Anda di halaman 1dari 5

RESUME 7

MATA KULIAH AKUNTANSI PERPAJAKAN

Ribka Rachman Kurniawan

121910020

Mata Kuliah Aluntansi Perpajakan

Semseter Ganjil/ 2021-2022


Nama : Ribka Rachman K

NIM : 121910020

AKUNTANSI LIABILITAS
A. Klasifikasi Liabilitas
Dalam bisnis dan neraca keuangan, liabilitas dikenal dengan istilah pasiva. Menurut Fahmi
(2015:160), hutang adalah kewajiban (liabilities). Maka liabilities atau hutang merupakan
kewajiban yang dimiliki oleh pihak perusahaan yang bersumber dari dana eksternal baik yang
berasal dari sumber pinjaman perbankan, leasing, penjualan obligasi dan sejenisnya. Biasanya,
liabilitas tidak hanya berbentuk uang tetapi juga barang dan jasa tergantung apa yang
dibutuhkan perusahaan dari pihak lain. Liabilitas juga memiliki artian suatu kewajiban yang
harus dibayarkan sebelum jatuh tempo tidak peduli perusahaan memiliki pendapatan atau tidak.
Kewajiban memiliki tiga karakteristik utama yaitu :
a) Merupakan kewajiban saat ini yang memerlukan penyelesaian dengan kemungkinan transfer
masa depan atau penggunaan kas, barang, atau
jasa;
b) Merupakan kewajiban yang tidak dapat dihindari;
c) Transaksi atau kejadian lainnnya yang menciptakan kewajiban itu harus
telah terjadi. Kewajiban dibagi menjadi kewajiban lancar dan hutang
jangka panjang.
B. Jenis-jenis Liabilitas Lancar
1. Kewajiban Lancar (Jangka Pendek)
a. Utang dagang, utang yang berasal dari transaksi pembelian barang
atau jasa.

b. Utang tagihan atau akrual, beban perusahaan yang belum dibayarkan secara tunai.
c. Pendapatan di muka, kondisi dimana perusahaan telah menerima penghasilan namun
barang atau jasa belum sampai ke tangan pelanggan.
d. Utang wesel, pinjaman berbunga dengan masa tagihan kurang dari satu tahun.
e. Utang jangka panjang yang jatuh tempo pada periode saat ini (satu tahun) misalnya obligasi
berseri.
f. Utang dividen, kewajiban perusahaan yang harus dibayar kepada para pemegang saham.
g. Pajak Pertambahan Nilai
h. Pajak Penghasilan
i. Utang gaji atau benefit karyawan.
2. Kewajiban Tidak Lancar (Jangka Panjang)
Liabilitas tidak lancar juga disebut dengan liabilitas jangka panjang
dimana waktu tenggat pembayaran lebih dari satu tahun. Kewajiban jangka panjang ada
biasanya karena sebuah perusahaan ingin mengembangkan bisnisnya atau baru memulai
bisnis. Contoh liabilitas jangka panjang adalah hutang hipotek, hutang obligasi, atau hutang
wesel jangka panjang.
3. Kewajiban Kontinjensi
Kewajiban atau likuiditas kontinjensi bisa dikatakan kewajiban
berdasarkan kejadian luar biasa. Maksudnya luar biasa adalah

kewajiban yang berpotensi timbul akibat peristiwa masa lalu. Itu artinya, kewajiban tersebut
tidak bersifat aktual. Singkatnya, kewajiban bisa saja timbul tergantung terjadinya peristiwa saat
ini atau mendatang.
Dalam pencatatan, kewajiban jenis ini tidak dicatat dalam laporan keuangan secara aktual.
Namun hanya sebagai lampiran. Contoh liabilitas kontinjensi adalah gugatan atau garansi
produk. Dalam praktiknya, untuk menentukan antara kewajiban kontinjensi yang kemungkinan
besar terjadi dengan yang mungkin terjadi, memerlukan pertimbangan profesional tertentu dari
pihak manajemen.
4. Penggajian dan Pajak Gaji
Secara periodik, pemberi kerja wajin memberi gaji kepada karyawan atas jasa-jasa yang telah
diberikan kepada perusahaan. Gaji dan upah yang dibayarkan kepada karyawan termasuk
sebagai beban bagi perusahaan. Gaji atau upah merupakan item penting, dimana perusahaan
akan mengeluarkan sejumlah uang yang cukup signifikan untuk membayar gaji kepada
karyawannya.
C. Utang Dagang Akuntansi Komersial
Utang dagang diklasifikasikan dalam liabilitas lancar. Utang dagang sebagai liabilitas jangka
pendek terjadi akibat kegiatan usaha perusahaan secara normal. Sebagai contoh pembelian
barang dagang dan jasa. Perlu mendapatkan perhatian, apakah dalam menyusun neraca sudah
dapat dipastikan semua utang dagang atau liabilitas jangka pendek telah seluruhnya dicatat
dan menunjukan posisi utang dagang oada akhir tahun buku.

D. Akuntansi Pajak
Akuntansi perpajakan adalah suatu kegiatan mencatat keuangan di suatu badan usaha maupun
lembaga guna mengetahui besaran pajak yang perlu dibayar. Sebagai salah satu cabang ilmu
akuntansi, akuntansi perpajakan memiliki cara kerja yang hampir sama seperti akuntansi
lainnya. Akan tetapi, akuntansi memberi hasil laporan keuangan sedangkan akuntansi
perpajakan memberi hasil laporan pajak.
1. Utang Pajak Penghasilan Karyawan
PPh 21 merupakan pajak atas pendapatan yang sudah diterima oleh Wajib Pajak orang pribadi
yang berlaku untuk berbagai jenis profesi. Penghasilan tersebut berupa gaji, upah, honorarium,
tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi subjek pajak
dalam negeri. Cara menghitung PPh 21 karyawan ini pun bervariasi, tergantung pada karakter
profesi serta status pekerjaan, apakah pekerjaan tetap atau pekerja lepas. Jika Wajib Pajak
belum memiliki NPWP, maka perhitungan PPh 21 pun akan berbeda.
2. Utang Pajak Dividen
Pajak dividen merupakan pemungutan atas laba. Sesuai dengan
undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas
Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan, pasal 4 ayat 1 (g) tentang
objek pajak adalah penghasilan. Salah satu di antaranya adalah dividen dengan nama dan

dalam bentuk apapun. Berdasarkan undang-undang perpajakan, dividen termasuk ke objek


pajak dan terkena pemotongan atau pemungutan pajak penghasilan (PPh). Namun, tidak
semua dividen merupakan objek pajak. Ada tiga pasal yang mengatur pemotongan dan kondisi
dividen yang menjadi objek pajak dan terkena pajak penghasilan.
3. Utang Bunga Pajak Pinjaman
Istilah lain pajak atas bunga pinjaman adalah pph atas bunga
pinjaman yang merupakan salah satu jenis pajak untuk dilaporkan setiap bulannya melalui surat
pemberitahuan (SPT) Masa PPh 23. Pajak atas bunga pinjaman yang diterima oleh wajib pajak
dalam negeri dengan ketentuan PPh Pasal 23 akan dipotong dengan tarif 15% dari jumlah
brutonya. Namun pembayaran pajak atas bunga pinjaman bank tidak dikenakan PPh pasal 23,
karena termasuk penghasilan yang akan dibayarkan atapun terutang kepada bank atas
pengecualian PPh pasal 23.
4. Utang Pajak Royalti
Tarif Pajak Royalti dikenakan atas nilai Dasar Pengenaan Pajak atau
jumlah bruto dari penghasilan sebesar 15% dari penghasilan bruto dan bersifat tidak final.
Royalti yang dimaksud dalam pasal ini merupakan jenis royalti terhadap subjek pajak dalam
negeri, baik subjek pajak orang pribadi maupun subjek pajak badan usaha, termasuk yang
dikenakan pada Badan Usaha Tetap (BUT). Jika penerima royalti tidak mempunyai NPWP,
tarifnya dinaikkan menjadi 30% atau 100% dari tarif yang telah ditetapkan.

5. Utang Pajak Sewa


Dalam Akuntansi Pajak biaya sewa diakui sebagai beban bagi
perusahaan dalam laporan laba rugi apabila sudah menjadi kewajiban bagi perusahaan untuk
membayar biaya sewa tersebut walaupun belum dilakukan pembayaran.
6. PPN Terutang
Pajak Terutang adalah pajak yang harus dibayar pasa suatu saat,
dalam Masa Pajak, dalam Tahun Pajak, atau Bagian Tahun Pajak sesuai ketentuan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Tahun Pajak bisa menggunakan jangka waktu
Januari hingga Desember. Namun bisa dikecualikan jika mengajukan izin untuk menggunakan
jangka waktu lain.

Daftar Pustaka
Hery, S. (2014). Akuntansi Perpajakan. Jakarta: Grasindo.
Nur Rohmah, R. I. (2010). Makalah Kewajiban Lancar. Retrieved from Anzdoc:
https://adoc.pub/makalah-kewajiban-lancar.html

Anda mungkin juga menyukai