Jenis Piutang
Menurut Slamet (2009:43), menjelaskan bahwa piutang adalah tagihan baik kepada individu-
individu maupun kepada perusahaan lain yang akan diterima dalam bentuk kas.
Menurut Martan, et al (2012:194) pada dasarnya piutang dikelompokan menjadi 3 jenis,
antara lain sebagai berikut :
A. Piutang Dagang/Piutang Usaha
Piutang dagang adalah tagihan perusahaan kepada pelanggan sebagai akibat tagihan adanya
penjualan barang atau jasa secara kredit, dimana taghan tidak disertai dengan surat perjanjian
yang formal, akan tetapi karena adanya unsur kepercayaan dan kebijakan perusahaan.
Sedangkan Piutang usaha ialah piutang pada perusahaan jasa dimana perusahaan memberikan
jasa kepada konsumen yang akan dibayar di kemudian hari sebesar tarif jasa yang telah
diberikan.
B. Piutang Wesel
Piutang wesel adalah tagihan perusahaan kepada pihak ketiga atau pihak lain
yang menggunakan perjanjian secara tertulis dengan wesel atau promes. Wesel merupaka janji
tertulis yang tidak bersyarat, dibuat oleh pihak yang satu untuk pihak yang lain, ditandatangani
oleh pihak pembuatnya, untuk membayar sejumlah uang atas permintaan atau pada suatu
tanggal yang ditetapkan pada masa yang akan datang kepada pihak yang memerintah atau
membawanya. Penerbit wesel disebut wesel bayar (notes payable), sedangkan penerima wesel
disebut wesel tagih (notes receivable). Wesel tagih biasanya memiliki bunga, walaupun ada
beberapa wesel tagih yang tidak berbunga. Wesel tagih yang tidak berbunga biasanya dijual
dengan diskon dan pihak penerbit akan menerima uang yang lebih kecil dari jumlah yang akan
dibayarkan di masa depan. Diskon merupakan bentuk bunga yang diterima di muka. Wesel
tagih dapat dijual oleh pemegangnya sebelum jatuh tempo.
C. Piutang Non Dagang/Piutang Lainnya
Piutang non dagang adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain atau pihak ketiga yang
timbul atau terjadi bukan karena adanya transaksi penjualan barang dagang atau jasa secara
kredit. Jumlah piutang non dagang/lainnyabiasanya tidak signifikan dibandingkan dengan
jumlah piutang dagang ataupun piutang usaha. Berikut ini contoh-contoh piutang non dagang
1. Piutang Biaya. Contohnya: asuransi dibayar dimuka, sewa dibayar dimuka, gaji dibayar
dimuka, iklan dibayar dimuka.
2. Piutang Penghasilan. Contohnya: piutang jasa, piutang sewa dan piutang bunga.
3. Uang muka pembelian ( persekot). Contohnya: pembayaran uang muka pembelian suatau
barang yang sebelumnya sudah dipesan terlebih dahulu.
4. Piutang lain – lain. Contohnya: piutang perusahaan kepada karyawan, kelebihan membayar
pajak dan piutang perusahaan kepada cabang – cabang perusahaan
c) Adanya pelunasan.
Ilustrasi :
PT Rahadian pada tanggal 5 maret 2010 menjual barang dagangan kepada PT Fedny
seharga Rp. 10.000.000 dengan termin 2/10, n/30. Pada tanggal 7 maret ada beberapa
barang yang cacat sehinggadikembalikan kepada PT Rahadian. Bila dihitung barang yang
dikembalikan tersebut sebesar Rp. 500.000. Pada tanggal 15 PT Rahadian menerima
pelunasan dari PT FEDNY sebesar saldo tagihannya. Jurnal yang dibutuhkan untuk
mencatat transaksi- transaksi tersebut adalah sebagai berikut :
Maret 5 Piutang dagang 10.000.000
Penjualan 10.000.000
15 Kas 9.310.000
Potongan penjualan 190.000 (2 % X 9.500.000)
Menurut Prinsip Akuntansi Indonesia piutang dagang harus dicatat dan dilaporkan dalam
neraca sebesar nilai kas bersih (neto) yang bisa direalisasikan yaitu jumlah piutang
setelah dikurangi CadanganKerugian Piutang Tak tertagih (CKP).
Contoh penyajian di neraca Aktiva
Lancar
Piutang dagang Rp. 5.000.000 (-)
Cadangan kerugian piutang (CKP) Rp. 500.000Nilai
Realisasi bersih Rp. 4.500.000
Aset keuangan yang sering dihentikan pengakuannya yaitu salah satunya piutang
usaha atau dagang. Piutang usaha atau dagang kurang terjamin pelunasannya dikarenakan
tidak adanya suatu perjanjian khusus yang dibuat untukmemiliki kekuatan hukum. Maka
piutang ada kemungkinan tidak akan tertagih. Piutang yang jelas-jelas tak dapat ditagih lagi
harus dihapuskan dari rekening piutang. Penghapusan piutang ini merupakan suatu
kerugian bagi perusahaan. Warren dkk (2014:449), menyatakan bahwa tidak ada aturan
umum untuk menentukan kapan sebuah piutang dianggap tidak tertagih. Terdapat beberapa
indikasi bahwa suatu piutang tidak dapat tertagih, diantaranya adalah:
1. Saat piutang sudah jatuh tempo.
2. Pelanggan tidak menanggapi usaha perusahaan untuk menagih.
3. Pelanggan pailit.
4. Usaha pelanggan tutup.
5. Kegagalan dalam mencari lokasi atau menghubungi pelanggan.
Piutang usaha yang telah terhapus mungkin dapat ditagih kemudian. Jika hal
tersebut terjadi, piutang akan dicatat kembali dengan sebuah ayat jurnal yang membalik
ayat jurnal penghapusan piutang. Kas yang diterima dalam pembayarankemudian dicatat
sebagai penerimaan atas pembayaran piutang. Jurnal untuk mencatat kembali piutang yang
telah dihapuskan adalah sebagai berikut:
Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit
Piutang Usaha xxx -
Beban Piutang Tak Tertagih - xxx
Jurnal untuk mencatat penerimaan kas atas pembayaran piutang yang telahdihapus
sebelumnya adalah sebagai berikut:
Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit
Kas xxx -
Piutang Usaha - xxx
Jika dipastikan bahwa piutang tersebut tidak dapat ditagih, maka jurnal tersebut
harus dikeluarkan dari catatan perkiraan piutang usaha, dengan cara mengkreditkannya
sebesar jumlah tersebut yaitu dengan jurnal sebagai berikut:
Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit
Cadangan Piutang Tak Tertagih xxx -
Piutang Usaha - xxx
Apabila piutang yang telah dihapuskan sebagai piutang tak tertagih ini dalam
periode berjalan, secara tidak diduga dapat diterima kembali pelunasannya, maka ayat
jurnal yang diperlukan yaitu jurnal pembalik penghapusan piutang tak tertagih yaitu:
Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit
Piutang Usaha xxx -
Cadangan Piutang Tak - xxx
Tertagih
Jurnal untuk mencatat penerimaan kas atas pembayaran piutang yang telahdihapus
sebelumnya adalah sebagai berikut:
Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit
Kas xxx -
Piutang Usaha - xxx
Estimasi jumlah piutang tak tertagih pada akhir periode fiskal dibuat berdasarkan
pengalaman masa lalu, rata-rata industri dan perkiraan masa depan. Efraim (2014:140-
441), menyatakan bahwa ada tiga dasar yang digunakan untuk menentukan jumlah
cadangan kerugian piutang yaitu:
1. Persentase Tertentu dari Saldo Piutang
Taksiran piutang tak tertagih ditentukan dengan mengalikan saldo akhir periode
piutang usaha dengan persentase taksiran piutang tak tertagih.
2. Rekening Cadangan Kerugian Piutang (Bersaldo Debit)
Kadangkala taksiran piutang tak tertagih bersaldo debit karena jumlahpiutang aktual
yang dihapus lebih besar dibandingkan dengan jumlah taksiran piutang tak tertagih
yang dicadangkan dalam rekening cadangan kerugian piutang pada periode tertentu.
3. Analisis Umur Piutang
Cadangan kerugian piutang ditentukan dengan cara mengklasifikasikanpiutang yang
beredar ke dalam kategori jangka waktu piutang tersebut tertunggak.
Piutang Wesel yang jangka waktu pembayaran atau jatuh temponya kurang dari satu
tahun akan dicatat dalam aktiva lancar. Dan Piutang Wesel yang berjangka waktu
lebih dari satu tahun dianggap sebagai Piutang Jangka Panjang. Piutang Wesel dinilai
berdasarkan jumlah yang diharapkan dapat ditagih (net realizable value) dan pada
prinsipnya sama dengan Piutang Dagang.
PENDISKONTOAN WESEL
Mendiskontokan wesel adalah meminjam uang ke bank dengan menggunakan wesel
sebagai jaminan. Bank akan memberikan pinjaman tetapi dikurangi dengan bunga
yang diperhitungkan dengan selama jangka waktu diskonto, bunga yang
diperhitungkan ini disebut juga diskonto.
Syarat pendiskontoan wesel : jika pembuat wesel tidak melunasi weselnya pada
tanggal jatuh tempo maka pihak yang mendiskontokan bertanggung jawab untuk
melunasi wesel tersebut.
Bunga (diskonto) wesel dihitung dengan cara sebagai berikut :
Contoh : Wesel dengan nominal Rp. 5.000.000,00, jangka waktu 2 bulan, tertanggal
1 Maret 1991 didiskontokan pada tanggal 26 Maret dengan diskonto 10%.
Periode diskonto dihitung sebagai berikut :
April = 30 hari
Diskonto :
Apabila pembuat wesel melunasi weselnya pada tanggal jatuh tempo maka pihak
yang mendiskontokan wesel menutup rekening Pihutang Wesel dan Pihutang
Wesel Didiskontokan. Secara skematis ditunjukkan dalam gambar dibawah
ini:
A B C
Pembeli Penjual 2 Bank
3
Keterangan :
Apabila pembuat wesel tidak melunasi weselnya pada tanggal jatuh tempo
maka bank akan menagih pada pihak yang mendiskontokan wesel (penjual).
Penjual akan menagih sebesar yang dibayarkannya ke Bank pada pembeli
(mungkin ditambah bunga). Secara skematis ditunjukkan dalam gambar
dibawah ini:
A B C
Pembeli Penjual Bank
1 2
4 3
Keterangan:
Anda asumsikan bahwa di antara wesel-wesel tagih yang dimiliki PT. ASMARA
terdapat wesel tagih tak berbunga yang berjangka waktu 90 hari, tertanggal 21
Agustus 2002 sebesar Rp. 1.350.000,00. Pada tanggal 20 September 2002 wesel
tersebut didiskontokan ke Bank RAKA KENCANA, dengan tingkat diskonto sebesar
8%.
a. Hitunglah berapa uang yang diterima PT. ASMARA dari pendiskontoan wesel
ini?
b. Catatlah transaksi tersebut dalam jurnal umum!
Jawaban
Data-data:
2. Nilai pada saat jatuh tempo (19 November 2002) = Rp. 1.350.000
Kas 1.332.000
Beban Diskonto 18.000
Piutang Wesel 1.350.000
AKUTANSI UNTUK PIUTANG WASEL
pembeli/konsumen/perusahaan lain.
Wesel tagih merupakan wesel yang dapat ditagihkan kepada perusahaan lain
disesuaikan dengan besaran suku bunga bank yang terkait dalam transaksi.
Wesel tagih disebut juga sebagai piutang wesel. Piutang Wesel juga bisa
disebut sebagai Wesel Tagih, promes, dan Promisionary Notes atau Notes
transaksi lainnya.
yaitu wesel tagih berbunga dan wesel tagih tanpa bunga. Wesel tagih dapat
Wesel merupakan jenis piutang yang periode kreditnya lebih dari 60 hari.
Perusahaan PT. Mei Jaya memberikan pinjaman kepada Perusahaan PT. Mei
berikut.
Penjualan 300.000.000
Rp7.500.000 = Rp307.500.000
Pendapatan
7.500.000
Bunga
Wesel Tagih 300.000.000
Pihak yang berhak menerima uang dari wesel tagih disebut penerima
pembayaran (payee), dan pihak yang membuat janji disebut pembuat janji
Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan laporan piutang adalah tools yang
digunakan. Meskipun terlihat sederhana, pencatatan piutang ini tidak bisa dilakukan secara
sembarangan demi menghindari adanya kesalahan input.
Ada banyak pilihan tools yang bisa kamu pilih sesuai dengan kebutuhan bisnismu.
Seperti pencatatan akuntansi lainnya, format laporan piutang pun dibuat dalam bentuk
tabel. Setidaknya, kamu membutuhkan 10 indikator yang akan dimasukkan dalam tabel
seperti:
Setelah semua indikator diinput dalam format yang telah tersedia, maka langkah
selanjutnya adalah membuat formula atau rumus agar nilai pada kolom tiap kelompok bisa
muncul secara otomatis.
Formula yang dibuat harus disesuaikan pada cell yang digunakan. Untuk lebih mudahnya,
kamu bisa mengunduh template excel yang telah dibuat dan diunggah di internet.
Salah satu solusi yang bisa memudahkan kamu dalam proses pembuatan laporan piutang
adalah dengan menggunakan aplikasi keuangan yang saat ini tersedia banyak sekali di
internet.
Pilihlah aplikasi keuangan yang user friendly, mudah untuk diakses, efektif, dan real time
dalam pencatatan transaksi sehingga mengurangi risiko terjadinya kesalahan catat.
DAFTAR PUSTAKA
Al. Haryono Jusup. (2013). Dasar-Dasar Akuntansi Jilid 2. Yogyakarta : Bagian Penerbitan
Sekolah Tinggi Ilmu YKPN.
Jerry J. Weygandt. (2015). Financial accounting. IFRS edition. 03. John Wiley & Sons, Inc.
Hoboken. ISBN: 9781118978085.
https://accounting.binus.ac.id/2020/07/04/akuntansi-wesel-tagih-piutang-wesel-notes-receivable/
https://majoo.id/solusi/detail/laporan-piutang
http://eprints.perbanas.ac.id/1006/4/BAB%20II.pdf