Anda di halaman 1dari 8

Resume Materi Kewajiban

Kelompok 7 Disusun Oleh :


1. Nadia : 224014573
2. Rahya Nasywa Balqis : 224014575
3. Umi Kasanah : 224014544

“LIABILITAS JANGKA PENDEK, PROVISI, “


DAN KONTINJENSI

PERANAN DAN DEFINISI

Peranan Liabilitas
Entitas hampir semua memiliki kewajiban (liabilitas) untuk mendanai kegiatannya. Jarang
sekali entitas hanya menggunakan ekuitas dalam mendanai entitas. Bahkan untuk beberapa
entitas dengan skala besar jumlah utang melebihi modal entitas. Entitas dengan utang yang
tinggi tidak dapat diartikan sesuatu yang tidak baik. Jumlah liabilitas tinggi, namun entitas
memiliki kemampuan membayar pokok utang dan bunganya akan menghasilkan manfaat bagi
entitas dan pemegang saham.

Penggunaan liabilitas untuk mendanai entitas harus dipertimbangkan dengan baik


sehingga tetap memberikan manfaat bagi entitas. Liabilitas yang terkait dengan operasi kepada
pemasok, pemerintah, karyawan atau pihak lain. Entitas akan memperoleh keuntungan karena
dapat menunda pembayaran dan menggunakan dana tersebut untuk investasi atau aktivitas lain.
Liabilitas dengan bunga juga mampu menghasilkan manfaat untuk entitas jika bunga pinjaman
lebih rendah dibandingkan imbal hasil dari investasi yang didanai dari pinjaman tersebut.

Definisi
Liabilitas menurut kerangka dasar pengukuran dan pengungkapan laporan keuangan
(KDP2LK) adalah utang entitas masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu,
penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari adanya kewajiban kini yang
timbul, terjadi dari transaksi di masa lalu dan penyelesaiannya menyebabkan arus keluar
kasatau sumber daya entitas. Liabilitas dapat diketahui nilainya dengan pasti namun ada
beberapa jenis liabilitas yang nilainya diukur dengan estimasi, liabilitas jenis ini diistilahkan
sebagai provisi. Sejak PSAK 1 (Revisi 2009) Penyajian Laporan Keuangan, istilah kewajiban
ini diganti dengan liabilitas.

PSAK 1 (Revisi 2009) menjelaskan klasifikasi lialibitas jangka pendek jika memnuhi
kriteria :

1. Entitas mengharapkan akan menyelesaikan lialibitas tersebut dalam siklus operasi


normalnya;
2. Entitas memiliki lialibitas tersebut untuk tujuan diperdagangkan;
3. Lialibitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jangka waktu 12 bulan
setelah periode pelaporan; atau
4. Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian lilibitas
selama sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode plaporan.
Entitas mengklasifikasikan lialibitas yang tidsk termasuk katagori tersebut sebagai
lialibitas jangka Panjang tersebut di atas.

Berdasarkan ketentuan di atas, liabilitas jangka pendek dapat diartikan sebagai


Liabilitas entitas kini, yang timbul akibat peristiwa masa lalu, yang penyelesaiannya
diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas yang akan diselesaikan dalam
jangka waktu satu siklus operasi atau 12 bulan mana yang lebih panjang atau untuk tujuan
diperdagangkan.Kriteria khusus untuk liabilitas jangka pendek adalah jangka waktu
penyelesaian 12 bulan atau satu siklus operasi. Siklus operasi adalah siklus dari pembelian
bahan baku sampai dengan diperolehnya kas dari hasil penjualan produk yang dihasilkan.

PSAK 1 (Revisi 2009) menjelaskan item-item minimum dari liabilitas jangka pendek
yang harus disajikan dalam laporan posisi keuangan. Menurut PSAK 1 (Revisi 2009), jika
entitas memiliki liabilitas tersebut dalam jumlah material maka entitas harus menyajikan
sebagai unsur yang terpisah. Item minimum yang diharuskan menurut PSAK 1 (Revisi
2009)untuk liabilitas jangka pendek adalah:

1. Utang dagang dan terutang lainnya;


2. provisi;
3. liabilitas keuangan jangka pendek (tidak termasuk jumlah yang disajikan dalam
provisi);
4. liabilitas dan aset pajak kini; sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 46 (Revisi
2013)Akuntansi Pajak Penghasilan.
5. liabilitas dan aset pajak tangguhan; sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 46 (Revisi
2013);
6. liabilitas yang termasuk dalam kelompok yang dilepaskan yang diklasifikasikan
sebagai yang dimiliki untuk dijual sesuai dengan PSAK 58 (Revisi 2010) Aset Lancar
yang Tersedia untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan.

Jenis Dan Klasifikasi


PSAK 1 (Revisi 2009) tidak membahas secara khusus klasifikasi dan jenis liabilitas jangka
pendek. Bentuk usaha entitas akan menentukan jenis dan klasifikasi liabilitas yang dimiliki
sebuah entitas. Klasifikasi liabilitas dapat Liabilitas diklasifikasikan atas liabilitas dilihat dalam
berbagai perspektif dan sudut pandang. pasti dan liabilitas yang PSAK 1 (Revisi 2009) hanya
memberikan aturan umum dalam penyajian item dalam laporan keuangan didasarkan pada
relevansi informasi tersebut bagi pengguna laporan keuangan. Jika informasi tersebut dianggap
relevan maka sebaiknya diklasifikasikan secara terpisah.

Liabilitas juga dapat diklasifikasikan berdasarkan asal terjadinya. Liabilitas dapat


terjadi sebagai konsekuensi kegiatan operasi perusahaan dan liabilitas yang berdasarkan
kontrak formal. Liabilitas yang terjadi sebagai konsekuensi operasi misalnya utang dagang,
utang pajak, beban yang masih harus dibayar, pendapatan diterima di muka. Liabilitas
berdasarkan kontrak formal misalnya wesel bayar, utang bank, atau liabilitas jangka panjang
yang akan jatuh tempo dalam dua belas bulan. Beberapa contoh liabilitas jangka pendek dapat
dilihat dalam Tabel 11.1
UTANG BERBUNGA DALAM JANGKA PENDEK

Utang Bank
Utang berbunga jangka pendek yang umum dijumpai adalah utang bank dan wesel bayar
(promissory note). Utang bank lebih sering dijumpai dalam laporan keuangan entitas
dibandingkan dengan wesel bayar. Utang bank jangka pendek adalah utang suatu entitas
kepada bank dengan jangka waktu satu tahun atau kurang. Utang bank jangka pendek biasanya
berbunga.

Utang bank jangka pendek ditarik oleh entitas untuk memenuhi kebutuhan operasional
perusahaan. Pemenuhan kebutuhan modal kerja permanen, tetap akan dipenuhi dengan
liabilitas jangka panjang. Kebutuhan modal kerja permanen merupakan selisih antara aset
lancar dikurangi liabilitas jangka pendek yang timbul karena kegiatan operasi. Liabilitas jangka
pendek diperlukan untuk memenuhi tambahan kebutuhan modal kerja yang bersifat temporer.
Misalkan entitas untuk menghadapi penjualan di tahun ajaran baru memerlukan tambahan
persediaan, untuk itu diperlukan tambahan modal kerja selama 3-5 bulan. Liabilitas jangka
pendek dapat berbentuk utang dalam jumlah tertentu dalam jangka pendek atau berbentuk line
of credit atau standby loan.
Utang bank jangka pendek ditarik oleh entitas pada saat membutuhkan untuk jangka
waktu tertentu dan akan dikembalikan sesuai dengan perjanjian kredit. Utang bank jangka
pendek ada bunganya. Bunga dapat dibayarkan pada saat jatuh tempo, selama periode tertentu,
bunga dipotong di depan dari jumlah utang yang ditarik atau kombinasi
Wesel Bayar
Wesel bayar atau yang sering disebut sebagai notes payable atau promissory notes merupakan
janji dari pihak penarik wesel untuk membayarkan sejumlah nilai tertentu di masa
mendatang.Wesel bayar ditarik untuk pelunasan utang dagang,pembayaran suatu transaksi atau
ditarik untuk mendapatkan uang tunai.Pihak penarik wesel akan menunjuk bank untuk
melakukan penyelesaian pembayaran yang akan diambil dari rekening penarik/penerbit wesel.
Akuntansi untuk wesel bayar tidak berbeda dengan akuntansi untuk utang
bank,perbedaan yang mendasarinya hanyalah dokumen transaksinya.Dokumen transaksi wesel
adalah surat wesel atau promissory note,sedangkan bukti transaksi utang bank adalah dokumen
kredit bank.

Liabilitas Jangka Panjang yang Akan Jatuh Tempo pada Periode


Berikutnya
Liabilitas jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam waktu dua belas bulan setelah periode
pelaporan diklasifikasikan dalam jangka pendek meskipun:
1. Kesepakatan awal perjanjian untuk jangka waktu lebih dari dua belas bulan;dan
2. Perjanjian untuk pembiayaan kembali,atau penjadwalan kembali pembayaran,atas dasar
jangka panjang telah diselesaikan setelah periode pelaporan dan sebelum tanggal
penyelesaian laporan keuangan untuk tidak mensyaratkan pembayaran sebagai
konsekuensi atas pelanggaran tersebut.

Entitas mengklasifikasikan liabilitas tersebut sebagai liabilitas jangka pendek karena (pada
akhir periode pelaporan) entitas tidak memiliki hak untuk menunda penyelesaian liabilitas
tersebut dalam jangka waktu sekurang-kurangnya dua belas bulan setelah tanggal pelaporan.

Entitas dapat melakukan perubahan perjanjian dengan kreditur untuk memperpanjang jangka
waktu jatuh tempo atas liabilitas yang akan jatuh tempo dalam waktu dua belas bulan.Jika
entitas melakukan usaha untuk memperpanjang liabilitas jangka panjang yang akan jatuh
tempo, atau melakukan pendanaan liabilitas jangka pendek menjadi liabilitas jangka panjang,
namun dilakukan antara akhir periode pelaporan dan tanggal penyelesaian laporan keuangan,
maka peristiwa tersebut diungkapkan sebagai peristiwa yang tidak memerlukan penyesuaian
(non-adjusting events) sesuai dengan PSAK 8 (Revisi 2009) Peristiwa Setelah Periode
Pelaporan antara lain:
1. Pembiayaan kembali berbasis jangka panjang
2. Perbaikan pelanggaran perjanjian pinjaman jangka panjang dan
3. Pemberian tenggang waktu pembayaran oleh pemberi pinjaman untuk memerbaiki
pelanggaran perjanjian jangka panjang yang berakhir sekurang kurangnya dua belas bulan
setelah periode.

Liabilitas Jangka Panjang Terkait Dengan Kegiatan Operasi Entitas


Liabilitas jangka pendek terkait kegiatan operasi timbul karena konsekuensi kegiatan operasi
entitas. Utang ini biasanya tidak berbunga, utang ini muncul karena entitas menangguhkan
pembayaran kepada pihak lain. Kesempatan penangguhan pembayaran ini harus dimanfaatkan
secara optimal dalam rangka menghemat arus kas (cash flow) entitas. Penundaan pembayaran
ini dapat dilakukan sampai dengan tanggal jatuh tempo yang telah disepakati.
Penggunaan utang operasi menguntungkan bagi entitas, karena entitas dapat menggunakan
dana pembayaran tersebut untuk aktivitas yang lain sebelum digunakan.Semakin efisien
entitas memanfaatkan utang operasi dan mengatur kas, kebutuhan modal kerja untuk kegiatan
operasinya semakin kecil atau bahkan tidak memerlukan dana untuk modal kerja karena modal
kerja didanai oleh pemasok atau pihak lain.

Utang Usaha
Utang usaha adalah utang terkait dengan kegiatan utama entitas. Untuk entitas yang bergerak
di bidang perdagangan, utang usaha disebut sebagai utang dagangUtang dagang timbul saat
entitas melakukan pembelian kepada pemasok secara kredit. Entitas jika diberikan pilihan
antara membeli tunai dan membeli kredit, maka akan memilih membeli kredit jika harga antara
membeli kredit dan tunai harganya samaPembelian secara tunai dilakukan jika pemasok tidak
membolehkan membeli secara kredit, atau membeli secara tunai di mana secara ekonomis lebih
murah dibandingkan membeli secara kredit.
Utang dagang diakui saat entitas telah menerima barang atau jasa dari pemasok. Syarat jual
beli atau serah terima harus diperhatikan untuk menentukan titik pengakuan. Untuk pembelian
dengan syarat pembelian FOB Shipping Point (franko gudang penjual) maka titik pengakuan
pembelian di gudang penjual, utang akan diakui saat barang telah masuk kendaraan angkutan
untuk diantar ke gudang pembeli.

Beban yang Masih Harus Dibayar


Salah satu asumsi dalam laporan keuangan adalah akrual, artinya transaksi diakui pada saa
terjadinya tanpa menunggu pembayaranAtas beban yang telah terjadi namun belum dibayar
sampai periode pelaporan, entitas harus mengakui beban dalam laporan laba rugi dan
penghasilan komprehensif lain serta beban yang masih harus dibayar pada laporan posisi
keuanganEntitas belum membayar beban tersebut karena kesepakatan kontrak menyatakan
pembayaran tidak dilakukan pada saat beban terjadi atau karena keterlambatan
waktu penagihan. Beban yang masih harus dibayar yang sering muncul di laporan posisi
keuangan antara lain.
1. Beban gaji. Karyawan telah berhak atas gaji karena sudah bekerja namun belum
dibayarkan oleh karyawan.
2. Bunga yang masih harus dibayar/utang bunga. Bunga sudah menjadi beban dengan
berlalunya waktu namun baru dibayarkan sesuai dengan tanggal dalam perjanjian kredit.
3. Beban operasi yang masih harus dibayar. Beban atas jasa ihak lain kepada perusahaan atas
kegiatan operasinya,namun belum dibayarkan oleh perusahaan.

Pendapatan Diterima di Muka


Pelanggan sering kali melakukan pembayaran di depan atas jasa yang akan diselesaikan atau
barang yang baru akan dikirim. Pembayaran tersebut tidak boleh diakui sebagai pendapatan
tetapi diakui sebagai pendapatan diterima di muka. Pendapatan diterima di muka termasuk
komponen liabilitasPenerimaan kas dari pelanggan tersebut mengandung konsekuensi bahwa
di masa depan entitas harus mengeluarkan sumber daya untuk menyelesaikan pekerjaan atau
mengirimkan barangJika pendapatan tersebut akan direalisasikan dalam satu tahun atau satu
siklus operasi akan diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka pendek dan jika direalisasikan
lebih dari satu siklus operasi akan diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka panjang. Sangat
jarang terjadi pendapatan diterima di muka dikategorikan sebagai liabilitas jangka panjang

Utang Terkait Imbalan Kerja


Imbalan kerja diberikan dalam bentuk gaji, tunjangan, bonus, pensiun, dan lainnya. Gaji
dibayarkan kepada karyawan dan manajemen dalam suatu entitas. Gaji untuk karyawan tetap
dibayarkan bulanan, namun sering kali karyawan mendapatkan tambahan honor dan bonus
yang dibayarkan berdasarkan aktivitas. Saat pembayaran gaji dilakukan, entitas diwajibkan
untuk memotong pajak penghasilan dan iuran-iuran lain sesuai dengan ketentuan dan perjanjian
yang ada.

Gaji menurut UU Pajak Penghasilan merupakan penghasilan bagi pihak yang menerima gaji
dan entitas yang membayarkan harus memotong pajak saat pembayaran Pada saat membayar
gaji gaji dilakukan. Pajak yang dipotong oleh badan atas gaji entitas harus memotong dan
penghasilan lain yang diterima oleh pekerja disebut pajak penghasilan PPh Pasal 21. Cara
perhitungan pajak atas gaji yang dipotong didasarkan pada ketentuan pemerintah.

Jika pada satu bulan tertentu karyawan menerima lembur, bonus atau penghasilan lain, pajak
dihitung dan dipotong pada saat gaji tersebut dibayarkan tidak menunggu akhir tahun. Menurut
UU PPh, pajak penghasilan yang dipotong oleh badan, harus disetorkan ke kas negara paling
lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Entitas pada saat membayar gaji karyawan, akan
memotong PPh 21 atau mencatat utang PPh 21.

Pensiun merupakan gaji yang dibayarkan tertunda kepada karyawan, yaitu saat karyawan
memasuki masa pensiun dan tidak lagi bekerja. Pensiun akan diakui sebagai beban pada saat
karyawan bekerja biasanya diakui bersamaan dengan pengakuan gaji. Entitas sering kali
bekerja sama dengan koperasi, bank untuk penyaluran kredit kepada karyawan. Bank bersedia
memberikan kredit karena jaminan bahwa pekerja tersebut bekerja dan mendapat penghasilan
selama jangka waktu kredit.

Utang Pajak Pihak Ketiga


Entitas diwajibkan dalam peraturan untuk melakukan pemotongan pajak atas penghasilan yang
diterima oleh pihak lain. Pajak yang dipotong di antaranya adalah PPh 21 atas gaji yang
diterima pekerja, PPh 26 atas penghasilan yang diterima wajib pajak luar negeri, PPh 23 atas
jasa, sewa, bunga royalti. Pada saat entitas membayarkan beban kepada pihak yang menerima,
entitas memotong pajak, sehingga kas yang dibayarkan akan berkurang karena pajaknya akan
dibayarkan oleh entitas ke kas negara. Jika pembayaran pajak tidak dilakukan bersamaan
dengan pembayaran kepada pihak ketiga maka akan timbul utang pajak penghasilan.

Utang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
Atas penyerahan barang atau jasa kena pajak oleh pengusaha kena pajak akan dikenakan Pajak
Pertambahan Nilai (PPN). PPN adalah pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai
yang diciptakan oleh perusahaan. Pajak ini dikenakan atas setiap konsumsi barang atau jasa di
daerah pabean (wilayah di mana UU Pabean berlaku yaitu seluruh wilayah Indonesia).

PPN sebenarnya ditanggung oleh konsumen sebagai pemakai barang atau jasa, namun
pengusaha kena pajak atau entitas yang bertugas melakukan pemungutan pajak. PPN tidak
memengaruhi nilai penjualan atau persediaan (pembelian) kecuali PPN yang tidak dapat
dikreditkan. Hal ini sesuai dengan PSAK 14 (Revisi 2010) Persediaan dan PSAK 16 (Revisi
2011) Aset Tetap yang menyatakan bahwa pajak yang dapat dikreditkan tidak boleh menambah
harga perolehan persediaan dan aset tetap.
Pajak akan langsung dicatat terpisah dalam akun tersendiri. Utang dan piutang dagang atas
transaksi tersebut, merupakan penjumlahan nilai jual atau beli ditambahkan pajaknya.

Utang Pajak Penghasilan


Entitas termasuk subjek pajak, dalam UU Pajak Penghasilan disebut Badan. Atas penghasilan
yang diperoleh dalam satu tahun pajak dikenakan pajak. Penghasilan kena pajak dihitung dari
penghasilan kotor dikurangi beban yang boleh dikurangkan. Penghasilan kotor menurut pajak
tidak sama dengan pendapatan menurut akuntansi. Demikian juga beban menurut akuntansi
tidak semuanya boleh menjadi beban menurut pajak. Perbedaan antara akuntansi dan pajak itu
tidak hanya terjadi di Indonesia namun negara-negara lain juga berlaku hal yang sama.
Perbedaan antara akuntansi dan pajak diklasifikasikan menjadi dua, perbedaan temporer yang
terjadi karena perbedaan pengakuan dan perbedaan permanen. Atas perbedaan tersebut entitas
harus membuat rekonsiliasi fiscal.

Contoh 11.12 Utang Pajak Penghasilan


PT Gandul untuk tahun pajak yang berakhir 31 Desember 2015 menghitung jumlah pajak
terutang sebesar Rp Rp430.000.000. Pajak yang telah dibayar melalui angsuran PPh 25 sebesar
Rp360.000.000 dan dipotong oleh pihak lain PPh 23 Rp20.000.000. Perusahaan mencatatnya
sebagai pajak dibayar di muka. Berapakah utang pajak penghasilan untuk tahun 2015, buatkan
jurnal penyesuaian!

Utang PPh Badan yang muncul dalam laporan keuangan merupakan pajak kurang bayar dalam
satu tahun fiskal atau sering dikenal sebagai pajak rampung atau PPh 29. Utang PPh Badan
merupakan utang yang terkait dengan beban pajak entitas. Utang pajak yang lain merupakan
utang pajak terkait dengan kewajiban entitas untuk memotong pajak pihak lain sehingga tidak
akan memengaruhi nilai beban pajak.

PROVISI DAN KONTINJENSI

Definisi
Pada kondisi tertentu entitas memiliki liabilitas yang kepastian dan jumlahnya tidak dapa
ditentukan dengan pasti. Istilah umum yang digunakan untuk sesuatu yang memiliki
ketidakpastian dari sisi kejadian dan jumlah adalah kontinjensi. Dalam akuntansi, kontinjens
dapat muncul sebagai liabilitas kontinjensi atau aset kontinjensi. Dalam PSAK 57 (Revisi
2004), provisi disebut sebagai kewajiban diestimasi. Provisi bentuk Istilah provisi dibedakan
dari kontinjensi untuk menjelaskan terminologi yang berbeda. kontinjensi yang disajikan
dalam laporan keuangan (on balance sheet), sedangkan liabilitas kontinjensi hanya
diungkapkan dalam laporan keuangan. Istilah provisi dapat juga diartikan sebagai pencadangan
suatu penurunan yang Provisi diakui dan disajikan sedangkan kontinjensi merupakan akun
lawan aset seperti penurunan nilai, diungkapkan dalam laporan depresiasi.

Pengakuan dan Pengukuran


Provisi diakui jika memenuhi tiga syarat, yaitu:

1. entitas memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum, konstruktif) sebagai akibat
peristiwa masa lalu;
2. kemungkinan besar (probable) penyelesaian liabilitas tersebut mengakibatkan arus
keluar sumber daya; dan
3. estimasi yang andal mengenai jumlah liabilitas nilainya dapat diukur dengan andal
dapat dibuat.

Jika tidak memenuhi ketiga syarat tersebut provisi tidak dapat diakui. Ketika tidak memenuhi
ketiga persyaratan tersebut, kemungkinan liabilitas tersebut cukup diungkapkan sebagai
liabilitas kontinjensi tergantung materialitas dan kemungkinan terjadinya. Misalkan ketika
suatu peristiwa mengikat dengan jumlah material memenuhi persyaratan a dan b tetapi tidak
memenuhi c maka entitas cukup mengungkapkan sebagai liabilitas kontinjensi. Pengukuran
provisi didasarkan pada hasil estimasi terbaik dari pengeluaran.

Kewajiban Pengelolaan Lingkungan


Perusahaan pada industri pertambangan diwajibkan oleh pemerintah untuk melakukan kegiatan
restorasi lingkungan sekitar kegiatan operasi perusahaan. Kewajiban untuk melakukan
restorasi lingkungan tersebut ada yang bersifat umum berupa pengelolaan lingkungan selama
atau paska kegiatan produksi. Biaya lingkungan bersifat umum misalnya biaya reklamasi
lingkungan tambang, biaya pengelolaan areal tambang.

Biaya ini lebih sering muncul pada perusahaan pertambangan terbuka misalnya penambangan
batubara, nikel, emas, timah. Biaya tersebut harus diakui pada saat produksi sebagai beban dan
liabilitas lingkungan/reklamasi. Biaya lingkungan yang bersifat umum akan dicatat sebagai
biaya dan tidak dikapitalisasi dalam aset tertentu. Jika kegiatan reklamasi telah dilakukan maka
liabilitas akan dikurangi.Perusahaan industri pertambangan biasanya diawasi dengan ketat oleh
regulator sehingga besarnya biaya reklamasi dapat ditentukan dengan andal nilainya.
Kewajiban lingkungan terkait hal ini harus diestimasi besarnya pada awal perolehan aset dan
dimasukkan sebagai perolehan aset tetap. Pembebanan biaya ini dilakukan bersamaan dengan
pembebanan depresiasi aset tersebut.

Anda mungkin juga menyukai