Anda di halaman 1dari 12

AKUNTANSI

KEUANGAN
MENENGAH 1
Fakultas : FBIS
Program studi : Akuntansi

Tatap Muka

13
Kode Matakuliah : W1219015
Disusun oleh : Efa Wahyuni, SE., MMSI.
BAB 13
LIABILITAS LANCAR, PROVISI, DAN KONTINJENSI

A. KEWAJIBAN LANCAR

Kewajiban lancar dapat diartikan sebagai kemungkinan pengorbanan masa depan atas
manfaat ekonomi yang muncul dari kewajiban perusahaan pada masa sekarang untuk
mentransfer aktiva atau menyediakan jasa kepada entitas lainnya di masa depan sebagai hasil
dari transaksi atau kejadian pada masa lalu. Suatu hal dapat dikategorikan sebagai sebuah
kewajiban apabila memenuhi tiga karakteristik utama, yang pertama merupakan kewajiban saat
ini yang memerlukan penyelesaian dengan kemungkinan transfer masa depan atau penggunaan
kas, barang, atau jasa. Yang kedua, merupakan kewajiban yang tidak dapat dihindari. Dan yang
terakhir, transaksi atau kejadian lainnya yang menciptakan kewajiban itu harus telah terjadi di
masa lalu.
Suatu kewajiban melibatkan pengeluaran aktiva atau jasa di masa depan, sehingga salah satu
karakteristik yang terpenting yaitu tanggal dimana kewajiban tersebut harus dibayarkan pada
saat tanggal jatuh tempo. Karakteristik mengenai berapa lama tanggal yang ditentukan untuk
melunasi kewajiban tersebut adalah perumusan dalam pengklasifikasian kewajiban, yaitu
apakah jangka waktu pelunasannya kurang atau lebih dari jumlah periode tertentu.
Pengklasifikasian kewajiban dibagi menjadi dua, kewajiban lancar dan kewajiban jangka
panjang.
Aktiva lancar adalah kas atau aktiva bentuk lainnya yang dapat diharapkan untuk dikonversi
menjadi kas, dijual, atau digunakan dalam operasi selama satu periode tertentu. Berbeda
dengan aktiva lancar, kewajiban lancar memiliki pengertian sebagai kewajiban yang likuidasinya
diperkirakan memerlukan penggunaan sumber daya yang ada yang diklasifikasikan sebagai
aktiva lancar, atau penciptaan kewajiban lancar lainnya dalam satu siklus operasi atau periode
tertentu. Beberapa jenis kewajiban lancar adalah sebagai berikut :
1. Utang usaha

Utang usaha adalah saldo yang terutang kepada pihak lain atas barang, atau jasa yang dibeli
secara kredit. Utang jenis ini muncul karena adanya kesenjangan waktu antara penerimaan jasa
atau akuisisi hak aktiva dan pembayaran atas aktiva tersebut. Periode pelunasan kredit ini
biasanya berkisar antara 30 sampai dengan 60 hari.
2. Wesel bayar

Definisi dari wesel bayar adalah janji tertulis untuk mebayar sejumlah uang pada suatu
tanggal tertentu di masa depan dan dapat berasal dari pembelian, pembiayaan, atau transaksi
dengan bentuk lainnya. Utang jenis ini diperlukan sebagai bagian dari transaksi pembelian atau
penjualan sebagai pengganti perluasan kredit yang normal atau kredit lisan, sementara wesel
bayar kepada bank berasal dari pinjaman kas atau uang tunai. Wesel bayar dapat diklasifikasikan
menjadi wesel jangka pendek maupun jangka panjang berdasarkan periode pelunasannya, dan
diklasifikasikan menjadi wesel berbungan dan tanpa bunga berdasarkan unsure bunga yang
melekat pada wesel tersebut.

3. Jatuh tempo berjalan utang jangka panjang

Contoh dari jatuh tempo saat ini utang janga panjang adalah obligasi, wesel hipotik, dan
utang jangka panjang lainnya yang jatuh tempo dalam tahun fiskal berikutnya. Utang jangka
panjnag tidak dicatat ketika akan jatuh tempo saat ini sebagai kewajiban lancar apabila akan
ditarik atau dilunasi dengan aktiva yang terakumulasi untuk tujuan tersebut yang tidak
ditunjukkan sebagai aktiva lancar, dan apabila akan didanai kembali atau dilunasi dari hasil
penerbitan utang baru atau dikonversi menjadi modal saham.
4. Kewajiban jangka pendek yang diharapkan akan didanai kembali

Kewajiban dengan jangka waktu yang pendek adalah jenis utang yang telah pasti akan jatuh
tempo dalam kurun waktu satu tahun setelah tanggal neraca perusahaan atau dalam siklus
operasi perusahaan, tergantung mana yang lebih lama dan biasanya sesuai dengan kebijakan
perusahaan. Beberapa kewajiban jangka pendek diharapkan akan didanai kembali atas dasar
jangka panjang dan oleh karena itu, diperkirakan tidak memerlukan penggunaan modal kerja
selama periode berikutnya. Untuk menentukan situasi dimana kewajiban jangka pendek dapat
dikeluarkan dari kewajiban lancar, suatu perusahaan harus mengeluarkan kewajiban jangka
pendek tersebut dari kewajiban lancar, dengan syarat perusahaan harus memiliki rencana untuk
mendanai kembali kewajiban atas dasar jangka panjang dan perusahaan harus menunjukkan
kemampuan untuk melaksanakan pedanaan kembali tersebut. Maksudnya, perusahaan
bermaksud mendanai kembali kewajiban jangka pendek sehingga penggunaan modal kerja
tidak diperlukan lagi selama tahun fiskal.
5. Utang dividen

Utang dividen memiliki pengertian sebagai jumlah yang terutang oleh perusahaan kepada
para pemegang sahamnya sebagai hasil dari otorisasi dewan komisaris atau direksi. Pada
tanggal pengumuman, perusahaan menempatkan pemegang saham sebagai kreditor ats
sejumlah dividen. Dividen digolongkan menjadi kewajiban lancar karena dividen akan dibayar
pada satu tahun berikutnya setelah pengumuman kepada para pemegang saham. Sementara
itu, dividen saham preferen kumulatif yang belum diumumkan juga dianggap sebagai kewajiban
lancar karena dividen yang tertunggak tersebut bukan merupakan kewajiban, sampai dewan
direksi mengambil tindakan mengotorisasi pembagian laba perusahaan.
6. Uang muka pelanggan dan deposito yang dapat dikembalikan

Perusahaan dapat menerima deposito dari pelanggan maupun dari karyawannya sendiri.
Perusahaan menerima deposito dari pelanggan untuk menjamin pembayaran kewajiban yang
diharapkan dimasa depan dan juga sebagai jaminan untuk kemungkinan kerusakan barang yang
ada di tangan pelanggan. Sementara perusahaan menerima deposito dari karyawan atas
jaminan dan pengembalian property perusahaan yang digunakan oleh karyawan yang
membantu kegiatan operasional karyawan tersebut. Klasifikasi pos-pos ntersebut sebagai
kewajiban lancar atau tidak lancar bergantun pada waktu antara tanggal deposito dan
pemutusan hubungan yang mensyaratkan deposito.
7. Utang pajak penjualan

Perusahaan baik dengan dan tanpa perantara dalam penjualannya, harus menagih pajak
penjualan atas transfer produk dan atas jasa-jasa tertentu harus ditagih dari pelanggan dan
diserhakan kepada pemerintah berupa pajak. Akun utang pajak penjualan harus merefleksikan
kewajiban untuk pajak penjualan yang terutang kepada pemerintah. Terkadang penagihan pajak
penjualan yang dikredit kea kun kewajiban tidak sama dengan kewajiban yang dihitung oleh
ketetapan yang berlaku di pemerintah, dalam hal ini dirjen pajak. Sehingga perlu dibuat
penyesuaian atas akun kewajiban dengan mengakui keuntungan atau kerugian atas penagihan
pajak penjualan. Untuk merefleksikan jumlah penjualan yang sebenarnya dan kewajiban untuk
pajak penjualan, akun penjulalan harus didebit sebesar jumlah pajak penjualan yang terutang
kepada pemerintah atas penjualan tersebut dan akun utang pajak penjualan dikredit sebasar
jumlah yang sama.
8. Utang pajak penghasilan
Untuk menghitung utang pajak penghasilan yang dihasilkan dari operasi periode berjalan,
perusahaan harus mempersiapkan SPT pajak penghasilan terlebih dahulu. Utang pajak atas laba
perusahaan, seperti yang dihitung per SPT pajak harus diklasifikasikan sebagai kewajiban lancar.
Perusahaan harus membayar pajak periodik kepada bank yang diotorisasi sepanjang tahun.
Pembayaran tersebut didasarkan pada estimasi total kewajiban pajak tahunan. Apabila estimasi
total kewajiban pajak berubahy, maka kontribusi periodik juga berubah. Jika dalam tahun
berikutnya tambahan pajak ditetapkan atas laba tahun sebelumnya, maka utang pajak
penghasilan harus dikredit. Debit harus dibebankan ke operasi berjalan.
9. Pendapatan diterima dimuka

Pendapatan diterima dimuka adalaha kondisi dimana perusahaan menerima kas sebagai
pembayaran hasil perdagangan maupun jasa dari pelanggan sebelum melakukan pertukaran
barang atau melakukan jasa tertentu dan hak kepemilkan belum didapat pelanggan namun
sudah dicatat sebagai pendapatan oleh perusahaan. Perlakuan pendapatan diterima dimuka
ketika uang muka diterima, kas didebit, dan akun kewajiban lancar yang mengidentifikasi
sumber pendapatan diterima dimuka dikredit. Sementara ketika pendapatan diterima, akun
pendapatan diterima dimuka didebit, dan akun pendapatan yang diterima sebenarnya dikredit.
Neraca harus melaporkan kewajiban untuk setiap komitmen yang dapat ditebus dalam bentuk
barang dan jasa, laporan laba rugi harus melaporkan pendapatan yang telah diperoleh selama
periode berjalan.
Kemampuan untuk melaksanakan pendanaan kembali dapat ditunjukkan perusahaan
dengan mendanai kembali secara actual kewajiban jangka pendek dengan menerbitkan
kewajiban jangka panjang atau sekuritas ekuitas setelah tanggal neraca tapi sebelum neraca
tersebut diterbitkan, atau melakukan perjanjian pendanaan yang secara jelas mengijinkan
perusahaan untuk mendanai kembali utang atas dasar jangka panjang pada syarat-syarat yang
dapat ditentukan.
10. Kewajiban yang berhubungan dengan karyawan

Jumlah yang terutang kepada karyawan untuk gaji dan upah pada akhir periode akuntansi
dilaporkan sebagai kewajiban lancar. Bentuk dari kewajiban yang berhubungan dengan
karyawan dikategorikasn menjadi :
a. Pemotongan Gaji
Jenis paling umum dari pemotongan gaji adalah pajak premi asuransi, tabungan
karyawan, dan iuran serikat kerja. Jika jumlah yang dipotong belum diserahkan kepada
pihak yang berwenang pada akhir periode akuntansi, maka jumlah itu harus diakui
sebagai kewajiban lancar.
Perusahaan juga harus melaporkan jumlah pajak jaminan social pekerja dan
pemberi kerja yang belum disetor atas upah kotor yang dibayarkan harus dilaporkan oleh
pemberi kerja sebagai kewajiban lancar. Karena pajak diperhitungkan atas kompensasi
yang dihasilkan , maka jumlah kontribusi pemberi kerja yang diakrualkan tetapi belum
dibayar harus dicatat sebagai beban operasi dan sebagai kewajiban lancar apabila
laporan keuangan disiapkan pada akhir tahun.

b. Absensi yang Dikompensasi


Absensi yang dikompensasi memiliki pengertian sebagai absensi dari pekerjaan,
yang meliputi cuti, sakit, dan hari libur. Suatu kewajiban harus diakrualkan untuk biaya
kompensasi atas absensi di masa depan jika semua kondisi berikut dipenuhi :
- Kewajiban pemberi kerja atau majikan yang berhubungan dengan hak
karyawan untuk menerima kompensasi atas absensi di masa depan berasal
dari jasa karyawan yang telah diserahkan
- Kewajiban yang berhubungan dengan hak yang bersifat terjamin penuh atau
berakumulasi dan pembayaran kompensasi itu adalah sangat mungkin dan
jumlahnya dapat diestimasi dengan layak
Beban dan kewajiban yang berhubungan dengan absensi yang dikompensasi
harus diakui perusahaan dalam tahun saat hal tersebut dihasilkan oleh karyawan.

c. Perjanjian Bonus

Perusahaan-perusahaan besar memberikan bonus kepada semua karyawannya sebagai


tambahan atas gaji atau upah regular mereka. Dan jumlah bonus tersebut bergantung
kepada laba tahunan perusahaan terkait. Pembayaran bonus kepada karyawan dapat
dianggap sebaagi tambahan upah dan harus dimasukkan sebagai pengurang dalam
menentukan laba bersih tahun berjalan. Kewajiban, yaitu utrang bonus pembagian laba,
biasanya akan dibayar dalam periode waktu yang singkat dan harus dicatat sebagai
kewajiban lancar dalam neraca. Serupa dengan perjnajian bonus adalah perjanjian
kontraktual pada jumlah pendapatan yang dihasilkan atau kuantitas produk yang diproduksi
atau diekstraksi. Beban bersyarat tersebut berdasarkan pendapatan atau unit yang
diproduksi biasanya lebih mudah untuk dihitung daripada perjanjian bonus.

B. PROVISI

Provisi merupakan kewajiban yang jumlah dan waktunya belum pasti terjadi. Perbedaan
provisi dengan kewajiban lancar yaitu waktu dan jumlahnya yang belum pasti tersebut. Provisi
diakui perusahaan beban dan kewajiban provisi apabila perusahaan tersebut memiliki obligasi
sekarang sebagai hasil dari obligasi pada masa lalu, perkiraan yang reliable dapat dibuat dari
jumlah obligasi, dan perusahaan dapat melakukan estimasi yang handal atas jumlah maupun
waktu dari kewajiban provisinya.

Perusahaan mengetahui terlebih dahulu kejadian masa lalu yang mengakibatkan adanya
kewajiban timbul pada masa sekarang. Namun dalam kasus tertentu, dibutuhkan pendapat ahli
untuk menentukan kewajiban kini yang timbul. Contohnya adalah untuk kasus hukum,
diperlukan pendapat seorang kuasa hukum untuk menentukan jumlah kewajiban dan
kemungkinan kerugian yang dihadapi pada pengadilan. Beberapa contoh provisi adalah sebagai
berikut :

1. Perkara pengadilan, klaim dan pengenaan

Dalam menentukan keharusan suatu kewajiban dicatat terkait dengan perkara pengadilan
yang ditunda dan yang mengancam, dan klaim aktual harus dipertimbangkan periode waktu
ketika terjadinya penyebab tindakan yang mendasari perkara tersebut, kemungkinan hasil yang
merugikan, dan kemampuan untuk membuat perkiraan yang relevan terkait jumlah kerugian
yang akan ditimbulkan.
Dalam melaporkan kerugian dan kewajiban dalam laporan keuangan, penyebab perkara
tersebut harus dicatat pada saat terjadinya perkara tersebut. Dalam mengevaluasi kemungkinan
kerugian, perusahaan mempertimbangkan pendapat kuasa hokum, sifat perkara tersebut dalam
pengadilan, tanggapan manajemen, serta pengalaman yang dihadapi perusahaan lain ketika
menghadapi kasus yang serupa. Sementara itu, untuk tuntutan yang belum diajukan dan klaim
serta pengenaan yang belum dinyatakan, perusahaan harus menentukan kemungkinan
kerugian dan kemungkinan tuntutan diterima pengadilan atau kemungkinan perusahaan dapat
menyatakan klaim.
2. Biaya jaminan dan garansi

Jaminan atau garansi sebuah produk merupakan salah satu bentuk kontijensi kerugian.
Definisinya adalah perjanjian kontraktual yang disepakati pihak penjual yang memberikan klaim
terhadap pembeli untuk memperbaiki menurunnya kuantitas, kualitas, atau kinerja suatu
produk. Jaminan seperti ini biasanya diterapkan oleh perusahaan manufaktur untuk menarik
konsumen dalam strategi pemasarannya. Jaminan ini meliputi perbaikan, perakitan, dan
penggantian suku cadang baru dengan tidak mengubah sebagian besar bentuk awal produk.
Jaminan memerlukan biaya masa depan. Maksudnya adalah seringkali biaya ini adalah biaya
tambahan dalam penjualan suatu produk. Walaupun jumlahnya tidak pasti, teteapi biaya masa
depan ini selalu mungkin terjadi dan bentuk dari kewajiban ini harus dicatat dan diakui. Metode
yang digunakan untuk menghitung biaya jaminan ada dua, yaitu atas dasar kas dan akrual. Dasar
kas diaplikasikan dengan mencatat jaminan sebagai beban yang diakui pada saat biaya keluar
terhadap jasa garansi yang dilakukan perusahaan. maksudnya, biaya jaminan tersebut
dibebankan ke padan saat penjual menepati jaminan tersebut. Pengguanaan metode atas dasar
kas tepat apabila digunakan untuk tujuan pajak penghasilan karena tidak mungkin kewajiban
telah terjadi dan jimlah kewajiban yang sulit untuk diestimasi. Lain dengan dasar kas, metode
atas dasar akrual membebankan biaya jaminan pada periode berjalan. Biaya tersebut diakui
ketika produk telah dijual. Dengan pertimbagan pengalaman masa lalu terhadap suatu produk,
perusahaan mengestimasi nilai yang mungkin akan keluar sebagai biaya jaminan pada produk
tertentu tersebut.
3. Premi dan kupon

Premi dank upon adalah salah satu bentuk strategi pemasaran yang dilakukan oleh
perusahaan untuk menstimulus minat dari konsumen terhadap produk yang dijual. Premi
biasanya berbentuk hadiah yang disertai dengan pembelian produk, sementara kupon adalah
bentuk pengganti dari potongan tunai atas produk yang dapat ditukarkan. Biaya premi maupun
kupon dicatat sebagai beban pada periode berjalan. Biaya premi yang ditawarkan dibebankan
pada beban premi, dan kewajiban yang melakat pada premi tersebut dikredit pada akun estimasi
kewajiban untuk premi.
4. Kewajiban lingkungan

Setiap perusahaan, teruatama industry eksplorasi sumber daya alam harus mematuhi kode
etik tanggung jawab social, dalam hal ini tanggung jawab yang berwawasan lingkungan seperti
pengolahan limbah, konservasi hutan, dan kegiatan sebagainya. Meskipun pengaruhnya tidak
signifikan terhadap operasi perusahaan, namun biaya yang dikeluarkan tidaklah kecil. Sehingga
kewajiban yang ditimbulkan juga sangat besar. Selain itu, untuk industry-industri semacam itu,
pembangunan dan operasi aktiva-aktiva berjangka panjang melibatkan kewajiban masa
penghentian aktiva yang telah habis umur manfaatnya. Perusahaan berkewajiban terhadap
biaya-biaya yang bersangkutan dengan penghentian aktiva tersebut. Perusahaan tidak boleh
mencatat biaya penghentian aktiva yang dikapitalisasi tersebut pada akun terpisah.
5. Asuransi Sendiri

Risiko umum tidak dicatat sebagai sebuah kerugian kontijensi. Sama halnya seperti risiko
yang mungkin terjadi di masa depan terhadap penyisihan reparasi aktiva. Karena, pos-pos
tersebut tidak sesuai dengan definisi sebuah kewajiban karena berasal dari transaksi yang
mungkin terjadi di masa depan. Contohnya adalah polis asuransi sendiri yang dilakukan
perusahaan untuk mengantisipasi risiko yang tidak dapat dipertanggungjawabkan oleh asuransi
biasa. Sehingga, asuransi sendiri ini tidak digolongkan dalam asuransi pada umumnya, melainkan
penanggungan risiko dan akan menjadi beban bagi perusahaan. tidak seperti perusahaan
asuransi secara umum yang memiliki kewajiban terhadap kerugian pemegang polis, perusahaan
yang menerapkan asuransi sendiri ini tidak memiliki kewajiban terhadapn asuransi sendiri
tersebut. Sehingga, tidak ada kewajiban pada saat sebelum atau sesudah terjadinya risiko yang
diperkirakan pada masa lalu tersebut.
6. Onerous Contract (Kontrak Memberatkan)

Onerous Contract adalah kontrak atau perjanjian tertulis yang menyatakan biaya yang tidak
dapat dihindari untuk menjalankan kontrak tersebut melebihi manfaat yang diperoleh. Sebagai
contoh, PT. Sukses Makmur menyewa sebidang tanah dan bangunan dari PT. Maju Mundur
selama 5 tahun sebagai sewa operasi dan menjalankan produksinya di tempat bangunan
tersebut. Pada tahun ke 2, akibat beberapa pertimbangan, PT. Sukses Makmur melakukan
relokasi pabriknya ke tempat lain, namun tidak dapat membatalkan sewa operasi dengan PT.
Maju Mundur yang masih memiliki sisa 3 tahun. Demikian pula dengan PT. Sukses Makmur tidak
dapat menyewakan tanah dan bangunan tersebut kepada pihak ketiga. Situasi tersebut
membuat PT. Sukses Makmur dapat mencatat sisa beban sewa 3 tahun tersebut sebagai provisi
pada tanggal pelaporan pada periode terjadinya kejadian tersebut.

7. Restrukturisasi

Restrukturisasi membuat kewajiban konstruktif berupa pembayaran pesangon untuk karyawan


yang di-PHK. Perusahaan harus mencatat provisi atas kewajiban konstruktif apabila perusahaan
memiliki perencanaan terkait restrukturisasi sebelumnya dalam hal bisnis atau bagian usaha
yang akan ditutup, lokasi, fungsi, dan perkiraan jumlah tenaga kerja yang diberikan kompensasi
atas pemutusan hubungan kerja, dan seluruh pengeluaran yang akan terjadi ketika rencana
tersebut direalisasikan

C. KONTIJENSI

Kontijensi adalah kondisi dimana terjadi ketidakpastian mengenai apakah kewajiban untuk
mentransfer kas atau aktiva yang lain telah timbul dan atau jumlah yang akan diminta untuk
melunasi kewajiban tersebut. Atau dalam arti yang lebih luas, kontijensi adalah suatu atau
serangkaian kondisi atau situasi, yang melibatkan ketidak pastian mengenai keuntungan atau
kerugian bagi perusahaan yang pada akghirnya akan diketahui ketika satu atau lebih kejadian di
masa depan terjadi atau tidak terjadi.
Keuntungan kontijensi adalah klaim atau hak untuk menerima aktiva yang keberadaannya
tidak pasti, akan tetapi pada akhirnya mungkin akan menjadi sah. Keuntungan-keuntungan
tersebut adalah :
1. Penerimaan yang mungkin atas uang dari hadiah, sumbangan, bonus, dan lain-lain.
2. Kemungkinan pengembalian dana dari pemerintah atas kelebihan pajak.
3. Penundaan kasus pengadilan yang hasilnya mungkin akan menguntungkan.
4. Kerugian pajak yang dikompensasi ke depan.

Sementara itu, kerugian kontijensi melibatkan kemungkinan terjadinya kerugian. Kewajiban


yang terjadi sebagai akibat dari kerugian kontijensi adalah pengertian dari kewajiban kontijensi.
Kewajiban kontijensi bergantung pada terjadi atau tidaknya satu atau lebih kejadian di masa
depan untuk mengkonfirmasi jumlah utang, pihak yang dibayar, dan tanggal pembayarannya.
Seuatu estimasi kerugian dari kerugian kontijensi harus diakrualkan dengan membebankannya
ke beban dan kewajiban dicatat hanya jika informasi yang tersedia sebelum penerbitan laporan
keuangan menunjukkan bahwa kemungkinan besar suatu kewajiban telah terjadi pada laporan
keuangan dan apabila jumlah kerugian dapat diestimasi secara rasional.

D. PENYAJIAN DAN ANALISIS

Kewajiban lancar dicatat dan dilaporkan pada catatan atas laporan keuangan pada nilai
penuh jatuh temponya. Penilaian kewajiban lancar yang sedikit terlalu tinggi akibat periode yang
pendek pada nilai jatuh tempo dianggap tidak material. Akun kewajiban lancar biasanya
disajikan sebagai klasifikasi pertama dalam kelompok kewajiban dan modal pemilik pada neraca.
Dalam kelompok kewajiban lancar, akun-akun tersebut dapat dicantumkan menurut periode
atau tanggal jatuh temponya dan sesuai dengan tingkat likuidasinya.
Informasi yang bersifat additional yang berkaitan dengan kewajiban lancar harus memenuhi
persyaratan full disclosure. Kewajiban yang dijamin harus diidentifikasi secara rasional.
Kewajiban lancar juga tidak dapat di offset terhadap aktiva yang akan digunakan untuk
likuidasinya. Selain itu, terdapat pengecualian penting jika kewajiban yang jatuh tempo pada
periode berjalan harus dibayar dari aktiva yang diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka
panjang seperti pelunasan obligasi yang jatuh tempo pada periode sekarang. Kewajiban jangka
pendek dapat dikeluarkan dari kelompok kewajiban lancar akibat pendanaan kembali apabila
catatan atas laporan keuangan perusahaan memuat penjelasan dan persyaratan dari kewajiban
dan sekuritas modal terkait dengan perjanjian pendanaan yang telah atau yang akan terjadi.
Perusahaan mencatat kerugian kontijensi dan kewajiban apabila kerugiannya merupakan
sebuah estimasi yang dapat dipastikan dan apabila kemungkinan kerugian kecil, maka
pengunkapan harus memuat sifat kontijensi dan estimasi kemungkinan kerugian. Beberapa
kewajiban kontijensi lain yang harus diungkapkan meskipun kemungkinan kerugian yang akan
dihadapi perusahaan kecil seperti jaminan atas utang pihak lain dan jaminan untuk membeli
kembali piutang.
Likuiditas yang berkaitan dengan kewajiban merupakan masalah waktu yang diharapkan
untuk membayar kewajiban. Suatu perusahaan dikatakan likuid apabila dapat melunasi
kewajiban-kewajibannya dan mampu bertahan terhadap masalah keuangan. Terdapat dua rasio
yang dapat menghitung tingkat likuiditas perusahaan, rasio lancar dan rasio cepat.
Rasio lancar adalah rasio yang membandingkan total aktiva lancar dengan total kewajiban
lancar. Apabila rasio lancar perusahaan tinggi, hal tersebut mengindikasikan kemampuan
perusahaan dalam melunasi kewajiban lancarnya akibat perolehan aktiva yang tinggi pada
periode tertentu. Sehingga risiko yang dihadapi perusahaan terhadap kegagalan dalam
membayar utang kecil. Sementara itu, rasio cepat adalah rasio yang membandingkan antara
akumulasi kas, total piutang bersih dan investasi jangka pendek terhadap total kewajiban lancar.
Berbeda dengan rasio lancar, rasio cepat tidak memasukkan komponen persediaan pada
perhitungannya. Alasannya adalah pergerakan persediaan, terutama persediaan bahan baku
yang lambat dalam konversi menjadi barang jadi. Sehingga dengan mengeliminasi persediaan,
informasi yang disajikan lebih baik bagi kreditor jangka pendek.

𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 =
𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

𝐾𝑎𝑠 + 𝑃𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ + 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑗𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑘


𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐶𝑒𝑝𝑎𝑡 =
𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

Anda mungkin juga menyukai