkap pada kasus Enron bahwa KAP Andersen
telah memanipulasi laporan keuangan dan penghancuran dokumen atas
kebangkrutan Enron.

2. Prinsip Objektivitas
Setiap Praktisi tidak boleh membiarkan subjektivitas, benturan
kepentingan, atau pengaruh yang tidak layak (undue influence) dari pihak-
pihak lain memengaruhi pertimbangan profesional atau pertimbangan
bisnisnya. Didalam kasus ini, KAP Arthur Andersen diniliai telah tidak
objektif, karena justru cenderung berpihak pada Enron dengan melakukan
manipulasi laporan keuangannya, dan menghambat proses penyelidikan
dengan memusnahkan dokumen-dokumen terkait.
3. Prinsip Perilaku Profesional
Setiap Praktisi wajib mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku dan
harus menghindari semua tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
KAP Andersen dikatakan tidak berperilaku profesional serta
konsisten dengan reputasi profesi dalam mengaudit laporan keuangan
dengan melakukan penyamaran data, karena kerugian perusahaan sebesar
$644juta yang disebabkan hutang perusahaan yang tidak dilaporkan.
4. Prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian
profesional(professional competence and due care)
Setiap Praktisi wajib memelihara pengetahuan dan keahlian
profesionalnya pada suatu tingkatan yang dipersyaratkan secara
berkesinambungan, sehingga klien atau pemberi kerja dapat menerima jasa
profesional yang diberikan secara kompeten berdasarkan perkembangan
terkini dalam praktik, perundang-undangan, dan metode pelaksanaan
pekerjaan. Setiap Praktisi harus bertindak secara profesional dan sesuai
dengan standar profesi dan kode etik profesi yang berlaku dalam
memberikan jasa profesionalnya. Dalam hal ini, KAP Andersen juga
melanggar prinsip standar teknis karena tidak melaksanakan juga
profesionlanya sesuai dengan standar teknis dan standard profesional yang
relevan

Skandal Enron memberikan contoh pelanggaran tanggung jawab ini


mempunyai dalam berbagai dimensi, yaitu:

 Dimensi ekonomi, Enron tidak bertanggungjawab untuk memberikan


keuntungan ekonomis bagi para pemangku kepentingan. Dimensi ini juga
melanggar prinsip fairness di mana tidak semua pemangku kepentingan
mendapatakan keuntungan ekonomis yang sama bahkan ada yang dirugikan.
 Dimensi kuhum, tanggung jawab manajemen Enron tidak diwujudkan dalam
bentuk ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Enron
melakukan ratusan transaksi yang melanggar hukum, mulai dari konspirasi,
penipuan, pemalsuan laporan, insider trading, penipuan pajak, pencucian
uang, dan penipuan sekuritas.
 Dimensi moral, artinya sejauh mana wujud tanggung jawab tindakan
manajemen tersebut telah dirasakan keadilannya bagi semua pemangku
kepantingan. Selain itu kegiatan perusahaan Enron tidak menghormati nilai-
nilai dasar yang mendasari ketertarikan pemangku kepentingan (hypernorms)
sehingga saat mendekati detik-detik keterpurukan, Enron tidak mendapat
dukungan dari pemangku kepentingan selain dengan cara curang.
 Dimensi spiritual, artinya sejauh mana tindakan manajemen telah mampu
mewujudkan akuntabilitas diri atau telah dirasakan sebagai bagian dari ibadah
sesuai dengan ajaran agama yang diyakininya.

Anda mungkin juga menyukai