Anda di halaman 1dari 40

PERANAN DAN DEFINISI

Peranan Liabilitas

Entitas hampir semua memiliki kewajiban (liabilitas) untuk mendanai kegiatannya.Jarang sekali entitas
hanya menggunakan ekuitas dalam mendanai entitas.Entitas dengan utang yang tinggi tidak dapat
diartikan sesuatu yang tidak baik. Jumlah liabilitas tinggi, namun entitas memiliki kemampuan
membayar pokok utang dan bunganya akan menghasilkan manfaat bagi entitas dan pemegang saham.
Penggunaan liabilitas untuk mendanai entitas harus dipertimbangkan dengan baik sehingga tetap
memberikan manfaat bagi entitas.

Liabilitas operasional ini biasanya manfaat untuk mendanai diperoleh perusaahaan karena penundaan
pembayaran kegiatan perusahaan kepada pemasok, pemerintah, karyawan atau pihak lain Entitas akan
memperoleh keuntungan karena dapat menunda pembayaran dan menggunakan dana tersebut untuk
investasi atau aktivitas lain, Liabilitas dengan bunga juga mampu menghasilkan manfat untuk entitas jika
bunga pinjaman lebih rendah dibandingkan imbal hasil dari investasi yang didanai dari pinjaman tersebut
Manfaat berutang sering diistilahkan dengan kemampuan menghasilkan leverage, yaitu kemampuan
meningkatkan imbal hasil tanpa harus mengeluarkan investasi.

Selain mengharuskan investor menambah investasi, ada potensi yang menyebabkan saham terdilusi
sehingga harga saham dan laba per lembar saham menjadi lebih kecil. Entitas menggunakan prinsip
matching dalam memutuskan penggunaan liabilitas. Prinsip matching mengharuskan entitas
memadankan antara bentuk investasi dan jenis pendanaan yang digunakan. Jika entitas membutuhkan
dana untuk mendanai ekspansi produksi guna memenuhi tambahan permintaan produksi maka entitas
akan menggunakan liabilitas jangka pendek.Konsep matching ini juga terkait dengan konsep periode
pengembalian investasi (payback period).

Definisi

Liabilitas menurut kerangka dasar pengukuran dan pengungkapan laporan keuangan (KDP2LK) adalah
utang entitas masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu Liabilitas jangka pendek penyelesaiannya
diharapkan mengakibatkan arus keluan adalah liabilitas yang akan dari sumber daya entitas yang
mengandung manfaat jatuh tempo kurang dari 12 ekonomi. Liabilitas mengandung komponen utama
yaitu bulan atau 1 siklus operasi perusahaan.PSAK 1 (Revisi 2009) menjelaskan klasifikasi liabilitas
jangka pendek jika memenuhi kriteria:

1. entitas mengharapkan akan menyelesaikan liabilitas tersebut dalam siklus operasi normalnya;

2. entitas memiliki liabilitas tersebut untuk tujuan diperdagangkan;

3. liabilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jangka waktu 12 bulan setelah periode
pelaporan; atau
4. entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian liabilitas selama sekurang-
kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan. Entitas mengklasifikasi liabilitas yang tidak termasuk
kategori tersebut sebagai liabilitas jangka panjang tersebut di atas.

Berdasarkan ketentuan di atas, liabilitas jangka pendek dapat diartikan sebagai liabilitas entitas kini,
yang timbul akibat peristiwa masa lalu, yang penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar
dari sumber daya entitas yang akan diselesaikan dalam jangka waktu satu siklus operasi atau 12 bulan
mana yang lebih panjang atau untuk tujuan diperdagangkan. Kriteria khusus untuk liabilitas jangka
pendek adalah jangka waktu penyelesaian 12 bulan atau satu siklus operasi. Siklus operasi adalah siklus
dari pembelian bahan baku sampai dengan diperolehnya kas dari hasil penjualan produk yang dihasilkan.

Liabilitas jangka pendek lainnya tidak diselesaikan dalam siklus operasi normal, tetapi jatuh tempo dan
diselesaikan dalam waktu dua belas bulan setelah periode pelaporan atau dimiliki untuk tujuan
diperdagangkan. Misalnya, liabilitas keuangan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk
diperdagangkan sesuai dengan PSAK 55 (Revisi 2013) Instrumen Keuangan: Pengakuan dan
Pengukuran, cerukan bank, bagian jangka pendek dari liabilitas keuangan jangka panjang, dividen
terutang, pajak penghasilan terutang, dan utang non usaha lainnya. Entitas mengklasifikasikan liabilitas
keuangan tersebut sebagai liabilitas jangka pendek jika liabilitas tersebut akan jatuh tempo dalam jangka
waktu 12 (dua belas) bulan setelah periode pelaporan.Untuk utang bentuk ini sering kali ada bunga,
sehingga bunga yang telah terjadi dan belum dibayarkan harus diakui sebagai liabilitas juga. Liabilitas
jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam waktu dua belas bulan, akan disajikan sebagai liabilitas
jangka pendek. PSAK 1 (Revisi 2009) menjelaskan item-item minimum dari liabilitas jangka pendek
yang harus disajikan dalam laporan posisi keuangan. Menurut PSAK 1 (Revisi 2009), jika entitas
memiliki liabilitas tersebut dalam jumlah material maka entitas harus menyajikan sebagai unsur yang
terpisah. Item minimum yang diharuskan menurut PSAK 1 (Revisi 2009) untuk liabilitas jangka pendek
adalah:

1. utang dagang dan terutang lainnya;

2. provisi

3. liabilitas keuangan jangka pendek (tidak termasuk jumlah yang disajikan dalam provisi);

4. liabilitas dan aset pajak kini; sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 46 (Revisi 2013) Akuntansi
Pajak Penghasilan.

5. liabilitas dan aset pajak tangguhan; sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 46 (Revisi 2013):

6. liabilitas yang termasuk dalam kelompok yang dilepaskan yang diklasifikasikan sebagai yang dimiliki
untuk dijual sesuai dengan PSAK 58 (Revisi 2010) Aset Lancar yang Tersedia untuk Dijual dan Operasi
yang Dihentikan.
Liabilitas jangka pendek lainnya dapat berupa liabilitas yang tidak diselesaikan dalam siklus operasi
normal, tetapi jatuh tempo dan diselesaikan dalam waktu dua belas bulan setelah periode pelaporan atau
dimiliki untuk tujuan diperdagangkan. Entitas mengklasifikasikan liabilitas keuangan tersebut sebagai
liabilitas jangka pendek jika liabilitas tersebut jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan setelah
periode pelaporan.

Entitas dapat menyajikan komponen yang lebih rinci dari item tersebut. Pertimbangan untuk
menyajikan suatu komponen liabilitas jangka pendek dalam satu line sendiri atau digabungkan
diserahkan kepada manajemen dengan mempertimbangkan kebutuhan informasi pengguna laporan
keuangan.

PSAK 1 (Revisi 2009) hanya menjelaskan tentang bagaimana menyajikan liabilitas dalam laporan
keuangan. Pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan liabilitas jangka pendek dan jangka
panjang diatur lebih lanjut dalam PSAK Instrumen Keuangan yaitu PSAK 50 (Revisi 2013) Penyajian
Instrumen Keuangan; PSAK 55 (Revisi 2013) Pengakuan dan Pengukuran Instrumen Keuangan dan
PSAK 60 (Revisi 2013) Pengungkapan Instrumen Keuangan. Untuk liabilitas diestimasi atau sekarang
dikenal dengan istilah provisi diatur dalam PSAK 57 (Revisi 2009) Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan
Aset Kontinjensi.

lenis dan Klasifikasi

PSAK 1 (Revisi 2009) tidak membahas secara khusus klasifikasi dan jenis liabilitas jangka pendek.
Bentuk usaha entitas akan menentukan jenis dan klasifikasi liabilitas yang dimiliki sebuah entitas. pasti
dan liabilitas yang PSAK 1 (Revisi 2009) hanya memberikan aturan umum ilainya diestimasi. dalam
penyajian item dalam laporan keuangan didasarkan pada relevansi informasi tersebut bagi pengguna
laporan keuangan.

Berdasarkan nilainya, liabilitas dapat dikategorikan menjadi liabilitas yang nilainya past dan liabilitas
yang nilainya tidak dapat ditentukan sehingga harus diestimasi. Liabilitas yang nilainya pasti, merupakan
bentuk liabilitas yang telah jelas berapa jumlah dibayarkan kepada pihak lain. Liabilitas yang nilainya
tidak pasti, jumlahnya diestimasi oleh entitas berdasarkar informasi yang tersedia. Menurut PSAK 57
(Revisi 2009) disebut sebagai provisi.

Liabilitas juga dapat diklasifikasikan berdasarkan asal terjadinya. Liabilitas dapat terjad sebagai
konsekuensi kegiatan operasi perusahaan dan liabilitas yang berdasarkan kontrak formal. Liabilitas yang
terjadi sebagai konsekuensi operasi misalnya utang dagang, utang pajak, beban yang masih harus
dibayar, pendapatan diterima di muka. Liabilitas berdasarkan kontrak formal misalnya wesel bayar,
utang bank, atau liabilitas jangka panjang yang akar jatuh tempo dalam dua belas bulan. Beberapa contoh
liabilitas jangka pendek dapat dilihat dalam Tabel 11.1.
UTANG BERBUNGA DALAM JANGKA PENDEK

Utang Bank

Utang berbunga jangka pendek yang umum dijumpai adalah utang bank dan wesel bayar (promissory
note). Utang bank lebih sering dijumpai dalam laporan keuangan entitas dibandingkan dengan wesel
bayar. Utang bank jangka pendek adalah utang suatu entitas kepada bank dengan jangka waktu satu
tahun atau kurang. Utang bank jangka pendek biasanya berbunga.

Utang bank jangka pendek ditarik oleh entitas untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahaan.
Pemenuhan kebutuhan modal kerja permanen, tetap akan dipenuhi dengan liabilitas jangka panjang.
Kebutuhan modal kerja permanen merupakan selisih antara aset lancar dikurangi liabilitas jangka pendek
yang timbul karena kegiatan operasi. Liabilitas jangka pendek diperlukan untuk memenuhi tambahan
kebutuhan modal kerja yang bersifat temporer. Liabilitas jangka pendek dapat berbentuk utang dalam
jumlah tertentu dalam jangka pendek atau berbentuk line of credit atau standby loan.

Utang bank jangka pendek ditarik oleh entitas pada saat membutuhkan untuk jangka waktu tertentu dan
akan dikembalikan sesuai dengan perjanjian kredit.Bunga dapat dibayarkan pada saat jatuh tempo,
selama periode tertentu, bunga dipotong di depan dari jumlah utang yang ditarik atau kombinasi. Contoh
11.1 menggambarkan utang bank jangka pendek.
Untuk Contoh 11.1, entitas dapat membuat jurnal balik atas jurnal penyesuaian yang dilakukan pada 31
Desember 2015. Jurnal balik dibuat pada tanggal 1 Januari 2016 dengan mendebit uang bunga dan kredit
beban bunga. Jika jurnal balik tersebut dibuat, maka entitas pada saat pelunasan akan membuat jurnal
debit utang, beban bunga total dan kredit sebesar kas yang dikeluarkan. Jika jurnal ini dijumlahkan
dengan jurnal balik, maka beban bunga rang diakui hanya sebesar beban bunga selama 2016.

Pokok utang entitas adalah jumlah utang dalam kontrak dikurangi dengan bunga yang
dipotong/dibayarkan di depan mengurangi utang. Entitas harus mengukur tingkat bunga efektif atas
utang ini. Tingkat bunga efektif diukur dengan menghitung menghitung tingkat bunga (diskonto) yang
akan menyamakan utang dalam kontrak dikurangi bunga dengan resent value dari nilai pada tanggal
jatuh tempo. Contoh 11.2 menggambarkan utang bank dengan bunga dibayarkan di depan.
Bunga yang digunakan untuk menghitung beban bunga adalah tingkat bunga efektif. Bunga efektif
adalah bunga yang secara efektif berlaku untuk kredit tersebut dengan memperhitungan biaya transaksi
dan bunga kontraktual. Praktik yang sering terjadi, charges atau biaya administrasi dibebankan sebagai
pengurang utang yang diterima atau sering disebut sebagai provisi, namun ada juga yang ditanggung oleh

bank. Pengurangan akibat biaya administrasi mengakibatkan utang yang diterima lebih kecil dari nilai
nominal utang. Untuk menjelaskan provisi dapat dilihat pada Contoh 11.3. Utang bank dengan biaya
provisi.
Contoh 11.3 menunjukkan bahwa biaya adminsitrasi memengaruhi tingkat bunga efekti dari 15%
menjadi 18,27%. Sering kali entitas tidak mempertimbangkan charges yang dikenakar bank untuk setiap
transaksi kredit. Dalam laporan keuangan beban bunga disajikan terpisah sebagai beban keuangan atau
beban bunga dan disajikan dalam kelompok pendapatan dan beban lain-lain kecuali untuk entitas dalam
industri spesifik misalnya keuangan.

Utang bank jangka pendek dalam bentuk line of credit merupakan plafon kredit modal kerja yang dapat
ditarik oleh entitas sesuai dengan kebutuhan dan dikembalikan jika entitas telah memiliki dana untuk
membayarnya. Bentuk line of credit seperti kartu kredit yang dapat digunakan oleh entitas.Entitas akan
dikenakan bunga berganda jika tidak disiplin melakukan pembayaran. Perjanjian kredit akan menentukan
bagaimana teknik pembayaran dar perhitungan bunga. Contoh berikut dapat memberikan gambaran
tentang bentuk standbyloan dapat dilihat pada Contoh 11.4
Berdasarkan Contoh 11.4 tersebut biaya penarikan langsung dibebankan sebagai beban bunga, karena
biaya penarikan tersebut secara implisit merupakan beban bunga terkait dengan penarikan yang
dilakukan. Entitas tidak dikenakan bunga jika melunasi tarikannya di akhir periode, namun di awal ada
biaya penarikan, sehingga secara implisit biaya penarikan tersebut adalah beban bunga yang dibayarkan
di awal. Untuk transaksi line of credit seperti ini, entitas cukup mendasarkan pencatatan akuntansinya
dari laporan yang dikirimkan oleh bank, karena dianggap bank telah melakukan pencatatan dan
perhitungan bunga dan mutasi kredit dengan benar. Namun jika diketemukan kesalahan dalam
pencatatan bank, perlu untuk dilakukan rekonsiliasi dan kesalahan pencatatan bank harus dilaporkan.

Dalam praktik di beberapa entitas, ketentuan kapitalisasi biaya transaksi, perhitunga kembali bunga
dengan menggunakan tingkat bunga efektif untuk liabilitas jangka pendek sering diabaikan. Salah satu
alasan penyebabnya karena menganggap beban tersebut relati kecil sehingga tidak material nilainya,
sehingga informasi tersebut tidak relevan bagi pengambil keputusan. Sementara itu untuk mendapatkan
informasi tersebut diperlukan sistem akuntansi yang lebih canggih dan perhitungan beban bunga dan
amortisasi yang lebih kompleks. Pertimbangan biaya dan manfaat sering digunakan sebagai justifikasi
tidak melakukan kapitalisasi biaya transaksi.
Wesel Bayar

Wesel bayar atau sering disebut sebagai notes payable atau promissory notes. Wesel bayar merupakan
janji dari pihak penarik wesel untuk membayarkan sejumlah nilai tertentu di masa mendatang. Wesel
bayar ditarik untuk pelunasan utang dagang, pembayaran suatu transaksi atau ditarik untuk mendapatkan
uang tunai. Pihak penarik wesel akan menunjuk bank untuk melakukan penyelesaian pembayaran yang
akan diambil dari rekening penarik/ penerbit wesel. Wesel bayar biasanya berbunga, jika tidak berbunga
wesel akan dijual dengan diskon.

Akuntansi untuk wesel bayar tidak berbeda dengan akuntansi untuk utang bank, perbedaan yang
mendasarinya hanyalah dokumen transaksinya.

Liabilitas Jangka Panjang yang Akan Jatuh Tempo pada Periode Berikutnya

Liabilitas jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan setelah periode
pelaporan, diklasifikasikan dalam jangka pendek, meskipun:

1. kesepakatan awal perjanjian pinjaman untuk jangka waktu lebih dari dua belas bulan dan

2. perjanjian untuk pembiayaan kembali, atau penjadwalan kembali pembayaran, atas dasar jangka
panjang telah diselesaikan setelah periode pelaporan dan sebelum tanggal

Entitas mengklasifikasikan liabilitas tersebut sebagai liabilitas jangka pendek karena (pada akhir
periode pelaporan) entitas tidak memiliki hak untuk menunda penyelesaian liabilitas tersebut dalam
jangka waktu sekurang-kurangnya dua belas bulan setelah tanggal pelaporan.

Entitas dapat melakukan perubahan perjanjian dengan kredaur untuk memperpanjang jangka
waktu jatuh tempo atas liabilitas yang akan jatuh tempo dalam satu dua belas bulan Perubahan perjanjian
tersebut akan menyebabkan liabilitas yang akan jatuh tempo tetap disajikan sebagai liabilitas jangka
panjang jika, pemberi pinjaman menyetujui perubahan perjanjian tersebut pada akhir periode pelaporan
untuk memberikan tenggang waktu pembayaran yang berakhir sekurang-kurangnya dua belas bulan
setelah perinde pelaporan Entitas dapat juga mengusahakan pendanaan kembali dengan melakukan
transfer kredit kepada kreditur lain atas liabilitas yang akan jatuh tempo Usaha yang dilaiculan oleh
entitas untuk memperpanjang liabilitas jangka panjang yang akan jatuh tempo harus diselesaikan
sebelum akhir tanggal pelaporan.

Jika entitas melakukan usaha untuk memperpanjang liabilitas jangka panjang yang akan jatuh
tempo, atau melakukan pendanaan liabilitas jangka pendek menjadi liabilitas jangka panjang, namun
dilakukan antara akhir periode pelaporan dan tanggal penyelesaian laporan keuangan, maka peristiwa
tersebut diungkapkan sebagai peristiwa yang tidak memerlukan penyesuaian (non-adjusting events)
sesuai dengan PSAK 8 (Revisi 2009) Peristiwa Setelah Periode Pelaporan antara lain:
1. pembiayaan kembali berbasis jangka panjang:
2. perbaikan pelanggaran perjanjian pinjaman jangka panjang; dan
3. pemberian tenggang waktu pembayaran oleh pemberi pinjaman untuk memperbaiki pelanggaran
perjanjian pinjaman jangka panjang yang berakhir sekurang-kurangnya dua belas bulan setelah
periode pelaporan.

Fokusnya bukan pada perlu tidaknya jurnal, namun yang penting dalam penyajian bagian
liabilitas jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam dua bulan disajikan dalam liabilitas jangka
pendek. Perlu tidaknya jurnal dipengaruhi oleh sistem akuntansi dan kode akun (chart of account) entitas.
Jika entitas menyediakan chart of account khusus untuk penyajian ini maka entitas harus membuat jurnal
penyesuaian. Contoh 11.6 menggambarkan bagaimana reklasifikasi dilakukan.

Contoh 11.5 Liabilitas Jangka Panjang yang Jatuh Tempo dalam Dua Belas Bulan

PT Wilis memiliki beberapa liabilitas jangka panjang untuk mendanai usahanya. Berikutinformasi yang
diperoleh pada saat penyusunan laporan keuangan tanggal 31Desember 2015.

1. Obligasi seri A, senilai Rp400.000.000.000, diterbitkan 1 Maret 2007, jangka waktu 10 tahun,
bunga sebesar 10% dibayar setiap tahun.
2. Obligasi seri B, senilai Rp800.000.000.000, diterbitkan 1 Juni 2015, bunga 11% pertahun dibayar
setiap tahun, jatuh tempo setiap tahun sebesar Rp 100.000.000.000.
3. Obligasi seri C senilai Rp 100.000.000.000, diterbitkan 1 Desember 2006, jatuh tempo 10 tahun,
bunga 10%. Atas obligasi ini entitas sedang mengajukan pendanaan kepada Bank Mitra untuk
mengambil alih obligasi tersebut dan diganti dengan utang bank jangka panjang dengan jangka
waktu 5 tahun tingkat bunga12%. Entitas sudah melakukan detail pembicaraan dengan bank
Mitra. Secara prinsip Bank Mitra menyetujui namun proses administrasi baru akan
diselesaikanpada tahun 2016 mengingat obligasi tersebut baru akan jatuh tempo 1 Desember
2016. Proses administrasi perjanjian yang menyatakan Bank Mitra akan mendanai utang obligasi
dan menggantinya dengan utang Bank Mitra diselesaikan pada 25 Maret sebelum laporan
keuangan selesai diaudit.
4. Utang Bank Kriya ditarik pada 1 September 2011 sebesar Rp
100.000.000.000, jangka waktu 5 tahun bunga 12%. Atas utang ini entitas telah me-lakukan
perjanjian untuk melakukan pendanaan kembali dengan utang jangka panjangdengan bank yang
sama, namun dengan bunga yang lebih rendah sebesar11%.
5. Utang Bank Permata ditarik pada tanggal 1 Juni 2014 sebesar 300 miliar,bunga 12% dibayar
setiap tahun. Pelunasan akan dimulai 1 Juni 2015 secara angsuran Rp 50.000.000.000 per tahun.
Saat ini entitas sedang memproses penerbitan obligasi seri D sebesar Rp 300.000.000.000.
Obligasi tersebut rencananya akan diterbitkan pada 1 Juni 2016. Obligasi tersebut telah mendapat
persetujuan RUPS untuk diterbitkan.
Saat ini sedang proses untuk mengurus persyaratan penerbitan. Obligasi tersebut diterbitkan
untuk mendanai ekspansi pembukaan pabrik baru dan membayarutang yang jatuh tempo.

Buatlah reklasifikasi untuk utang tersebut yang harus disajikan menjadiliabilitas jangka pendek,
buatlah penyajian dan pengungkapan yang diperlukanuntuk kelima utang tersebut jika ada.

1. Obligasi seri A tidak perlu direklasifikasi, tetap menjadi liabilitas jangka panjang karena jatuh
tempo tahun 2017.
2. Obligasi seri B direklasifikasi menjadi liabilitas jangka pendek sebesar Rp 100Miliyar, yang akan
jatuh tempo dalam 12 bulan.

Utang Obligasi Seri B 100.000.000.000

Utang Obligasi Seri B Jangka Pendek 100.000.000.000

3. Obligasi Seri B tetap harus direklasifikasi karena proses pengambilan alih belum sepenuhnya.

Utang Obligasi Seri C 100.000.000.000

Utang Obligasi Seri C Jangka Pendek 100.000.000.000

Namun kejadian ini perlu diungkapkan dalam proses laporan keuangan.


Pengungkapan dalam catatan atas laporan keuangan perlu ditambahkan untuk menginformasikan
peristiwa setelah tanggal laporan posisi keuangan.
4. Dilakukan reklasifikasi menjadi liabilitas jangka pendek, karena akan jatuh tempo pada 1
september 2016. Karena telat dilakukan perjajian untuk memperbaharui utang dan kontraknya
telah diselesaikan, utang ini tetap menjadi itang jangka panjang.
5. Dilakukan reklasifikasi atas jumlah yang akan jatuh tempo pada 1 juni 2016.

Utang Bank Permata 50.000.000.000

Utang Bank Permata Jangka Pendek 50.000.000.000

Penyajian dalam laporan posisi keuanganLiabilitas jangka pendek


Liabilitas jangka pendek yang akan jatuh tempo dalam dua bulan (lihat pengungkapan)
Utang Obligasi Seri B  100.000.000.000
Utang Obligasi Seri C  100.000.000.000 (lihat pengungkapan)
Utang Bank Kriya  50.000.000.000
Utang Bank Permata  50.000.000.000
Liabilitas jangka panjang
Utang Obligasi Seri A 400.000.000.000
Utang Obligasi Seri B 600.000.000.000
Utang Bank Kriya 100.000.000.000
Utang Bank Permata 200.000.000.000

Pengungkapan liabilitas jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam duabelas bulan
mendatang.
Obligasi seri C akan jatuh tempo pada 1 Desember 2016, namun perusahaantelah melakukan negosiasi
dengan Bank Mitra untuk mendanai pelunasan obligasi tersebut, sehingga akan berubah menjadi utang
bank jangka panjang pada 1 Desember 2016, entitas tetap melakukan reklasifikasi dalam jangka pendek,
karena meskipun pendanaan ini telah disetujui pemegang saham,secara prinsip telah disetujui Bank Mitra
namun proses administrasi barudiselesaikan pada 25 Maret 2016, sesuai dengan PSAK 1 (Revisi 2009)
tetapharus direklasifikasi. Atas liabilitas jangka panjang yang akan jatuh tempo pada tahun 2016,
perusahaan telah akan menerbitkan obligasi yang saat ini masih dalam prosespenerbitan. Direncanakan
obligasi tersebut akan diterbitkan pada Juni 2016.

LIABILITAS JANGKA PENDEK TERKAIT DENGAN KEGIATAN OPERASI ENTITAS


Liabilitas jangka pendek terkait kegiatan operasi timbul karena konsekuensi kegiatan operasi
entitas. Ulang ini biasanya tidak berbunga, utang ini muncul karena entitas menangguhkan pembayaran
kepada pihak lain. Kesempatan penangguhan pembayaran ini harus dimanfaatkan secara optimal dalam
rangka menghemat arus kas (cash flow) entitas. Penundaan pembayaran ini dapat dilakukan sampai
dengan tanggal jatuh tempo yang telah disepakati. Misalnya untuk utang dagang, utang dibayar pada saat
jatuh tempo, pajak dibayarkan pada saat tanggal jatuh tempo, tagihan kepada pihak lain dibayar sesuai
tanggal jatuh tempo. Entitas tidak boleh menangguhkan di luar waktu jatuh tempo karena entitas harus
menjaga reputasi di mata pihak lain.
Penggunaan utang operasi menguntungkan bagi entitas, karena entitas dapat menggunakan dana
pembayaran tersebut untuk aktivitas yang lain sebelum digunakan. Semakin efisien entitas
memanfaatkan utang operasi dan mengatur kas, kebutuhan modal kerja untuk kegiatan operasinya
semakin kecil atau bahkan tidak memerlukan dana untuk modal kerja karena modal kerja didanai oleh
pemasok atau pihak lain.
Sebagai contoh sebuah supermarket, yang melakukan penjualan secara tunai atau menerima kredit
pembayaran dengan kartu kredit (credit card) yang akan dibayar 3 hari setelah transaksi Persediaan
dibeli dari pemasok dengan kredit 1 bulan atau dengan barang-barang konsinyasi yang baru akan dibayar
2 bulan setelah penjualan. Listrik, air, gan dibayarkan di akhir bulan, Hakikatnya entitas tidak
memerlukan modal kerja karena entitas menerima kas terlebih dahulu sebelum melakukan pembayaran
untuk aktivitas operasionalnya. Bahkan ketika supermarket ini sudah berjalan dengan baik, entitas dapat
memanfaatkan hasil penjualannya untuk diinvestasikan dalam investasi jangka pendek sebelum
dibayarkan kepada pemasok, karyawan, dan pihak lain.

Utang Usaha
Utang usaha adalah utang terkait dengan kegiatan utama entitas, Untuk entitas yang bergerak di bidang
perdagangan, utang usaha disebut sebagai utang dagang. Utang dagang timbul saat entitas melakukan
pembelian kepada pemasok secara kredit. Entitas jika diberikan pilihan. antara membeli tunai dan
membeli kredit, maka akan memilih membeli kredit jika harga antara membeli kredit dan tunai harganya
sama. Pembelian secara tunai dilakukan jika pemasok tidak membolehkan membeli secara kredit, atau
membeli secara tunai di mana secara ekonomis lebih murah dibandingkan membeli secara kredit.
Pembelian kredit sering. dituliskan dalam term: 2/10, n/60, FOB Shipping Point. Artinya pembelian akan
diberikan diskon 2% jika dilunasi sampai dengan 10 hari, utang jatuh tempo dalam waktu 60 hari dan Tik
pengakuan di gudang penjual.
Pemasok sering kali memberikan insentif kepada pembeli untuk melakukan pelunasan lebih
cepat. Entitas harus memperhitungkan manfaat dari diskon ini dengan alternatif investasi yang tersedia.
Jika tidak ada alternatif investasi lain yang lebih menguntungkan maka diskon tersebut lebih baik
diambil. Tingkat diskon yang diberikan dapat dihitung imbal hasil (return) per tahunnya. Imbal hasil dari
diskon ini kemudian dibandingkan dengan alternatif investasi yang tersedia, jika imbal hasil diskon lebih
besar dibandingkan dengan imbal hasil investasi maka entitas harusnya mengambil diskon ini.

100 %−diskon 360


pengambilan diskon= x
100 % jangka panjang− jangka diskon

Diskon penjualan 2/10, n/30 setara dengan bunga (100% - 2%) / 100% x 360 / (30-10) = 17.64%.
Dengan cara perhitungan yang sama term perjanjian 2/15, n/45 sama dengan 11,76%. perjanjian kredit
3/10, n/45 sama dengan 9,98%.

Entitas dapat mencatat utang dagang sebesar nilai faktur pembelian. Jika utang dibayar pada
periode diskon maka diskon akan dicatat sebagai diskon pembelian, mengurang pembelian
(menggunakan metode pencatatan persediaan periodik). Untuk metode pencatatan persediaan dengan
perpetual, diskon pembelian akan dicatat mengurangi nilai persediaan.

Contoh 11.6 Pencatatan Utang Dagang


Selama bulan Desember 2015 PT Slamet memiliki beberapatransaksi kepada para pemasoknya.
a. 12 Desember membeli barang secara kredit kepada PTDelima senilai Rp 200.000.000 ditambah
nilai PPN 10% sehingga total Rp 220.000.000. Persyaratan jual beli 2/10;n/30. FOB Shipping
point. PT Slamet membayar utang pada PT Delima pada 22 Desember 2016.
b. 29 Desember membeli barang secara kredit kepada PT Mawar senilai Rp 330.000.000 setelah
nilai PPN. Persyaratan jual beli n/30. FOB Shipping Point. Barang sampai 31 Desember belum
sampai di gudang PT Slamet dan diketahuibaru diterima di gudang pada 2 Januari 2016.
Pembelian inidibayar dengan wesel bayar yang akan jatuh tempo 30 hari tanpa bunga.
Berdasarkan Contoh 11.6, nilai persediaan dicatat sebesar nilai pembelian, namun nilai utang

12 Desember
Persediaan 200.000.000
PPN Masukan 200.000.000
Utang Dagang 220.000.000

22 Desember
Utang Dagang 220.000.000
Persediaan 4.400.000
Kas 215.600.000

29 Desember
Persediaan 300.000.000
PPN Masukan 30.000.000
Wesel Bayar 330.000.000
(tetap dicatat tertanggal 29 Desember karena titik pengakuan di gudang penjual)

ditambahkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Sesuai dengan PSAK 14 (Revisi 2013) Persediaan, pajak
yang dapat dikreditkan tidak menambah nilai persediaan, namun pajak yang tidak dapat dikreditkan akan
menambah persediaan. Untuk PPN yang tidak dapat dikreditkan atau Pajak Penjualan Barang Mewah
(PPnBM) yang tidak dapat dikreditkan, maka pajak akan dicatat menambah nilai perolehan persediaan
dan tidak dicatat terpisah. PPN masukan akan diperhitungkan dengan PPN keluaran
entitas di akhir bulan.

Beban yang Masih Harus Dibayar


Salah satu asumsi dalam laporan keuangan adalah akrual, artinya transaksi diakui pada saat terjadinya
tanpa menunggu pembayaran. Atas beban yang telah terjadi namun belum dibayar sampai periode
pelaporan, entitas harus mengakui beban dalam laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain
serta beban yang masih harus dibayar pada laporan posisi keuangan. Entitas belum membayar beban
tersebut karena kesepakatan kontrak menyatakan pembayaran tidak dilakukan pada saat beban terjadi
atau karena keterlambatan waktu penagihan. Beban yang masih harus dibayar yang sering muncul di
laporan posisi keuangan antara lain.
1. Beban gaji. Karyawan telah berhak atas gaji karena sudah bekerja namun tidak belum dibayarkan
oleh perusahaan.
2. Bunga yang masih harus dibayar/utang bunga. Bunga sudah menjadi beban dengan berlalunya
waktu namun baru dibayarkan sesuai dengan tanggal dalam perjanjian kredit.
3. Beban operasi yang masih harus dibayar. Beban atas jasa pihak lain kepada perusahaan atas
kegiatan operasinya, namun belum dibayarkan oleh perusahaan.
Contoh 11.7 Beban yang Masih Harus Dibayar
1. Pembayaran gaji sebesar Rp240.000.000 dilakukan tanggal 5 tiap bulan,untuk masa kerja tanggal
1 sampai dengan akhir bulan. Pada akhir periode misal 31 Desember 2015 dibuat penyesuaian
atas gaji masa kerja Desember 2015 yang baru dibayarkan tanggal 5 Januari 2016.
2. Bonus karyawan dibayarkan atas prestasi kerja tahun 2015, namun baru ditetapkan jumlahnya

Beban Gaji 240.000.000


Utang Gaji 240.000.000

Beban Gaji - Bonus 300.000.000


Utang Gaji 300.000.000

setelah diketahui laba entitas sehingga jumlahnya baru dipastikan di bulan Januari 2016 dan akan
dibayarkan bulan Maret 2016. Pada 15 Januari sebelum laporan keuangan terbit, ditetapkan bonus
untuk seluruh karyawan sebesar Rp300.000.000. Atas bonus karyawan akan dibuat jurnal
penyesuaian tertanggal 31 Desember 2015.
3. Entitas memiliki utang bank yang ditarik pada 1 Desember 2015 sebesar Rp400.000.000 bunga
12% per tahun, jangka waktu 5 tahun. Bunga dibayarkan setiap tanggal 1 Desember. Bunga dari
tanggal 1 Desember 2015 sampai dengan 31 Desember 2015 harus dibebankan sebagai beban
bunga dan utang bunga/bunga yang masih harus dibayar.

4. Entitas memperbaiki AC di kantor dengan meminta perusahaan servis AC. Pekerjaan telah
diselesaikan pada tanggal 30 Desember 2015, namun sampai dengan tanggal 31 Desember,
perusahaan servis AC belum mengirimkan tagihan sebesar Rp10.000.000. Tagihan baru dikirim
pada tanggal 5 Januari 2016 dan dibayarkan tanggal 10 Januari 2016. Atas jasa servis AC tersebut

Beban Bunga 4.000.000


Utang Gaji 4.000.000
Beban Pemeliharaan 4.000.000
Bunga 12% x 1/12
Utang Biayax Rp 400.000.000 = Rp 4.000.000 4.000.000

diakui pada sebagai beban pemeliharaan dan beban yang masih harus dibayar (liabilitas) pada 31
Desember 2015.
Pendapatan Diterima di Muka
Pendapatan diterima di muka termasuk komponen liabilitas. Penerimaan kas dari pelanggan tersebut
mengandung konsekuensi bahwa di masa depan entitas harus mengeluarkan sumber daya untuk
menyelesaikan pekerjaan atau mengirimkan barang. Jika pendapatan tersebut akan direalisasikan dalam
satu tahun atau satu siklus operasi akan diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka pendek dan jika
direalisasikan lebih dari satu siklus operasi akan diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka panjang.
Sangat jarang terjadi pendapatan diterima di muka dikategorikan sebagai liabilitas jangka panjang.
Pada saat kas diterima dari pelanggan, entitas akan mencatat pendapatan diterima di muka. Jika
pekerjaan telah diselesaikan atau barang telah dikirimkan, pendapatan diterima di muka tersebut akan
didebit dan diakui sebagai pendapatan (kredit).
Contoh 11.8 Pencatatan Pendapatan Diterima di Muka
PT Ciremai mulai tahun 2015 menjual tiket keanggotaan (membership) golf kepada pelanggan pribadi
dan perusahaan. Tiket tersebut dijual dalam bentuk paket tahunan dan lima tahunan. Untuk paket tahunan
harganya Rp6.000.000 dapat digunakan main golf selama satu tahun. Paket tiga tahun dijual dengan
harga Rp16.200.000. Keanggotaan tersebut tidak didasarkan pada jumlah kedatangan, pemegang kartu
keanggotaan bebas datang jika kartu keanggotaannya masih aktif. Setiap tahun harga kartu keanggotaan
meningkat, sehingga menjadi anggota jangka panjang memberikan banyak keuntungan bagi anggota.
Pada 1 Desember diterima keanggotaan tahunan 10 paket dan keanggotaan tiga tahunan sebanyak
5 paket. Entitas melakukan penyesuaian untuk keanggotaan setiap bulan, karena entitas menyusun
laporan bulanan untuk keperluan internal manajemen. Saldo pendapatan diterima di muka dari
keanggotaan tahunan pada tanggal 1 Desember 2015 adalah Rp337.000.000 dari total penerimaan
keanggotaan tahunan Rp636.000.000. Untuk keanggotaan tiga tahunan saldo 1 Desember Rp620.100.000
dari total penerimaan keanggotaan tiga tahunan Rp745.200.000. Buatlah jurnal untuk transaksi tersebut
dan penyesuaian yang diperlukan!
Untuk membership tahunan, alokasi pendapatan yang terealiasi per bulan adalah 1/12 x Rp6.000.000 =

1 Desember 2015
Kas 141.000.000
Pendapatan Diterima di muka 141.000.000

31 Desember 2015
Pendapatan Diterima di Muka 80.950.000
Pendapatan 80.950.000

Rp500.000 atau total sama dengan (Rp636.000.000+ Rp60.000.000) x 1/12 = Rp58.000.000.

Untuk membership tiga tahunan, pendapatan terealiasi per bulan Rp16.200.000 3 12= Rp450.000 atau
total (Rp745.200.000 + Rp81.000.000) x 1/36= Rp22.950.000. Total pendapatan direalisasi
Rp58.000.000+ Rp22.950.000 = Rp80.950.000.

Saldo pendapatan diterima di muka pada 31 Desember 2015 adalah:


Rp337.000.000+ Rp630.100.000+ Rp60.000.000+ Rp81.000.000 Rp58.000.000 - Rp22.950.000 =
Rp1.017.150.000.

Pada 1 Desember diterima keanggotaan tahunan 10 paket dan keanggotaan tiga tahunan sebanyak 5
paket. Entitas melakukan penyesuaian untuk keanggotaan setiap bulan, karena entitas menyusun laporan
bulanan untuk keperluan internal manajemen. Saldo pendapatan diterima di muka dari keanggotaan
tahunan pada tanggal 1 Desember 2015 adalah Rp337.000.000 dari total penerimaan keanggotaan
tahunan Rp636.000.000. Untuk keanggotaan tiga tahunan saldo I Desember Rp620.100.000 dari total
penerimaan keanggotaan tiga tahunan Rp745.200.000. Buatlah jurnal untuk transaksi tersebut dan
penyesuaian yang diperlukan!

1 Desember 2015

Kas 141.000.000

Pendapatan Diterima di Muka 141.000.000

31 Desember 2015

Pendapatan Diterima di Muka 80.950.000

Pendapatan 80.950.000

Untuk membership tahunan, alokasi pendapatan yang terealiasi per bulan adalah 1/12 x Rp6.000.000 =
Rp500.000 atau total sama dengan (Rp636.000.000+ Rp60.000.000) x 1/12 = Rp58.000.000.
Untuk membership tiga tahunan, pendapatan terealiasi per bulan Rp 16.200.000: 3:12 = Rp450.000 atau
total (Rp745.200.000+ Rp81.000.000) x 1/36 = Rp22.950.000.
Total pendapatan direalisasi Rp58.000.000+ Rp22.950.000 Rp80.950.000
Saldo pendapatan diterima di muka pada 31 Desember 2015 adalah: Rp337.000.000 Rp630.100.000 -
Rp60.000.000+ Rp81.000.000 - Rp58.000.000 - Rp22.950.000 = Rp1.017.150.000

Utang Terkait Imbalan Kerja

Imbalan kerja diberikan dalam bentuk gaji, tunjangan, bonus, pensiun, dan lainnya. Gaji dibayarkan
kepada karyawan dan manajemen dalam suatu entitas. Gaji untuk karyawan tetap dibayarkan bulanan,
namun sering kali karyawan mendapatkan tambahan honor dan bonus yang dibayarkan berdasarkan
aktivitas. Saat pembayaran gaji dilakukan, entitas diwajibkan untuk memotong' pajak penghasilan dan
iuran-iuran lain sesuai dengan ketentuan dan perjanjian yang ada. Untuk mengelola pembayaran gaji,
entitas biasanya memiliki sistem gaji (payroll system) yang dapat menghitung gaji untuk tiap karyawan,
potongan untuk tiap individu. Sistem tersebut biasanya terhubung dengan bank, sehingga dengan
mengunggah data, bank dapat langsung melakukan transfer dana ke semua karyawan dan membayar
semua komitmen entitas terkait pembayaran gaji.
Gaji menurut UU Pajak Penghasilan merupakan penghasilan bagi pihak yang menerima gaji dan
entitas yang membayarkan harus memotong pajak saat pembayaran gaji dilakukan. Pajak yang dipotong
oleh badan atas gaji dan penghasilan lain yang diterima oleh pekerja disebut pajak penghasilan PPh Pasal
21. Cara perhitungan pajak atas gaji yang dipotong didasarkan pada ketentuan pemerintah. Seluruh
penghasilan karyawan, termasuk tunjangan asuransi, tunjangan transportasi yang diterima kecuali
diterima dalam bentuk natura (misal beras, seragam, pelayanan kesehatan) merupakan objek pajak
penghasilan. Atas penghasilan akan dikurangkan dengan iuran pensiun, biaya jabatan, dan penghasilan
tidak kena pajak. Gaji per bulan tersebut disetahunkan, kemudian dikalikan dengan tarif yang berlaku
(PPh Pasal 17 untuk wajib pajak pribadi) untuk mendapatkan pajak setahun. Pajak yang dipotong tiap
bulan dihitung dari pajak setahun dibagi dua belas. Jika pada satu bulan tertentu karyawan menerima
lembur, bonus atau penghasilan lain, pajak dihitung dan dipotong pada saat gaji tersebut dibayarkan tidak
menunggu akhir tahun. Menurut UU PPh, pajak penghasilan yang dipotong oleh badan, harus disetorkan
ke kas negara paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Entitas pada saat membayar gaji karyawan,
akan memotong PPh 21 atau mencatat utang PPh 21.
Karyawan biasanya diberikan asuransi kecelakaan kerja, asuransi kesehatan, jaminan hari tua.
Bentuk manfaat karyawan tersebut ada yang ditanggung oleh entitas ada juga yang ditanggung oleh
karyawan tergantung kontrak perjanjian kerja. UU Tenaga Kerja memberikan perlindungan kepada
karyawan, sehingga entitas yang mempekerjakan karyawan harus memperhatikan keselamatan dan
kesejahteraan karyawan. Entitas berkewajiban untuk membayarkan beberapa perlindungan minimal
kepada karyawan seperti; asuransi kecelakaan kerja, asuransi kesehatan, jaminan hari tua, dan pesangon.
Iuran ini biasanya akan dipotong dari gaji karyawan dan dibayarkan pada akhir bulan atau bulan
berikutnya.
Pensiun adalah penghasilan yang diterima oleh karyawan pada saat karyawan tidak lagi bekerja.
Pensiun merupakan gaji yang dibayarkan tertunda kepada karyawan, yaitu saat karyawan memasuki
masa pensiun dan tidak lagi bekerja. Pensiun akan diakui sebagai beban pada saat karyawan bekerja
biasanya diakui bersamaan dengan pengakuan gaji. Pensiun dapat diberikan secara lump-sum sebagai
pesangon saat karyawan berhenti bekerja, atau diberikan per bulan seperti gaji sampai karyawan
meninggal atau dapat juga kombinasi dari keduanya. Entitas harus membayarkan iuran pensiun sejalan
dengan pembayaran gaji. Iuran pensiun tersebut dapat dikelola oleh program dana pensiun umum seperti
Jamsostek atau dapat dikelola perusahaan sendiri dengan membentuk program dana pensiun entitas. Bab
20 tentang Imbalan Kerja akan membahas lebih detail tentang pensiun.
Entitas sering kali bekerja sama dengan koperasi, bank untuk penyaluran kredit kepada karyawan.
Bank bersedia memberikan kredit karena jaminan bahwa pekerja tersebut bekerja dan mendapat
penghasilan selama jangka waktu kredit. Sistem pembayaran angsuran dengan pemotongan gaji,
merupakan salah satu cara untuk menjamin kredit tersebut. Serikat kerja sering kali memotong iuran dari
gaji karyawan untuk kegiatan organisasi. Untuk karyawan yang beragama Islam, beberapa entitas bekerja
sama dengan lembaga zakat. Atas gaji karyawan entitas memotong zakat atas gaji karyawan dan
menyetorkannya ke lembaga zakat.
Pemotongan yang dikaitkan dengan gaji karyawan dapat langsung disetorkan pada saat yang
bersamaan dengan pembayaran gaji atau baru dibayarkan pada tanggal tertentu. Entitas yang
memperhatikan manajemen kas, biasanya akan membayar pada batas akhir pembayaran dan
memanfaatkannya untuk kepentingan operasi entitas. Jika pembayaran dilakukan pada bulan berikutnya,
maka dalam laporan keuangan akan muncul utang terkait dengan pemotongan gaji karyawan misalnya
PPh 21, asuransi, iuran pensiun, iuran pihak lain, zakat, dan lain sebagainya. Contoh 11.9 menjelaskan
akuntansi pembayaran gaji beserta beberapa pembayaran lain yang sering dilakukan bersamaan dengan
gaji.

Contoh 11.9 Pembayaran Gaji


Mutiara adalah pegawai PT Salak, pada bulan Desember 2015 menerima gaji sebesar Rp6.000.000 per
bulan ditambah tunjangan rumah Rp500.000 dan tunjangan transportasi Rp1.000.000. Selain itu, PT
Salak membayarkan asuransi kecelakaan kerja Rp 150.000, asuransi kematian Rp50.000, dan iuran
tunjangan hari tua Rp250.000. Mutiara juga melakukan iuran pensiun ke pengelola dana pensiun sebesar
Rp300.000 yang dipotongkan dari gajinya. Mutiara membayar melalui pemotongan oleh PT Salak, zakat
ke LAZ sebesar Rp187.500 dan angsuran rumah ke Bank CMN sebesar Rp 1.500.000. PPh 21 yang
dipotong oleh PT Salak Rp425.200. Gaji dibayarkan tiap akhir bulan dan semua pemotongan dibayarkan
pada tanggal 10 bulan berikutnya.

Jurnal yang dibuat pada 31 Desember 2015.


Beban Gaji 7.950.000

Utang PPh 21 425.200


Utang BPJS 450.000
Utang Iuran Pensiun Karyawan 300.000
Utang Zakat Karyawan 187.500
Utang Angsuran Bank Karyawan 1.500.000
Kas 5.087.300
Tunjangan menambah gaji. Asuransi dan pensiun yang ditanggung entitas menambah beban gaji. Beban
gaji Rp6.000.000 Rp500.000 + Rp1.000.000+ Rp 150.000+. Rp50.000 + Rp250.000 = Rp7.950.000.
Kas = Rp7.000.000-Rp425.200-Rp187.500-Rp300.000 Rp5.087.300.

Entitas ada yang memberikan bonus atau imbalan lain selain gaji. Menurut PSAK 24 (Revisi 2013)
Imbalan Kerja, imbalan terkait dengan karyawan diakui pada saat karyawan memberikan jasanya kepada
entitas. Salah satu bentuk imbalan yang diberikan kepada karyawan adalah cuti berimbalan. Pada saat
seorang mengambil cuti, perusahaan memberikan uang kepada karyawan yang mengambil cuti tersebut.
Cuti berimbalan tidak dapat diakumulasi (digunakan pada periode lain), diakui yang pada saat
terjadinya. Sedangkan cuti berimbalan yang dapat diakumulasi pada saat pekerja memberikan jasa yang
menambah hak cuti berimbalan di masa depan. Entitas akan mengestimasi perkiraan biaya cuti
berimbalan yang boleh diakumulasi sebagai liabilitas pada akhir periode pelaporan.
Bonus tahunan yang diberikan terkait dengan kinerja entitas dalam satu periode diakui pada
periode di mana kinerja tersebut diberikan. Praktiknya bonus ini baru dibayarkan pada periode
berikutnya. Entitas akan mengakui utang bonus dan beban bonus pada akhir periode pelaporan ketika
jumlah bonus dapat diestimasi dengan andal. Pada awal periode berikutnya kinerja entitas telah dapat
ditentukan (laba diketahui), sehingga bonus dapat secara andal ditentukan.

Utang Pajak Pihak Ketiga

Entitas diwajibkan dalam peraturan untuk melakukan pemotongan pajak atas penghasilan yang diterima
oleh pihak lain. Pajak yang dipotong di antaranya adalah PPh 21 atas gaji yang diterima pekerja, PPh 26
atas penghasilan yang diterima wajib pajak luar negeri, PPh 23 atas jasa, sewa, bunga royalti. Pada saat
entitas membayarkan beban kepada pihak yang menerima, entitas memotong pajak, sehingga kas yang
dibayarkan akan berkurang karena pajaknya akan dibayarkan oleh entitas ke kas negara. Jika pembayaran
pajak tidak dilakukan bersamaan dengan pembayaran kepada pihak ketiga maka akan timbul utang pajak
penghasilan. Contoh 11.10 berikut menjelaskan contoh akuntansi atas pembayaran pada pihak ketiga
yang unsur pajak yang harus dipotong.

Contoh 11.10 Akuntansi Utang Pajak Pihak Ketiga


PT Salak melakukan beberapa pembayaran atas jasa atau kegiatan yang telah dilakukan beberapa
rekanan selama Desember 2015. Jasa tersebut dikenakan pajak, seperti dijelaskan dalam informasi di
soal. Pajak yang telah dipotong akan dibayar perusahaan pada masa pajak periode berikutnya.

15 Desember 2015 Membayar jasa konsultan manajemen sebesar Rp.80000000


dipotong Phh 23 sebesar 2%

20 desember 2015 Membayar gaji dan seorang konsultan asing sebesar


Rp.50.000.000 dipotong Pph 26 sebesar 20%

30 desember 2015 Membayar bunga kepada penting Kinabalu atas jatuh tempo
2014,bunga 10% dibayar tahunan setiap 30 Desember. Pajak
atas bunga yang dipotong 15%.

Jurnal yang dibuat selama Desember 2015 atas transaksi di atas.


15 Desember
Beban Administrasi 80.000.000
Utang Pph 23 1.600.000
Kas 78.400.000
20 Desember
Beban Gaji 50.000.000
Utang Pph 26 10.000.000
Kas 40.000.000
30 Desember
Beban Bunga 100.000.000
Utang Pph 23 15.000.000
Kas 85.000.000
Utang atas pajak pihak ketiga terutang untuk satu masa pajak, karena pada bulan berikutnya pajak
ini harus dibayarkan ke kas negara. Kelalaian memotong pajak menyebabkan entitas tidak dapat
mengurangkan beban tersebut sebagai pengurang penghasilan untuk kepentingan fiskal, sehingga entitas
harus membayar pajak penghasilan lebih besar. Jika entitas telah memotong pajak dari pihak ketiga,
namun tidak menyetorkan ke kas, maka atas pajak yang belum disetorkan akan dikenakan sanksi. Sanksi
tersebut akan diterapkan jika entitas diketahui melakukan pelanggaran oleh pihak fiskus, setelah
dilakukan proses pemeriksaan pajak.

Utang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah

Atas penyerahan barang atau jasa kena pajak oleh pengusaha kena pajak akan dikenakan Pajak
Pertambahan Nilai (PPN). PPN adalah pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai yang
diciptakan oleh perusahaan. Pajak ini dikenakan atas setiap konsumsi barang atau jasa di daerah pabean
(wilayah di mana UU Pabean berlaku yaitu seluruh wilayah Indonesia). PPN sebenarnya ditanggung oleh
konsumen sebagai pemakai barang atau jasa, namun pengusaha kena pajak atau entitas yang bertugas
melakukan pemungutan pajak.
PPN dikenakan pada setiap tingkat distribusi barang dari mulai importir atau produsen, pedagang
besar, grosir, dan peritel. Semua pihak yang melakukan penyerahan barang atau jasa kena pajak wajib
menjadi pengusaha kena pajak kecuali pengusaha yang memenuhi syarat sebagai pengusaha kecil.
Menurut UU PPN, saat terutang PPN adalah pada saat penyerahan barang atau jasa, kecuali jika kas
diterima terlebih dahulu sebelum penyerahan barang atau jasa, maka saat terutang pajak adalah saat
penerimaan kas. PPN juga dikenakan atas pemakaian sendiri dan penyerahan barang konsinyasi
walaupun barang tersebut belum dijual.
PPN tidak memengaruhi nilai penjualan atau persediaan (pembelian) kecuali PPN yang tidak dapat
dikreditkan. Hal ini sesuai dengan PSAK 14 (Revisi 2010) Persediaan dan PSAK 16 (Revisi 2011) Aset
Tetap yang menyatakan bahwa pajak yang dapat dikreditkan tidak boleh menambah harga perolehan
persediaan dan aset tetap. Pajak akan langsung dicatat terpisah dalam akun tersendiri. Utang dan piutang
dagang atas transaksi tersebut, merupakan penjumlahan nilai jual atau beli ditambahkan pajaknya.
Untuk menghindari pajak berganda, maka setiap penjualan akan dikenakan pajak (PPN keluaran)
dan pada setiap pembelian entitas akan membayar pajak (PPN masukan). Selisih pajak keluaran dan
pajak masukan dibayarkan ke kas negara pada masa pajak berikutnya. Jika PPN keluaran lebih besar dari
PPN masukan, maka akan muncul utang PPN di akhir masa/bulan. Utang PPN akan dibayarkan paling
lambat tanggal 15 bulan berikutnya. Jika PPN masukan lebih besar, maka kelebihan pembayaran PPN ini
akan dikompensasi pada pembayaran pajak periode berikutnya atau dimintakan restitusi. Sebelum
restitusi diberikan, pihak pajak akan melakukan pemeriksaan.
Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) adalah pajak yang dikenakan atas penjualan barang
mewah. Pajak ini hanya dikenakan pada importir dan produsen barang mewah. PPnBM tidak dapat
dikreditkan. Bagi produsen barang mewah, PPnBM yang dikenakan harus disetorkan ke kas negara. Bagi
importir barang mewah, PPBM dibayarkan ke kas negara bersamaan dengan pembayaran pajak impor
dan bea masuk. PPBM akan dicatat oleh pembeli sebagai penambah nilai persediaan karena tidak boleh
dikreditkan,

Contoh 11.11 Akuntansi Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah

PT Gede melakukan transaksi berikut ini.

5 Desember Melakukan pembelian persediaan untuk bahan produksi senilai


Rp300.000.000 dikenakan PPN 10%

10 Desember Menjual barang mewah secara kredit sebesar Rp900.000.000. Atas


penjualan tersebut dikenakan PPN 10% dan PPnBM 20%. Harga
pokok barang yang dikirim nilainya Rp600.000.000.

15 Desember Membeli peralatan secara kredit untuk pabrik sebesar


Rp600.000.000 dikenakan PPN 10%. Atas peralatan ini pajaknya
boleh dikreditkan.

25 Desember Menerima uang muka dari pelanggan sebesar Rp132.000.000 atas


pesanan yang akan dikirimkan pada bulan Januari 2016. Nilai uang
muka termasuk nilai PPN 10%.

Buatlah jurnal selama Desember 2015 atas transaksi di atas.

S desember persediaan 300.000.000


Ppn masukan 30.000.000
Utang dagang 330.000.000
10 desember Beban pokok 600.000.000
penjualan
persediaan 600.000.000
piutang dagang 1.170.000.000
Ppn keluaran 90.000.000
Uang PPnBM 180.000.000
Penjualan 900.000.000
15 Desember Peralatan 600.000.000
PPN Masukan 60.000.000
Utang Dagang 660.000.000
25 Desember kas 132.000.000
Ppn keluaran 12.000.000
Penjualan 120.000.000
31 desember Ppn keluaran 102.000.000
Ppn masukan 90.000.000
Utang ppn 12.000.000
Penyajian liabilitas jangka pendek terkait PPN dan PPBM sebagai berikut.

Liabilitas Jangka Pendek


Utang PPN 12.000.000
Utang PPnBM 180.000.000

Utang Pajak Penghasilan

Entitas termasuk subjek pajak, dalam UU Pajak Penghasilan disebut Badan. Atas penghasilan yang
diperoleh dalam satu tahun pajak dikenakan pajak. Penghasilan kena pajak dihitung dari penghasilan
kotor dikurangi beban yang boleh dikurangkan. Penghasilan kotor menurut pajak tidak sama dengan
pendapatan menurut akuntansi. Demikian juga beban menurut akuntansi tidak semuanya boleh menjadi
beban menurut pajak. Perbedaan antara akuntansi dan pajak itu tidak hanya terjadi di Indonesia namun
negara-negara lain juga berlaku hal yang sama. Perbedaan antara akuntansi dan pajak diklasifikasikan
menjadi dua, perbedaan temporer yang terjadi karena perbedaan pengakuan dan perbedaan permanen.
Atas perbedaan tersebut entitas harus membuat rekonsiliasi fiskal. Lebih detail tentang rekonsiliasi fiskal
akan dibahas dalam mata kuliah Perpajakan dan Bab 18 tentang Akuntansi Pajak Penghasilan.
Beban pajak penghasilan terdiri dari dua yaitu pajak kini dan pajak tangguhan. Pajak kini adalah
pajak yang dihitung menurut ketentuan pajak atas penghasilan yang diperoleh entitas dalam satu periode.
Pajak kini merupakan pajak terutang dalam satu tahun fiskal yang tercantum dalam Surat Pemberitahuan
(SPT) tahunan ditambah pajak final jika ada. Beban pajak kini tersebut akan dilunasi dengan angsuran
pajak, pemotongan pajak oleh pihak lain dan pembayaran pajak pada akhir tahun.
Atas penghasilan yang telah diterima entitas ada yang telah dipotong pajak oleh pihak lain. Entitas
mencatat pajak yang telah dipotong pihak lain sebagai PPh dibayar di muka. Pajak yang telah dibayar ini
dapat menjadi kredit (pengurang) pajak dalam menghitung pajak akhir tahun. Pajak terutang dalam satu
tahun fiskal dikurangi pajak yang telah dipotong pihak lain akan menghasilkan pajak kurang (PPh 29)
atau lebih bayar akhir tahun (PPh 28). PPh 29 atau pajak kurang bayar akan disajikan sebagai utang pajak
kini. Pajak ini akan dibayarkan paling lambat sebelum SPT disampaikan.

Contoh 11.12 Utang Pajak Penghasilan

PT Gandul untuk tahun pajak yang berakhir 31 Desember 2015 menghitung jumlah pajak terutang
sebesar Rp Rp430.000.000. Pajak yang telah dibayar melalui angsuran PPh 25 sebesar Rp360.000.000
dan dipotong oleh pihak lain PPh 23 Rp20.000.000. Perusahaan mencatatnya sebagai pajak dibayar di
muka. Berapakah utang pajak penghasilan untuk tahun 2015, buatkan jurnal penyesuaian!

Beban pajak 430.000.000

Pajak dibayar dimuka PPh 23 20.000.000

Pajak dibayar dimuka PPh 24 360.000.000

Utang PPh badan (29) 50.000.000

Utang pajak penghasilan akan disajikan di laporan posisi keuangan sebesar Rp50.000.000.

Utang PPh Badan yang muncul dalam laporan keuangan merupakan pajak kurang bayar dalam satu
tahun fiskal atau sering dikenal sebagai pajak rampung atau PPh 29. Utang PPh Badan merupakan utang
yang terkait dengan beban pajak entitas. Utang pajak yang lain merupakan utang pajak terkait dengan
kewajiban entitas untuk memotong pajak pihak lain sehingga tidak akan memengaruhi nilai beban pajak.
Entitas dapat menyajikan dalam laporan posisi keuangan hanya satu baris utang pajak dan rincian jenis-
jenis pajaknya di catatan atas laporan keuangan, atau menampilkan rincian utang pajak dalam laporan
posisi keuangan.

PROVISI DAN KONTINJENSI

Definisi

Pada kondisi tertentu entitas memiliki liabilitas yang kepastian dan jumlahnya tidak dapat ditentukan
dengan pasti. Istilah umum yang digunakan untuk sesuatu yang memiliki ketidakpastian dari sisi kejadian
dan jumlah adalah kontinjensi. Dalam akuntansi, kontinjensi dapat muncul sebagai liabilitas kontinjensi
atau aset kontinjensi. Liabilitas kontinjensi lebih sering dijumpai dibandingkan dengan aset kontinjensi.
Prinsip konservatisme dan kehati- hatian menyebabkan aset kontinjensi tidak akan pernah diakui sampai
aset tersebut diperoleh. Aset kontinjensi jika potensi terjadinya tinggi dan nilainya dapat diestimasi
dengan andal, hanya boleh diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. PSAK 57 (Revisi 2009)
mengatur penyajian dan pengungkapan untuk provisi dan kontinjensi.
Istilah provisi dibedakan dari kontinjensi untuk menjelaskan terminologi yang berbeda. Dalam
PSAK 57 (Revisi 2004), provisi disebut sebagai kewajiban diestimasi. Provisi bentuk kontinjensi yang
disajikan dalam laporan keuangan (on balance sheet), sedangkan liabilitas kontinjensi hanya
diungkapkan dalam laporan keuangan. Istilah provisi dapat juga diartikan sebagai pencadangan suatu
penurunan yang merupakan akun lawan aset seperti penurunan nilai, depresiasi. Provisi yang dibahas
dalam subbab ini tidak keuangan. membahas provisi yang merupakan akun lawan aset tertentu namun
merupakan bentuk provisi yang terjadi karena adanya ketidakpastian.
PSAK 57 (Revisi 2009) mendefinisikan provisi sebagai liabilitas kini yang waktu dan jumlahnya belum
pasti. Provisi diakui dalam laporan keuangan, pengukurannya dengan cara melakukan estimasi.
Perbedaan antara provisi dan liabilitas lain, terletak pada kepastian dari sisi jumlah dan waktu. Namun
provisi telah memenuhi definisi umum liabilitas yaitu, merupakan kewajiban kini, timbul dari peristiwa
masa lalu dan mengakibatkan keluarnya sumber daya entitas."Belum pasti" atas waktu diartikan bahwa
liabilitas tersebut akan terjadi, namun waktunya tidak dapat ditentukan. "Belum pasti" dari sisi jumlah
diartikan bahwa berapa besar sumber daya yang akan dikeluarkan jumlahnya belum dapat dipastikan,
namun pasti akan keluar sejumlah sumber daya. Misalnya entitas memberikan garansi kepada Liabilitas
kontijensi menuryt PSAK 57 (Revisi2009) adalah :

1. Liabilitas potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan keberadaannya menjadi pasti dengan
terjadi atau tidak terjadinya satu peristiwa atau lebih pada masa datang yang tidak sepenuhnya
berada dalam kendali ebtitas; atau
2. Liabilitas kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa lalu, tetapi tidak diakui karena :
a. Tidak terdapat kemungkinan besar (probable) entitas mengeluarkan sumber daya untuk
menyelesaikan lialibilitasnya; atau
b. Jumlah liabilitas tersebut tidak dapat diukur secara handal. Liabilitas kontijensi tidak diakui
dalam laporan keuangn, liabilitas ini hanya perlu diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan.

Liabilitas kontijensi terdiri dari 2 kelompok, kewajiban potensial daan kewajiban kini yang tidak
diakui karena tidaak dapat kemungkinan pengeluaran seumber daya atau tidaak dapat diukur dengan
andal.dikatakan kewajiban potensial karena baru berbetuk kemungkinan, namun jika terjadi akan
menyebabkan pengeluaran sumber daya.

Pengakuan dan Pengukuran

Provisi diakui jika memenuhi tiga syarat,yaitu:

1. entitas memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum,konstruktif) sebagai akibat peristiwa masa lalu;

2. kemungkinan besar(probable) penyelesaian liabilitas tersebut mengakibatkan arus keluar sumber


daya;dan

3. estimasi yang andal mengenai jumlah liabilitas nilainya dapat diukur dengan andal dapat dibuat.
Jika tidak memenuhi ketiga syarat tersebut provisi tidak dapat diakui. Ketika tidak memenuhi
ketiga persyaratan tersebut,kemungkinan liabilitas tersebut cukup diungkapkan sebagai liabilitas
kontinjensi tergantung materialitas dan kemungkinan terjadinya. Misalkan ketika suatu peristiwa
mengikat dengan jumlah material memenuhi persyaratan a dan b tetapi tidak memenuhi c maka entitas
cukup mengungkapkan sebagai liabilitas kontinjensi.

Estimasi hasil dan dampak keuangan ditentukan dengan pertimbangan manajemen dan dilengkapi
dengan pengalaman mengenai transaksi serupa serta dalam beberapa kasus dilengkapi dengan laporan
ahli independen.Di antara bukti yang dipertimbangkan adalah peristiwa setelah periode pelaporan.
Ketidakpastian jumlah yang akan diakui sebagai provisi dinilai berdasarkan informasi dan kondisi yang
ada. Jika kemungkinan tersebut dapat ditentukan dengan suatu probabilitas, maka metode statistik
"metode yang diharapkan (expected value)" dapat digunakan.
Contoh 11.13 Pengukuran Provisi

Entitas menjual produk dengan memberikan garansi selama I tahun dari tanggal penjualan. Jika
kerusakan terdeteksi cacat ringan biaya perbaikan atas seluruh produk yang dijual Rp100.000.000,jika
cacat berat biaya yang dikeluarkan Rp500.000.000.Pengalaman entitas di masa lalu memberikan
indikasi bahwa dalam tahun mendatang kemungkinan 80% produk terjual tanpa cacat,15% cacat
ringan,dan 5% cacat berat.

Berdasarkan pengalaman masa lalu tersebut,estimasi biaya perbaikan didasarkan pada nilai yang
diharapkan (expected value) =(80%x0)+(15%xRp100.000.000)+(5%xRp500.000.000)= Rp40.000.000.

Entitas akan mengakui garansi tersebut.

Dalam menentukan estimasi terbaik suatu provisi,entitas mempertimbangkan berbagai risiko dan
ketidakpastian. Risiko menimbulkan hasil yang bervariasi,sehingga dapat menyebabkan kenaikan nilai
kewajiban yang diukur. Jika terdapat unsur ketidakpastian, entitas harus berhati-hati sehingga
pendapatan atau aset tidak menjadi terlalu besar dan beban atau kewajiban tidak menjadi terlalu kecil.
Entitas harus berhati-hati dan menghindarkan duplikasi perhitungan risiko dan ketidakpastian yang
berakibat pada kewajiban diestimasi yang terlalu besar.Pengungkapan mengenai ketidakpastian yang
menyangkut jumlah pengeluaran.

Jika dampak nilai waktu uang cukup material, maka jumlah provisi merupakan nilai kini dari
perkiraan pengeluaran yang diperlukan untuk menyelesaikan liabilitas di masa mendatang. Tingkat
diskonto adalah tingkat diskonto sebelum pajak yang mencerminkan penilaian pasar atas nilai waktu
uang dan risiko yang terkait dengan kewajiban yang bersangkutan.Tingkat diskonto tidak boleh
mencerminkan risiko yang sudah diperhitungkan dalam estimasi arus kas masa mendatang.

Keuntungan sehubungan dengan rencana pelepasan aset tidak boleh dipertimbangkan dalam
menghitung provisi,Keuntungan rencana pelepasan aset terkait dengan peristiwa yang menyebabkan
timbulnya provisi tidak diperhitungkan dalam menghitung provisi.Sebaliknya. entitas mengakui
keuntungan rencana pelepasan aset tersebut pada saat yang ditentukan dalam PSAK tentang aset yang
bersangkutan.
Provisi hanya dapat digunakan untuk pengeluaran yang berhubungan langsung dengan tujuan
pembentukan provisi tersebut. Provisi tidak dapat digunakan untuk tujuan lain atau dibebankan pada
pos lain yang tidak berhubungan dengan provisi tersebut.Misal provisi garansi yang dapat ditambah
atau dikurangkan terkait dengan beban garansi, pemberian garansi atau pembalikan karena
pembebanan garansi yang terlalu besar (estimasi garansi yang lebih besar).

Entitas dapat mengakui provisi karena kontrak memberatkan. Jika entitas terikat dalam suatu
kontrak memberatkan, maka kewajiban kini menurut kontrak tersebut diukur dan diakui sebagai
provisi. Kontrak yang dapat dibatalkan tanpa membayar kompensasi atau denda tidak perlu
pengakuan provisi. Jika terjadi peristiwa yang mengakibatkan kontrak memberatkan sehingga
menimbulkan biaya yang tidak dapat dihindarkan,maka provisi harus diakui.

Bentuk provisi yang terjadi dalam bisnis dan disajikan dalam laporan keuangan antara
lain,tuntutan hukum yang menimbulkan kerugian bagi entitas,garansi produk atau premi produk
kewajiban pengelolaan lingkungan,kontrak yang memberatkan,dan restrukturisasi usaha yang
menjanjikan suatu kewajiban di masa mendatang.Masing-masing kasus memiliki
ciri spesifik baik dari sisi perhitungan dan dasar penilaian maupun pertimbangan untuk disajikan sebagai
provisi,diungkapkan sebagai kontinjensi atau tidak diungkapkan dalam laporan keuangan.Judgment
profesional seorang akuntan dalam menerapkan konsep keandalan, relevansi,dan materialitas diperlukan
untuk menentukan keberadaan dan nilai provisi.

Garansi
Pada saat entitas menjual produk, sering kali memberikan garansi/jaminan bahwa produk yang dibeli tidak
rusak dan dapat berfungsi dengan baik. Garansi dapat dibedakan menjadi dua yaitu garansi jaminan
(assurance type warranty) dan garansi jasa (service type warranty). Kedua bentuk garansi ini memiliki
pendekatan berbeda.
Garansi jasa merupakan bentuk pelayanan tambahan yang diberikan kepada pelanggan karena
permintaan pelanggan. Tambahan pelayanan purna jual ini, akan menambah harga jual. Sehingga penjual
dapat membedakan produk yang dijual dengan layanan purna jual tambahan dan tidak. Atas garansi jasa ini,
penjual akan mengakui pendapatan ditangguhkan pada saat penjualan dan mengakui sebagai pendapatan
saat layanan purna jual diberikan kepada

pelanggan. Garansi jasa akan menimbulkan pendapatan jasa dan akan diakui saat waktu berlalu atau secara
proporsional dengan jasa yang diberikan.

Garansi jaminan merupakan bentuk kewajiban penjual untuk memastikan bahwa produk yang
diberikan tidak rusak. Atas garansi jaminan, entitas harus mengakui liabilitas karena kontrak untuk
memberikan pelayanan. Produk-produk elektronik atau peralatan merupakan contoh produk yang dijual
dengan memberikan garansi. Sesuai dengan kontrak garansi, entitas penjual akan memberikan layanan
perbaikan atau penggantian produk dalam jangka waktu tertentu. Pelanggan akan meminta klaim perbaikan
atau penggantian produk kepada penjual dalam jangka waktu jaminan.

Garansi jaminan produk merupakan contoh dari kontinjensi karena jumlah dan waktunya tidak pasti.
Garansi merupakan bentuk kewajiban kontraktual, karena garansi diberikan berdasarkan perjanjian jual beli
yang tertera dalam dokumen jual beli. Garansi memenuhi kriteria provisi karena merupakan bentuk
kewajiban kini, entitas akan mengeluarkan sumber

daya di masa mendatang akibat jaminan produk tersebut.Jumlah utang memang tidak diketahui namun
entitas dapat melakukan estimasi dengan andal berdasarkan pengalaman masa lalu atau pengalaman dari
perusahaan dalam industri serupa
.

Atas provisi yang sudah kadaluwarsa (provisinya masih ada namun jangka waktu garansi telah
berakhir), maka provisi tersebut harus dihapuskan dengan mendebit provisi dan kredit beban garansi.
Atau dapat terjadi sebaliknya provisi yang dibentuk kurang, jumlah klaim pelanggan lebih besar dari
provisi yang dibentuk, maka akan dibuat jurnal menambah beban garansi.Entitas harus memperhatikan
kedua kondisi tersebut,karena deviasi yang besar antara jumlah provisi dan aktual klaim mencerminkan
ketidakakuratan estimasi provisi.Contoh 11.14 menggambarkan bagaimana akuntansi garansi.Contoh
11.15 menggambarkan garansi jaminan digabungkan dengan garansi jasa.

Contoh 11.14 Garansi Produk

PT Kendeng menjual produk dengan memberikan garansi perbaikan selama dua tahun.Berdasarkar
pengalaman beberapa tahun terakhir,hasil analisis teknis dan pengalaman dari industri diketahui bahw
hanya 5% pelanggan datang meminta garansi.Dari pelanggan yang meminta garansi tersebut 70% memint
garansi di tahun pertama dan sisanya di tahun kedua. Rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk memberika
garansi tiap produk sebesar Rp100.000.

Pada tahun 2015 penjualan sebanyak 20.000 unit dan tahun 2015 penjualan sebanyak 26.000 uni
Total garansi aktual yang dikeluarkan di tahun 2010 sebesar Rp65.000.000 dan tahun 2015 sebesa
Rp125.000.000.Buatlah jurnal yang diperlukan untuk mencatat garansi di dua tahun tersebut!

Jurnal yang dibuat tahun 2015.


Provisi garansi yang disajikan pada laporan keuangan 31 Desember 2015 sebesar Rp35.000.000.

Jurnal yang dibuat tahun 2016.

Provisi garansi yang disajikan pada laporan keuangan 31 Desember 2016 sebesar Rp40.000.000.

Entitas dapat mencatat jurnal pemberian garansi,baru di akhir periode pelaporan mencatat
provisi dengan jurnal penyesuaian.Jika pendekatan tersebut digunakan maka jurnal yang dibuat:

Jurnal tahun 2015.

Tambahan pengakuan beban garansi tahun 2015.

Jurnal tahun 2016.

Tambahan pengakuan beban garansi tahun 2016.

Contoh 11.15 Garansi Jaminan Produk dan Jasa


PT Prahu menjual mobil pada 2 Januari 2015 dengan memberikan garansi atas 36.000 km pertama atau
selama tiga tahun mana yang lebih dahulu.Harga jual mobil Rp300.000.000.Entitas mengestimasi
biaya garansi yang akan diberikan selama 3 tahun sebesar Rp7.000.000.Pelanggan juga membeli
garansi jasa senilal Rp9.000.000 sehingga ada tambahan pelayanan untuk servis mobil tersebut dari
standar jaminan yang diberikan.Selama tahun 2015 biaya terkait dengan jaminan asuransi yang
dikeluarkan sebesar Rp5.000.000 dan tahun 2016 sebesar Rpl.000.000.Atas garansi jasa perusahaan
mengakui dengan metode garis lurus.

Jurnal yang di buat oleh perusahaan pada saat melakukan penjualan adalah :

Kas 309.000.000
Beban garansi 7.000.000
Provisi garansi 7.000.000

Pendapatan ditangguhkan garansi jas 9.000.000

penjualan 300.000.000

Jurnal pada 2015, saat memberikan garansi jaminan dan pengakuan garansi jasa

Provisi garansi 5.000.000


Kas/persediaan 5.000.000
Pendapatan ditangguhkan garansi jasa 3.000.00
Pendapatan garansi 3.000.000

Dalam praktik, sering kali entitas penjual tidak mau menangani sendiri pemberia garansi
produknya. Entitas mendirikan anak perusahaan atau mengalihkan pelayanan purna jual produknya
kepada pihak lain. Sehingga sering dijumpai saat membeli produk kepada PT ABC namun saat
pelayanan purna jual pelanggan datang kepada PT XYZ. Beberapa produk dengan merek tertentu
biasanya mendirikan satu entitas tersendiri untuk menangani pemberian garansi ini. Untuk mekanisme
pemberian garansi melalui pihak lain, entitas penjual akan mengakui beban garansi saat penjualan dan
mengakui provisi. Dana yang ditransfer kepada entitas yang memberikan garansi dicatat sebagai
pengurang provisi. Entitas yang menangani garansi akan mencatatnya sebagai penerimaan pendapatan
jasa saat menerima dana dari entitas penjual produk.

Kewajiban Pengelolaan Lingkungan


Perusahaan pada industri pertambangan diwajibkan oleh pemerintah untuk melakukan kegiatan
restorasi lingkungan sekitar kegiatan operasi perusahaan. Kewajiban untuk melakukan restorasi
lingkungan tersebut ada yang bersifat umum berupa pengelolaan lingkungan selama atau paska
kegiatan produksi. Namun ada juga yang kewajiban pengelolaan lingkungan tersebut terkait dengan
pembongkaran atau pemindahan aset tertentu.Biaya lingkungan bersifat umum misalnya biaya
reklamasi lingkungan tambang, biaya pengelolaan areal tambang. Biaya ini lebih sering muncul pada
perusahaan pertambangan terbuka misalnya penambangan batubara, nikel, emas, timah. Biaya tersebut
harus diakui pada saat produksi sebagai beban dan liabilitas lingkungan/reklamasi. Biaya lingkungan
yang bersifat umum akan dicatat sebagai biaya dan tidak dikapitalisasi dalam aset tertentu Jika
kegiatan reklamasi telah dilakukan maka liabilitas akan dikurangi. Perusahaan industri pertambangan
biasanya diawasi dengan ketat oleh regulator sehingga besarnya biaya reklamasi dapat ditentukan
dengan andal nilainya. Kegiatan reklamasi

dilakukan secara terprogram dan dimonitor oleh regulator. Sebagai contoh pada perusahaan
tambang batu bara akan kita jumpai beban reklamasi penutupan tambang dan provisi reklamasi
penutupan tambang.

Menurut PSAK 16 (Revisi 2011) Aset Tetap, termasuk komponen biaya perolehan adalah
estimasi awal biaya pembongkaran, pemindahan dan restorasi lokasi aset tetap (dismantling cost).
Pembongkaran dan restorasi lokal aset tetap biasanya terkait dengan kewajiban lingkungan untuk
mengembalikan lokasi seperti kondisi awal, sehingga semua peralatan yang di atas dan tertanam harus
dipindahkan. Kewajiban lingkungan terkait hal ini harus diestimasi besarnya pada awal perolehan aset
dan dimasukkan sebagai perolehan aset tetap. Pembebanan biaya ini dilakukan bersamaan dengan
pembebanan depresiasi aset tersebut. Karena kewajiban diukur dengan nilai estimasi pengeluaran yang
didiskontokan, maka dengan berlalunya waktu akan diakui beban bunga untuk menyesuaikan nilai
liabilitas. Dalam industri pertambangan dan minyak, kewajiban ini dikenal dengan istilah asset
retirement obligation (ARO). Untuk menjelaskan kewajiban ini dapat dilihat pada Contoh 11.16.

Contoh 11.16 Akuntansi Liabilitas Pembongkaran Aset

PT Kapuas pada 2 Januari 2015 memulai penggunaan peralatan penambangan (drilling) di sebuah areal
tambang yang dimiliki. Regulasi pemerintah mengharuskan perusahaan melakukan pembongkaran
peralatan tersebut di akhir masa manfaatnya. Masa manfaat drilling tersebut 10 tahun dengan estimasi
biaya sebesar Rp2.000.000.000. Dengan tingkat diskon 6% selama masa manfaat, nilai wajar
kewajiban lingkungan tersebut adalah Rp1.116.800.000 (Rp2.000.000.000 x 0,5584).

Jurnal pengakuan liabilitas sebagai penambah nilai peralatan drilling

Peralatan drilling 1.116.800.00


Libilitas pembongkaran asset 1.116.800.000
Jurnal pengakuan depresiasi pelatan drilling

Beban depresiasi 1.116.800.000


Akumulasi depresiasi - drilling 1.116.800.000

Depresiasi ini akan dilakukan bersamaan dengan nilai peralatan drilling sebagai satu kesatuan, tidak di
depresiasikan secarah terpisah.

Jurnal pengakuan bunga atas liabilitas pembongkaran asset.

Beban bunga 67.008.000


Liabilitas pembokaran asset 67.008.000
Beban bunga = 6%x Rp 1.116.800.000 =Rp 67.008.000

Litigasi Hukum

Litigasi hukum merupakan tuntutan perkara terkait suatu entitas yang sedang berjalan proses
hukumnya. Kasus hukum entitas dapat berakibat timbulnya liabilitas yang harus diselesaikan oleh
sebuah entitas. Ada tidaknya liabilitas yang diakui dipengaruhi oleh kasusnya dan estimasi atas potensi
munculnya liabilitas. Suatu kasus dapat saja mengindikasikan suatu entitas kalah dan memiliki
liabilitas di masa mendatang.

Contoh 11.17 Akuntansi Litigasi

PT Merbabu memiliki dua kasus yang saat ini sedang dalam proses di pengadilan.

1. Entitas menerima klaim dari seorang pelanggan atas proyek yang tidak dapat diselesaikan oleh
perusahaan Akibat kegagalan tersebut, pelanggan mengajukan klaim ganti rugi sebesar Rp
100.000.000.000. Pada saat penyusunan laporan keuangan 31 Desember 2015 proses hukum sedang
berlangsung. Menurut pendapat konsultan hukum entitas, kemungkinan entitas dapat kalah. Namun
jika kalah masih ada upaya lagi untuk melakukan banding. Konsultan belum dapat memastikan berapa
jumlah kerugian yang harus dibayar oleh perusahaan akibat tuntutan tersebut.

2. Entitas menerima klaim dari seorang ahli waris pekerja akibat kecelakaan pekerja yang berakibat
pekerja mengalami cacat seumur hidup. Pihak perusahaan sudah memberikan semua santunan asuransi
kecelakaan kerja sesuai dengan ketentuan ketenagakerjaan. Namun ahli waris menuntut jumlah yang
lebih besar yaitu Rp300.000.000, karena kesalahan tersebut terkait dengan tindakan entitas yang
memberikan pengamanan pada pekerja. Proses pengadilan berlangsung selama 2013. Pada I Februari
2016 saat audit laporan keuangan belum selesai, diperoleh keputusan, entitas dinyatakan bersalah dan
harus membayar Rp250.000.000. Entitas tidak ingin memperpanjang masalah ini, sehingga tidak
berniat melakukan banding.

Jurnal yang dibuat.

1. Tidak diakui sebagai beban dan liabilitas, informasi merupakan liabilitas kontinjensi. Entitas cukup
menjelaskan dalam catatan atas laporan keuangan kasus litigasinya dan potensi kerugian yang harus
dibayarkan jika pengadilan menyatakan perusahaan bersalah.

2. Entitas mengakui beban dan liabilitas.

Kerugian tuntutan hukum pekerja 250.000.000


Utang tuntutan hukum 250.000.000

Liabilitas Kontinjensi

Entitas tidak diperkenankan mengakui liabilitas kontinjensi. Artinya liabilitas kontinjensi tidak
pernah diakui dalam laporan posisi keuangan. Keberadaannya hanya perlu diungkapkan dalam catatan
atas laporan keuangan, kecuali jika kemungkinan arus keluar sumber daya kecil, maka liabilitas
kontinjensi tidak perlu diungkapkan. Jika liabilitas kontinjensi terkait dengan tanggung jawab masing-
masing atau bersama- sama dengan pihak lain (tanggung renteng), bagian kewajiban yang diharapkan
akan dipenuhi oleh pihak lain diberlakukan sebagai liabilitas kontinjensi. Bagian dari liabilitas
kontinjensi, kemungkinan besar terjadi dan dapat diestimasi dengan andal, akan diakui sebagai provisi.

Liabilitas kontinjensi dapat berubah dari perkiraan semula. Untuk itu liabilitas kontinjensi perlu
dikaji ulang untuk menentukan kemungkinan arus keluar sumber daya bertambah sehingga menjadi
kemungkinan terjadinya besar. dapat berubah menjadi provisi jika dapat diukur dengan andal. Namun,
jika kemungkinan terjadinya semakin kecil diungkapkan lagi. maka liabilitas kontinjensi tidak perlu
diungkapkan.

Entitas tidak diperkenankan mengakui aset kontinjensi. Aset kontinjensi timbul dari peristiwa
tidak terencana yang menimbulkan kemungkinan arus masuk manfaat ekonomis bagi entitas, misal
kemungkinan klaim yang diperoleh karena proses hukum. Pengakuan aset kontinjensi tidak
diperkenankan, agar tidak menimbulkan pengakuan penghasilan yang tidak pernah direalisasi. Jika
sudah dapat dipastikan akan langsung diakui sebagai aset. Aset kontinjensi diungkapkan jika terdapat
kemungkinan besar arus ekonomi akan diperoleh. Seperti halnya liabilitas kontinjensi, aset kontinjensi
juga dikaji ulang terus-menerus untuk memastikan kemungkinan terjadinya menjadi lebih pasti atau
menjadi tidak mungkin terjadi.

PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN

Penyajian

Liabilitas jangka pendek menurut PSAKI (Revisi 2009) dalam laporan keuangan disajikan pada
bagian atas sebelum liabilitas jangka panjang. Penyajian menurut PSAK ini berbeda dengan penyajian
menurut IAS I yang menempatkan liabilitas jangka pendek setelah liabilitas jangka panjang. Namun
ada perusahaan di Indonesia yang meletakkan liabilitas jangka pendek liabilitas ekuitas dan liabilitas
jangka panjang misalnya PT PLN (Persero). Contoh di awal bab menunjukkan penyajian liabilitas
jangka pendek dalam laporan keuangan yang dilakukan oleh PT PLN (Persero) untuk laporan
keuangan tahun yang berakhir 31 Desember 2013.

Pengungkapan

Pengungkapan liabilitas jangka pendek berisikan rincian dan tambahan penjelasan. Misalnya
untuk utang usaha, pengungkapan menjelaskan detail utang usaha berdasarkan pemaso dengan nilai
material, utang berdasarkan klasifikasi umur, dan pengungkapan utang berdasarkan mata uang asing.
Untuk utang pajak pengungkapan berisikan informasi jenis jenis pajak.
Ilustrasi 11.1 Contoh Pengungkapan Utang Pajak Sumber: Laporan keuangan PLN tahun 2013.

Kasus litigasi yang dihadapi oleh perusahaan jika sifatnya kontinjensi harus diungkapka dalam laporan
keuangan. Namun jika memenuhi persyaratan pengakuan harus disajika dalam laporan keuangan dan
diberikan pengungkapan dana catatan atas laporan keuangan Kontinjensi yang sering muncul dalam
laporan keuangan adalah kasus litigasi atau perkara hukum yang dihadapi perusahaan. Contoh berikut
menjelaskan contoh beberapa litigasi yang terdapat dalam laporan keuangan PLN tahun 2013.

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

Entitas melakukan analisis liabilitas jangka panjang dengan melihat kemampuannya untuk membayar
utang yang akan jatuh tempo, Rasio yang digunakan adalah rasio lancar (current ratio), rasio kas (cash
ratio), atau rasio cepat (quick ratio). Semakin besar jumlah utang lancar akan memperbesar risiko
perusahaan untuk kesulitan membayar utangnya

aset lancar
Rasio lancar=
liabilitas jangka pendek

aset cepat
Rasio cepat =
liabilitas jangka pendek

Aset lancar=aset lancar− persediaan−biayadibayar dimuka

kas
Rasio kas=
liabilitas jangka pendek

Rasio lancar merupakan kemampuan perusahaan membayar liabilitas jangka pendek dengan
menggunakan aset lancar yang dimilikinya. Semakin tinggi rasio lancar menunjukkan entitas memiliki
kemampuan yang lebih tinggi dalam membayar liabilitas jangka pendeknya. Namun jika rasio ini
sangat besar menunjukkan entitas memiliki aset lancar misal kas yang tidak dimanfaatkan untuk
investasi.

Rasio cepat merupakan kemampuan perusahaan membayar liabilitas jangka pendek dengan
menggunakan aset yang sangat likuid. Aset likuid (cepat) merupakan aset lancar dikurangkan dengan
persediaan dan biaya dibayar di muka. Persediaan untuk dapat menjadi kas harus dijual dahulu menjadi
piutang, baru kemudian ditagih mendapatkan kas. Beban dibayar di muka tidak dapat dicairkan
menjadi kas sehingga tidak dapat digunakan sebagai alat pembayar liabilitas jangka pendek.

Rasio kas merupakan kemampuan perusahaan membayar liabilitas jangka pendek dengan
menggunakan kas yang dimiliki entitas. Rasio ini merupakan ukuran kemampuan membayar segera,
karena diasumsikan semua liabilitas jangka panjang akan dibayar dalam waktu yang sangat dekat.
Ukuran rasio kas merupakan ukuran yang lebih ketat karena menganggap bahwa semua utang harus
disediakan kas untuk melunasinya.

KHTISAR PEMBELAJARAN

1. Liabilitas adalah utang entitas masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya
diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas yang mengandung manfaat ekonomi.

2. Liabilitas jangka pendek menurut PSAKI (Revisi 2009) adalah liabilitas entitas kini, yang timbul
akibat peristiwa masa lalu, yang penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber
daya entitas yang akan diselesaikan dalam jangka waktu satu siklus operasi atau 12 bulan mana yang
lebih panjang atau untuk tujuan diperdagangkan

3. Pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan liabilitas jangka pendek dan jangka panjang
diatur lebih lanjut dalam PSAK Instrumen Keuangan yaitu PSAK 50 (Revisi 2013) Penyajian
Instrumen Keuangan: PSAK 55 (Revisi 2013) Pengakuan dan Pengukuran Instrumen Keuangan, dan
PSAK 60 (Revisi 2013) Pengungkapan Instrumen Keuangan.

4. Untuk liabilitas diestimasi atau sekarang dikenal dengan istilah provisi diatur dalam PSAK 57
(Revisi 2009) Provisi dan Kontinjensi

5. Liabilitas kontinjensi adalah liabilitas potensial yang timbul dari peristiwa masa lala dan
keberadaannya menjadi pasti dengan terjad atau tidak terjadinya satu peristiwa atau lebih pada masa
datang yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali entitas; atau liabilitas kini yang timbul sebagai
akibat peristiwa masa lalu, tetapi tidak diakui karena tidak terdapat kemungkinan besar (probable)
entitas mengeluarkan sumber daya; atau jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur secara andal.

6. Liabilitas kontinjensi tidak diakui dalam laporan keuangan, liabilitas ini hanya perlu diungkapkan
dalam catatan atas laporan keuangan.
7. Provisi adalah kewajiban kini yang waktu dan jumlahnya belum pasti. Provisi diakui dalam laporan
keuangan, pengukurannya dengan cara melakukan estimasi.

8. Liabilitas jangka pendek menurut ilustrasi dalam PSAKI (Revisi 2009) disajikan dalam laporan
posisi keuangan bagian atas sebelum liabilitas jangka panjang, namun menurut IAS I disajikan setelah
liabilitas jangka panjang

9. Pengungkapan liabilitas jangka pendek berisikan detail rincian, informasi tambahan dan
pengungkapan atas litigasi.

10. Rasio yang digunakan untuk menganalisis liabilitas jangka pendek adalah rasio lancar(current
ratio), rasio kas (cash ratio), atau rasio cepat (quick ratio).

Anda mungkin juga menyukai