Anda di halaman 1dari 12

kelompok 3

Pertemuan 12 Pembiayaan Model Syariah


Gusti Prastama J0311211189
Prisca Fitriyani J0311211058
Nazhira Alya Zevana J0311211069
Gina Wafia J0311211190
Nurhalimatuzzahra Sobardin J0311211224

Tugas Kelompok I

1. Jelaskan kenapa korporasi menawarkan pembiayaan syariah?


Perusahaan Pembiayaan Syariah adalah pembiayaan berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan antara perusahaan pembiayaan dengan pihak
lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan
pembiayaan tersebut dalam jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi
hasil. Pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah berbeda dengan kredit
yang diberikan oleh bank konvensional. Dalam bank syariah, return atas
pembiayaan tidak dalam bentuk bunga, akan tetapi dalam bentuk lain (bagi
hasil) sesuai dengan akad-akad yang disediakan dalam bank syariah.
Karena pembiayaan Syariah merupakan upaya untuk menghindari
riba. Riba berarti perluasan, pertambahan dan pertumbuhan. Riba biasa
terjadi pada utang piutang dan jual beli, baik berupa tambahan material
maupun immaterial. Selain itu pembiayaan syatiah sendiri merupakan
ketentuan hukum Islam yang menjadi pedoman dalam kegiatan operasional
perusahaan dan transaksi antara lembaga keuangan atau lembaga bisnis
syariah dengan pihak lain yang telah dan akan diatur oleh DSN-MUI.

2. Tunjukkan dasar hukum penerapaan pembiayaan syariah


a. Ayat-ayat Al Quran yang terkait (minimal 3 ayat)
 Q.S. Al-muthaffifiin ayat 1-3
 Q.S. An-Nahl ayat 90

 Q.S. At-Taubah ayat 105

b. Sumber hadist yang terkait (minimal 2 hadist)


 Hadits Nabi riwayat Bukhari dari Ibnu Abbas:
“Barangsiapa yang melakukan salaf (salam), hendaknya ia
melakukan dengan takaran yang jelas dan timbangan yang jelas pula,
untuk jangka waktu yang diketahui”
 Hadits Nabi riwayat Thabrani :
“Abbas bin Abdul Muthallib jika memberikan dana ke mitra
usahanya secara mudharabah, ia mensyaratkan agar dananya tidak
mengarungi lautan, menuruni lembah berbahaya, atau membeli
ternak yang berparuparu basah, jika menyalahi peraturan maka yang
bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut.
Disampaikannyalah syarat-syarat tersebut ke Rasulullah SAW dan
diapun memperkenankannya.” (Hadits dikutip oleh Imam Alfasi
dalam Majma Azzawald 4/161)
c. Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI (minimal 2 fatwa)
 130/DSN-MUI/X/2019 Pedoman bagi Lembaga Penjamin
Simpanan dalam Pelaksanaan Penanganan atau Penyelesaian Bank
Syariah yang Mengalami Permasalahan Solvabilitas.
 DSN No. 92 Tahun 2014 tentang Pembiayaan Yang Disertai Rahn
(Al-Tamwil Al-Mautsuq Bi Al-Rahn), disebutkan bahwa :
 Pada ketentuan pertama, akad rahn dapat disertakan di dalam
akad-akad pembiayaan yang ada yang diatur dalam fatwa
tersebut.
 Pada ketentuan kedua, yakni ketentuan hukum disebutkan bahwa
semua bentuk pembiayaan/penyaluran dana Lembaga Keuangan
Syariah (LKS) boleh dijamin dengan (Rahn) sesuai ketentuan
dalam fatwa ini.
d. Undang-undang Perbankan
 Pada Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan,
Bank disebutkan sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya
dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat.
 UU21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah mengatur tentang jenis
usaha, ketentuan pelaksanaan syariah, kelayakan usaha, penyaluran
dana, dan larangan bagi Bank Syariah maupun UUS yang
merupakan bagian dari Bank Umum Konvensional.
e. Undang-undang Otoritas Jasa Keuangan
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 31/POJK.05/2014 tentang
Penyelenggaraan Usaha Pembiayaan Syariah dirilis dalam rangka
memenuhi prinsip-prinsip syariah Islam, termasuk fatwa-fatwa yang
ditetapkan oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia

3. Jelaskan perbedaan keuntungan pembiayaan syariah di bawah ini.


a. Bebas Riba
Riba yaitu suatu ketentuan nilai tambahan dengan melebihkan
jumlah uang pinjaman ketika dilakukan pelunasan. Maksudnya, dalam
pembiayaan syariah mendapatkan keuntungan tanpa riba yang
diharamkan dalam hukum Islam dan akan tetap mendapatkan
keuntungan dengan sistem bagi hasil.
b. Minim Resiko
Resiko yang didapatkan lebih sedikit karena dengan pelaksanaan
produk yang transparan nasabah dapat melihat proses pembiayaan
syariah tanpa kekhawatiran terhadap hal-hal negatif.
c. Manajemen Islami
Pembiayaan sesuai syariat islam, tidak membutuhkan banyak biaya
dan memiliki kesempatan untuk memperbesar usaha melalui
pembiayaan yang sesuai dengan aturan atau ajaran agama.
d. Halal
Proses pembiayaan yang bebas riba dan sesuai syariat islam
merupakan salah satu keuntungan yang termasuk kriteria halal dalam
pembiayaan syariah. Nasabah yang melakukan pembiayaan juga tidak
terganggu akan pikiran-pikiran terhadap pertanggungjawaban dalam
agama nantinya.
e. Mengedepankan Kegiatan Sosial
Ada banyak pemilihan jenis pembiayaan, sehingga nasabah dapat
memilih sesuai kebutuhan dan kemampuan. Jangka waktu
pengembalian umumnya juga disesuaikan dengan kemampuan nasabah,
sehingga nasabah tidak merasa terbebani dan dapat mengukur
kemampuan diri.

4. Sebutkan dan jelaskan perbedaan jenis-jenis pembiayaan syariah yang


sering dipraktekan oleh Bank Islam/Syariah/BPR Syariah?
a. Menghimpun dan menyalurkan dana ke masyarakat
Secara umum Bank Umum Syariah dan BPRS sama-sama memiliki
fungsi menghimpun dan menyalurkan dana ke publik. Namun dalam
BPRS, simpanan berupa tabungan atau investasi berupa deposito
berdasarkan akad wadi'ah dan mudharabah atau akad lain yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah.
b. Fungsi sosial
Bank Syariah dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk
lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak,
sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada
organisasi pengelola zakat. Sementara BPRS tidak terdapat fungsi
social.
c. Penempatan dana pada bank lain
BPRS menempatkan dana pada bank syariah lain dalam bentuk
titipan berdasarkan akad wadi'ah atau investasi berdasarkan akad
mudharabah dan atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah.
d. Penghimpunan dana
Bank Syariah dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari
wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir)
sesuai dengan kehendak pemberi wakaf (wakif).
Sedangkan BPRS memindahkan uang, baik untuk kepentingan
sendiri maupun untuk kepentingan nasabah melalui rekening Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah yang ada di Bank Umum Syariah, Bank
Umum Konvensional, dan UUS.
e. Penyediaan produk
Perbankan Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan
pada prinsip syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian.
Secara kelembagaan bank umum syariah ada yang berbentuk bank
syariah penuh (full-pledged) dan terdapat pula dalam bentuk UUS dari
bank umum konvensional.
Sedangkan BPRS menyediakan produk atau melakukan kegiatan
usaha Bank Syariah lainnya yang sesuai dengan Prinsip Syariah
berdasarkan persetujuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

5. Jelaskan perbedaan dari bentuk-bentuk pembiayaan syariah di bawah ini?.


a. Saham Syariah
Saham tidak bertentangan dengan prinsip syariah, karena saham
merupakan bukti penyertaan modal dari investor kepada perusahaan,
yang kemudian investor akan mendapatkan bagi hasil berupa deviden.
b. Sukuk/Obligasi Syariah
Sukuk adalah efek syariah berupa sertifiat atau bukti kepemilikan yang
bernilai sama dan mewakili bagian yang tidak terpisahkan atau tidak
terbagi atas aset yang mendasarinya (underlying asset).
c. Deposito Syariah
Salah satu produk tabungan dan investasi yang dikelola
menggunakan prinsip syariah. Sehingga nasabah pun tidak perlu
khawatir untuk memperkuat kondisi finansial dengan tetap menjaga
prinsip hidup yang dijalani.
d. Reksadana Syariah
Reksa Dana Syariah merupakan salah satu wadah investasi kolektif
yang dikelola oleh Manajer Investasi dengan cara menginvestasikan
dana kelolaan ke efek syariah berupa saham syariah, sukuk, atau
instrumen syariah lainnya.
e. Pasar Modal Syariah
Seluruh kegiatan di pasar modal yang tidak bertentangan dengan
prinsip-prinsip islam. Pasar modal syariah Indonesia merupakan bagian
dari industri keuangan syariah yang diatur oleh Otoritas Jasa Keuangan
(OJK), khususnya direktorat pasar modal syariah.

Kasus 1

PT. VokBIZ Syariah korporasi yang bergerak dibidang tataniaga kebutuhan pokok
(sembako) bekerjasama dengan 3 orang investor, yang bernama Hasan, Ismail, dan
Ardi. Mereka bertiga bersepakat berinvestasi di PT. AgrBiz Syariah dengan sistem
mudharabah. Modal tambahan yang dibutuhkan PT. VokBIZ Syariah sebesar Rp.
6.000.000.000,- (enam milyar rupiah). PT. VokBIZ Syariah dan para investor
bersepakat bahwa keuntungan akan disesuaikan dengan modal yang diinvestasikan
masing-masing.

Rincian prosentase dari modal yang ditanam masing-masing sebesar Rp.


6.000.000.000,- adalah:

Hasan Rp 2.400.000.000 40%


Ismail Rp 1.500.000.000 25%
Ardi Rp 2.100.000.000 35%
Selanjutnya uang tersebut diserahkan kepada PT. VokBIZ Syariah untuk
diniagakan dengan akad mudharabah. Pada saat akad disepakati bahwa keuntungan
dibagi 60% untuk pemilik modal (Hasan, Ismail, dan Ardi) dan 40% untuk PT.
VokBIZ Syariah. Keuntungan dibagikan (dihitung) setiap usaha telah memperoleh
laba (satu kali putaran produksi).

Pertanyaan

1. Jika PT. VokBIZ Syariah memperoleh keuntungan setelah satu kali putaran
produksi sebesar Rp.1.250.000.000,-. Bagaimana cara pembagian
keuntungannya untuk masing-masing pemilik modal?

Keuntungan PT.VokBIZ 40% x Rp 1.250.000.000 = Rp500.000.000


=
(40%)
Pemilik modal (60%)
= 60% x Rp 1.250.000.000 = Rp750.000.000
Yang akan dibagikan:

1. Hasan (40%)
= 40% x Rp 750.000.000 = Rp300.000.000
2. Ismail (25%)
= 25% x Rp 750.000.000 = Rp187.500.000
3. Ardi (35%)
= 35% x Rp 750.000.000 = Rp262.500.000

Jumlah Rp750.000.000

2. Pada putaran akhir bisnis kedua, modal yang ada diperhitungkan akan
dilakukan divestasi (pengembalian modal). Ternyata PT. VokBIZ Syariah
mengalami kerugian. Kerugiannya sebesar Rp.500.000.000,-. Pada posisi
akhir bisnis putaran kedua sisa modal dari para investor menjadi
Rp.5.500.000.000,- (Rp. 6.000.000.000 – 500.000.000,-).
a. Bagaimana mana perhitungan bagi untungnya?.
 (Sisa Modal + Keuntungan)
Rp 5.500.000.000 + Rp 1.250.000.000 = Rp 6.750.000.000
Modal tidak mengalami kerugian
 (Jumlah Modal - Uang yang ada)
Rp 6.750.000.000 – Rp 6.000.000.000 = Rp750.000.000 (Laba
sebenarnya)

Pembagian Modal :

Pemilik Modal 60% 750.000.000 = Rp 450.000.000


PT. AkunBiz Syariah 40% 750.000.000 = Rp 300.000.000

b. Berapa nilai modal yang dikembalikan kepada masing-masing para


pemilik modal?.
Catatan: Dalam sistem mudharabah, jika korporasi mengalami kerugian,
keuntungan putaran sebelumnya diperhitungkan lagi dalam penentuan
bagi hasil dan pengembalian modal pada putaran berikutnya.
 Bagian keuntungan yang pernah diterima masing-masing yang harus
dianggap sebagai modal, adalah:

Hasan 40% 450.000.000 = Rp 180.000.000

Ismail 25% 450.000.000 = Rp 112.500.000

Ardi 35% 450.000.000 = Rp 157.500.000

 Maka ketiga orang ini di akhir bisnis masing-masing akan menerima


pengembalian modal, sebagai berikut:

Hasan Rp 2.400.000.000 Rp 180.000.000 = Rp 2.220.000.000

Ismail Rp 1.500.000.000 Rp 112.500.000 = Rp 1.387.500.000


Ardi Rp 2.100.000.000 Rp 157.500.000 = Rp 1.942.500.000

3. Jika pada putaran akhir bisnis kedua, modal yang ada diperhitungkan serta
akan dilakukan divestasi (pengembalian modal), ternyata PT. VokBIZ
Syariah mengalami kerugian. Kerugiannya sebesar Rp. 2.500.000.000,-.
Pada posisi akhir bisnis kedua sisa modal dari para investor menjadi Rp.
3.500.000.000,- (Rp. 6.000.000.000 – Rp. 2.500.000.000,-).
a. Bagaimana perhitungan bagi untung/ruginya, jika masing-masing
pemilik modal mengembalikan keuntungan yang pernah diperolehnya?
 (Rugi + Laba)
-Rp2.500.000.000 + Rp750.000.000 = Rp1.750.000.000
 Pembagian Modal

Pemilik Modal 60% Rp 1.750.000.000 = Rp 1.050.000.000


PT. AkunBiz Syariah 40% Rp 1.750.000.000 = Rp 700.000.000

Jadi perhitungan rugi untuk masing - masing pemilik modal


mengembalikan keuntungan yang pernah diperoleh :

Hasan 40% Rp 1.750.000.000 = Rp 700.000.000


Ismail 25% Rp 1.750.000.000 = Rp 437.500.000
Ardi 35% Rp 1.750.000.000 = Rp 612.500.000
Total kerugian untuk pemilik modal sebesar Rp. 1.750.000.000
b. Bagaimana mana perhitungan bagi untung/ruginya, jika masing-masing
pemilik modal tidak mengembalikan keuntungan yang pernah
diperolehnya?.
Kerugian yang diperoleh Rp2.500.000.000

Hasan 40% Rp 2.500.000.000 = Rp 1.000.000.000


Ismail 25% Rp 2.500.000.000 = Rp 625.000.000
Ardi 35% Rp 2.500.000.000 = Rp 875.000.000

c. Berapa nilai modal yang dikembalikan kepada masing-masing para


pemilik modal?.

Total Kepemilikan modal Rp. 3.500.000.000


Hasan 40% Rp 3.500.000.000 = Rp 1.400.000.000
Ismail 25% Rp 3.500.000.000 = Rp 875.000.000
Ardi 35% Rp 3.500.000.000 = Rp 1.225.000.000

Menerima pengembalian modal


Hasan Rp 1.400.000.000 Rp 700.000.000 = Rp 700.000.000
Ismail Rp 875.000.000 Rp 437.500.000 = Rp 437.500.000
Ardi Rp 1.225.000.000 Rp 612.500.000 = Rp 612.500.000

Kasus II

Hasan, Ismail, dan Ardi bersepakat untuk melakukan perjanjian kerjasama


musyarakah, dalam satu usaha bisnis, dimana semua pihak mengumpulkan modal
dan mengelolanya secara bersama-sama.

Modal yang dibutuhkan Husen sebesar Rp. 200.000.000,- (dua puluh juta rupiah).
Masing-masing pemodal bersepakat, pembagian keuntungan akan disesuaikan
dengan modal yang diinvestasikan masing-masing tanpa membedakan kemampuan
dalam melakukan pekerjaannya.

Modal yang diinvestasikan sesuai dengan kesanggupan masing-masing, yaitu:


Hasan Rp 50.000.000 25%
Ismail Rp 80.000.000 40%
Ardi Rp 70.000.000 35%
1. Setelah satu kali putaran produksi, diperoleh keuntungan sebesar Rp.
25.000.000,- Bagaimana pembagian keuntungan antara anggota syirkah
disesuaikan dengan modal yang diinvestasikan masing-masing anggota
syirkah?.

Persentase saham masing-masing pemilik modal x


keuntungan
Hasan 25% Rp 25.000.000 Rp 6.250.000
Ismail 40% Rp 25.000.000 Rp 10.000.000
Ardi 35% Rp 25.000.000 Rp 8.750.000
Rp 25.000.000

Keuntungan : Seluruh modal x Modal masing-masing


25.000.000 200.000.000 0,125
Hasan 0,125 Rp 50.000.000 Rp 6.250.000
Ismail 0,125 Rp 80.000.000 Rp 10.000.000
Ardi 0,125 Rp 70.000.000 Rp 8.750.000
Rp 25.000.000

2. Jika diakhir putaran bisnis kedua sampai kelima, bisnis mengalami rugi Rp.
15.000.000,-(putaran 2), untung Rp. 30.000.000,- (putaran 3), untung Rp.
20.000.000,- (putaran 4), dan rugi Rp. 25.000.000,- (putaran 5).
a. Berapa nilai keuntungan/kerugian yang diperoleh masing-masing para
pemilik modal ?

Putaran 1 25.000.000
Putaran 2 (Rugi) 15.000.000
10.000.000
Putaran 3
(Untung) 30.000.000
40.000.000
Putaran 4
(Untung) 20.000.000
60.000.000
Putaran 5 (Rugi) 25.000.000
35.000.000
Hasan 25% Rp 35.000.000 Rp 8.750.000
Ismail 40% Rp 35.000.000 Rp 14.000.000
Ardi 35% Rp 35.000.000 Rp 12.250.000

b. Berapa nilai pengembalian modal untuk masing-masing para pemilik


modal, jika di akhir putaran ke-5 dilakukan divestasi?

Hasan Rp 50.000.000 Rp 8.750.000 = Rp 41.250.000


Ismail Rp 80.000.000 Rp 14.000.000 = Rp 66.000.000
Ardi Rp 70.000.000 Rp 12.250.000 = Rp 57.750.000

Anda mungkin juga menyukai