Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MAKALAH

“AKUNTANSI PERPAJAKAN TENTANG PIUTANG”

Disusun Guna Memenuhi Tugas Akuntansi Perpajakan

Dosen Pengampu Matakuliah: Bu Merline Julianti, S.E, M.Ak

Nama Kelompok 2:

• Fransisco Friadi Pasaribu


• Fatimah Az Zahra

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI GALILEO

PRODI AKUNTANSI

TAHUN 2023
BAB I

PENDAHULUAN

Piutang pajak merupakan hal yang penting bagi suatu negara dan
mempunyai dampak terhadap keputusan ekonomi pemerintah. Ketika
piutang pajak dibayar oleh wajib pajak, maka pendapatan negara dari
sektor pajak akan meningkat. Sebagai fungsi anggaran, pendapatan
negara merupakan sarana terbesar untuk membiayai pengeluaran
negara. Selisih antara pengeluaran dan pendapatan negara ditutup
dengan utang. Dalam konteks akuntansi perpajakan, peranan piutang
sangat signifikan karena dapat memengaruhi pendapatan perusahaan
dan juga kewajiban pajak yang harus dipenuhi. Oleh karena itu,
penting bagi perusahaan untuk melakukan pencatatan yang akurat dan
tepat terkait dengan aspek piutang ini. Akuntansi perpajakan adalah
sistem pencatatan dan pelaporan finansial yang terkait dengan
kewajiban perpajakan entitas perusahaan atau individu. Sementara itu,
piutang mengacu pada sejumlah uang yang perusahaan harus terima
dari pelanggan atau pihak lain sebagai konsekuensi dari penjualan
barang atau jasa. Menurut Mardiasmo (2011) piutang pajak adalah
piutang yang timbul atas pendapatan pajak sebagaimana diatur dalam
Undang-undang Perpajakan yang belum dilunasi sampai dengan akhir
periode pelaporan. Di dalam pemungutan piutang pajak dibagi
menjadi 3 sistem pemungutan. Sistem yang pertama yakni official
assessment system. Sistem ini merupakan suatu sistem pemungutan
pajak dimana besarnya pajak yang harus dilunasi atau pajak yang
terutang oleh wajib pajak ditentukan oleh fiskus. Sistem yang kedua
yakni self assessment system. Sistem ini merupakan suatu sistem
pemungutan pajak di mana wewenang sepenuhnya untuk menghitung
besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak diserahkan oleh fiskus
kepada wajib pajak yang bersangkutan. Sistem yang ketiga yaitu with
holding system. Sistem ini merupakan suatu cara pemungutan pajak
yang memberikan wewenang kepada pihak ketiga untuk memungut
pajak yang terutang. Di Indonesia menggunakan sistem perpajakan
dengan prinsip self assessment.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Piutang Usaha Menurut Akuntansi.


Piutang (Account Receivable) adalah Hak perusahaan kepada pihak lain
yang akan diterima dalam bentuk kas. Piutang usaha terjadi akibat
penjualan barang atau penyerahan jasa untuk kegiatan usaha normal
perusahaan yang dilakukan tidak secara cash. Adakalanya bentuk piutang
usaha dinyatakan dalam bentuk surat dagang komersial yang biasa dikenal
dengan wesel tagih. Piutang merujuk kepada klaim terhadap sejumlah
uang yang diantisipasi akan diterima di masa depan. Jenis-jenis piutang
mencakup piutang dagang (account receivable), wesel tagih/bayar (note
receivable), dan piutang lain (other receivable). Secara umum, akuntansi
piutang dapat dibagi menjadi tiga aspek: pengakuan (recognition),
penilaian dan pelaporan (valuation and reporting), serta pelepasan
(disposal). Pada dunia akuntansi komersial, terjadi situasi di mana
potongan penjualan kerap terjadi, dan potongan tersebut merujuk pada
pengurangan harga jual saat terjadinya transaksi penjualan. Selain
potongan penjualan, seringkali terdapat pula potongan tunai (cash
discount), yang diberikan kepada pelanggan dengan maksud mendorong
mereka untuk segera membayar tagihan mereka. Secara praktis, dalam
bidang akuntansi komersial, potongan tersebut dicatat dengan
mengurangkannya dari penjualan bruto. Pendekatan pembukuan semacam
ini sesuai dengan peraturan perpajakan. Dalam konteks piutang usaha, ada
juga konsep Penyisihan Piutang. Dalam praktek akuntansi komersial
penyisihan ini dibentuk untuk mengantisipasi potensi kerugian akibat
piutang yang tidak dapat ditagih, dan ini adalah tindakan yang umum
dilakukan. Pada Piutang yang diragukan dapat tertagih, perusahaan
memiliki opsi untuk menghapuskan piutang tersebut atau
mengalokasikannya ke dalam cadangan. Namun, dalam konteks
perpajakan, pembukuan penyisihan piutang yang tidak dapat tertagih tidak
diperbolehkan karena peraturan perpajakan lebih menitikberatkan pada
kondisi yang sebenar-benarnya tertagih. Dalam pandangan perpajakan,
penyisihan piutang dianggap sebagai sesuatu yang belum tentu terjadi atau
belum pasti. (Pratiwi & Hidayati, 2020)

2. Pengakuan Piutang Usaha


Pengakuan piutang usaha terjadi pada saat penjualan kredit barang
dagangan. Jurnal-jurnal terkait dengan pengakuan piutang usaha adalah
sebagai berikut:

3. Piutang Menurut Perpajakan

Piutang pajak ialah piutang yang wajib dilunasi oleh wajib pajak pada

periode berjalan tahun berikutnya sebagai akibatnya tidak ada piutang

pajak yang melampaui satu periode berikutnya, piutang pajak diartikan

sebagai piutang yang di tagih sebab pendapatan pajak yang belum dilunasi

hingga akhir masa pencatatan keuangan. (Pratiwi & Hidayati, 2020). Pada

pasal 6 ayat (1) huruf h Undang-Undang Harmonisasi Peraturan

Perpajakan (UU HPP) No 7 Tahun 2021 tentang Pajak Penghasilan (PPh)

telah mengatur perihal pembebanan biaya atas piutang yang nyata-nyata


tidak dapat ditagih. Berdasarkan Ketentuan tersebut, penghapusan piutang

yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat:

1) Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi.

2) Wajib pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat

ditagih kepada Direktur Jenderal Pajak; dan

3) Telah diserahkan perkara penagihannaya ke Pengadilan Negeri

atau instansi pemerintah yang menangani piutang negara atau

adanya perjanjian secara tertulis mengenai penghapusan

piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang

bersangkutan atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum

atau khusus atau adanya jumlah utang tertentu;

4) Syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk

penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil sebagaimana

dimaksud dalam pasal 4 ayat (1) huruf k.

Sesuai pasal 6 ayat (1) huruf h maka sehubungan dengan metode

penghapusan piutang dagang, metode penghapusan langsung adalah

metode wajib untuk tujuan pajak penghasilan dan tidak diizinkan untuk

menggunakan metode cadangan. Sebagaimana dijelaskan pada bagian

sebelumnya, ketika metode penghapusan langsung digunakan, beban

kredit macet atau biaya piutang tak tertagih hanya akan dicatat atau diakui

jika pelanggan tertentu benar-benar menyatakan bahwa ia tidak dapat

membayar (kerugian sebenarnya), tidak berdasarkan perkiraan kerugian.

Jadi, ketika perusahaan menemukan bahwa pelanggan tertentu tidak dapat

membayar, maka perusahaan akan segera menghapus dengan mengkredit


pada akun piutang pelanggan tersebut (tanpa membuat cadangan terlebih

dahulu) dan mendebit sebagai piutang yang tidak dapat ditagih.

(Tomasowa, 2022).

UU KUP No 29 Tahun 2007 mengatur perihal potensi pendapatan Negara.

Inilah yang mengakibatkan adanya pengakuan piutang pajak. Penyisihan

piutang pajak tidak tertagih ialah cadangan yang wajib dibuat sebanyak

persentase tertentu dari piutang pajak sesuai pengelolaan atas piutang

pajak. Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh

orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-

undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung serta

dipergunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya untuk

kemakmuran masyarakat.

4. Piutang Dengan Pihak Yang Memiliki Hubungan Istimewa

Piutang dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa merupakan saldo

tagihan yang timbul dari transaksi yang terjadi antara perusahaan dan

pihak yang memiliki hubungan istimewa. Dalam dunia bisnis, terkadang

harga yang dikenakan kepada pihak pembeli bisa tidak adil, seperti

menjual aset dengan harga yang jauh di bawah nilai wajar. Harga wajar

dalam konteks ini mengacu pada harga yang berlaku secara umum atau

yang dianggap adil. (Pratiwi & Hidayati, 2020). Penyajian transaksi yang

terjadi antara pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa juga diatur

dalam SAK-ETAP (2009: 160-163) dimana berbunyi apabila terdapat

transaksi dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa, maka


harus diungkapkan sifat dari hubungan tersebut, juga informasi yang

diperlukan tentang transaksi dan saldonya untuk memahami efek potensial

yang timbul akibat hubungan tersebut terhadap laporan keuangan.

Pengungkapan tersebut harus meliputi :

a) Jumlah transaksi

b) Jumlah saldo :

1) Syarat dan kondisinya, termasuk jaminan dan sifat

pembayaran yang disediakan dalam penyelesaian,

2) Rincian jaminan yang diberikan/diterima.

c) Penyisihan kerugian piutang tak tertagih terkait dengan jumlah

saldo piutang

d) Beban yang diakui dalam periode yang berkaitan dengan piutang

ragu-ragu yang jatuh tempo dari pihak-pihak yang memiliki

hubungan istimewa.

Berikut transaksi yang dapat menimbulkan piutang dalam hubungan

istimewa. (Wahyuning, 2022).

1) Pengeluaran atau pembebanan yang dilakukan WP kepada pihak

lain dalam hubungan istimewa untuk biaya atau usaha, seperti:

a) Sewa Kantor

b) Asuransi

c) Listrik

d) Penjualan aktiva tetap dimana pengeluaran atau

pembebanan tersebut akan ditagih lagi kepada pihak

tersebut.
2) Peminjaman dana

3) Transaksi penyerahan barang atau jasa harga yang dibebankan

berupa harga tidak wajar (lebih rendah dari harga pasar). Menurut

peraturan perpajakan maka hal tersebut harus dikoreksi dengan

diperhitungkan melalui harga wajar. Harga wajar adalah harga

yang berlaku umum atau sama apabila transaksi tersebut dilakukan

dengan pihak lain yang tidak memiliki hubungan istimewa.

Semisal:

PT. A memperkerjakan anaka direktur dengan gaji Rp. 15.000.000

sebulan. Jika gaji dengan keahlian yang sama adalah Rp.

5.000.000/bulan, maka selisih harus dianggap sebagai pembayaran

dividen terselubung. Hubungan istimewa menurut aturan

perpajakan dianggap ada apabila:

a) WP memiliki penyertaan modal langsung atau tidak

langsung paling rendah 25% pada WP lain atau hubungan

antara WP dengan penyertaan paling rendah 25% pada 2

atau lebih. Demikian pula hubungan antara 2 WP atau lebih

yang disebutkan terakhir.

b) WP menguasai WP lainnya langsung maupun tidak

langsung

c) Terdapat hubungan keluarga, baik sedarah maupun

semenda dalam garis keturunan lurus dan atau ke samping

satu derajat.
5. Nilai Piutang Dalam Neraca

Metode penghapusan piutang yang diperkenanka dalam perpajakan adalah

metode langsung (direct write off method), sedangkan dalam akuntansi

adalah metode pencadangan (allowance method).

6. Jurnal Pencatatan yang diperlukan untuk menyajikan saldo piutang

pajak ke dalam laporan keuangan. (Wahyuning, 2022).

a) Jurnal untuk mencatat saldo awal piutang pajak di neraca/jurnal

untuk mencatat penambahan (perubahan) saldo piutang pajak di

neraca.

b) Jurnal untuk mencatat pengurangan saldo piutang pajak di neraca


BAB III

CONTOH KASUS

Pada tanggal 25 Januari 2017, PT Jaya


menghapuskan piutang usaha terhadap salah satu
debiturnya yaitu PT Boba karena PT Boba telah
dinyatakan pailit. Adapun syarat-syarat
penghapusan piutang yang tidak dapat ditagih
telah memenuhi ketentuan perundang-undangan
perpajakan. Piutang yang dihapuskan tersebut
senilai Rp 1.000.000. Maka, jurnal untuk
transaksi tersebut apabila menggunakan metode
penghapusan langsung adalah sebagai berikut :
BAB IV

KESIMPULAN

Peranan piutang sangat signifikan karena


dapat memengaruhi pendapatan perusahaan
dan juga kewajiban pajak yang harus
dipenuhi. Oleh karena itu, penting bagi
perusahaan untuk melakukan pencatatan
yang akurat dan tepat terkait dengan aspek
piutang. Akuntansi perpajakan adalah sistem
pencatatan dan pelaporan finansial yang
terkait dengan kewajiban perpajakan entitas
perusahaan atau individu. Sementara itu,
piutang mengacu pada sejumlah uang yang
perusahaan harus terima dari pelanggan atau
pihak lain sebagai konsekuensi dari
penjualan barang atau jasa.
DAFTAR PUSTAKA

Pratiwi, A. P., & Hidayati, W. N. (2020). Akuntansi Perpajakan. Tangerang Selatan:


UNPAM PRESS.

Tomasowa, T. E. (2022). Akuntansi Perpajakan. Yogyakarta: Nas Media Pustaka.

Wahyuning, S. (2022). Akuntansi Pajak. Yayasan Prima Agus Teknik.

Anda mungkin juga menyukai