Anda di halaman 1dari 34

1.1.

Peranan Liabilitas
Entitas hampir semua memiliki kewajiban (liabilitas) untuk mendanai
kegiatannya.Jarang sekali entitas hanya menggunakan ekuitas dalam mendanai
entitas.Bahkan untuk beberapa entitas dengan skala besar jumlah utang melebihi modal
entitas.Entitas dengan utang yang tinggi tidak dapat diartikan sesuatu yang tidak baik.
Jumlah liabilitas tinggi namun entitas memiliki kemampuan membayar pokok utang
dan bunganya akan menghasilkan manfaat bagi entitas dan pemegang saham.
Liabilitas yang terkait dengan oprerasi biasanya tidak ada bunga. Liabilitas
yang terkait dengan operasi diperoleh perusahaan karena pendunaan pembayaran
kepada pemasok, pemerintah,karyawan atau pihak lain. Entitas akan memperoleh
keuntungan karena dapat menunda pembayaran dan menggunakan dana tersebut untuk
investasi atau aktivitas lain. Liabilitas dengan bunga juga mampu menghasilkan
manfaat untuk entitas jika bunga pinjaman lebih rendah dibandingkan imbal hasil dari
investasi yang di danai dari pinjaman tersebut.
Penggunaan liabilitas dari sisi pemegang saham juga lebih di sukai, karena
tambahan liabilitis akan memberikan tambahan imbal hasil bagi pemegang saham
tanpa tambahan investasi. Pembiayaan dengan ekuitas akan menyebabkan tambahan
saham beredar. Selain mengharuskan investor menambah investasi, ada potensi yang
menyebabkan saham terdilusi sehingga

harga saham dan laba per lembar saham

menjadi lebih kecil.


Entitas menggunakan prinsip matching dalam memustuskan menggunakan
liabilitas.Prinsip matching mengharuskan entitas memadankan antara bentuk investasi
dan jenis pendanaan yang digunakan. Jika entitas membutuhkan dana untuk mendanai
ekspansi produksi guna memenuhi tambahan permintaan produksi maka entitas akan
menggunakan liabilitas jangka pendek. Sebaliknya, jika entitas akan melakukan
ekspansi untuk membangun pabrik

maka memilih menggunakan liabilitas jangka

panjang.

Liabiltas Jangka Pendek, Provisi dan Kontijensi

1.1.2. Definisi
Liabilitas menurut kerangka dasar pengukuran dan pengungkapan laporan
keuangan adalah utang entitas masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu,
penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas yang
mengandung manfaat ekonomi.
Liabilitas dapat diketahui nilainya dengan pasti namun ada beberapa jenis liabilitas
yang nilainya diukur dengan estimasi, liabilitas jenis ini diistilahkan sebagai provisi.
PSAK 1 (Revisi 2009) menjelasakan klasifikasi jangka pendek jika memenuhi kriteria :
1. Entitas mengharapkan akan menyelesaikan liabilitas tersebut dalam siklus
operasi normalnya.
2. Entitas memiliki liabilitas tersebut untuk tujuan diperdagangkan
3. Liabilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jangka waktu 12
bulan setelah periode pelaporan atau
4. Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda syarat penyelesaian
liabilitas selama sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan.
Berdasarkan ketentuan diatas liabilitas jangka pendek dapat diartikan sebagai
liabilitas entitas kini, yang timbul akibat peristiwa masa lalu, yang penyelesaiannya
diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas yang akan diselesaikan
dalam jangka waktu satu siklus operasi atau 12 bulan mana yang lebih panjang atau
untuk tujuan diperdagangkan.
Beberapa Liabilitas jangka pendek muncul karena kegiatan operasi perusahaan
seperti utang dagang dan beban yang masih harus dibayar. Liabilitas jangka pendek
dapat berbentuk utang bank atau utang kepada pihak lain yang akan dibayarkan dalam
waktu kurang dari 12 bulan. Untuk utang bentuk ini sering kali ada bunga, sehingga
bunga yang telah terjadi dan belum dibayarkan harus diakui segala liabilitas juga.
Liabilitas jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam waktu 12 bulan akan disajikan
sebagai liabilitas jangka pendek.
Liabilitas jangka pendek lainnya dapat berupa liabilitas yang tidak diselesaikan
dalam siklus operasi normal, tetapi jatuh tempo dan diselesaikan dalam waktu 12 bulan
setelah periode pelaporan atau dimiliki untuk tujuan diperdagangkan. Misalnya,
Liabiltas Jangka Pendek, Provisi dan Kontijensi

liabilitas keuangan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk diperdagangkan, sesuai


dengan PSAK 55 (Revisi 2013), cerukan bank, bagian jangka pendek dari liabilitas
keuangan jangka panjang, dividen terutang, pajak penghasilan terutang dan utang
nonusaha lainnya.

Entitas mengklasifikasikan liabilitas keuangan tersebut sebagai

liabilitas jangka pendek jika liabilitas tersebut jatuh tempo dalam jangka waktu 12
bulan setelah periode pelaporan.
1.1.3. Jenis dan klasifikasi
Berdasarkan nilainya, liabilitas dapat dikategorikan menjadi liabilitas yang
nilainya pasti dan liabilitas yang nilainya tidak dapat ditentukan sehingga harus
diestimasi. Liabilitas yang nilainya pasti merupakan bentuk liabilitas yang telah jelas
berapa jumlah dibayarkan kepada pihak lain. Liabilitas yang nilainya tidak pasti,
jumlahnya diestimasi oleh entitas berdasarkan informasi yang tersedia.Menurut PSAK
57 (Revisi 2009) disebut sebagai provisi.
Liabilitas juga dapat diklasifikasikan berdasarkan asal terjadinya, liabilitas
dapat terjadi sebagai konsekuensi kegiatan operasi perusahaan dan liabilitas yang
berdasarkan kontrak formal.Liabilitas yang terjadi sebagai konsekuensi operasi
misalnya utang dagang, utang pajak, beban yang masih harus dibayar, pendapatan
diterima dimuka. Liabilitas berdasarkan kontrak formal misalnya wesel bayar , utang
bank atau liabilitas jangka panjang yang akan jatuh tempo dalm 12 bulan.
Beberapa Contoh liabilitas jangka pendek :

Liabiltas Jangka Pendek, Provisi dan Kontijensi

1.2. Utang berbunga dalam Jangka pendek


1.2.1. Utang Bank
Utang Bank jangka pendek adalah utang suatu entitas kepada bank dengan
jangka waktu satu tahun atau kurang.Utang bank jangka pendek biasanya
berbunga.Utang bank jangka pendek ditarik oleh entitas untuk memenuhi kebutuhan
operasional perusahaan.Misalkan entitas untuk menghadapai penjualan ditahun ajaran
baru memerlukan tambahan persediaa, untuk itu diperlukan tambahan modal kerja
selama 3-5 bulan.Liabiltas jangka pendek dapat berbentuk utang dalam jumlah tertentu
dalam jangka atau berbentuk line of credit atau standby loan.Utang bank jangka pendek
ada bunganya. Bunga dapat dibayarkan pada saat jatuh tempo, selama periode tertentu
bunga dipotong di depan dari jumlah utang yang ditarik atau kombinasi.

Contoh utang bank jangka pendek :

Liabiltas Jangka Pendek, Provisi dan Kontijensi

PT Merapi pada tanggal 1 Nov 2015 menarik dari bank buana utang sebesar
Rp.200.000.000 dengan bunga 15% untuk jangka waktu 150 hari.Tidak ada provisi
yang dikenakan oleh bank atas utang ini. Pokok dan bunga akan dibayarkan pada saat
jatuh tempo.
Jurnal yang dibuat pada saat menerima utang 1 Nov 2015 :

Jurnal Penyesuaian pada 31 Des 2015 atas bunga yang terutang dan belum dibayarkan.

Hari selama tahun 2015:


November (1-30)

: 29 hari

Desember

: 31 Hari

Total

: 60 Hari

Perhitungan bunga = Rp.200.000.000 x 15% x 60/360 = Rp.5.000.000


Jurnal saat uang jatuh tempo, jatuh tempo pada tanggal :
Desember

: 60 hari

January

: 31 hari

February

: 29 hari

Maret

: 30 hari

Total

:150 hari

Jatuh tempo pada tanggal 30 Maret 2016 (asumsi 2016 tahun kabisat)

Perhitungan bunga dibayarkan = Rp.200.000.000 x 15% x 150/360 =Rp.12.500.000


Perhitungan beban bunga :
Liabiltas Jangka Pendek, Provisi dan Kontijensi

January

: 31 hari

February

: 29 hari

Maret

: 30 Hari

Total

: 90 hari

Bunga=Rp.200.000.000 x 15% x 90/360 = Rp.7.500.000


Jurnal balik dibuat pada tanggal 1 January 2016 dengan mendebit uang bunga
dan kredit beban bunga. Jika jurnal balik tersebut dibuat, maka entitas pada saat
pelunasan akan membuat jurnal debit utang, beban bunga total dan kredit sebesar kas
yang dikeluarkan. Jika jurnal ini dijumlahkan dengan jurnal balik, maka beban bunga
yang diakui hanya sebesar beban bunga selama 2016.
Utang bank ada juga yang mensyaratkan pembayaran bunga pada saat kredit
ditarik. Untuk bunga yang dibayarkan di muka, jumlah uang yang diterima entitas akan
dikurangi dengan bunga. Pembayaran di muka atas bunga akan mengrangi jumlah
utang yangditerima. Pokok utang entitas adalah jumlah utang dalam kontrak dikurangi
dengan bunga yang dipotong/dibayarkan di depan mengurangi utang. Entitas harus
mengukur tingkat bunga efektif atas utang ini. Tingkat bunga efektif diukur dengan
menghitung tingkat bunga atau diskonto yang akan menyamakan utang dalam kontrak
dikurangi bunga dengan present value dari nilai pada tanggal jatuh tempo.
Contoh Utang bank jangka pendek : bunga dibayar di depan (Zero Coupon)
PT Lawu pada tanggal 2 oktober 2015 menarik utang jangka waktu 6 bulan dari bank
Mega sebesar Rp. 400.000.000 dengan bunga 15% per tahun dari pokok yang dipotong
pada awal. Pada saat jatuh tempo

PT Lawu membayar sebesar Rp.400.000.000.

Jumlah kas yang diterima sebesar Rp.400.000.000 (Rp.400.000.000 x 15% x 6/12) =


Rp.370.000.000.

Jurnal yang dibuat pada saat menerima utang 2 oktober 2015.

Liabiltas Jangka Pendek, Provisi dan Kontijensi

Bunga dibayarkan sekali di akhir sehingga perhitungan bunga efektif dengan membagi
bunga dengan utang. Bunga=Rp.30.000.000/Rp.370.000.000=8,11% untuk 6 bulan
atau 16,22% setahun. Jurnal penyesuaian pada 31 Des 2015 untuk pengakuan bunga
yang dihitung dengan bunga efektif.

Bunga

dihitung

dengan

bunga

efektif

16,22%

3/12

Rp.370.000.000=Rp.15.000.000(pembulatan). Jurnal saat utang jatuh tempo, 30 maret


2016.

Asumsi tidak dibuat jurnal balik atas jurnal penyesuaian 31 Des 2016.
Biaya transaksi yang timbul karena transaksi instrumen keuangan diukur dengan
nilai wajar melalui laporan laba rugi, dikapitalisasi menambah atau mengurangi nilai
instrumen keuangan.Dalam praktik perbangkan terdapat provisi yang merupakan biaya
yang ditanggung oleh nasabah (biasanya dikurangkan dari kredit yang diberikan) dan
biaya transaksi yang ditanggung oleh bank. Akibat biaya transaksi tersebut akan
mempengaruhi jumlah kredit yang diberikan.
Bunga yang digunakan untuk menghitung beban bunga adalah tingkat bunga
efektif.Bunga efektif adalah bunga yang secara efektif berlaku untuk kredit tersebut
dengan memperhitungkan biaya transaksi dan bunga kontraktual. Praktik yang sering
terjadi, charges atau biaya administrasi sering di bebankan sebagai pengurang utang
yang diterima atau sering disebut sebagai provisi, namun ada juga yang ditanggung
oleh bank.
Contoh utang bank jangka pendek dengan provisi

Liabiltas Jangka Pendek, Provisi dan Kontijensi

PT Semeru pada tanggal 1 Nov 2015 menarik dari bank Mulia utang yang
Rp.100.000.000 dengan bunga 12% pertahun dari pokok yang akan dibayarkan
bersammaan dengan pelunasan tanggal 30 Jan 2016. Bank Mulia mengenakan biaya
administrasi sebesar 1,5% dari jumlah utang yang ditarik, sehingga kas yang diterima
oleh PT Semeru sebesar Rp.100.000.000 Rp.1.500.000 = Rp. 98.500.000
Jurnal yang dibuat pada saat menerima utang 1 Nov 2015.

Utang bank yang sebenarnya diterima adalah Rp.98.500.000 namun PT Semeru


harus melunasi pada saat jatuh tempo bunga Rp.3.000.000 dan pokoknya
Rp.100.000.000. untuk itu bunga efektif atas utang tersebut sebenarnya bukan 12 tetapi
Rp.4.500.000 / Rp.98.500.000 * 12/3 = 18,274% . Bunga dihitung dari bunga
yangdibayar dan provisi.Tingkat bunga efektif menjadi lebih tinggi karena entitas
menerima utang yang lebih sedikit.

Beban bunga dihitung dari bunga efektif 18,2741% x 2/12 x Rp98.500.000 =


Rp3.000.000. Amortisasi diskon beban bunga dikurangi utang bunga = Rp3.000.000
Rp2.000.000
Jurnal saat utang jatuh tempo , 30 Jan 2016

Asumsi tidak dibuat jurnal balik atas jurnal penyesuaian 31 Des 2015.

Biaya administrasi mempengaruhi tingkat bunga efektif dari 15%

menjadi

18,27%. Utang bank janga pendek dalam bentuk line of credit merupakan plafon kredit
Liabiltas Jangka Pendek, Provisi dan Kontijensi

modal kerja yang dapat ditarik oleh entitas sesuai dengan kebutuhan dan dikembalikan
jika entitas telah memiliki dana untuk membayarnya. Bentuk line of credit seperti kartu
kredit yang dapat digunakan oleh entitas.
Contoh Line of Credit atau Stanby Loan
PT. Kelud pada tanggal 1 Desember 2015 mendapatkan fasilitas line of credit dari
Bank Arta, sebesar Rp. 1.000.000.000,- selama jangka waktu 5 tahun. Kredit tersebut
dapat ditarik sesuai kebutuhan entitas.Bunga sebersar 12% per tahun dikenakan atas
kredit yang ditarik. Untuk setiap penarikan bank mengenakan biaya transaksi sebesar
2% dari dana yang ditarik. Bank hanya mengenakan atas tarikan utang yang belum
dilunasi sampai dengan akhir bulan pelaporan. Jika penarikan telah dilunasi pada bulan
yang sama, maka tidak dikenakan bunga. Bunga akan dihitung dari tanggal penarikan
atau saldo utang terakhir sampai dengan tanggal dajtuh tempo pelaporan. Setiap bulan
akan disampaikan laporan penggunaan line of credit, yang memperlihatkan saldo akhir
utang, mutasi kredit, termasuk jumlah bunga, dan biaya (charges) yang dikenakan.
Informasi ringkas untuk pemakaian line of credit bulan Desember adalah :
Tabel 11.2 Pemakaian Line of Credit
Tanggal
02 Des
02 Des
16 Des
16 Des
30 Des
31 Des

Keterangan
Penarikan
Biaya Penarikan
Penarikan
Biaya Penarikan
Pembayaran
Bunga

Biaya Kredit
Rp.
300.000.000
Rp.
6.000.000
Rp. 400.000.000
Rp.
8.000.000
Rp. 300.000.000
Rp.
2.069.260

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

Jumlah
300.000.000
306.000.000
706.000.000
714.000.000
414.000.000
416.069.260

Jurnal yang akan dibuat adalah :

Date
Des
201
5

Description
2

Post

Debit

Ref

Kas

Rp. 300.000.000

Beban Bunga

Rp.

Liabiltas Jangka Pendek, Provisi dan Kontijensi

Credit

6.000.000
9

Utang Bank

Rp. 306.000.000

16 Kas
Beban Bunga
Utang Bank

Rp. 400.000.000
Rp. 8.000.000

30 Utang Bank

Rp. 300.000.000

Rp. 408.000.000

Kas
31 Beban Bunga
Utang Bank

Rp. 300.000.000
Rp. 2.069.260
Rp. 2.069.260

1.2.2. Wesel Bayar


Wesel bayar atau sering disebut sebagai Notes Payableatau Promissory Notes.
Wesel bayar merupakan janji dari pihak penarik wesel untuk membayarkan sejumlah
nilai tertentu di masa mendatang. Wesel bayar ditarik untuk pelunasan utang dagang,
pembayaran suatu transaksi atau ditarik untuk mendapatkan uang tunai. Pihak penarik
wesel akan menunjuk bank untuk melakukan penyelesaian pembayaran yang akan
diambil dari rekening penarik/penerbit wesel. Wesel bayar biasanya berbunga, jika
tidak berbunga wesel akan dijual dengan diskon. Nilai diskon mencerminkan bungan
dibayar dimuka. Wesel bayar dapar dijual oleh pihak pemegang untuk mendapatkan
uang kas sebelum jatuh tempo.
Akuntansi untuk wesel bayar tidak berbeda dengan akuntansi untuk utang bank
perbedaan yang mendasari hanyalah dokumen transaksinya. Dokumen transaksi wesel
adalah Surat Wesel atau Promissory Notes, sedangkan bukti transaksi utang bank
adalah dokumen kredit bank. Bunga atas wesel bayar biasanya dihitung berdasarkan
nilai nominal yang tertera dalam wesel. Jika dalam penerbitan wesel bayar, pihak
penerbit mengeluarkan biaya transaksi maka biaya transaksi tersebut akan
diperhitungkan menambah biaya bungan sehingga bunga efektif wesel akan menurun.
1.2.3. Liabilitas Jangka Panjang yang Akan Jatuh Tempo pada Periode
Berikutnya.
Liabilitas jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas
bulan setelah periode pelaporan, diklasifikasikan dalam jangka pendek, meskipun :

Liabiltas Jangka Pendek, Provisi dan Kontijensi

10

1. Kesepakatan awal perjanjian pinjaman untuk jangka waktu lebih dari dua belas
bulan
2. Perjanjian untuk pembiayaan kembali, atau penjadwalan kembali pembayaran, atas
dasar jangka panjang telah diselesaikan setelah periode pelaporan dan sebelum
tanggal penyelesaian laporan keuangan untuk tidak mensyaratkan pembayaran
sebagai konsekuensi atas pelanggaran tersebut.
Perubahan perjanjian kredit dapat terjadi juga untuk liabilitas jangka
pendek.Utang bank jangka pendek misalnya, dapat saja dilakukan pendanaan kembali
(refinancing) dengan menggunakan utang bank jangka panjang. Jika proses refinancing
telah selesai dilakukan sebelum tanggal pelaporan maka status utang jangka pendek
tersebut akan di reklafikasi menjadi liabilitas jangka panjang. Namun jika proses
tersebut baru diselesaikan setelah tanggal pelaporan sebelum laporang keuangan
diterbitkan, informasi tersebut diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan dan
utang tersebut tetap diklasifikasikan sebagai utang bank jangka pendek.
Jika entitas melakukan usaha untuk memperpanjang liabilitas jangka panjang
yang akan jatuh tempo, atau melakukan pendanaan liabilitas jangka pendek menjadi
liabilitas jangka panjang, namun dilakukan antara akhir periode pelaporan dan tanggal
penyelesaian laporan keuangan, maka peristiwa tersebut diungkapkan sebagai peristiwa
yang tidak memerlukan penyesuaian (non-adjusting events) sesuai dengan PSAK 8
(Revisi 2009) Peristiwa setelah Periode Pelaporan antara lain :
1. Pembiayaan kembali berbasis jangka panjang.
2. Perbaikan pelanggaran perjanjian pinjaman jangka panjang
3. Pemberian tenggang waktu pembayaran oleh pemberi pinjaman jangka panjang
yang berakhir sekurang-kurangnya dua belas bulan setelah periode pelaporan.
Untuk mereklasifikasi liabilitas jangka panjang menjadi jangka pendek, entitas dapat
membuat jurnal penyesuaian untuk membuat reklasifikasi utang tersebut untuk tujuan
penyajian. Fokusnya bukan pada perlu tidaknya jurnal, namun yang penting dalam
penyajian bagian liabilitas jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam dua bulan
disajikan dalam liabilitas jangka pendek. Perlu tidaknya jurnal dipengaruhi oleh system
akuntansi dan code akun (chart of account) entitas.Jika entitas menyediakan chart of
account khusus untuk penyajian ini maka entitas harus membuat jurnal penyesuaian.
Liabiltas Jangka Pendek, Provisi dan Kontijensi

11

Contoh Liabilitas Jangka Panjang yang Jatuh Tempo dalam Dua Belas Bulan :
PT. Wilis memiliki beberapa liabilitas jangka panjang untuk mendanai usahanya.
Berikut informasi yang diperoleh pada saat penyusunan laporan keuangan tanggal 31
Desember 2015 :
1. Obilgasi seri A, senilai Rp. 400.000.000.000, diterbitkan 1 Maret 2007, jangka
waktu 10 tahun, bunga sebesar 10% dibayar setiap tahun.
2. Obligasi seri B, senilai Rp. 800.000.000.000, diterbitkan 1 Juni 2015, bunga
11% per tahun dibayar setiap tahun sebesar Rp. 100.000.000.000,-.
3. Obligasi seri C senilai Rp. 100.000.000.000,- di terbitkan 1 Desember 2006,
jatuh tempo 10 tahun, bunga 10%, atas Obligasi ini entitas sedang mengajukan
pendanaan kepada Bank Mitra untuk mengambil alih obligasi tersebut dan
diganti dengan utang jangka panjang dengan jangka waktu 5 tahun tingkat
bunga 12%. Entitas sudah melakukan detail pembicaraan dengan Bank Mitra.
Secara prinsip Bank Mitra menyetujui namun proses administrasi baru akan
diselesaikan pada tahun 2016 mengingat obligasi tersebut baru akan jatuh
tempo 1 Desember 2016. Proses Administrasi perjanjian yang menyatakan
Bank Mitra akan mendanai utang obligasi dan menggantinya dengan utang
Bank Mitra diselesaikan pada 25 Maret sebelum laporan keuangan selesai
diaudit.
4. Utang Bank

Kriya

ditarik

pada

September

2011

sebesar

Rp.

100.000.000.000,- jangka waktu 5 tahun bunga 12%. Atas utang ini entitas telah
melakukan perjanjian untuk melakukan pendanaan kembali dengan utang
jangka panjang dengan bank yang sama, namun dengan buang yang lebih
rendah sebesar 11%.
5. Utang Bank Permata ditarik pada tanggal 1 Juni 2014 sebesar Rp.
300.000.000.000,- bunga 12% dibayar setiap tahun, pelunasan akan di mulai 1
Juni 2015 secara angsuran Rp. 50.000.000.000,- per tahun.
Saat ini entitas sedang memproses penerbitan obligasi seri D sebesar Rp.
300.000.000.000,- obligasi tersebit rencananya akan diterbitkan pada 1 Juni 2016.
Obligasi tersebut telah mendapat persetujuan RUPS untuk diterbitkan. Saat ini sedang
Liabiltas Jangka Pendek, Provisi dan Kontijensi

12

proses untuk mengurus persyaratan penerbitan. Obligasi tersebut diterbitkan untuk


mendanai ekspansi pembukaan pabrik baru dan membayar utang yang jatuh tempo.
Buatlah reklasifikasi untuk utang tersebut yang harus disajikan menjadi liabitas
jangka pendek, buatlah penyajian dan pengungkapan yang diperlukan untuk kelima
tersebut jika ada.
1. Obligasi seri A tidak perlu direklasifikasi, tetap menjadi liabitas jangka panjang
karena jatuh tempo tahun 2017.
2. Obligasi seri B direklasifikasi menjadi liabilitas jangka pendek sebesar Rp.
100.000.000.000,- yang akan jatuh tempo dalam 12 bulan
Pos
Date

Description

Debit

Credit

Ref
Rp.100.000.000.00
Jun
201

Utang Obligasi Seri B

0
Rp.100.000.000.00

Utang Obligasi Seri B Jangka Pendek

3. Obligasi seri B tetap harus direklasifikasi karena proses pengambilalihan belum


selesai sepnuhnya, namun kejadian ini perlu diungkapkan dalam laporan keuangan.
Pos
Date

Description

Debit

Credit

Ref
Rp.100.000.000.00
Des
201

Utang Obligasi Seri C

0
Rp.100.000.000.00

Utang Obligasi Seri C Jangka Pendek

4. Dilakukan reklasifikasi menjadi liabilitas jangka pendek, karena akan jatuh tempo
pada 1 September 2016. Karena telah dilakukan perjanjian untuk memperbaharui
utang dan kontraknya telah diselesaikan, utang ini tetap menjadi utang jangka
panjang.
5. Dilakukan reklasifikasi atas jumlah yang akan jatuh tempo pada 1 Juni 2016.
Liabiltas Jangka Pendek, Provisi dan Kontijensi

13

Pos
Date

Description

Debit

Credit

Ref
Jun
201

Utang Bank Permata

Rp. 50.000.000.000

Utang Bank Permata Jangka Pendek

Rp. 50.000.000.000

1.2.4. Penyajian dalam Laporan Posisi Keuangan


Liabilitas Jangka Pendek :
Liabilitas jangka pendek yang akan jatuh tempo dalam dua bulan (lihat
pengungkapan)

Utang Obligasi Seri B

= Rp. 100.000.000.000

Utang Obligasi Seri C

= Rp. 100.000.000.000 (lihat pengungkapan)

Utang Bank Kriya

= Rp. 50.000.000.000

Utang Bank Permata

= Rp. 50.000.000.000

Liabilitas Jangka Panjang :


Utang Obligasi Seri A

= Rp. 400.000.000.000

Utang Obligasi Seri B

= Rp. 600.000.000.000

Utang Bank Kriya

= Rp. 100.000.000.000

Utang Bank Permata

= Rp. 200.000.000.000

1.2.5. Pengungkapan Liabilitas Jangka Panjang yang akan jatuh tempo dalam
dua belas bulan mendatang.
Obligasi seri C jatuh tempo pada 1 Desember 2016, namun perusahaan telah
melakukan negosiasi dengan Bank Mitra untuk mendanai pelunasan obligasi tersebut.
Sehingga akan berubah menjadi utang bank jangka panjang pada 1 Desember 2016,
entitas tetap melakukan reklasifikasi dalam jangka pendek, karena meskipun
pendanaan ini telah disetujui pemegang saham, secara prinsip telah di setujui Bank
Mitra, namun proses administrasi baru diselesaikan pada 25 Maret 2016, sesuai dengan
PSAK I (Revisi 2009) tetap harus direklasifikasi.

Liabiltas Jangka Pendek, Provisi dan Kontijensi

14

Atas liabiltas jangka panjang yang akan jatuh tempo pada tahun 2016,
perusahaan telah akan menerbitkan obligasi yang saat ini masi dalam proses
penerbitan. Direncanakan obligasi tersebut akan diterbitkan pada Juni 2016.
Pemindahan liabilitas jangka panjang menjadi liabilitas jangka pendek dapat
juga terjadi karena pelanggaran perjanjian kredit. Penarikan kredit mengharuskan
debitur untuk memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh kreditur, misalkan
persyaratan menjaga kinerja perusahaan seperti tingka profitabilitas, pertumbuhan,
solvabilitas, likuiditas,. Persyaratan dapat juga berbentuk larangan untuk menerbitkan
utang baru, membayar dividen atau melakukan aktiviras tertentu.
1.3. LIABILITAS JANGKA PENDEK TERKAIT DENGAN KEGIATAN
OPERASI ENTITAS.
Liabilitas jangka pendek terkait kegiatan operasi timbul karena konsekuensi
kegiatan operasi entitas. Utang ini biasanya tidak berbunga, utang ini muncul karena
entitas menangguhkan pembayaran kepada pihak lain. Kesempatan penangguhan
pembayaran ini harus dimanfaatkan secara optimal dalam rangka menghemat arus kas
(cash flow) entitas.Penundaan pembayaran ini dapat dilakukan sampai dengan tanggal
jatuh tempo yang telah disepakati. Misalnya untuk utang dagang, utang dibayar pada
saat jatuh tempo, pajak dibayarkan pada saat jatuh tempo, tagihan kepada pihak lain
dibayar sesuai tanggal jatuh tempo. Entitas tidak boleh menangguhkan diluar waktu
jatuh tempo karena entitas harus menjaga reputasi di mata pihak lain.
Penggunaan utang operasi menguntungkan bagi entitas, karena entitas dapat
menggunakan dana pembauyaran tersebut untuk aktivitas yang lain sebelum
digunakan. Semakin efisien entitas memanfaatkan utang operasi dan mengatur kas,
kebutuhan modal kerja untuk kegiatan operasinya semakin kecil atau bahkan tidak
memerlukan dana untuk modal kerja karena modal kerja didanai oleh pemasok atau
pihak lain.
1.3.1. Utang Usaha
Utang usaha adalah utang yang terkait dengan kegiatan utama entitas.Untuk
entitas yang bergerak dibidang perdagangan, utang usaha disebut sebagai utang
Liabiltas Jangka Pendek, Provisi dan Kontijensi

15

dagang.Utang dagang timbul saat entitas melakukan pembelian kepada pemasok secara
kredit. Pembelian kredit sering dituliskan dalam term : 2/10, n/60. FOB Shipping Point,
artinya pembelian akan diberikan diskon 2% jika dilunasi sampai dengan 10 hari, utang
jatuh tempo dalam waktu 60 hari dan titik pengakuan digudang penjual.
Utang dagang diakui saat entitas telah menerima barang atau jasa dari pemasok.
Untuk pembelian dengan syarat FOB Shipping Point (franko gudang penjual) maka
titik pengakuan pembelian di gudang penjual, utang akan diakui saat barang telah
masuk kenadaraan angkutan untuk diantar ke gudang pembeli. FOB Destination Point
(franko gudang pembeli) titik pengakuan di gudang pembeli, utang diakui saat barang
telah diterima oleh pembeli, selama dalam perjalanan barang ini merupakan barang
pembeli. Risiko dalam perjalanan akan menjadi pihak pembeli atau penjual tergantung
persyaratan jual belinya.
Tingkat diskon yang diberikan dapat dihitung imbal hasil (return) per
tahunnya.Imbal hasil dari diskon ini kemudian dibandingkan dengan alternative
investasi yang tersedia, jika imbal hasil diskon lebih besar dibandingkan dengan imbal
hasil investasi maka entitas harusnya mengambil diskon ini.
Pengambilan diskon = 100% - diskon x 360
100%

360
Jangka waktu x Jangka diskon

Diskon penjualan 2/10, n/30 setera dengan bunga (100%-2%)/100% / (30-10) =


17,64%. Dengan cara perhitungan yang sama term perjanjian 2/15, n/45 sama dengan
11,76% perjanjian kredit 3/10, n/45 sama dengan 9.98%.
Contoh Pencatatan Utang Dagang
Selama bulan Desember 2015 PT. Slamet memiliki beberapa transaksi kepada para
pemasoknya :
12 Desember membeli barang secara kerdit kepada PT. Dlima senilai Rp.
200.000.000,- ditambah nilai PPN 10% sehingga total Rp. 220.000.000,-.
Persyaratan jual beli 2/10, n/30, FOB Shipping Point. PT. Slamet membayar utang

pada PT. Delima pada 22 Desember 2016.


29 Desember membeli barang secara kredit kepada PT. Mawar senilai Rp.
330.000.000 setelah nilai PPN. Persyaratan jual beli n/30, FOB Shipping Point.
Barang sampai 31 Desember belum sampai di gudang PT. Slamet dan diketahui

Liabiltas Jangka Pendek, Provisi dan Kontijensi

16

baru diterima di gudang pada 2 Januari 2016. Pembelian ini dibayar dengan wesel
bayar yang akan jatuh tempo 30 hari tanpa bunga.
Pos
Date

Description

Debit

Credit

Ref
Des
201

12

Persediaan

Rp. 200.000.000.000

PPN Masukan

Rp.

20.000.000

Utang Dagang
22

Utang Dagang

Rp. 220.000.000.000
Rp. 220.000.000.000

Persediaan

Rp.

Kas
29

Rp. 215.600.000.000

Persediaan

Rp. 300.000.000.000

PPN Masukan

Rp.

Wesel Bayar

4.400.000

30.000.000
Rp. 330.000.000.000

Nilai Persediaan dicatat sebesar nilai pembelian, namun nilai utang ditambahkan
Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
1.3.2. Beban yang Masih Harus Dibayar
Atas beban yang telah terjadi namun belum dibayar sampai periode pelaporan,
entitas harus mengakui beban dalam laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif
lain serta beban yang masih harus dibayar pada laporan posisi keuangan. Beban yang
masih harus dibayar yang sering muncul di laporan posisi keuangan antara lain :
1. Beban gaji, karyawan telah berhak atas gaji karena sudah bekerja namun tidak
belum dibayarkan oleh perusahaan.
2. Bunga yang masih harus dibayar/utang bunga, bunga sudah menjadi beban dengan
berlalunya waktu namun baru dibayarkan sesuai dengan tanggal dalam perjanjian
kredit.
3. Beban Operasi yang masih harus dibayar, beban atas jasa pihak lain kepada
perusahaan atas kegiatan operasinya, namun belum dibayarkan oleh perusahaan.
Contoh Beban yang Masih Harus Dibayar :
1. Pembayaran gaji sebesar Rp. 240.000.000,- dilakukan tanggal 5 tiap bulan, untuk
masa kerja tanggal 1 sampai dengan akhir bulan. Pada akhir periode missal 31
Liabiltas Jangka Pendek, Provisi dan Kontijensi

17

Desember 2015 dibuat penyesuaian atas gaji untuk masa kerja Desember 2015
yang baru akan dibayarkan tanggal 5 Januari 2016.
Pos
Date

Description

Debit

Credit

Ref
3
Dec
201

Beban Gaji

Rp.

240.000.000

Utang Gaji

Rp.

240.000.000

2. Bonus Karyawan dibayarkan atas prestasi kerja tahun 2015, namun baru di
tetapkan jumlahnya setelah diketahui laba entitas sehingga jumlahnya baru
dipastikan di bulan Januari 2016 dan akan dibayarkan bulan Maret 2016. Pada 15
Januari sebelum laporan keuangan terbit, ditetapkan bonus untuk seluruh
karyawan sebesar Rp. 300.000.000.000,-. Atas bonus karyawan akan dibuat jurnal
penyesuaian tertanggal 31 Desember 2015.

Date
Des
201

Description
5

Post

Debit

Ref

Beban Gaji Bonus

Rp.

Credit

300.000.000

Utang Gaji

Rp.

300.000.000

3. Entitas memiliki utang bank yang ditarik pada 1 Desember 2015 sebesar Rp.
400.000.000.000,- bungan 12% per tahun, jangka waktu 5 tahun. Bunga
dibayarkan setiap tanggal 1 Desember. Bunga dari tanggal 1 Desember 2015
sampai dengan 31 Desember 2015 harus dibebankan sebagai beban bunga dan
utang bunga/bunga yang masih harus dibayar.
Pos
Date

Description

Debit

Credit

Ref
3
Des
201
5

Beban Bunga
Utang Gaji

Liabiltas Jangka Pendek, Provisi dan Kontijensi

Rp.

4.000.000
Rp.

4.000.000

18

Bunga 12% x 1/12 Rp.


400.000.000 = Rp. 4.000.000

4. Entitas memperbaiki AC di kantor dengan meminta perusahaan service AC.


Pekerjaan telah diselesaikan pada tanggal 30 Desember 2015, namun sampai
dengan tanggal 31 Desember, perusahaan service AC belum mengirimkan tagihan
sebesar Rp. 10.000.000,-. Tagihan baru dikirim pada tanggal 5 Januari 2016 dan
dibayarkan tanggal 10 Januari 2016. Atas jasa service AC tersebut diakui pada
sebagai beban pemelihaan dan beban yang masih harus di bayar (liablitas) pada 31
Desember 2015.
Pos
Date

Description

Debit

Credit

Ref
3
Des
201
5

Beban Pemeliharaan
Utang Biaya

Rp.

10.000.000
Rp.

10.000.000

Pertimbangan biaya dan manfaat serta materialitas terkadang mengabaikan


penyesuaian di akhir periode dan mencatatanya pada saat pembayaran.Misalnya
pembayaran gaji, langganan listrik, air, telepon. Pembayaran tersebut jumlahnya dari
bulan ke bulan jumlahnya relative sama, dibayarkan tiap bulan atau dua belas kali
dalam setahun. Entitas dapat mencatatnya secara konsisten pada saat pembayaran,
sehingga pembayaran bulan Januari dianggap sebagai pemakaian bulan Januari,
pembayaran bulan Desember dianggap sebagai pemakaian bulan Desember dan
selanjutnya.Untuk kasus seperti itu, entitas dapat mengabaikan jurnal penyesuaian
asalkan secara konsisten pembayaran dilakukan dua belas kali dalam setahun.
1.3.3. Pendapatan Diterima di Muka
Pendapatan diterima di muka termasuk komponen liabilitas. Penerimaan kas dari
pelanggan tersebut mengandung konsekuensi bahwa di masa depan entitas harus
mengeluarkan sumber daya untuk menyelesaikan pekerjaan atau mengirimkan barang.
Jika pendapatan tersebut akan direalisaikan dalam satu tahun atau satu siklus operasi
akan diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka pendek dan jika direalisasikan lebih dari
Liabiltas Jangka Pendek, Provisi dan Kontijensi

19

satu siklus operasi akan diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka panjang. Sangat
jarang terjadi pendapatan diterima di muka dikategorikan sebagai liabilitas jangka
panjang.
Jika pekerjaan telah diselesaikan atau barang telah dikirimkan, pendapatan
diterima di muka tersebut akan di debit dan di akui sebagai pendapatan (kredit).
Contoh Pencatatan Pendapatan Diterima di Muka
PT. Ciremai mulai tahun 2015 menjual tiket keanggotaan (membership) golf
kepada pelanggan pribadi dan perusahaan. Tiket tersebut dijual sampai dalam bentuk
paket tahunan dan lima tahunan. Untuk paket tahunan harganya Rp. 6.000.000,- dapat
digunakan main golf selama satu tahun. Paket tiga tahun dijual dengan harga Rp.
16.200.000,-. Keanggotaan tersebut tidak didasarkan pada jumlah kedatangan,
pemegang kartu keanggotaan bebas datang jika kartu keanggotaan masih aktif.Setiap
tahun harga kartu keanggotaan meningkat, sehingga menjadi anggota jangka panjang
memberikan banyak keuntungan bagi anggota.
Pada 1 Desember diterima keanggotaan tahunan 10 paket dan keanggotaan tiga
tahunan sebanyak 5 paket.Entitas melakukan penyesuaian untuk keanggotaan setiap
bulan, karena entitas menyurun laporan bulanan untuk keperluan internal manajemen.
Saldo pendapatan diterima di muka dari keanggotaan tahunan pada tanggal 1 Desember
2015 adalah Rp. 337.000.000,- dari total penerimaan keanggotaan tahunan Rp.
636.000.000,-. Untuk keanggotaan tiga tahunan saldo 1 Desember Rp. 620.100.000
dari total penerimaan keanggotaan tiga tahunan Rp. 745.200.000,-. Buatlah jurnal
transaksi tersebut dan penyesuai yang di perlukan!

Date
Des
201

Description
1

Kas

Post

Debit

Ref
Rp.

141.000.000

Pendapatan Diterima di Muka


31

Pendapatan Diterima di Muka

Liabiltas Jangka Pendek, Provisi dan Kontijensi

Credit

Rp. 141.000.000
Rp.

80.950.000

20

Pendapatan

Rp.

80.950.000

Untuk membership tahunan, alokasi pendapatan yang terealisasi per bulan adalah
1/12 x Rp. 6.000.000 = Rp. 500.000,- atau total sama dengan (Rp. 636.000.000 +
Rp. 6.000.000) x 1/12 = Rp. 58.000.000,-.
Untuk membership tiga tahunan, pendapatan terealiasi per bulan Rp. 16.200.000 :
3 : 12 = Rp. 450.000 atau total (Rp. 745.200.000 + Rp. 81.000.000) x 1/36 = Rp.
22.950.000,-.
Total pendapatan direalisasi Rp. 58.000.000 + Rp. 22.950.000 = Rp. 80.950.000,-.
Saldo Pendapatan diterima di muka pada 31 Desember 2015 adalah :
Rp. 337.000.000 + Rp. 630.100.000 + Rp. 60.000.000 + Rp. 81.000.000 Rp.
58.000.000 Rp. 22.950.000 = Rp. 1.017.150.000
1.3.4. Utang Terkait Imbalan Kerja
Saat pembayaran gaji dilakukan, entitas diwajibkan untuk memotong pajak
penghasilan dan iuran-iuran lain sesuai dengan kententuan dan perjanjian yang
ada.Untuk mengelola pembayaran gaji, entitas biasanya memiliki system gaji (payroll
system) yang dapat menghitung gaji untuk tiap karyawan, potongan untuk tiap
individu.
Pajak Penghasilan merupakan penghasilan bagi pihak yang menerima gaji dan
entitas yang membayarkan harus memotong pajak saat pembayaran gaji dilakukan.
Pajak yang dipotong oleh badan atas gaji dan penghasilan lain yang diterima oleh
pekerja disebut PPh Pasal 21. Cara perhitungan pajak atas gaji yang dipotong
berdasarkan pada ketentuan pemerintah.Gaji perbulan tersebut disetahunkan, kemudian
dikalikan dengan tariff yang berlaku (PPh Pasal 17 untuk wajib pajak pribadi) untuk
mendapatkan pajak setahun.Pajak yang dipotong tiap bulan dihitung dari pajak setahun
dibagi dua belas.
Entitas berkewajiban untuk membayarkan beberapa perlindungan minimal pada
karyawan seperti, asuransi kecelakaan kerja, asuransi kesehatan, jaminan hari tua, dan
pesangon. Iuran ini biasanya akan dipotong dari gaji karyawan dan dibayarkan pada
akhir bulan atau bulan berikutnya.
Pension akan diakuin sebagai beban pada saat karyawan bekerja biasanya di akui
bersamaan dengan pengakuan gaji. Pension dapat diberikan secara lump-sum sebagai
pesangon saat karyawan berhenti bekerja, atau diberikan per bulan seperti gaji sampai
Liabiltas Jangka Pendek, Provisi dan Kontijensi

21

karyawan meninggal dan dapat juga dikombinasi dari keduanya.Pemotongan yang


dikaitkan dengan gaji karyawan dapat langsung disetorkan pada saat yang bersamaan
dengan pembayaran gaji atau baru dibayarkan pada tanggal tertentu.
Contoh Pembayaran Gaji
Mutiara adalah pegawai PT Salak, pada bulan Desember 2015 menerima gaji sebesar
Rp. 6.000.000,- per bulan ditambah tunjangan rumah Rp. 500.000,- dan tunjangan
transportasi Rp. 1.000.000,-. Selain itu PT. Salak membayarkan asuransi kecelakaan
kerja Rp. 150.000,- asuransi kematian Rp. 50.000,- dan iuran tunjangan hari tua Rp.
250.000,-. Mutiara juga melakukan iuran pension ke pengelola dana pension sebesar
Rp. 300.000,- yang dipotong dari gajinya. Mutiara membayar melalui pemotongan oleh
PT. Salak, zakat ke LAZ ssbesar Rp. 187.500,- dan angsuran rumah ke Bank CMN
sebesar Rp. 1.500.000,-. PPh Pasal 21 yang dipotong oleh PT. Salak Rp. 425.000,-. Gaji
dibayarkan tiap akhir bulan dan semua pemotongan dibayarkan pada tanggal 10 Bulan
berikutnya.
Jurnal yang dibuat pada 31 Desember 2015
Date

Description

Post

Debit

Ref

Credit

3
Des
201

Beban Gaji
Utang PPh 21
Utang BPJS
Utang Iuran Pensiun Karyawan
Utang Zakat Karyawan
Utang Angsuran Bank Karyawan
Kas

Rp.

7.950.000
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

425.200
450.000
300.000
187.500
1.500.000
5.087.300

Tunjangan menambah gaji.Asuransi dan pension yang ditanggung entitas menambah


gaji.
Beban Gaji

= Rp. 6.000.000 + Rp. 500.000 + Rp. 1.000.000 + Rp. 150.000 +

Rp.
Kas

50.000 + Rp. 250.000 = Rp. 7.950.000,-.


= Rp. 7.000.000 Rp. 425.500 Rp. 187.500 Rp. 300.000

Liabiltas Jangka Pendek, Provisi dan Kontijensi

22

= Rp. 5.087.300,-.
1.3.5. Utang Pajak Pihak Ketiga
Entitas diwajibkan dalam peraturan untuk melakukan pemotongan pajak atas
penghasilan yang diterima oleh pihak lain. Pajak yang dipotong di antaranya adalah PPh
21 atas gaji yang di terima pekerja, PPh 26 atas penghasilan yang diterima wajib pajak
luar negeri, PPh 23 atas Jasa, Sewa, Bunga Royalti. Pada saat entitas membayarkan
beban kepada pihak yang menerima, entitas memotong pajak, sehingga kas yang
dibayarkan akan berkurang karena pajaknya akan dibayarkan oleh entitas ke kas Negara.
Jika pembayaran pajak tidak dilakukan bersamaan dengan pembayaran kepada pihak
ketiga maka akan timbul utang pajak penghasilan. Contoh berikut menjelaskan contoh
akuntansi atas pembayaran pada pihak ketiga yang ada unsure pajak yang harus
dipotong.
Contoh Akuntansi Utang Pajak Pihak Ketiga
PT. Salak melakukan beberapa pembayaran atas jasa atau kegiatan yang telah dilakukan
beberapa rekanan selama Desember 2015.Jasa tersebut dikenakan pajak, seperti
dijelaskan dalam informasi di soal. Pajak yang telah dipotong akan dibayar perushaaan
pada masa pajak periode berikutnya.
15 Desember 2015 : Membayar jasa konsultan manajemen sebesar Rp. 80.000.000
dipotong PPh 23 sebesar 2%.
20 Desember 2015 :

Membayar

gaji

pada

seorang

konsultan

asing

sebesar

Rp.50.000.000
dipotong PPh 26 sebesar 20%.
30 Desember 2015 : Membayar bunga kepada PT. Kinibalu atas utang sebesar
Rp.100.000.000 yang akan jatuh tempo 2014, bunga 10% dibayar
tahunansetiap 30 Desember. Pajak atas bunga dipotong 15%
Jurnal yang dibuat selama Desember 2015 atas transaksi diatas
Date
Des
201
5

15

Description
Beban Administrasi
Utang PPh 23

Liabiltas Jangka Pendek, Provisi dan Kontijensi

Post

Debit

Ref
Rp.

Credit

80.000.000
Rp.

1.600.000

23

Kas
20

30

Beban Gaji
Utang PPh 26
Kas

Rp.

Beban Bunga
Utang PPh 23
Kas

Rp.

Rp.

78.400.000

Rp.
Rp.

10.000.000
40.000.000

Rp.
Rp.

15.000.000
85.000.000

50.000.000

100.000.000

1.3.6. Utang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
PPN adalah pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai yang diciptakan
oleh perusahaan.Pajak ini dikarenakan atas setiap konsumsi barang atau jasa di daerah
pabean (wilayah dimana UU Pabean berlaku yaitu seluruh wilayah Indonesia).
Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) adalah pajak yang dikenakan atas
penjualan barang mewah.Pajak ini hanya dikenakan pada importer dan produsen barang
mewah.PPnBM tidak dapat dikreditkan.Bagi produsen barang mewah.PPnBM yang
dikenakan harus disetorkan ke kas Negara. Bagi importer barang mewah, PPnBM
dibayarkan ke kas Negara bersamaan dengan pembayaran pajak impor dan bea masuk.
PPnBM akan dicatat oleh pembeli sebagai penambah nilai persediaan karena tidak boleh
di kreditkan.
Contoh Akuntansi Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah.
PT. Gede melakukan transaksi berikut ini :
8 Desember
10 Desember

: Melakukan pembeliaan persediaan untuk bahan produksi senilai


Rp.300.000.000 dikenakan PPN 10%.
: Menjual barang mewah secara kredit sebesar Rp. 900.000.000,-

atas
15 Desember
25 Desember

penjualan tersebut dikenakan PPN 10% dan PPnBM 20%. Harga


pokok barang yang dikirim nilainya Rp. 600.000.000,-.
: Membeli peralatan secara kredit untuk pabrik sebesar
Rp.600.000.000,- dikenakan PPN 10%. Atas peralatan ini pajaknya
boleh dikreditkan.
: Menerima uang muka dari pelanggan sebesar Rp. 132.000.000

atas
pesanan yang akan dikirimkan pada bulan januari 2016. Nilai uang
Liabiltas Jangka Pendek, Provisi dan Kontijensi

24

muka termasuk nilai PPN 10%.


Buatlah jurnal selama Desember 2015 atas transaksi di atas :
Date
Des 8

Description

Post Ref

Persediaan
PPN Masukan
Utang Dagang

Rp.
Rp.

Debit
300.000.000
30.000.000

Credit

Rp.

330.000.000

Rp.

600.000.000

1
0

Beban Pokok Penjualan


Persediaan
Piutang Dagang
PPN Keluaran
Utang PPnBM
Penjualan

Rp. 600.000.000
Rp. 1.170.000.000
Rp. 90.000.000
Rp. 180.000.000
Rp. 900.000.000

1
5

Peralatan
PPN Masukan
Utang Dagang

Rp.
Rp.

Kas

Rp.

600.000.000
60.000.000
Rp.

660.000.000

Rp.
Rp.

12.000.000
120.000.000

Rp.
Rp.

90.000.000
12.000.000

2
5

132.000.000

PPN Keluaran
Penjualan
3
1

PPN Keluaran
PPN Masukan
Utang PPN

Rp.

102.000.000

Jurnal Penyesuaian atas PPN masukan dan PPN keluaran untuk memunculkan utang
oahak di akhir tahun.

Penyajian liabilitas jangka pendek terkait PPN dan PPnBM sebagai berikut.
Liabilitas jangka pendek :
Utang PPN
Rp. 12.000.000

PROVISI DAN KONTIJENSI


2.1. Definisi
Liabiltas Jangka Pendek, Provisi dan Kontijensi

25

Pada kondisi tertentu entitas memiliki liabilitas yang kepastian dan jumlahnya
tidak dapat ditentukan dengan pasti.Istilah umum yang digunakan untuk sesuatu yang
memiliki ketidakpastian dari sisi kejadian dan jumlah adalah kontijensi. Provisi disebut
sebagai kewajiban diestimasi, provisi bentuk kontijensi yang disajikan dalam laporan
keuangan (un balance sheet), sedangkan liabilitas kontijensi hanya diungkapkan dalam
laporan keuangan. Provisi sebagai liabilitas kini yang waktu dan diakui dalam laporan
keuangan, pengukurannya dengan cara melakukan estimasi. Perbedaan antara provisi
dan liabilitas lain, terletak pada kepastian dari sisi jumlah dan waktu misalnya entitas
memberikan garansi kepada pelanggan. Entitas tidak dapat memastikan kapan pelanggan
akan datang dan tidak dapat memastikan berapa jumlah biaya yang dikeluarkan saat
pelanggan datang meminta garansi. Namun liabilitas tersebut pasti akan terjadi.
Liabilitas kontijensi menurut PSAK 57 (revisi 2009) adalah :
1. Liabilitas potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan keberadaannya
menjadi pasti dengan terjadi atau tidak terjadinya satu peristiwa atau lebih pada
masa datang yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali entitaas, atau
2. Liabilitas kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa lalu, tetapi tidak diakui
karena :
a. Tidak terdapat kemungkinan besar (probable) entitas mengeluarkan
sumber daya untuk menyelesaikan liabilitasnya;atau
b. Jumlah liabilitas tersebut tidak dapat diukur secara andal.
Liabilitas kontijensi tidak diakui dalam laporan keuangan, liabilitas ini hanya
perlu diungkapkn dalam catatan atas laporam keuangan.Liabilitas kontijensi terdiri dari
dua krlompok, kewajiban potensial dan kewajiban kini yang tidak diakui karena tidak
terdapat kemungkinan pengeluaran sumber daya atau tidak dapat diukur dengan andal.
Dikatakan kewajiban potensial karena baru berbentuk kemungkinan, namun jika terjadi
akan menyebabkan pengeluaran sumber daya. Probabilitas tidak terjadinya lebih besar
dibandingkan dengan probabilitas terjadi.Kewajiban potensial dengan berlalunya waktu
dapat berubah menjadi kemungkinan besar terjadi sehingga diakui sebagai liabilitas
kini. Ketika liabilitas kontijensi dapat diukur dengan andal, liabilitas ini akan diakui
sebagai liabilitas kini.
Kondisi sebaliknya dapat terjadi, liabilitas kontijensi semakin kecil kemungkinan
terjadi dan semakin tidak dapat diukur dengan andal.Sehingga tidak perlu dapat
Liabiltas Jangka Pendek, Provisi dan Kontijensi

26

diungkapkan dalam laporan keuangan. Untuk itu PSAK 57 (revisi 2009)mengharuskan


entitas melakukan review atas liabilitas kontijensi, apakah menajdi kemungkinan besar
dan dapat diukur dengan andal sehingga berubah menjadi provisi atau liabilitas kini
lainnya atau sebaliknya pengungkapan kontijensi tidak perlu dilakukan entitas. Provisi
dan kontijensi dapat mucul karena munculnya peristiwa yang mengikat, yaitu peristiwa
yang menimbulkan kewajiban hokum atau kewajiban konstruktif yang mengakibatkan
entitas tidak memiliki alternatif lain kecuali menyelesaikan kewajiban tersebut
2.1.2. Pengakuan dan Pengukuran
Provisi diakui jika memenuhi tiga syarat, yaitu :
1. Entitas memiliki kewajiban kini (baik bersifat hokum, konstruktif) sebagai akibat
peristiwa masa lalu.
2. Kemungkinan besar (probable) penyelesaian liabilitas tersebut mengakibatkan arus keluar
sumber daya ; dan
3. Estimasi yang andal mengenai jumlah liabilitas nilainya dapat diukur dengan andal dapat
dibuat.
Ketika tidak memenuhi ketiga persyaratan tersebut, kemungkinan liabilitas
tersebut cukup diungkapkan sebagai liabilitas kontijensi tergantung materialitas dan
kemungkinan terjadinya.Misalnya pengukuran provisi didasarkan pada hasil estimasi
terbaik dari pengeluaran yang dieprlukan untuk menyelesaikan kewajiban kini pada
akhir periode pelaporan.

Ketidakpastian jumlah yang akan diakui sebagai provisi

dinilai berdasarkan informasi dan kondisi yang ada. Jika kemungkinan tersebut dapat
ditentukan dengan suatu probabilitas, maka metode statistic metodeyang diharapkan
expected value dapat digunakan.

Contoh Pengukuran Provisi


Entitas menjual produk dengan memberikan garansi selama 1 tahun dari tanggal
penjualan.Jika keusakan terdeteksi cacat ringan biaya perbaikan atas seluruh produk
yang dijual Rp 100.000.000, jika cacat berat biaya yang dikeluarkan Rp 500.000.000.

Liabiltas Jangka Pendek, Provisi dan Kontijensi

27

Pengalaman entitas di masa lalu memberikan indikasi bahwa dalam tahun mendatang
kemungkinan 80% produk terjual tanpa cacat, 15% cacat ringan, dan 5% cacat berat.
Berdasarkan pengalaman masa lalu tersebut, estimasi biaya perbaikan didasarkan pada
nilai yang diharapkan (expected value) =
(80% x 0) + (15% x Rp 100.000.000) + (5% x Rp 500.000.000)= Rp40.000.000
Entitas akan mengakui garansi tersebut .

Jika sebagian atau seluruh pengeluaran untuk menyelesaikan liabilitas diganti


oleh pihak Ketiga, penggantian itu diakui hanya pada saat timbul keyakinan bahwa
penggantian pasti diterima pada saat entitas menyelesaikan kewajibannya. Penggantian
tersebut diakui sebagai asset yang terpisah.Jumlah yang diakui sebagai penggantian
tidak boleh melebihi nilai provisi. Dalam laporan laba rugi komprehensif, beban yang
berkaitan dengan provisi dapat disajikan secara bersih setelah dikurangi jumlah yang
diakui sebgai penggantinya.
Contohnya sebuah entitas ekspedisi melakukan pengiriman barang entitas lain,
dalam perjalan barang tersebut mengalami kecelakaan. Berdasarkan perjanjian
pengiriman,

entitas

menanggung

kerugian

akibat

kecelakaan

tersebut.Entitas

mengasuransikan pengiriman barang tersebut. Pihak asuransi akan mengganti jumlah


barang yang hilang karena kecelakaan. Entitas akan mengakui provisi dan kerugian
sebesar jumlah penggantian yang akan diberikan kepada pemilik barang. Nilai
penggantian tidak boleh diakui melebihi provisi yang diakui. Klaim asuransi akan diakui
sebagai pendapatan dan pitang jika telah ada bukti yang menyatakan bahwa garansi akan
dibayarkan oleh pihak asuransi. Dalam laporan laba rugi komprehensif, jumlah beban
kerugian dan pendapatan asuransi akan diakui secara bersih.
Entitas dapat mengakui provisi karena kontrak memberatkan.Jika entitas terikat
dalam sutau kontrak memberatkan, maka kewajiban kini menurut kontrak tersebut
diukur dan diakui sebagai provisi.Kontrak yang dapat dibatalkan tanpa membyar
kompensasi atau denda tidak perlu pengakuan provisi.Jika terjadi peristiwa yang
Liabiltas Jangka Pendek, Provisi dan Kontijensi

28

mengakibatkan kontrak memberatkan ssehingga menimbulkan biaya yang tidak dapat


dihindarkan, maka provisi harus diakui.
Bentuk provisi yang terjadi dalam bisnis dan disajikan dalam laporan keuangan
antara lain, tuntutan hukum yang menimbulkan kerugian bagi entitas, garansi pokok atau
premi produk kewajiban pengelolaan lingkungan, kontrak yang memberatkan, dan
restrukturisasi usaha yang menjanjikan suatu kewajban dimasa mendatang.
Provisi tidak sama dengan penyisihan dana untuk membayar utang melakukan
aktifitas tertentu. Provisi merupakan pengakuan liabilitas atau beban. Jika atas provisi
tersebut entitas menyiapkan atau menyisihkan dana khusus untuk mendanai provisi yang
telah diakui, maka akan dicatat secara terpisah. Misalnya entitas mengakui provisi untuk
melakukan reklamasi tambang dimasa depan. Entitas akan mencatat beban reklamasi
pada provisi reklamasi tambang. Setiap tahun entitas juga melakukan penyisihan dana
untuk reklamasi tersebut dalam bentuk deposito yang diperuntukkan untuk pendanaan
reklamasi. Entitas akan mencatat debit dana cadangan reklamasi (asset lain-lain) dan
kredit kas/bank.
2.1.3. Garansi
Garansi dapat dibedakan menjadi dua yaitu garansi jaminan (assurance type
warranty) dan garansi jasa (service type warranty).Garansi jasa merupakan bentuk
pelayanan tambahan yang diberikan kepada pelanggan karena permintaan pelanggan.
Garansi jasa akan menimbulkan pendapatan jasa dan akan diakui saat waktu berlalu atau
sexara porposional dengan jasa yang diberikan. Garansi jaminan merupakan bentuk
kewajiban penjual untuk memastikan bahwa produk yang diberukan tidak rusak.
Garansi jaminan produk nerupakan contoh dari kontijensi karena jumlah dan
waktunya tidak pasti.Garansi merupakan bentuk kewajiban kontraktual, karena garansi
diberikan berdasarkan perjanjian jual beli yang tertera dalam dokumen jual beli.
Garanssi memenuhi kriteria provisi karena merupakan bentuk kewajiban kini, entitas
akan mengeluarkan sumber daya dimasa mendatang akibat jaminan produk tersebut.
Jumlah utang memang tidak diketahui namun entitas dapat melakukan estimasi
dengan andal berdasarkan pengalamanmasa lalu atau masa pengalaman dari perusahaan
Liabiltas Jangka Pendek, Provisi dan Kontijensi

29

dalam industry serupa.Pengakuan timbulnya provisi pada saat terjadi penjualan, karena
saat penjualan terjadi berarti entitas telah memiliki liabilitas untuk memberikan garansi
produk. Beban garansi akan diakui bersamaan dengan penjualan dengan mendebit beban
garanssi dan kredit provisi garansi. Pengakuan beban garansi walaupun terjadi setiap
terjadi penjualan namun untuk memudahkan penjurnalan biasanya dilakukan pada akhir
periode pelaporan, pada akhir bulan atau akhir tahun melalui jurnal penyesuaian.Namun
untuk entitas dengan system akuntansi yang bagus dan terkomputerisasi, jurnal garansi
dapat dibuat bersamaan dengan jurnal penjualan. Pada saat entitas mengeluarkan sumber
daya untuk memeberikan garansi akan di debit provisi garanasi dan kredit kas atau
sumber daya yang diekeluarkan. Atas provisi yang sudah kadaluarsa (provisinya masih
ada namun jangka waktu garansi telah berakhir), maka provisi tersebut harus dihapuskan
dengan mendebit provisi dan kredit beban garanssi.
Contoh Garansi Produk
PT. Kandeng menjual produk dengan memberikan garansi perbaikan selama dua
tahun.Berdasarkan pengalaman beberapa tahun terakhir, hasil analisis teknis dan
pengalaman dari industri diketahui bahwa hanya 5% pelanggan datang meminta
garansi.Dari pelanggan yang meminta garansi tersebut 70% meminta garansi di tahun
pertama dan sisanya ditahun kedua.Rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk memberikan
garansi tiap produk sebesar Rp100.000.
Pada tahun 2015 penjualan sebanyak 20.000 unit dan tahun 2015 penjualan sebanyak
26.000 unit, total garansi actual yang dikeluarkan di tahun 2010 sebesar Rp 65.000.000
dan tahun 2015 sebesar Rp 125.000.000. Buatlah jurnal yang diperlukan untuk mencatat
garansi di dua tahun tersebut!
Jurnal yang dibuat tahun 2015.

Liabiltas Jangka Pendek, Provisi dan Kontijensi

30

Provisi garansi yang disajikan pada laporan keuangan 31 Desember 2015 sebesar Rp
35.000.000,-.
Jurnal yang dibuat tahun 2016

Provisi garansi yang disajikan pada laporan keuangan 31 Desember 2016 sebesar Rp
40.000.000.Entitass dapat mencatat jurnal pemberian garansi, baru di akhir periode
pelaporan mencatat provisi dengan jurnal penyesuaian,jika pendekatan tersebut
digunakan maka jurnal yang dibuat :
Jurnal tahun 2015

Tambahan pengakuan beban garansi tahun 2015

Liabiltas Jangka Pendek, Provisi dan Kontijensi

31

Jurnal tahun 2016

Tambahan pengakuan beban garansi tahun 2016

Contoh 11.15 Garansi Jaminan Produk dan Jasa


PT. Prahu menjual mobil pada 2 Januari 2015 dengan memberikan garansi atas 36.000
km pertama atau selama tiga tahun mana yang lebih dahulu.Harga jual mobil Rp
300.000.000. Entitas mengestimasi biaya garansi yang akan diberikan selama 3 tahun
sebesar Rp7.000.000. Pelanggan juga membeli garansi jasa senilai Rp 9.000.000
sehingga ada tambahan pelayanan untuk servis mobil tersebut dari standar jaminan yang
diberikan. Selama tahun 2015 biaya terkait dengan jaminan asuransi yang dikeluarkan
sebesar Rp 5.000.000 dan tahun 2016 sebesar Rp 1.000.000 atas garansi jasa perusahaan
mengakui dengan metode garis lurus.
2.1.4. Kewajiban Pengelolaan Lingkungan
Perusahaan pada industri pertambangan diwajibkan oleh pemerintah untuk
melakukan

kegiatan

restorasi

lingkungan

sekitar

kegiatan

operasi

perusahaan.Perusahaan industri pertambangan biasanya diawasi dengan ketat oleh


regulator sehingga besarnya biaya reklamasi dapat ditentukan dengan andal nilainya.
Kegiatan reklamaassi dilakukan secara terprogram an dimonitor oleh regulator. Sebagai
contoh pada perusahaan tambang batu bara .

Liabiltas Jangka Pendek, Provisi dan Kontijensi

32

Menurut PSAK 16 ( Revisi 2011) Aset tetap termasuk biaya komponen peolehan
adalah estimasi awal biaya pembongkaran,pemindahan dan restorasi lokasi asset
tetap.Kewajiban lingkungan terkait hal ini harus diestimasi besarnya pada awal
perolehan asset dan dimasukan sebagai perolehan asset tetap.Pembebanan biaya ini
dilakukan bersamaan dengan pembebanan depresiasi asset tersebut.
2.1.5. Ligitasi Hukum
Ligitasi hokum merupakan tuntutan perkara terkait suatu entitas yang sedang
berjalan prosess hukumnya.Kaus hokum entitas dapat berakibat timbulnya liabilitas
yang harus diselesaikan oleh sebuah entitas.Ada tidaknya liabilitas yang diakui
dipengaruhi oleh kasus nya dan diestimasi atas potensi munculnya liabilitas.Suatu kasus
dapat mengindikasikan suatu entitas kalah dan memiliki liabilitas dimasa mendatang.

Kesimpulan
Di setiap entitas hampir semua memiliki kewajiban (liabilitas) untuk mendanai
kegiatannya.Jarang sekali entitas hanya menggunakan ekuitas dalam mendanai
entitas.Bahkan untuk beberapa entitas dengan skala besar jumlah utang melebihi modal
entitas.Entitas dengan utang yang tinggi tidak dapat diartikan sesuatu yang tidak baik.
Jumlah liabilitas tinggi namun entitas memiliki kemampuan membayar pokok utang
dan bunganya akan menghasilkan manfaat bagi entitas dan pemegang saham.
Liabiltas Jangka Pendek, Provisi dan Kontijensi

33

Liabilitas menurut kerangka dasar pengukuran dan pengungkapan laporan


keuangan adalah utang entitas masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu,
penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas yang
mengandung manfaat ekonomi.
Liabilitas dapat diketahui nilainya dengan pasti namun ada beberapa jenis liabilitas
yang nilainya diukur dengan estimasi, liabilitas jenis ini diistilahkan sebagai provisi.

Liabiltas Jangka Pendek, Provisi dan Kontijensi

34

Anda mungkin juga menyukai